Disusun oleh :
Terapi intravena adalah terapi medis yang dilakukan secara invasif dengan menggunakan metode yang
efektif untuk mensuplai cairan, elektrolit, nutrisi, dan obat melalui pembuluh darah.
Terapi intravena adalah menempatkan cairan steril melalui jarum,langsung ke vena perifer.Biasanya cairan
steril mengandung elektrolit (natrium, kalsium, kalium), nutrien misalnya, glukosa, vitamin atau obat.
Dapat disimpulkan pemasangan infus atau terapi intravena adalah memasukkan cairan, elektrolit, nutrisi
dan obat dengan teknik penusukan kateter infus ke dalam pembuluh darah vena dengan menggunakan
alat infus set.
• Memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin,
protein,lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral.
• Memperbaiki keseimbangan asam-basa.
• Memperbaiki volume komponen darah.
• Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan ke dalam tubuh.
• Memonitor tekanan vena sentral (CVP).
• Memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan mengalami gangguan
Dalam pemberian infus, terdapat dua metode yaitu set makro dan set mikro. Berikut penjelasan
mengenai mikro dan makro, yaitu:
• Set makro biasanya digunakan pada pasien dengan pembuluh darah besar, yang dalam hal ini
merupakan orang dewasa. Umumnya untuk set makro, faktor tetes yang dikeluarkan adalah
10-20 tetes/mL.
• Set mikro digunakan pada mereka dengan pembuluh darah yang kecil, termasuk anak-anak.
Umumnya untuk set mikro, faktor tetes yang dikeluarkan adalah 45-60 tetes/mL.
• Angka yang semakin besar pada ukuran abbocath bukan menunjukkan semakin besarnya
ukuran jarum, namun justru semakin besar angkanya, semakin kecil ukuran jarumnya.
1. 16G
• Warna abu-abu
• Fungsi untuk orang dewasa, dipasang pada kondisi bedah mayor, trauma, resusitasi cepat
2. 18G
• Warna hijau
• Fungsi untuk orang dewasa dan anak, dipasang pada kondisi bedah mayor, trauma, resusitasi
cepat
3. 20G
• Warna biru
• Fungsi untuk bayi, anak, dan orang dewasa dengan pembuluh darah kecil dan rapuh, dipasang
untuk memasukan cairan infus untuk maintenance
5. 24G
• Warna kuning
• Fungsi untuk neonatus, bayi, anak, dan orang dewasa dengan pembuluh darah kecil dan
rapuh, dipasang untuk memasukan cairan infus untuk maintenance terutama dengan tetesan
sangat lambat
Mengenai cairan infus, penting untuk mengetahui jenis atau macam-macam cairan infus beserta
dengan fungsinya. Berikut penjelasannya:
• Cairan Infus 0.9% Normal Saline (NS, 0.9 NaCI, atau NSS)
Cairan infus ini disebut juga sebagai saline fisiologis atau isotonic saline adalah cairan kristaloid steril
nonpyrogenic yang berfungsi untuk menggantikan cairan yang hilang agar tidak mengalami dehidrasi,
hipovolemia, perdarahan atau sepsi.
Selain itu, cairan infus normal saline ini juga dapat berfungsi untuk flush atau membersihkan kateter
intravena (IV) dari sumbatan atau sisa obat yang tertinggal pada keteter infus.
Cairan infus ini mirip dengan plasma darah dan paling banyak digunakan untuk pasien yang mengalami
luka bakar atau trauma.
Cairan infus lactated ringers akan berfungsi untuk menggantikan darah yang hilang akibat
ketidakseimbangan elektrolit dan asidosis metabolik.
Kandungan pada cairan infus LR ini adalah natrium klorida, kalium klorida, kalsium klorida, dan
natrium laktat.
Fungsi utama dari cairan infus D5 atau D5W adalah untuk mengatasi hipernatremia atau tingginya
kadar natrium atau sodium di dalam darah sekaligus membantu menjaga ketersediaan air pada organ
ginjal.
Biasanya cairan infus ini diberikan kepada pasien yang tengah menjalani pemulihan pasca operasi,
gangguan pada jantung atau ginjal, dan pada kasus khusus seperti terjadinya peningkatan tekanan
pada intrakranial.
• 0.45% Normal Saline (Half Normal Saline, 0.45% NaCI, .45NS)
Cairan infus ini mengandung larutan kristaloid hipotonik natrium klorida yang telah dilarutkan dalam
air murni atau steril.
Fungsi cairan infus 0.45% normal saline untuk mengatasi hipernatremia dan ketoasidosis diabetik.
• Koloid
Cairan infus koloid sangat jarang namun penting untuk berfungsi untuk pasien yang tidak dapat
menerima cairan dalam jumlah banyak atau pada pasien kekurangan gizi.
Selain itu, koloid juga dapat diberikan pada pasien yang mengalami luka bakar, menderita
pankreatitis, peritonitis, dan yang kehilangan albumin pada saat selesai operasi.