Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KEPERAWATAN DASAR

“MEMASANG INFUS”

DOSEN PENGAMPU :
Wiwin Martiningsih, M.Kep., PhD., NS

OLEH:
KELOMPOK II
YASMIN DINDA CAHAYA N. (P17230231009)
JERY AFRANDI (P17230231024)
AIDIL KHILDAN P. U. (P17230231026)
ALIFIA RAHMATDANI (P17230233143)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN BLITAR


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN 2024/2025
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemasangan infus adalah prosedur pemberian cairan, elektrolit, atau obat secara
langsung ke dalam banyak pembuluh darah vena dalam waktu yang lama dengan
menggunakan infus set untuk tujuan tertentu. Tindakan invasif yang dapat mengubah
keutuhan jaringan termasuk pemasangan infus. Salah satu cara terapi infus dapat
menguntungkan adalah sebagai cara untuk memberikan obat, cairan, produk darah, atau
pemeriksaan darah (Alexander et al., 2010).
Menurut Hampton (2008), ada sekitar 25 juta pasien di Inggris yang menerima
terapi infus setiap tahun, dan selama perawatan mereka, mereka telah dipasang berbagai
jenis alat akses Intra Vena (IV). Menurut Pujasari dan Sumarwati (2002), terapi infus
diberikan kepada sekitar 80% pasien yang dirawat di rumah sakit.
Menurut Alexander (2010), perawat profesional dan vokasional harus memiliki
pengetahuan, komitmen, dan kompetensi dalam melakukan prosedur pemasangan infus.
Standar kompetensi yang dibuat oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) pada
tahun 2005 menetapkan kompetensi perawat profesional dan vokasional. Kompetensi
perawat profesional adalah melakukan berbagai prosedur, pengobatan, dan intervensi
yang sesuai dengan praktik keperawatan di bawah pengawasan perawat teregistrasi,
sedangkan kompetensi perawat vokasional adalah melakukan intervensi keperawatan
yang direncanakan sesuai dengan praktik keperawatan di bawah pengawasan perawat
teregistrasi.
Perawat masih memiliki kekurangan dalam kemampuan mereka dalam
pemasangan infus. Kekurangan ini termasuk perawat yang tidak memperhatikan
kebersihan luka saat pemasangan infus dan tidak mematuhi Standar Prosedur Operasional
(SPO) pemasangan infus di rumah sakit. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Andares
(2009) menemukan bahwa perawat tidak memperhatikan kebersihan luka saat
pemasangan infus dan tidak peduli akan ketersediaan bahan-bahan yang diperlukan,
seperti sarung tangan dan kain kaus. Menurut penelitian lain yang dilakukan oleh
Pasaribu (2008), evaluasi pelaksanaan pemasangan infus menunjukkan bahwa perawat
termasuk dalam kategori baik sebesar 27%, kategori sedang sebesar 40, dan kategori
buruk sebesar 33%. Oleh karena itu, perawat harus memiliki kemampuan pemasangan
infus yang baik.
B. Rumusan Masalah
1. Kondisi seperti apa yang harus dilakukan saat memasang infus kepada pasien?
2. Apa saja jenis cairan infus?
3. Bagaimana cara memasang infus sesuai dengan SOP?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kondisi pasien saat dilakukan pemasangan infus.
2. Guna mengetahui jenis-jenis cairan infus yang digunakan untuk pasien selama
perawatan.
3. Untuk mengetahui cara memasang infus dengan benar dan tepat sesuai SOP.
BAB II
PEMBAHASAN

Orang-orang yang tidak dapat mengonsumsi obat secara oral diberikan cairan infus.
Kondisi medis, berat badan, dan usia menentukan jumlah cairan infus yang diberikan. Dokter
atau perawat biasanya memastikan jumlah cairan yang tepat menetes ke pembuluh darah dengan
kecepatan yang tepat dari kantong infus.
Cairan infus mempunyai 2 jenis, cairan infus kristaloid dan koloid:

 Cairan infus kristaloid


Cairan infus kristaloid biasanya digunakan untuk menghidrasi tubuh,
mengembalikan keseimbangan pH, mengembalikan keseimbangan elektrolit, dan
sebagai cairan resusitasi.Dalam cairan ini terdapat natrium asetat, magnesium
klorida, natrium klorida, dan natrium glukonat. Cairan infus kristaloid juga
memiliki beberapa jenis,yaitu:
 Cairan infus saline

Cairan ini berfungsi untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang seperti
muntah, syok, pendarahan,diare, dan asidosis metabolik. Cairan infus ini
mengandung natrium klorida 0,9 dan 0,45% yang larut dalam air.
 Cairan infus Ringer Laktat

Cairan yang berfungsi untuk menggembalikan keseimbangan elektrolit.


Mengandung magnesium klorida, natrium klorida, natrium laktat, kalsium
klorida,dan air. Dalam kandungan tersebut biasanya bisa digunakan untuk
menggantikan cairan dalam tubuh seseorang yang mengalami luka, cedera
yang menyebabkan orang tersebut kehilangan banyak darah.
 Dextrose
Cairan infus yang mengandung gula. Cairan ini diberikan pada orang yang
mengalami kondisi kadar kalium tubuh yang tinggi atau bisa disebut
dengan hiperkalemia.kondisi ini terjadi dimana kadar gula lebih tinggi dari
kadar normal. Kadar darah normal 3.0 hingga 5.5 (mmol/L). Jika kadar
kalium dalam darah di atas 5.5 mmol/L, maka kondisi tersebut harus
segera diberikan perawatan.
 Cairan Infus Koloid
Cairan ini biasanya digunakan pada seseorang yang menderita penyakit kritis dan
membutuhkan transfusi darah, bisa digunakan juga untuk tindakan bedah hingga
menjalankan terapi penyakit ginjal.
Cairan infus koloid juga memiliki beberapa jenis,yaitu:
 Albumin

Cairan ini diberikan untuk orang yang mengalami luka bakar yang cukup
parah, kecelakaan. Biasanya cairan ini juga diberikan untuk pasien yang
memiliki hipoalbuminemia atau kadar albumin rendah.
 Dextran
Cairan dextran mengandung polimer glukosa yang digunakan untuk
pemulihan pasien yang mengalami kehilangan darah setelah operasi dan
juga hipovolemi akibat dehidrasi. Cairan ini juga bisa digunakan untuk
mencegah terjadinya pembekuan darah setelah operasi atau tromboemboli.
 Gelatin

Cairan gelatin adalah jenis cairan yang mengandung protein hewani yang
digunakan pada pasien yang kehilangan banyak datah hingga gejala
hipovolomia yang berangsur membaik.
Dari beberapa jenis cairan infus diatas, lalu bagaimana dengan cara pemberian obat
melalui intravena, memberikan obat melalui intravena melalui beberapa langkah, seperti berikut.
1. Kumpulkan peralatan.
Gantilah perlengkapan yang sesuai jika klien memiliki plester, antiseptik, atau alergi
lateks.

 Set infus
 Tabung ekstensi (opsional)
 Larutan parenteral steril
 Tiang infus
 Plester nonalergi
 Sarung tangan bersih (sarung tangan steril diperlukan untuk palpasi situs setelah
antisepsis kulit)
 Torniket sekali pakai dan bebas lateks
 Penyeka antiseptik seperti povidone-yodium 10% atau klorheksidin glukonat 2%
dengan alkohol atau isopropil alkohol 70%. Antiseptik yang antiseptik yang disukai
adalah larutan klorheksidin beralkohol karena memiliki efek residu pada kulit hingga
48 jam (Gorski, 2018, p. 287).
 Kateter IV dengan mekanisme keamanan pasif. Perhatian: Desain pasif secara
otomatis menarik kembali jarum untuk menghindari cedera akibat tertusuk jarum.
Pilihlah kateter IV dengan jenis dan ukuran yang sesuai dan ukuran yang sesuai
berdasarkan ukuran vena dan tujuan pemasangan infus. Kateter ukuran #20 hingga #24
diindikasikan untuk sebagian besar orang dewasa. Gunakan pengukur terkecil yang
dapat digunakan untuk infus IV yang diresepkan. Selalu sediakan kateter ekstra dan
kateter dengan ukuran berbeda tersedia.
 Perangkat visualisasi vena, jika diperlukan
 Balutan kasa steril atau membran semipermeabel transparan (TSM) Pembalut (lebih
disukai)
 Perangkat stabilisasi
 Perangkat perlindungan IV
 Belat, jika diperlukan
 Handuk atau pelindung tempat tidur
 Obat bius lokal (opsional dan sesuai kebijakan rumah sakit)
 Perangkat atau pompa infus elektronik (Perawat yang memutuskan apa yang
dibutuhkan sesuai dengan kondisi klien).
2. Periksa pesanan obat dengan pesanan awal di rekam medis, sesuai dengan kebijakan
fasilitas. Klarifikasi setiap inkonsistensi. Periksa grafik pasien untuk mengetahui adanya
alergi. Verifikasi kompatibilitas obat dan cairan IV. Periksa sumber obat untuk
memperjelas apakah obat perlu diencerkan sebelum pemberian. Periksa kecepatan infus.
3. Mengetahui tindakan, pertimbangan khusus keperawatan, rentang dosis yang aman,
tujuan pemberian, dan efek samping obat yang akan diberikan. Pertimbangkan kesesuaian
obat untuk pasien ini.
4. Bersihkan tangan.
5. Pindahkan keranjang obat ke luar ruangan pasien atau persiapkan pemberian di area
pengobatan.
6. Buka kunci keranjang atau laci obat. Masukkan kode sandi dan pindai identifikasi
karyawan, jika diperlukan.
7. Siapkan obat untuk satu pasien dalam satu waktu.
8. Baca CMAR/MAR dan pilih obat yang tepat dari laci obat atau stok unit pasien.
9. Bandingkan labelnya dengan CMAR/MAR. Periksa tanggal kedaluwarsa dan lakukan
penghitungan, jika perlu. Pindai kode batang pada paket, jika diperlukan.
10. Jika perlu, keluarkan obat dari ampul atau vial,
11. Periksa kembali label dengan MAR sebelum membawanya ke pasien.
12. Kunci keranjang obat sebelum meninggalkannya.
13. Pindahkan obat-obatan dan peralatan ke tempat tidur pasien dengan hati-hati, dan jaga
agar obat-obatan selalu terlihat.
14. Pastikan pasien menerima obat pada waktu yang tepat.
15. Lakukan kebersihan tangan dan kenakan APD jika ada indikasi.
16. Identifikasi pasien. Biasanya, pasien harus diidentifikasi menggunakan dua metode.
Bandingkan informasi dengan CMAR atau MAR.
a. Periksa nama dan nomor identifikasi pada pita identifikasi pasien.
b. Minta pasien untuk menyebutkan nama dan tanggal lahirnya, berdasarkan kebijakan
fasilitas.
c. Jika pasien tidak dapat mengidentifikasi dirinya sendiri, verifikasi identitas pasien
dengan anggota staf yang mengenal pasien sebagai sumber kedua.
17. Tutup pintu kamar atau tarik tirai samping tempat tidur.
18. Selesaikan penilaian yang diperlukan sebelum memberikan obat. Periksa gelang alergi
pasien atau tanyakan pada pasien mengenai alerginya. Jelaskan tujuan dan cara kerja obat
kepada pasien.
19. Pindai kode batang pasien pada pita identifikasi, jika diperlukan.
20. Kaji lokasi IV untuk mengetahui adanya peradangan atau infiltrasi.
21. Jika infus IV diberikan melalui pompa infus, jeda pompa.
22. Kenakan sarung tangan bersih.
23. Pilih port injeksi pada pipa yang paling dekat dengan lokasi pungsi vena. Bersihkan port
dengan kapas antimikroba.
24. Buka tutup spuit. Port stabil dengan tangan nondominan Anda sambil memasukkan jarum
suntik ke tengah port.
25. Gerakkan tangan nondominan Anda ke bagian selang IV tepat di atas lubang injeksi.
Lipat selang di antara jari-jari Anda.
26. Tarik sedikit pendorong sampai muncul darah di dalam pipa.
27. Suntikkan obat sesuai dosis yang disarankan.
28. Lepaskan selangnya. Lepaskan jarum suntiknya. Jangan menutup kembali jarum bekas
jika sudah digunakan. Pasang pelindung keselamatan atau pelindung jarum, jika ada.
Lepaskan selang dan biarkan cairan IV mengalir. Buang jarum suntik ke dalam wadah
yang sesuai.
29. Periksa kecepatan infus cairan IV. Nyalakan kembali pompa infus, jika perlu.
30. Lepaskan sarung tangan dan APD tambahan jika digunakan. Lakukan kebersihan tangan.
31. Dokumentasikan pemberian obat segera setelah pemberian.
32. Evaluasi respons pasien terhadap pengobatan dalam jangka waktu yang tepat.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

2. Saran

Anda mungkin juga menyukai