Anda di halaman 1dari 5

Status hidrasi merupakan gambaran keseimbangan keluar masuknya air dalam tubuh .

Keseimbangan air dipengaruhi dari jumlah makanan yang dikonsumsi, aktivitas fisik, usia,
dan kondisi lingkungan. Dehidrasi merupakan hilangnya zat terlarut dan air dalam jumlah
yang banyak. Dehidrasi dapat mempengaruhi kerja organ cardio vascular dan pengaturan
termoregulasi tubuh. Dehidrasi dapat menyebabkan tubuh cepat lelah, tidak bersemangat dan
mengganggu aktivitas kerja fisik . Penilaian status hidrasi sangatlah sulit. Terdapat beberapa
metode yang dapat untuk mengetahui kosentrasi air dalam tubuh menggunakan pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan sederhana. Pemeriksaan laboratorium berupa isotope tracer,
neutron activation analysis , bioelectrical impedance analysis, sedangkan pemeriksaan
sederhana melalui perubahan berat badan, hematological indices, urinary indices, dan tanda
klinis dan gejala. Metode penilaian ini memiliki kelebihan dan kekurangan untuk menilai
status hidrasi. Pemeriksaan laboratorium membutuhkan fasilitas dan tenaga ahli dalam
melakukannya, sedangkan pemeriksaan sederhana dapat dilakukan oleh non-tenaga medis
dan dapat dilakukan di lapangan. Pemeriksaan laboratorium memiliki spesifisitas dan
sensitivitas yang baik dibandingkan pemerikasaan sederhana. Pemeriksaan laboratorium
belum dapat menggambarkan status hidrasi seseorang. Dibutukan kombinasi pemeriksaan
sederhana dan laboratorium untuk menentukan keadaan status hidrasi seseorang.

Ada 2 metode pemberian cairan infus, yang dikenal juga dengan sebutan faktor tetes, yaitu
set makro dan set mikro.

 Set makro:
Untuk memberikan 1 mL cairan infus, dalam proses pemasangan infus, perawat akan
membuka lubang tetesan infus dengan diameter yang lebih besar, sehingga tetesan
yang keluar juga berjumlah lebih sedikit, yakni hanya 10-20 tetes.
 Set mikro:
Untuk memberikan 1 ml cairan infus, lubang tetesan infus hanya dibuka sedikit,
sehingga jumlah tetesan yang keluar juga lebih banyak, yakni 45-60 tetes.

Penentuan set makro atau mikro akan tergantung preferensi dan kebutuhan sesuai instruksi
dokter. Meski demikian, standar yang biasanya digunakan tergantung dari jenis cairan yang
harus dimasukkan ke dalam tubuh Anda.Jika cairan tersebut bening dan encer, perawat
mungkin memasang infus dengan jumlah 20 tetes/1 mL. Sementara itu, bila cairan infus lebih
kental seperti darah, Anda mungkin akan mendapat 15 tetes/1 mL.
Cara menghitung tetesan infus

Pasien pun bisa pelajari cara menghitung tetesan infus.


Pada pemberian tetesan infus dengan mesin otomatis, perawat tinggal melakukan input
jumlah cairan yang harus masuk ke tubuh Anda, dan waktu yang diperlukan untuk
memasukkannya ke dalam tubuh.Sementara itu, jika cairan infus dimasukkan secara manual,
maka cara menghitung tetesan infus dilakukan dengan mengetahui jumlah tetesan per menit
(TPM).Rumus perhitungan TPM sendiri adalah:
(faktor tetes x volume cairan) / (60 x lama pemberian dalam jam)Faktor tetes merupakan
salah satu elemen yang penting dalam cara menghitung tetesan infus yang perlu diketahui
oleh tenaga medis. Seperti dijelaskan di atas, perawat Anda bisa memilih set makro atau
mikro.Sebagai contoh, dokter menginstruksikan agar pasien menerima 500 mL cairan infus
dalam kurun 8 jam, sementara faktor tetes yang ditetapkan ialah 20. Dengan data ini, cara
menghitung tetesan infus yang harus diberikan pada pasien adalah:(500 x 20) / (60 x 8) =
20,83Artinya, Anda akan mendapat sekitar 20-21 tetes cairan infus dalam 1 menit sebelum
cairan di kantung infus habis dan diganti dengan yang baru.
Mengenal jenis cairan infus

Ada 4 jenis cairan infus yang biasa digunakan untuk pasien.


Setelah mengetahui cara menghitung tetesan infus, penting juga bagi Anda untuk mengenali
jenis cairan infus itu sendiri. Berdasarkan kegunaannya, jenis cairan infus sendiri dibagi
menjadi 4 kelompok, yaitu cairan pemeliharaan, cairan pengganti, cairan khusus, dan cairan
nutrisi.
1. Cairan pemeliharaan
Cairan infus ini biasanya diberikan untuk pasien yang tidak bisa memenuhi kebutuhan
elektrolit, tapi belum berada pada tahap kritis atau kronis.Tujuan pemberian cairan ini adalah
menyediakan cukup cairan dan elektrolit untuk memenuhi insensible losses (500-1000 mL),
mempertahankan status normal tubuh, dan memungkinkan ekskresi ginjal dari produk-produk
limbah (500-1500 mL).Jenis cairan infus yang dapat digunakan adalah NaCl 0,9%, glukosa
5%, glukosa salin, dan ringer laktat atau asetat. Pemberian cairan infus ini tetap harus dengan
rekomendasi dokter atau tenaga kesehatan yang kompeten.
2. Cairan pengganti
Cairan infus ini diberikan kepada pasien dengan kekurangan elektrolit serta permasalahan
redistribusi cairan internal.

Cairan ini biasanya diperlukan pasien yang mengalami masalah saluran pencernaan
(ileostomy, fistula, drainase nasogastrium, dan drainase bedah) atau saluran kencing
(misalnya saat pemulihan dari gagal ginjal akut).
3. Cairan khusus
Yang dimaksud cairan khusus adalah kristaloid semisal natrium bikarbonat 7,5% atau
kalsium glukonas. Tujuan pemberian cairan infus ini adalah meredakan gangguan
keseimbangan elektrolit yang terjadi pada tubuh.
4. Cairan nutrisi
Ketika pasien tidak mau makan, tidak boleh makan, atau tidak dapat makan melalui mulut,
cairan infus berisi nutrisi inilah yang akan dimasukkan ke dalam tubuh. Cairan nutrisi ini
diberikan jika pasien mengalami:

 Gangguan penyerapan makanan, seperti pada fistula enterokunateus, atresia


intestinal, kolitis infektiosa, maupun penyumbatan usus halus
 Kondisi yang mengharuskan usus beristirahat, seperti pada pankreatitis berat,
status preoperatif dengan malnutrisi berat, angina intestinal, stenosis arteri
mesenterika, dan diare berulang.
 Gangguan motilitas usus, seperti pada ileus yang berkepanjangan, pseudo-obstruksi,
dan skleroderma.
 Gangguan makan, muntah terus-menerus, gangguan hemodinamik, dan hiperemesis
gravidarum.
Apapun jenis cairannya, cara menghitung tetesan infus tetap sama, yakni menggunakan
rumus jumlah tetesan per menit (TPM).
CONTOH
1. Cairan infus

Kalian harus hafal faktor tetes antara makrodrip dan mikrodrip

Makrodip = 15 tetes dan 20 tetes

Mikrodrip = 60 tetes

Nah cairan mikrodrip juga disebut slang pediatric, dan digunakan untuk pemberian dengan
volume kecil atau volume dalam jumlah yang sangat tepat.

a. Tetes per menit (tpm)

Jumlah total cairan infuse (cc) X faktor tetes : lama waktu penginfusan (menit)

Contoh :

An. D mendapat terapi D5 1/4 Ns 400cc/24 jam, maka cairan tersebut harus di berikan berapa
tetes permenit ?

Jawab :

Jumlah total cairan infuse (cc) X faktor tetes : lama waktu penginfusan (menit) = 400 X
60 : 24 (60) = 6 tpm

Ingat anak jadi menggunakan mikrodrip

b.Rumus jika ditanya 1 fals habis dalam berapa jam ??

Jumlah cairan (1 fals) X faktor tetes ÷ Tpm (menit)

Contoh :

(Soal spt diatas )1 fals habis berapa jam

Jawab :
Jumlah cairan (1 fals) X faktor tetes ÷ Tpm (menit)

500 X 60 ÷ 6 (60) = 28 jam

Jadi dalam 1 fals infus habis dalam waktu 28 jam

2. Hitung dosis ampul , vial

Dalam menghitung dosis ampul atau vial kalian harus tau isi nya terlebih dahulu. Misal
cefotaxime dalam cefotaxime memiliki isi 1gr/ml. Nah biasanya kalian saat di RS ditanya
kalau yang dibutuhkan misal terapi cefotaxime 225 mg maka px dapat berpa cc ?

Ingat 1 gr = 1000mg

Maka 1 vial dioplos dg menggunakan spuit 10 cc tujuannya biar gampang menghitung nya
==> 1000 ÷ 10 = 100 mg

Jadi 1 cc cefotaxime = 100 mg

Dibutuhan 225 mg = 2cc + 2stp

Contoh lain :

An. G dapat terapi gastridin 10 mg dioplos berapa dan dapat berap ?

Jawab :

1 amp gastridin = 25mg/2ml = 50 mg/ ml

Dioplos dengan spuit 10 cc = 50mg ÷ 10 = 5 mg

1 cc gastridin mengandung 5 mg

Perintah 10 mg = mendaptkan 2 cc

Contoh lain :

An. G dapat terapi dazolin 120 mg dapat berapa cc ?

Nah yang ini beda dazolin isinya metronidazole dan mempunyai kandungan 100cc isi 500mg
Jawab :

Disini menggunkan rumus

Perintah dokter ÷ isi X pelarut

120 mg ÷ 500 X 100 = 24 cc

Anda mungkin juga menyukai