Anda di halaman 1dari 18

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

RESUME PENGAMBILAN SPESIMEN URINE, FESES DAN SPUTUM

NAMA : BELLA AYU NURLITA SARI


NIM : 1915401001
PRODI : S1 KEBIDANAN

1
1. Spesimen urine
Urinalisis adalah salah satu tes laboratorium yang paling umum. Keuntungan dari
urinalisis adalah bahwa tes ini non-invasif, spesimen mudah didapatkan, hasil dapat
diperoleh dengan cepat, dan murah. Informasi dari urinalisis meliputi warna, berat
jenis pH, dan adanya protein, sel darah merah dan sel darah putih, urobilinogen,
bakteri, silinder (cast), dan kristal. Urine yang tidak normal menunjukkan adanya
protein, bilirubin, urobilirubin, glukosa, keton, bakteri, atau asterase leukosit. Sedikit
sel darah merah dan sel darah putih, silinder, dan Kristal adalah temuan normal.
Perawat bertanggung jawab untuk mengumpulkan spesimen urine untuk sejumlah
pemeriksaan. Spesimen urine bersih untuk urinalisis rutin, spesimen urine tamping-
bersih atau pancar tengah untuk untuk kultur urine, dan spesimen urine
sewaktu/sesuai waktu untuk berbagai pemeriksaan bergantung masalah kesehatan
spesifik pada klien.
a. Spesimen urine rutin
Spesimen urine bersih bisaanya adekuat untuk pemeriksaan rutin. Banyak klien
mampu untuk mengumpulkan spesimen urine bersih dan mendapatkan spesimen
secara mandiri dengan petunjuk yang minimal. Klien pria bisaanya mampu untuk
berkemih secara langsung ke wadah spesimen dank lien wanita bisaanya duduk
atau jongkok pada kloset, meletakkan wadah di antara tungkai selama berkemih.
Pengumpulan spesimen urine rutin bisaanya menggunakan spesimen urine dari
kemih pertama di pagi hari, karena cenderung memiliki konsentrasi yang lebih
tinggi dan lebih seragam, serta pH yang lebih asam dibandingkan urine
selanjutnya sepanjang hari.
b. Spesimen urine sesuai waktu
Beberapa pemeriksaan urine memerlukan pengumpulan semua urine yang
dihasilkan dan dikeluarkan dalam periode waktu tertentu, dengan rentang waktu
satu atau dua jam hingga 24 jam. Spesimen sewaktu bisaanya dibekukan atau
dimasukkan pada wadah yang berpengawet untuk mencegah pertumbuhan bakteri
atau perubahan komponen urine. Beberapa pemeriksaan yang menggunakan
spesimen urine sesuai waktu bertujuan untuk:
- Mengkaji kemampuan ginjal memekatkan dan mengencerkan urine.

2
- Menentukan gangguan metabolism glukosa, misalnya diabetes mellitus.
- Menentukan kadar unsur tertentu, misalnya albumin, amilase, kreatinin,
urobilinogen, hormon tertentu seperti estriol atau kortikosteroid di dalam
urine.
c. Spesimen tampung-bersih
Spesimen urine pancar tengah atau tamping bersih dikumpulkan bila diminta
pemeriksaan kultur urine untuk mengidentifikasi mikroorganismee penyebab
infeksi saluran kemih. Kehati-hatian dilakukan untuk memastikan spesimen
terbebas dari kontaminasi mikroorganismee di sekitar meatus urinary.

2. Spesimen feses
Analisis spesimen feses dapat memberiikan informasi tentang kondisi kesehatan
klien. Beberapa tujuan pemeriksaan feses meliputi:
a. Untuk menentukan adanya darah samar (tersembunyi). Perdarahan dapat terjadi
akibat adanya ukus, penyakit inflamasi, atau tumor. Pemeriksaan untuk darah
samar dapat dilakukan dengan uji guaiac, Hematest, atau slide Hemoccult.
Makanan tertentu, obat, dan vitamin C dapat menjadikan hasil pemeriksaan tidak
akurat. Hasil positif yang palsu dapat terjadi bila klien baru saja memakan daging
merah, sayuran atau buah-buahan mentah, atau obat-obatan tertentu yang dapat
mengiritasi mukosa lambung dan mengakibatkan pendarahan, seperti aspirin atau
obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID). Hasil negative yang palsu dapat terjadi
bila klien mengonsumsi lebih dari 250 mg vitamin C.
b. Untuk menganalisis produk diet dan sekresi digestif. Sebagai contoh, jumlah
lemak yang berlebihan pada feses (steatore) dapat mengindikasikan absorbsi
lemak yang terganggu pada usus halus. Sedangkan penurunan jumlah empedu
pada mengindikasikan obstruksi aliran empedu dari hati dan kandung empedu ke
dalam usus.
c. Untuk mendeteksi adanya telur dan parasit. Ketika mengumpulkan spesimen
untuk pemeriksaan parasit, sampel harus segera dibawa ke laboratorium saat
masih baru.

3
d. Untuk mendeteksi adanya bakteri dan virus. Pemeriksaan hanya membutuhkan
sedikit feses karena spesimen tersebut akan dikultur. Wadah atau tabung
penampung harus steril dan teknik digunakan saat mengumpulkan spesimen dan
segera mengirim spesimen ke laboratorium

Pemeriksaan laboratorium pada spesimen, seperti darah, sputum, urine, feses, sekresi
saluran napas, spesimen saluran genetalia, spesimen asupan, spesimen untuk biakan
anaerob, bahan biopsi/jaringan, dan drainase luka akan memberikan informasi tambahan
yang penting untuk mendiagnosis masalah kesehatan serta mengukur respon terhadap
terapi. Perawat sering diberi tanggung jawab untuk mengumpulkan spesimen. Berikut
merupakan tanggung jawab perawat dalam pengumpulan spesimen:
1. Berikan kenyamanan, privasi, dan keamanan bagi klien karena mungkin saja klien
merasa malu atau tidak nyaman saat pengambilan spesimen.
2. Jelaskan tujuan pengumpulan spesimen dan sedikit dan secara umum prosedur
pengambilan spesimen, karena keterangan yang jelas akan membuat klien untuk bisa
diajak bekerja sama dalam pengambilan spesimen.
3. Gunakan prosedur yang benar untuk mendapatkan spesimen. Untuk mencegah
kontaminasi yang dapat menyebabkan hasil tes yang tidak akurat, maka perawat
harus menggunakan teknik aseptic.
4. Perhatikan informasi yang relevan pada slip permintaan laboratorium, misalnya obat
yang sedang digunakan klien yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan,
5. Segera bawa spesimen ke laboratorium karena spesimen yang segar akan
memberiikan hasil yang akurat.
6. Laporkan hasil pemeriksaan laboratorium kepada klien.

4
3. Spesimen sputum
a. Pemeriksaan sputum
Sputum dikumpulkan untuk pemeriksaan dalam mengidentifikasi organismee
patogenik dan menentukan apakah terdapat sel-sel malignan atau tidak. Aktivitas
ini juga digunakan untuk mengkaji sensitivitas (di mana terdapat peningkatan
eosinofil). Pemeriksaan sputum secara periodik mungkin diperlukan untuk klien
yang mendapatkan antibiotik, kortikosteroid, dan medikasi imunosupresi dalam
jangka panjang, karena preparat ini dapat menimbulkan infeksi oportunistik.
Secara umum, kultur sputum digunakan dalam mendiagnosis untuk pemeriksaan
sensitivitas obat dan sebagai pedoman pengobatan. Spesimen seperti ini, harus
diperlakukan sebagai bahan biologis yang berbahaya dan harus dibuang dengan
cara yang tepat, untuk mencegah bau, semua wadah sputum di tutup dan higiene
oral yang sering adalah prioritas tindakan keperawatan untuk klien. Pemeriksaan
sputum bisaanya diperlukan jika diduga adanya penyakit paru. Membran mukosa
saluran pernapasan berespon terhadap inflamasi dengan mengingkatkan keluaran
sekresi yang sering mengandung organismee penyebab. Perhatikan dan catat
volume, konsistensi, warna dan bau sputum. Adapun pemeriksaan sputum
mencakup pemeriksaan:
- Pewarnaan gram, yang bisaanya memberikan cukup informasi tentang
organismee yang cukup untuk menegakan diagnosis presumtif.
- Kultur sputum, yang mengidentifikasi organisme spesifik untuk menegakan
diagnosa definitif. Untuk keperluan pemeriksaan ini, sputum harus
dikeluarkan sebelum dilakukan terapi antibiotik dan setelahnya untuk
menentukan kemajuan terapi.
- Sensitifitas, berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik dengan
mengidentifikasi antibiootik yang mencegah pertumbuhan organismee yang
terdapat dalam sputum. Untuk pemriksaan ini, sputum juga dikumpulkan

5
sebelum pemberian antibiotik. Pemeriksaan sputum dan sensitifitas bisaanya
diinstruksikan secara bersamaan.
- Basil tahan asam (BTA), menentukan adanya mikrobakterium tuberkulosis,
yang setelah dilakukan perawatan bakteri ini tidak mengalami perubahan
warna oleh alkohol asam.
- Sitologi, membantu dalam mengidentifikasi karsinoma paru. Sputum
mengandung runtuhan sel dari percabangan trakheobronkhial, sehingga
mungkin saja terdapat sel-sel malignan (sel-sel malignan menunjukkan
adanya karsinoma). Namun, tidak terdapatnya sel-sel ini bukan berarti tidak
ada tumor.
- Pemeriksaan kualitatif harus sering dilakukan untuk menentukan apakah
sekresi merupakan saliva, lendir, pus, atau bukan. Jika bahan yang
diekspektorat berwarna kuning-hijau bisaanya menandakan infeksi parenkim
paru (pneumonia).
- Tes kuantitatif, klien diberikan wadah yang khusus untuk mengeluarkan
sekret. Wadah ini ditimbang pada akhir 24 jam. Jumlah serta karakter isinya
dicatat dan diuraikan.
b. Pengumpulan sputum
Jika sputum tidak dapat keluar secara spontan, klien sering dirangsang batuk
dalam dengan menghirup aerosol salin yang sangat jenuh, glikol propilen yang
mengiritasi, atau agen lainnya yang diberikan dengan nebuliser ultrasonik.
Metode lainnya dari pengumpulan spesimen sputum, adalah aspirasi
endotrakheal, pembuangan dengan bronkhoskopi, penyikatan bronkhial, aspirasi
transtrakheal, dan aspirasi lambung, yang bisaanya dilakukan untuk
mengumpulkan organismee tuberkulosis. Sebaiknya klien diinformasikan tentang
pemeriksaan ini sehingga akan dapat dikumpulkan sputum yang sesuai untuk
pemeriksaan ini. Instruksikan klien untuk mengumpulkan hanya sputum yang
berasal dari paru-paru. Karena sering kali jika klien tidak dijelaskan demikian,
klien akan mengumpulkan saliva dan bukan sputum. Sputum yang diambil pagi
hari bisaanya adalah sputum yang paling banyak mengandung organismee

6
produktif. Bisaanya dibutuhkan sekitar 4 ml sputum untuk suatu pemeriksaan
laboratorium. Implikasi keperawatan untuk pengumpulan sputum termasuk:
- Klien yang kesulitan dalam pembentukan sputum atau mereka yang sangat
banyak membentuk sputum dapat mengalami dehidrasi, sehingga perlu untuk
memperbanyak asupan cairan.
- Kumpulkan sputum sebelum makan dan hindari kemungkinan muntah karena
batuk.
- Instruksikan klien untuk berkumur dengan air sebelum mengumpulkan
spesimen untuk mengurangi kontaminasi sputum.
- Instruksikan klien untuk mengingatkan dokter segera setelah spesimen
terkumpul sehingga spesimen tersebut dapat dikirim ke laboratorium
secepatnya.

7
a. Pengambilan spesimen urine
Peralatan yang perlu disiapkan adalah:
- Baskom berisi air hangat
- Sabun
- Waslap
- Handuk
- Swab antiseptik atau bola kapas
- Wadah penampung spesimen steril
- Label wadah spesimen
- Pispot atau urinal
- Sarung tangan bersih
- Pena
b. Pengambilan spesimen feses
Peralatan yang perlu disiapkan adalah:
- Pispot atau commode yang bersih atau steril
- Sarung tangan dispsabel
- Wadah spesimen dari plastic atau karton (berlabel) dengan penutup
- Dua spatel
- Handuk kertas
- Slip permintaan laboratorium yang terisi lengkap
- Penyegar udara
Pemeriksaan feses untuk darah samar
- Pispot atau commode bersih
- Sarung tangan disposable
- Dua spatel
- Handuk kertas
- Alat periksa

8
c. Pengambilan spesimen sputum
Peralatan yang perlu disiapkan adalah:
- Baraskot dan masker
- Kaca mata pelindung
- Panangkap sputum steril
- Alat pengisap
- Salin steril dalam wadah steril dan slang yang telah diisi untuk irigasi
- Kantong dan label spesimen
- Sarung tangan steril
- Sarung tangan tidak steril

PROSEDUR PENGAMBILAN
a. Prosedur pengambilan spesimen urine
- Cuci tangan. Rasionalnya untuk mengurangi perpindahan

mikroorganismee.
- Jelaskan prosedur pada klien. Rasionalnya untuk menurunkan ansietas.

- Berikan privasi. Rasionalnya untuk mengurangi rasa malu.

- Cuci area perineal dengan sabun dan air, bilas, dan keringkan.

Rasionalnya untuk mengurangi mikroorganismee pada area perineal.


- Bersihkan meatus dengan larutan antiseptik dengan cara yang sama

untuk kateterisasi pria dan wanita. Rasionalnya untuk mengurangi mikroorganismee


pada lubang uretral.
- Minta klien untuk mulai berkemih. Rasionalnya untuk meneluarkan

organismee dari lubang uretral.

9
- Begitu urine mulai mengalir, tempatkan wadah spesimen di bawahnya

untuk mendapatkan urine sebanyak 30 mL. Rasionalnya untuk mendapatkan urine


yang paling sedikit terkontaminasi.
- Angkat wadah sebelum klien berhenti berkemih. Rasionalnya untuk

mencegah organismee di akhir aliran menetes ke dalam wadah.


- Biarkan klien menyelesaikan berkemih dengan menggunakan urinal

atau pispot.
- Cuci kembali area perineal jika antiseptik yang digunakan

menghasilkan warna.
- Beri label wadah spesimen yang bertuliskan tanggal dan waktu serta

informasi identitas klien.


- Buang alat dan sarung tangan. Rasionalnya untuk mengurangi

penyebaran infeksi.
- Cuci tangan. Rasionalnya untuk mengurangi kontaminasi.

b. Prosedur pengambilan spesimen tinja/feses


- Jelaskan kepada klien apa yang akan kita lakukan, mengapa hal tersebut

perlu dilakukan, dan bagaimana klien dapat bekerja sama.


- Berikan informasi dan instruksi kepada klien bahwa jangan sampai

spesimen terkontaminasi dengan urine atau rabas menstruasi. Jika memungkinkan,


berkemih dahulu sebelum mengumpulkan spesimen dan jangan membuang tisu toilet
ke dalam pispot setelah defekasi, karena kandungan kertas dapat mempengaruhi
analisis laboratorium, serta memberii tahu perawat secepat mungkin setelah defekasi
agar spesimen dapat segera dikirim ke laboratorium.
- Jaga privasi klien.

- Bantu klien yang memerlukan bantuan, dengan cara mendekatkan

commode atau pispot ke tempat klien. Setelah klien defekasi tutup pispot atau

10
commode untuk mengurangi bau dan rasa malu pada klien, serta memakai sarung
tangan untuk mengurangi kontaminasi pada tangan saat memberisihkan klien sambil
menginspeksi kulit sekitar anus untuk memeriksa adanya iritasi, terutama bila klien
sering defekasi dan fesesnya cair.
- Pindahkan sejumlah feses yang diperlukan ke dalam wadah spesimen

feses dengan menggunakan satu atau dua spatel, dan tetap berhati-hati agar tidak
mengkontaminasi bagian luar wadah.
- Bungkus spatel yang sudah digunakan dengan handuk kertas sebelum

membuangnya ke dalam wadah pembuangan. Rasionlanya untuk mencegah


penyebaran mikroorganismee melalui kontak dengan benda lain.
- Tutup wadah dengan segera setelah spesimen berada dalam wadah.

Resionalnya untuk mencegah penyebaran mikroorganismee.


- Pastikan klien dalam keadaan nyaman dengan mengosongkan pispot

atau commode, dan letakkan kembali ke tempatnya.


- Lepaskan dan buang sarung tangan.

- Gunakan penyegar udara untuk menghilangkan bau, kecuali

dikontraindikasikan untuk klien.


- Beri label dan kirimkan spesimen ke laboratorium.

- Dokumentasikan hal-hal yang relevan.

Pemeriksaan feses untuk darah samar


- Pilih alat periksa

- Pakai sarung tangan

- Dapatkan spesimen dengan spatel dan usapkan spesimen feses pada

kertas uji.
- Ikuti petunjuk pabrik. Sebagai contoh:

11
i. Untuk uji guaiac, teteskan reagen ke atas kertas uji/spesimen.
ii. Untuk Hematest, letakkan tablet di tengan spesimen dan tambahkan dua
tetes air.
iii. Untuk slide Hemoccult, teteskan reagen ke atas kertas uji/spesimen.
- Perhatikan reaksi, dimana untuk semua pemeriksaan, warna biru

mengindikasikan hasil positif, yaitu adanya darah samar.

c. Prosedur pengambilan spesimen sputum terisap


- Jelaskan prosedur kepada klien. Rasionalnya untuk mengurangi

ansietas.
- Cuci tangan dan atur peralatan. Rasionalnya untuk mengurangi

perpindahan mikroorganismee dan meningkatkan efisiensi.


- Pakai sarung tangan bersih, goggle, baraskot, dan masker. Rasionalnya

untuk melindungi perawat dari kontak dengan sekresi.


- Siapkan peralatan pengisapan untuk tipe pengisapan yang akan

dilakukan. Rasionalnya untuk meningkatkan efisiensi.


- Buka kemasan wadah yang akan dipakai untuk menaruh sputum.

- Lepaskan wadah sputum dari penutup kemasan dan sambungkan slang

pengisap ke slang penampung pendek. Rasionalnya untuk membuat pengisapan


untuk aspirasi sekresi.
- Gunakan sarung tangan steril pada tangan dominan. Rasionalnya untuk

mempertahankan sterilitas proses.


- Gulung kateter pengisap mengitari tangan steril. Rasionalnya untuk

mempertahankan control terhadap kateter.

12
- Pegang lubang pangisap kateter dengan tangan steril dan pegang slang

karet dari wadah sputum dengan tangan yang tidak steril, sambungkan pengisap ke
tempat sputum akan ditampung. Rasionalnya untuk mempertahankan sterilitas
prosedur.
- Isap sekresi klien sampai tertampung dalam slang dan wadah sputum.

Jika sekresi kental dan perlu dibuang dari keteter, isap sedikit salin normal sampai
spesimen dibersihkan dari slang. Rasionalnya untuk mendapatkan spesimen dan
memudahkan penampungan spesimen sputum yang kental.
- Jika jumlah sputum yang ditampung tidak cukup, ulangi proses

pengisapan. Rasionalnya untuk menjamin spesimen adekuat.


- Dengan menggunakan sarung tangan yang tidak steril, lepaskan

sambungan pengisap daei wadah sputum


- Lepaskan sambungan kateter pengisap dan wadah sputum, pertahankan

sterilitas lubang control kateter pengisap, slang penampung, dan sarung tangan.
Rasionalnya untuk mempertahankan sterilitas keteter untuk pengisapan selanjutnya,
jika diperlukan.
- Sambungkan kembali slang pengisap ke keteter dan lanjutkan proses

pengisapan, jika diperlukan. Rasionalnya untuk memberisihkan sekresi sisa dari jalan
napas.
- Buang kateter pengisap dan sarung tangan steril jika pengisapan telah

selesai. Rasionalnya untuk mencegah penyebaran mikroorganismee.


- Sambungkan slang karet ke lubang pengisap wadah sputum.

Rasionalnya untuk menutup spesimen.


- Masukkan spesimen ke dalam kantong plastic (sesuai kebijakan

pelayanan) disertai label bertuliskan nama klien, tanggal, waktu, dan inisial perawat.
Rasionalnya untuk menjamin ketepatan identifikasi spesimen.

13
- Buang peralatan. Rasionalnya untuk mencegah penyebaran

mikroorganismee.
- Bantu klien ke posisi yang nyaman. Rasionalnya untuk memudahkan

kenyamanan klien.
- Cuci tangan. Rasionalnya untuk menurunkan penyebaran infeksi.

Cara manual:
- Cuci tangan.

- Jelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan prosedur yang akan

dilakukan.
- Anjurkan pasien untuk membatukkan dahak ke dalam penampung

sputum.
- Ambil dahak kurang lebih 5 cc, kemudian masukkan ke dalam botol.

- Botol diberikan etiket dan bersama dengan formulir pemeriksaan yang

diisi lengkap segera kirim ke laboratorium.


- Bila kultur untuk pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA), ikuti instruksi

yang ada pada botol penampung. Bisaanya sputum yang diperlukan adalah 5-10 cc,
yang dilakukan secara 3 hari berturut-turut.
- Cuci tangan.

hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan spesimen!


Pembahasan:
a. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan spesimen urine adalah
pengkajian, evaluasi apakah hasil yang diharapkan tercapai atau tidak, dan
dokumentasinya. Tujuan dari penampungan spesimen urine adalah mendapatkan
spesimen urine dengan teknik aseptic untuk analsis mikrobiologis. Pengkajian harus
berfokus pada karakteristik urine, gejala yang berkaitan dengan infeksi saluran kemih

14
(misalnya nyeri atau ketidaknyamanan pada saat berkemih, atau frekuensi perkemihan),
peningkatan suhu, kemampuan klien dalam mengikuti instruksi untuk mendapatkan
spesimen, waktu penampungan spesimen, serta asupan cairan dan haluaran cairan. Hal
yang perlu dicatat dalam catatan dokumentasi adalah tanda atau gejala infeksi
perkemihan, jumlah, warna, bau, dan konsistensi urine yang didapat, waktu pengambilan
spesimen, jumlah total yang dikeluarkan, penyuluhan yang dilakukan mengenai teknik
pembersihan genetalia. Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengambilan
spesimen urine adalah urine tidak boleh dibiarkan pada suhu ruangan karena akan
berubah menjadi alkalin, akibat terkontaminasi bakteri pengubah urea dari lingkungan,
kemudian pemeriksaan mikroskopik perlu dilakukan dalam waktu ½ jam sesudah
pengambilan spesimen untuk mencegah dissolusi elemen seluler dan pertumbuhan
bakteri (kecuali jika telah menggunakan metode steril). Waktu ideal dalam pengambilan
spesimen urine adalah pada pagi hari karena pada saat ini, mikroorganismee penginfeksi
berada dalam jumlah terbanyak, dan pembeda antara temuan yang secara klinis
bermakna dengan yang tidak bermakna akan lebih mudah.
b. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan spesimen tinja adalah
pengkajian, evaluasi apakah hasil yang diharapkan tercapai atau tidak, pertimbangan
sesuai usia dan dokumentasinya. Pengkajian berfokus pada program khusus mengenai
penampungan spesimen, karakteristik feses, asupan diet makanan atau obat yang dapat
mengubah keabsahan uji laboratorium, dan asupan obat yang dapat menyebabkan
pendarahan samar. Yang dimaksud dengan pertimbangan sesuai usia adalah untuk
mengumpulkan spesimen feses bayi, maka feses dapat diambil dari popoknya. Hal yang
tercatat dalam catatan dokumentasi adalah identitas klien, jumlah, warna, bau, dan
konsistensi feses yang didapatkan, serta waktu penampungan spesimen,
ketidaknyamanan selama atau sesudah defekasi, keadaan kulit perineal, adanya
pendarahan dair anus setelah defekasi, dan untuk pemeriksaan darah samar, catat tipe
alat pemeriksaan yang digunakan dan reaksi yang terjadi.

c. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan spesimen sputum


adalah pengkajian, identifikasi hasil dan perencanaan, evaluasi apakah hasil yang

15
diharapkan tercapai atau tidak, dan dokumentasinya. Tujuan dari pengambilan spesimen
skutum adalah untuk mendapatkan spesimen sputum yang nantinya dianalisis sambil
meminimalkan resiko kontaminasi. Hasil yang diharapkan adalah jalan napas bersih dari
sekresi dan mendapatkan spesimen sputum yang tidak terkontaminasi. Pengkajian harus
berfokus pada: (i) instruksi dokter mengenai tes dan metode yang harus dilakukan untuk
mendapatkan spesimen, (ii) bunyi napas menunjukkan kongesti dan membutuhkan
pengisapan, dan (iii) catatan perawat dan ahli terapi pernapasan terdahulu untuk
menentukan adanya sekresi kental atau kesulitan dalam memasang kateter (nasofaring
atau nasotrakeal). Identifikasi hasil dan perencanaannya adalah klien akan
mempertahankan kebersihan jalan napas dan mendapatkan pengobatan yang tepat
berdasarkan spesimen sputum yang tidak terkontaminasi. Hal-hal berikut harus tercatat
dalam catatan dokumentasi:
- Tanggal, waktu, dan tipe penampungan spesimen
- Tipe pengisapan yang dilakukan
- Jumlah dan karakter sekresi
- Toleransi klien terhadap respon

16
Kesimpulan

Salah satu cara menanggulangi penyakit infeksi adalah dengan menentukan penyebab dan
kemudian memberi terapi yang rasional berdasarkan hasil uji laboratorium. Dalam hal ini
peranan laboratorium sebagai penentu maupun penunjang diagnosis dan terapi penyakit
infeksi sangat penting. Dalam hal ini, hasil pemeriksaan mikrobiologik sangat tergantung
oleh kualitas spesimen yang diambil, di mana kualitas ini ditentukan oleh metode
pengambilan dan proses transportasi ke baloratorium. Perlu diingat bahwa hasil
pemeriksaan mikrobiologik negative tidak selalu berarti bahwa diagnosis tersebut salah,
begitu pula sebaliknya. Kegagalan isolasi mikroorganisme penyebab infeksi sering
disebabkan oleh pengambilan dan pengiriman spesimen yang tidak benar atau teknik dan
cara kerja di laboratorium yang tidak tepat.

Saran
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, hasil pemeriksaan laboratorium mikrobiologik
sangat ditentukan oleh cara pengambilan, saat penagmbilan, dan seleksi specimen. Berikut
merupakan hal-hal yang dapat dilakukan agar dapat memperoleh hasil pemeriksaan yang
baik:
1. Bahan spesimen sedapat mungkin diambil dari lokasi yang paling besar
kemungkinan mengandung penyebab infeksi.
2. Pada lokasi tubuh yang dalam keadaan normal, hasil laboratorium
positif sebaiknya dikorelasikan dengan keterangan klinik, sehingga
mendapat suatu interpretasi yang bermakna.

17
3. Hasil laboratorium positif sangat bermakna bila diperoleh dari lokasi
tubuh yang dalam keadaan normal steril.

18

Anda mungkin juga menyukai