Anda di halaman 1dari 39

HomeMedisCara Menghitung Tetesan Infus Mikro Dan Makro

Cara Menghitung Tetesan Infus Mikro Dan


Makro
Thursday, April 13th, 2017 - Medis

Selamat datang di situs kami yang mengulas berbagai macam informasi terkait dengan cara
menghitung dari berbagai disiplin ilmu yang mungkin Anda butuhkan, Cara Menghitung Tetesan
Infus Mikro Dan Makro.

Rumus Tetesan Infus Setiap ahli medis harus tahu bagaimana cara menghitung tetesan infus
dengan tepat dan benar. Menghitung tetesan infus tidak boleh dilakukan sembarangan karena
bisa sangat berbahaya. Untuk itu harus memakai dasar karena ada cairan yang dimasukkan ke
dalam tubuh pasien.

Memang setiap pasien yang dehidrasi atau kehilangan cairan bisa dikembalikan lagi dengan cara
memberikan infus yang didalamnya terdapat natrium.
Tujuan dari penggunaan infus tersebut supaya cairan pada tubuh seseorang bisa tetap normal,
namun tentu saja ada tata caranya dan anda sebagai seseorang yang terjun di dunia kesehatan
harus tahu bagaimana cara menghitung tetesan infus.

Jika pasien kehilangan cairan maka bisa diperbaiki dalam waktu 2 hari, untuk hari pertama bisa
dimasukkan melalui mulut dan anus per infus. Jika diberikan infus dengan tetesan yang terlalu
cepat maka cukup berbahaya karena bisa menyebabkan keracunan dan kejang. Untuk itulah kita
harus benar-benar teliti dalam memberikannya.

Istilah yang sering digunakan dalam pemasangan infus

gtt= makro tetes


mgtt= mikro tetes
jumlah tetesan = banyaknya tetesan dalam satu menit

Rumus Tetap Tetesan Infus

1 gtt = 3 mgtt
1 cc = 20 gtt
1 cc = 60 mgtt
1 kolf = 1 labu = 500 cc
1 cc = 1 mL
mggt/menit = cc/jam
konversi dari gtt ke mgtt kali (x) 3
konversi dari mgtt ke gtt bagi (:) 3
1 kolf atau 500 cc/ 24 jam = 7 gtt
1 kolf atau 500 cc/24 jam = 21 mgtt
volume tetesan infus yang masuk per jam infus set mikro ialah = jumlah tetesan X 1
volume tetesan infus yang masuk per jam infus set makro ialah = jumlah tetesan X 3

Rumus :
Untuk lebih memahami, kita harus terlebih dahulu mengetahui rumus untuk menghitung jumlah
tetesan cairan dalam hitungan menit dan jam.

Rumus dasar dalam hitungan menit

Rumus dasar dalam jam


Faktor tetes rumus dewasa

Biasanya Untuk Faktor Tetes Dewasa : 20


Faktor Tetes anak : 60

Contoh soal
Seorang pasien datang ke rumah sakit dan membutuhkan 500 ml RL cair. Bagaimana infus
diperlukan jika kebutuhan cairan pasien harus dicapai dalam 100 menit?

Mengingat:
Cairan = 500 ml (cc)
Waktu = 100 menit
Faktor tetes = 20 tetes

Jawaban:

Dengan demikian, pasien ini memerlukan infus untuk menghabiskan 100 hingga 500 ml cairan
dalam 100 menit menggunakan infus set Terumo.

Anak-anak (drip mikro)


Seperti orang dewasa, anak dengan berat badan kurang dari 7 kg membutuhkan infus set dengan
tetes faktor yang berbeda.
Tetes mikro, faktor tetes:
1 ml (cc) = 60 tetes / cc

Baca juga : Cara Menghitung Berat Badan Ideal Pria Dan Wanita

Penurunan rumus anak

Berikut adalah cepat kehilangan hasil formula dari rumus dasar (dalam jam) untuk pasien anak:
Lalu bagaimana mencari jumlah tetesan/ detik ? kita hanya tinggal merubah rumus dan
menggunakan angka angka yang ada.

Rumus :

Contoh Soal :
Jika soal diatas menyatakan bahwa tetesan per/ menit= 21 tetes/menit maka tetesan per detiknya
adalah ?

Jawaban : 1 menit= 60 detik, Jadi jika 21 tetes dalam waktu 60 detik maka hitungan perdetiknya
adalah : 60/21= 2,857 ( kalian bulatkan menjadi 3 ) jadi artinya dalam waktu 3 detik itu ada 1
tetes
Mudah kan ?

Untuk lebih mudah nya saya membuatkan patokan yang sudah di hitung, jadi rekan-rekan hanya
tinggal mengingatnya saja,

Untuk yang makro


20 tetes/menit=1cc = 60 cc/jam, Lamanya habis= 500 cc/60= 8,3 =8 jam (bulatkan )
15 tetes/menit= 11 jam
10 tetes permenit=17 jam artinya dalam waktu 1 jam=30 cc
5 tetes permenit= 33 jam
60 tetes/menit= 3 jam
40 tetes/menit= 4 jam
30 tetes/ menit= 6 jam

Untuk yang mikro


Silahkan di hitung sendiri saja yah sesuai rumus.
Sedikit patokan tambahan mengenai pola pemberian tetesan infus yang harus habis sebagai
berikut :
1 kolf = 500 cc = 7 tts/mnt, habis dalam 24 jam.
2 kolf = 1000 cc = 14 tts/mnt, 1 kolfnya habis dalam 12 jam, sehingga 24 jam habis 2 kolf.
3 kolf = 1500 cc = 20 tts/mnt, 1 kolfnya habis dalam 8 jam, sehingga 24 jam habis 3 kolf.
4 kolf = 2000 cc = 28 tts/mnt, 1 kolfnya habis dalam 6 jam, sehingga 24 jam habis 4 kolf.
5 kolf = 2500 cc = 35 tts/mnt, 1 kolfnya habis dalam 4.5 jam, sehingga 24 jam habis 5 kolf.

Cara Menghitung Tetesan Infus

Menurut Purohito, cara menghitung tetesan infus per menit (TPM) secara sederhana adalah:
Tetes Per Menit = Jumlah cairan infus (ml)
(Makro) Lamanya infus (jam) x 3
Tetes Per Menit = Jumlah cairan infus (ml)
(Mikro) Lamanya infus (jam)

Contoh soal :
Berapa tetes per menit (TPM) jika cairan yang dimasukkan 500 ml dan habis dalam waktu 8
jam?

Jawab :
a. Bila faktor tetesan makro.
Tetes Per Menit = Jumlah cairan infus (ml)
(Makro) Lamanya infus (jam) x 3
Tetes Per Menit = 500 ml
(Makro) 8 jam x 3
Tetes Per Menit = 500
(Makro) 24
Tetes Per Menit = 20
(Makro)
Jadi, cairan tersebut harus diberikan 20 TPM.

b. Faktor tetesan mikro.


Tetes Per Menit = Jumlah cairan infus (ml)
(Mikro) Lamanya infus (jam)
Tetes Per Menit = 500 ml
(Mikro) 8 jam
Tetes Per Menit = 60
(Mikro)
Jadi, cairan tersebut harus diberikan 60 TPM.

Kegagalan Pemberian Cairan Per Infus


Biasanya cara menghitung tetesan infus yang salah bisa mengakibatkan kegagalan dalam
pemberian terapi cairan per infus. Kegagalan lain yang dapat terjadi dalam pemberian cairan
infus adalah:

Jarum tidak masuk ke dalam pembuluh darah balik (vena).


Jarum infus dan vena terjepit karena posisi tempat masuknya jarum dalam kondisi
menekuk.
Pipa penghubung udara tidak berfungsi.
Pipa infus terjepit atau terlipat.

Itulah sedikit tips bagaimana cara menghitung tetesan infus yang tepat dan benar, semoga bisa
membantu anda dalam mengetahui hal tersebut serta menambah wawasan kita.

Cara Cepat Menghitung Tetesan Infus

Gambar milik Michaelberry

Jika kita sedang berjaga, baik di IGD atau di ruangan, terkadang pasien datang seperti air bah.
Kita butuh me-manage pasien dengan cepat dan segera. Terutama yang paling penting adalah
menjaga sirkulasi tetap baik. Dalam keadaan hectic tersebut kita sudah tidak bisa lagi
menghitung manual kebutuhan cairan dan lain sebagainya. Kita dibutuhkan menghitung cepat
diluar kepala.

Oleh karena itu, saya membuat rangkuman singkat ini agar mempermudah teman-teman sejawat
dalam me-manage pasien. Semoga bermanfaat.

Rumus
Untuk memahami lebih lanjut, terlebih dahulu kita harus mengetahui rumus dasar menghitung
jumlah tetesan cairan dalam satuan menit dan dalam satuan jam:

Rumus dasar dalam satuan menit

Rumus dasar dalam satuan jam

Dewasa (macro drip)


Infus set macro drip memiliki banyak jenis berdasarkan faktor tetesnya. Infus set yang paling
sering digunakan di instalasi kesehatan Indonesia hanya 2 jenis saja. Berdasarkan merek dan
faktor tetesnya:

Merek Otsuka

faktor tetes = 15 tetes/ml

Merek Terumo

faktor tetes = 20 tetes/ml

Infus Blood set untuk tranfusi memiliki faktor tetes yang sama dengan merek otsuka, 15
tetes/menit.

Infus set macro drip dengan faktor tetes 10 tetes/menit jarang ditemui di Indonesia. Biasanya
hanya terdapat di rumah sakit rujukan pusat, rumah sakit pendidikan, atau rumah sakit
internasional.
Penurunan rumus dewasa
Berikut ini adalah rumus cepat hasil penurunan dari rumus dasar (dalam satuan jam), untuk
pasien dewasa:

o) Merek Otsuka

o) Merek Terumo

Contoh soal 1
Seorang pasien dengan berat 65 kg datang ke klinik dan membutuhkan 2.400 ml cairan RL.
Berapa tetes infus yang dibutuhkan jika kebutuhan cairan pasien mesti dicapai dalam waktu 12
jam? Di klinik tersedia infus set merek Otsuka.

Diketahui:
Cairan = 2.400 ml (cc)
Waktu = 12 jam
Faktor tetes Otsuka = 15 tetes/ml

Jawab:
Jadi, pasien tersebut membutuhkan 50 tetes infus untuk menghabiskan cairan 2400 ml dalam
waktu 12 jam dengan menggunakan infus set Otsuka.

Contoh soal 2
Seorang pasien datang ke RSUD dan membutuhkan 500 ml cairan RL. Berapa tetes infus yang
dibutuhkan jika kebutuhan cairan pasien mesti dicapai dalam waktu 100 menit? Di RSUD
tersedia infus set merek Terumo.

Diketahui:
Cairan = 500 ml (cc)
Waktu = 100 menit
Faktor tetes Terumo = 20 tetes/ml

Jawab:

Jadi, pasien tersebut membutuhkan 100 tetes infus untuk menghabiskan cairan 500 ml dalam
waktu 100 menit dengan menggunakan infus set Terumo.

Anak (micro drip)


Lain halnya dengan dewasa, anak dengan berat badan dibawah 7 kg membutuhkan infus set
dengan faktor tetes yang berbeda.
Micro drip

faktor tetes = 60 tetes/ml

Penurunan rumus anak


Berikut ini adalah rumus cepat hasil penurunan dari rumus dasar (dalam satuan jam) untuk
pasien anak:

Contoh soal anak


Seorang ibu datang membawa bayinya yang sakit ke IGD dengan keluhan diare lebih dari 5 kali.
Anak bayi tersebut membutuhkan cairan RL sebanyak 100 ml. Berapa tetes infus yang
dibutuhkan jika kebutuhan cairan pasien mesti dicapai dalam waktu 1 jam?

Jadi, pasien tersebut membutuhkan 100 tetes infus untuk menghabiskan cairan 100 ml dalam
waktu 1 jam dengan menggunakan infus set micro drip.

Menghitung lebih cepat dengan aplikasi


Android
Ingin menghitung tetesan infus lebih cepat dan praktis? Bisa. Dengan kemajuan teknologi,
menghitung tetesan infus dapat dilakukan dengan aplikasi sederhana dari smartphone Android.

Berikut adalah link mengenai aplikasi-aplikasi gratis Android untuk tenaga kesehatan; termasuk
aplikasi untuk menghitung tetesan infus: Aplikasi Gratis Android Yang Wajib Dimiliki Tenaga
Kesehatan
Kita tidak mengetahui kapan dan berapa jumlah pasien yang akan datang ke rumah sakit, adakalanya
pasien tiba-tiba menjadi banyak atau memangada bencana alam atau kecelakaan, dan semua tindakan
harus dilakukan infus, akan sangat menghambat jika kita lambat dalam menghitung tetesan yang sudah
di resepkan oleh dokter, Terutama yang paling penting adalah menjaga sirkulasi pasien tetap baik.
Dalam situasi sibuk kita tidak bisa lagi menghitung kebutuhan cairan manual dan sebagainya. maka dari
itu tenaga medis khususnya perawat membutuhkan penghitungan cepat di luar kepala.

maka dari itu, saya mencoba membuat ringkasan singkat ini dalam rangka berbagi kepada rekan-rekan
dalam mengelola pasien. Semoga bermanfaat.

Sebelum Menginjak pada Rumus-rumus kita harus tahu terlebih dahulu mengenai istilah istilah yang
biasa digunakan, walaupun di setiap rumah sakit berbeda nama akan tetapi ini hanya sebagai gambaran
saja.

Istilah yang sering digunakan dalam pemasangan infus

gtt= makro tetes


mgtt= mikro tetes
jumlah tetesan = banyaknya tetesan dalam satu menit

Rumus Tetap tetesan infus

1 gtt= 3 mgtt
1 cc = 20 gtt
1 cc = 60 mgtt
1 kolf = 1 labu = 500 cc
1 cc = 1 mL
mggt/menit = cc/jam
konversi dari gtt ke mgtt kali (x) 3
konversi dari mgtt ke gtt bagi (:) 3
1 kolf atau 500 cc/ 24 jam = 7 gtt
1 kolf atau 500 cc/24 jam = 21 mgtt
volume tetesan infus yang masuk per jam infus set mikro ialah = jumlah tetesan X 1
volume tetesan infus yang masuk per jam infus set makro ialah = jumlah tetesan X 3

Rumus :
Untuk lebih memahami, kita harus terlebih dahulu mengetahui rumus untuk menghitung jumlah tetesan
cairan dalam hitungan menit dan jam:

Rumus dasar dalam hitungan menit

Rumus dasar dalam jam

Faktor tetes rumus dewasa


Biasanya Untuk Faktor Tetes Dewasa : 20

Faktor Tetes anak : 60

Contoh soal
Seorang pasien datang ke rumah sakit dan membutuhkan 500 ml RL cair. Bagaimana infus diperlukan
jika kebutuhan cairan pasien harus dicapai dalam 100 menit?

Mengingat:
Cairan = 500 ml (cc)
Waktu = 100 menit
Faktor tetes = 20 tetes

Jawaban:
Dengan demikian, pasien ini memerlukan infus untuk menghabiskan 100 hingga 500 ml cairan dalam
100 menit menggunakan infus set Terumo.

Anak-anak (drip mikro)


Seperti orang dewasa, anak dengan berat badan kurang dari 7 kg membutuhkan infus set dengan tetes
faktor yang berbeda.
Tetes mikro, faktor tetes:
1 ml (cc) = 60 tetes / cc

Penurunan rumus anak


Berikut adalah cepat kehilangan hasil formula dari rumus dasar (dalam jam) untuk pasien anak:
berjaga-jaga

Lalu bagaimana mencari jumlah tetesan/ detik ? kita hanya tinggal merubah rumus dan menggunakan
angka angka yang ada.

Rumus nya Seperti ini :


Contoh Soal :

Jika soal diatas menyatakan bahwa tetesan per/ menit= 21 tetes/menit maka tetesan per detiknya
adalah ?

Jawaban : 1 menit= 60 detik, Jadi jika 21 tetes dalam waktu 60 detik maka hitungan perdetiknya adalah :
60/21= 2,857 ( kalian bulatkan menjadi 3 ) jadi artinya dalam waktu 3 detik itu ada 1 tetes

Mudah kan ?

Untuk lebih mudah nya saya membuatkan patokan yang sudah di hitung, jadi rekan-rekan hanya tinggal
mengingatnya saja,

Untuk yang makro

20 tetes/menit=1cc = 60 cc/jam, Lamanya habis= 500 cc/60= 8,3 =8 jam (bulatkan )


15 tetes/menit= 11 jam
10 tetes permenit=17 jam artinya dalam waktu 1 jam=30 cc
5 tetes permenit= 33 jam
60 tetes/menit= 3 jam
40 tetes/menit= 4 jam
30 tetes/ menit= 6 jam

Untuk yang mikro


Silahkan di hitung sendiri saja yah sesuai rumus :)

Sedikit patokan tambahan mengenai pola pemberian tetesan infus yang harus habis sebagai berikut :

1 kolf = 500 cc = 7 tts/mnt, habis dalam 24 jam.


2 kolf = 1000 cc = 14 tts/mnt, 1 kolfnya habis dalam 12 jam, sehingga 24 jam habis 2 kolf.
3 kolf = 1500 cc = 20 tts/mnt, 1 kolfnya habis dalam 8 jam, sehingga 24 jam habis 3 kolf.
4 kolf = 2000 cc = 28 tts/mnt, 1 kolfnya habis dalam 6 jam, sehingga 24 jam habis 4 kolf.
5 kolf = 2500 cc = 35 tts/mnt, 1 kolfnya habis dalam 4.5 jam, sehingga 24 jam habis 5 kolf.

Macam-macam Tingkat Kesadaran Menurut


GCS (Glasgow Coma Scale)
Kebidanan By Perawatan Kesehatan

PerawatanKesehatan.com Agar dapat mengidentifikasi setiap pasien maka seorang


tenaga kesehatan khususnya dokter, bidan, dan perawat diwajibkan untuk dapat
melakukan Cara mengukur GCS (Glasgow coma scale) & mengetahui macam-macam
tingkat kesadaran menurut GCS.

Macam-macam tingkat kesadaran menurut GCS:

Kompos mentis.

Kompos mentis adalah kondisi pasien sadar penuh baik terhadap lingkungan atau dirinya
sendiri.
Nilai GCS: 15 14.

Apatis.

Apatis adalah kondisi pasien dimana tampak acuh tak acuh & segan terhadap lingkungannya.
Nilai GCS: 13 12 .

Delirium.

Delirium adalah kondisi pasien mengalami penurunan kesadaran disertai dengan kekacauan
motoric dan siklus tidur bangun terganggu.
Nilai GCS: 11 10.

Somnolen.

Somnolen adalah kondisi pasien mengantuk yang dapat kembali pulih bila dirangsang, akan
tetapi bila rangsangan itu berhenti maka pasien akan tidur kembali.
Nilai GCS: 9 7.

Stupor (Sopor).

Stupor atau sopor adalah kondisi pasien mengantuk yang dalam.


Nilai GCS: 6 5.

Koma ringan (Semi koma).

Koma ringan adalah kondisi pasien mengalami penurunan kesadaran yang tidak memberikan
respon rangsang terhadap rangsang verbal, dan tidak mampu untuk dibangunkan sama sekali,
akan tetapi respon terhadap nyeri tidak adekuat dan reflek (pupil & kornea) masih baik.
Nilai GCS: 4.
Koma.

Koma adalah kondisi pasien mengalami penurunan kesadaran yang sangat dalam, dan tidak
terdapat respon pada rangsang nyeri dan juga tidak ada gerakan spontan.
Nilai GCS: 3.

Cukup sekian pembahasan tentang macam-macam tingkat kesadaran menurut GCS (Glasgow
Coma Scale). Bila artikel ini bermanfaat maka:

Read more at https://perawatankesehatan.com/macam-macam-tingkat-kesadaran-menurut-


gcs/#MPXbKt0CUVZFLVQi.99

Berikut macam-macam tingkat kesadaran :


Kompos mentis.

Definisi : Keadaan pasien sadar penuh, baik terhadap lingkungan maupun terhadap dirinya sendiri.

Gcs : 15-14.

Apatis.
Definisi : Keadaan pasien dimana tampak acuh

tak acuh dan segan terhadap lingkungannya.

Gcs : 13-12.

Delirium.
Definisi : Keadaan pasien mengalami penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik serta siklus tidur
bangun yang terganggu.

Gcs : 11-10.

Somnolen.
Definisi : Keadaan pasien mengantuk yang dapat pulih jika dirangsang, tapi jika rangsangan itu berhenti
pasien akan tidur kembali.

Gcs : 9-7.

Sopor (stupor).
Definisi : Keadaan pasien mengantuk yang dalam.

Gcs : 6-5.

Semi-koma (koma ringan).


Definisi : keadaan pasien mengalami penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons rangsang
terhadap rangsang verbal, serta tidak mampu untuk di bangunkan sama sekali, tapi respons terhadap
nyeri tidak adekuat serta reflek (pupil & kornea) masih baik.

Gcs : 4.

Koma.
Definisi : keadaan pasien mengalami penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak terdapat respons
pada rangsang nyeri serta tidak ada gerakan spontan.
Gcs : 3.

Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan. Dalam keperawatan kritis,
pengkajian pada sistem saraf tetap diawali dengan pengkajian pada Airway, Breathing,
Circulation, Disability, Exposure (ABCDE). a. Pengkajian Status Mental 1) Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran merupakan indikator utama adanya perubahan status neurologi pasien karena
berhubungan dengan fungsi hemisfer cerebral dan reticular acticity system (RAS). Untuk
mengkaji tingkat kesadaran dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Cara kuantitatif
yang sering digunakan adalah dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS). Ada tiga
parameter yang dilihat pada pemeriksaan kesadaran menggunakan GCS, yaitu respon membuka
mata, respon verbal dan respon motorik. Berikut adalah penilaian tingkat kesadaran
menggunakan GCS (Tarwoto, Wartonah & Suryati, 2007) : Tabel 1. GCS (Glasgow Coma Scale)

2) Orientasi Orientasi merupakan kemampuan untuk mengaitkan keadaan sekitar dengan


pengalaman lampau. Untuk mengkaji orientasi pasien, perawat bisa menanyakan tentang tempat,
waktu, orang dan situasi. Misal: Siapakah nama pasien?, Hari apakah sekarang?, Dimanakah
posisi pasien sekarang?, dst. b. Pemeriksaan Saraf Kranial Berikut adalah cara pemeriksaan saraf
kranial pada pasien (Tarwoto, Wartonah & Suryati, 2007). 1) Olfaktorius (I) Fungsi : Penciuman,
penghidu Cara pemeriksaan : Anjurkan klien menutup salah satu lubang hidung Anjurkan
menebak bau yang diberikan dengan menutup mata klien Lakukan hal tersebut pada kedua
lubang hidung pasien. 2) Optikus (II) Fungsi : Tajam penglihatan dan lapang pandang Cara
Pemeriksaan : Pemeriksa berdiri di belakang klien Telunjuk jari pemeriksa digerakand ari
belakang ke depan Anjurkan klien mengangkat tangan bila telah melihat tangan pemeriksa 3)
Okulomotorius, troklearisdan, abducen (III,IV,VI) Fungsi : Keadaan pupil, pergerakan bola,
mata dan kelopak mata Cara Pemeriksaan : Pemeriksa berdiri didepan klien Anjurkan klien
mengikuti jari tangan pemeriksa N III sudut lateral atas dan sudut medial atas, sudut lateral
bawah dan medial N VI Lateral N IV sudut medial bawah 4) Trigeminus (V) Fungsi : Sensasi
wajah, rasa pada lidah bagian belakang, kekuatan otot mengunyah, reflek kornea. Cara
Pemeriksaan : Anjurkan klien menutup mata, pemeriksa memberikan sentuhan halus, tajam dan
tumpul di area wajah, suruh klien menebak rasa dan tempat sentuhan Pemeriksa berdiri
dibelakang klien, letakan tangan di depan telinga untuk memeriksa otot temporo mandibula
Pemeriksa berdiri di samping klien, sentuh kornea dengan ujung tisu. Nilai reflek 5) Fasialis
(VII) Fungsi : Ekspresi wajah, otot, otot wajah, sensasi lidah 2/3 bagian depan Cara Pemeriksaan
: Anjurkan klien untuk tersenyum, bersiul, meringis, menggembungkan pipi Beri rasa pada
lidah bagian depan, anjurkan klien menebak rasa 6) Akustikus (VIII) Fungsi : Pendengaran (Test
Weber dan Rinne) dan keseimbangan Cara Pemeriksaan : Lakukan tes Rinne: bunyikan garpu
tala, letakan tepat ditengah parietal. Tanyakan apakah ada pendengaran yang lebih tajam?
Lakukan tes koordinasi jari-hidung: anjurkan klien menutup mata gerakan jari dari hidung ke jari
tangan yang lain 7) Glososfaringius (IX) Fungsi : Kemampuan menelan, pergerakan lidah Cara
Pemeriksaan : Anjurkan klien membuka mulut, anjurkan lidah bergerak atas-bawah, kanan-kiri
Anjurkan klien meminum 2 sendok air 8) Vagus (X) Fungsi : Sensasi faring, laring, dan
kemampuan menelan Cara Pemeriksaan : Anjurkan klien menelan ludah Pemeriksa berdiri di
belakang klien, lalu raba dan rasakan pergerakan faring klien saat menelan. 9) Accesorius (XI)
Fungsi : Pergerakan kepala, otot leher dan bahu Cara Pemeriksaan : Pemeriksa berdiri
dibelakang klien, letakan kedua tangan pemeriksa diatas bahu klien, anjurkan klien melawan
Anjurkan klien berpaling kearah kanan, letakan tangan aknan pemeriksa di pipi kiri, dan berikan
tahanan, anjurkan klien melawan tangan pemeriksa, letakan tangan kiri pemeriksa di otot
sternokleideomastoideus, rasakan regangan 10) Hipoglosus (XII) Fungsi : Kekuatan lidah
(artikulasi, gerakan lidah) Cara Pemeriksaan : Anjurkan klien menjulurkan lidah, lihat pakah
ada tremor atau tidak Anjurkan klien mengucapkan huruf d t n r c. Pengkajian
Kekuatan Otot Kekuatan otot dapat diukur dengan menggunakan skala 0-5 pada lokasi otot yang
akan dinilai. Kekuatan otot diukur dan dibandingkan antara ekstremitas bagian kanan dan kiri
(Batticaca, 2011). Tabel 2. Pemeriksaan kekuatan otot

d. Pemeriksaan Refleks Ada beberapa pemeriksaan reflek yang biasa dilakukan pada
pemeriksaan sistem neurologi, yaitu : Reflek Bisep 1. Reflek Trisep 2. Reflek patella 3. Reflek
Aschilles 4. Reflek Patologis (Babinski, Oppenheim, gordon, Schaefer, Gonda, Chaddock)
Gambar 1 : Cara Pemeriksaan Refleks e. Pemeriksaan Rangsang Meningeal Ada beberapa tanda
rangsang meningeal yang dijumpai saat melakukan pemeriksaan pada pasien dengan gangguan
neuorologi, diantaranya : 1. Kaku Kuduk 2. Tanda Laseque 3. Tanda Kernig 4. Tanda Brudinski
I 5. Tanda Brudinski II
Cara Membaca Hasil Laboratorium | Nilai Normal Hasil Laboratorium

HB (HEMOGLOBIN)

Hemoglobin adalah molekul di dalam eritrosit (sel darah merah) dan bertugas untuk mengangkut
oksigen. Kualitas darah dan warna merah pada darah ditentukan oleh kadar Hemoglobin.
Nilai normal Hb :

Wanita 12-16 gr/dL

Pria 14-18 gr/dL

Anak 10-16 gr/dL

Bayi baru lahir 12-24gr/dL

Penurunan Hb terjadi pada penderita: anemia penyakit ginjal, dan pemberian cairan intra-vena
(misalnya infus) yang berlebihan. Selain itu dapat pula disebabkan oleh obat-obatan tertentu
seperti antibiotika, aspirin, antineoplastik (obat kanker), indometasin (obat antiradang).

Peningkatan Hb terjadi pada pasien dehidrasi, penyakit paru obstruktif menahun (COPD), gagal
jantung kongestif, dan luka bakar. Obat yang dapat meningkatkan Hb yaitu metildopa (salah
satu jenis obat darah tinggi) dan gentamicin (Obat untuk infeksi pada kulit

TROMBOSIT (PLATELET)

Trombosit adalah komponen sel darah yang berfungsi dalam proses menghentikan perdarahan
dengan membentuk gumpalan.

Penurunan sampai di bawah 100.000 permikroliter (Mel) berpotensi terjadi perdarahan dan
hambatan perm- bekuan darah. Jumlah normal pada tubuh manusia adalah 200.000-400.ooo/Mel
darah. Biasanya dikaitkan dengan penyakit demam berdarah.

HEMATOKRIT (HMT)

Hematokrit menunjukkan persentase zat padat (kadar sel darah merah, dan Iain-Iain) dengan
jumlah cairan darah. Semakin tinggi persentase HMT berarti konsentrasi darah makin kental. Hal
ini terjadi karena adanya perembesan (kebocoran) cairan ke luar dari pembuluh darah sementara
jumlah zat padat tetap, maka darah menjadi lebih kental.Diagnosa DBD (Demam Berdarah
Dengue) diperkuat dengan nilai HMT > 20 %.

Nilai normal HMT :

Anak 33 -38%
Pria dewasa 40 48 %

Wanita dewasa 37 43 %

Penurunan HMT terjadi pada pasien yang mengalami kehilangan darah akut (kehilangan darah
secara mendadak, misal pada kecelakaan), anemia, leukemia, gagalginjal kronik, mainutrisi,
kekurangan vitamin B dan C, kehamilan, ulkuspeptikum (penyakit tukak lambung).

Peningkatan HMT terjadi pada dehidrasi, diare berat,eklampsia (komplikasi pada kehamilan),
efek pembedahan, dan luka bakar, dan Iain-Iain.

LEUKOSIT (SEL DARAH PUTIH)

Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi untuk
membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Nilai normal :

Bayi baru lahir 9000 -30.000 /mm3

Bayi/anak 9000 12.000/mm3

Dewasa 4000-10.000/mm3

Peningkatan jumlah leukosit (disebut Leukositosis) menunjukkan adanya proses infeksi atau
radang akut,misalnya pneumonia (radang paru-paru), meningitis (radang selaput otak),
apendiksitis (radang usus buntu), tuberculosis, tonsilitis, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat
disebabkan oleh obat-obatan misalnya aspirin, prokainamid, alopurinol, antibiotika terutama
ampicilin, eritromycin, kanamycin, streptomycin, dan Iain-Iain.

Penurunan jumlah Leukosit (disebut Leukopeni) dapat terjadi pada infeksi tertentu terutama
virus, malaria, alkoholik, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan obat-obatan, terutama
asetaminofen (parasetamol),kemoterapi kanker, antidiabetika oral, antibiotika (penicillin,
cephalosporin, kloramfenikol), sulfonamide (obat anti infeksi terutama yang disebabkan oleh
bakter).
Hitung Jenis Leukosit (Diferential Count)

Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada dalam darah berdasarkan
proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit.

Hasil pemeriksaan ini dapat menggambarkan secara spesifik kejadian dan proses penyakit dalam
tubuh, terutama penyakit infeksi. Tipe leukosit yang dihitung ada 5 yaitu neutrofil, eosinofil,
basofil, monosit, dan limfosit. Salah satu jenis leukosit yang cukup besar, yaitu 2x besarnya
eritrosit (se! darah merah), dan mampu bergerak aktif dalam pembuluh darah maupun di luar
pembuluh darah. Neutrofil paling cepat bereaksi terhadap radang dan luka dibanding leukosit
yang lain dan merupakan pertahanan selama fase infeksi akut.
Peningkatan jumlah neutrofil biasanya pada kasus infeksi akut, radang, kerusakan jaringan,
apendiksitis akut (radang usus buntu), dan Iain-Iain.

Penurunan jumlah neutrofil terdapat pada infeksi virus, leukemia, anemia defisiensi besi, dan
Iain-Iain.
EOSINOFIL

Eosinofil merupakan salah satu jenis leukosit yang terlibatdalam alergi dan infeksi (terutama
parasit) dalam tubuh, dan jumlahnya 1 2% dari seluruh jumlah leukosit. Nilai normal dalam
tubuh: 1 4%

Peningkatan eosinofil terdapat pada kejadian alergi, infeksi parasit, kankertulang, otak, testis,
dan ovarium. Penurunan eosinofil terdapat pada kejadian shock, stres, dan luka bakar.

BASOFIL

Basofil adalah salah satu jenis leukosit yang jumlahnya 0,5 -1% dari seluruh jumlah leukosit, dan
terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang seperti asma, alergi kulit, dan lain-lain.Nilai normal
dalam tubuh: o -1%

Peningkatan basofil terdapat pada proses inflamasi(radang), leukemia, dan fase penyembuhan
infeksi.

Penurunan basofil terjadi pada penderita stres, reaksi hipersensitivitas (alergi), dan kehamilan

LIMPOSIT

Salah satu leukosit yang berperan dalam proses kekebalan dan pembentukan antibodi. Nilai
normal: 20 35% dari seluruh leukosit.

Peningkatan limposit terdapat pada leukemia limpositik, infeksi virus, infeksi kronik, dan Iain-
Iain.

Penurunan limposit terjadi pada penderita kanker, anemia aplastik, gagal ginjal, dan Iain-Iain.

MONOSIT

Monosit merupakan salah satu leukosit yang berinti besar dengan ukuran 2x lebih besar dari
eritrosit sel darah merah), terbesar dalam sirkulasi darah dan diproduksi di jaringan limpatik.
Nilai normal dalam tubuh: 2 8% dari jumlah seluruh leukosit.

Peningkatan monosit terdapat pada infeksi virus,parasit (misalnya cacing), kanker, dan Iain-Iain.

Penurunan monosit terdapat pada leukemia limposit dan anemia aplastik.

ERITROSIT
Sel darah merah atau eritrosit berasal dari Bahasa Yunani yaitu erythros berarti merah dan kytos
yang berarti selubung. Eritrosit adalah jenis se) darah yang paling banyak dan berfungsi
membawa oksigen ke jaringan tubuh. Sel darah merah aktif selama 120 hari sebelum akhirnya
dihancurkan. Pada orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen rendah
maka cenderung memiliki sel darah merah lebih banyak.

Nilai normal eritrosit :

Pria 4,6 6,2 jt/mm3

Wanita 4,2 5,4 jt/mm3

MASA PERDARAHAN

Pemeriksaan masa perdarahan ini ditujukan pada kadar trombosit, dilakukan dengan adanya
indikasi (tanda-tanda) riwayat mudahnya perdarahan dalam keiuarga.

Nilai normal :

dengan Metode Ivy 3-7 menit

dengan Metode Duke 1-3 menit

Waktu perdarahan memanjang terjadi pada penderita trombositopeni (rendahnya kadar trombosit
hingga 50.000 mg/dl), ketidaknormalan fungsi trombosit, ketidaknormalan pembuluh darah,
penyakit hati tingkat berat, anemia aplastik, kekurangan faktor pembekuan darah, dan leukemia.
Selain itu perpanjangan waktu perdarahan juga dapat disebabkan oleh obat misalnya salisilat
(obat kulit untuk anti jamur), obat antikoagulan warfarin (anti penggumpalan darah), dextran,
dan Iain-Iain.

Masa Pembekuan

Merupakan pemeriksaan untuk melihat berapa lama diperlukan waktu untuk proses pembekuan
darah. Hal ini untuk memonitor penggunaan antikoagulan oral (obat-obatan anti pembekuan
darah). Jika masa pembekuan >2,5 kali nilai normal, maka potensial terjadi
perdarahan.Normalnya darah membeku dalam 4 8 menit (Metode Lee White).

Penurunan masa pembekuan terjadi pada penyakit infark miokard (serangan jantung), emboli
pulmonal (penyakit paru-paru), penggunaan pil KB, vitamin K, digitalis (obat jantung), diuretik
(obat yang berfungsi mengeluarkan air, misal jika ada pembengkakan).

Perpanjangan masa pembekuan terjadi pada penderita penyakit hati, kekurangan faktor
pembekuan darah, leukemia, gagal jantung kongestif.
LAJU ENDAP DARAH (LED)
LED untuk mengukur kecepatan endap eritrosit (sel darah merah) dan menggambarkan
komposisi plasma serta perbandingannya antara eritrosit (sel darah merah) dan plasma. LED
dapat digunakan sebagai sarana pemantauan keberhasilan terapi, perjalanan penyakit, terutama
pada penyakit kronis seperti Arthritis Rheumatoid (rematik), dan TBC.

Peningkatan LED terjadi pada infeksi akut lokal atau sistemik (menyeluruh), trauma, kehamilan
trimester II dan III, infeksi kronis, kanker, operasi, luka bakar.Penurunan LED terjadi pada gagal
jantung kongestif, anemia sel sabit, kekurangan faktor pembekuan, dan angina pektoris (serangan
jantung).Selain itu penurunan LED juga dapat disebabkan oleh penggunaan obat seperti aspirin,
kortison, quinine, etambutol.
G6PD (GLUKOSA 6 PHOSFAT DEHIDROGENASE)

Merupakan pemeriksaan sejenis enzim dalam sel darah merah untuk melihat kerentanan
seseorang terhadap anemia hemolitika. Kekurangan G6PD merupakan kelainan genetik terkait
gen X yang dibawa kromosom wanita. Nilai normal dalam darah yaitu G6PD negatif

Penurunan G6PD terdapat pada anemia hemolitik, infeksi bakteri, infeksi virus, diabetes
asidosis.
Peningkatan G6PD dapat juga terjadi karena obat-obatan seperti aspirin, asam askorbat (vitamin
C) vitamin K, asetanilid.

BMP (BONE MARROW PUNCTION)

Pemeriksaan mikroskopis sumsum tulang untuk menilai sifat dan aktivitas hemopoetiknya
(pembentukan sel darah). Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada penderita yang dicurigai
menderita leukemia.

Nilai normal rasio M-E (myeloid-eritrosit) atau perbandingan antara leukosit berinti dengan
eritrosit berinti yaitu 3 :1 atau 4 :1

HEMOSIDERIN/FERITIN

Hemosiderin adalah cadangan zat besi dalam tubuh yang diperlukan untuk pembentukan
hemoglobin. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ada tidaknya kekurangan zat besi
dalam tubuh yang mengarah ke risiko menderita anemia.

PEMERIKSAAN ALKOHOL DALAM PLASMA

Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya intoksikasi alkohol (keracunan alkohol) dan dilakukan
untuk kepentingan medis dan hukum. Peningkatan alkohol darah melebihi 100 mg/dl tergolong
dalam intoksikasi alkohol sedang berat dan dapat terjadi pada peminum alkohol kronis, sirosis
hati, malnutrisi, kekurangan asam folat, pankreatitis akut (radang pankreas), gastritis (radang
lambung), dan hipo-glikemia (rendahnya kadar gula dalam darah).

PEMERIKSAAN TOLERANSI LAKTOSA


Laktosa adalah gula sakarida yang banyak ditemukan dalam produk susu dan olahannya. Laktosa
oleh enzim usus akan diubah menjadi glukosa dan galaktosa. Penumpukan laktosa dalam usus
dapat terjadi karena kekurangan enzim laktase, sehingga menimbulkan diare, kejang abdomen
(kejang perut), dan flatus (kentut) terus-menerus, hal ini disebut intoleransi laktosa. dalam
jumlah besar kemudian diperiksa kadar gula darah . Apabila nilai glukosa darah sewaktu >20
mg/dl dari nilai gula darah puasa berarti laktosa diubah menjadi glukosa atau toleransi laktosa,
dan apabila glukosa sewaktu <20 mg/dl dari kadar gula darah puasa, berarti terjadi intoleransi
glukosa. Sebaiknya menghindari konsumsi produk susu. Hal ini dapat diatasi dengan sedikit
demi sedikit membiasakan konsumsi produk susu.

Nilai normal :

dalam plasma < 0,5 mg/dl

dalam urin 12-40 mg/dl

LDH (LAKTAT DEHIDROGENASE)

Merupakan salah satu enzim yang melepas hidrogen, dan tersebar luas pada jaringan terutama
ginjal, rangka, hati, dan otot jantung.

Peningkatan LDH menandakan adanya kerusakan jaringan. LDH akan meningkat sampai
puncaknya 24-48 jam setelah infark miokard (serangan jantung) dan tetap normal 1-3 minggu
kemudian. Nilai normal: 80 240 U/L

SGoT (Serum Glutamik Oksoloasetik


Transaminase)

Merupakan enzim transaminase, yang berada pada serum dan jaringan terutama hati dan jantung.
Pelepasan SGOT yang tinggi dalam serum menunjukkan adanya kerusakan pada jaringan
jantung dan hati.

Nilai normal :

Pria s.d.37 U/L

Wanita s.d. 31 U/L

Pemeriksan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya intoleransi laktosa dengan cara memberi
minum laktosa
Peningkatan SGOT <3x normal = terjadi karena radang otot jantung, sirosis hepatis, infark paru,
dan Iain-lain.

Peningkatan SGOT 3-5X normal = terjadi karena sumbatan saluran empedu, gagal jantung
kongestif, tumor hati, dan Iain-lain.
Peningkatan SGOT >5x normal = kerusakan sei-sel hati, infark miokard (serangan jantung),
pankreatitis akut (radang pankreas), dan Iain-lain.

SGPT (Serum Glutamik Pyruvik Transaminase)

Merupakan enzim transaminase yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan tubuh
terutama hati. Peningkatan dalam serum darah menunjukkan adanya trauma atau kerusakan hati.

Nilai normal :

Pria sampai dengan 42 U/L

Wanita sampai dengan 32 U/L

Peningkatan >20x normal terjadi pada hepatitis virus, hepatitis toksis.


Peningkatan 3 10x normal terjadi pada infeksi mond nuklear, hepatitis kronik aktif, infark
miokard (serangan jantung).
Peningkatan 1 3X normal terjadi pada pankreatitis, sirosis empedu.

ASAM URAT

Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin (bagian penting dari asam nukleat pada
DNA dan RNA).Purin terdapat dalam makanan antara lain: daging, jeroan, kacang-kacangan,
ragi, melinjo dan hasil olahannya. Pergantian purin dalam tubuh berlangsung terus-menerus dan
menghasilkan banyak asam urat walaupun tidak ada input makanan yang mengandung asam
urat.

Asam urat sebagian besar diproduksi di hati dan diangkut ke ginjal. Asupan purin normal melalui
makanan akan menghasilkan 0,5 -1 gr/hari. Peningkatan asam urat dalam serum dan urin
bergantung pada fungsi ginjal, metabolisme purin, serta asupan dari makanan. Asam urat dalam
urin akan membentuk kristal/batu dalam saluran kencing. Beberapa individu dengan kadar asam
urat >8mg/dl sudah ada keluhan dan memerlukan pengobatan.

Nilai normal :

Pria 3,4 8,5 mg/dl (darah)

Wanita 2,8 7,3 mg/dl (darah)

Anak 2,5 5,5 mg/dl (darah)

Lansia 3,5 8,5 mg/dl (darah)

Dewasa 250 750 mg/24 jam (urin)


Peningkatan kadar asam urat terjadi pada alkoholik, leukemia, penyebaran kanker, diabetes
mellitus berat, gagal ginjal, gagal jantung kongestif, keracunan timah hitam, malnutrisi, latihan
yang berat. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya asetaminofen, vitamin
C,aspirin jangka panjang,diuretik.

Penurunan asam urat terjadi pada anemia kekurangan asam folat, luka bakar, kehamilan, dan
Iain-Iain. Obat-obat yang dapat menurunkan asam urat adalah allopurinol, probenesid, dan Iain-
Iain.
Kreatinin

Merupakan produk akhir metabolisme kreatin otot dan kreatin fosfat (protein) diproduksi dalam
hati. Ditemukan dalam otot rangka dan darah, dibuang melalui urin. Peningkatan dalam serum
tidak dipengaruhi oleh asupan makanan dan cairan.

Nilai normal dalam darah :

Pria 0,6 1,3 mg/dl

Wanita 0,5 0,9 mg/dl

Anak 0,4 -1,2 mg/dl

Bayi 0,7 -1,7 mg/dl

Bayi baru lahir 0,8 -1,4 mg/dl

Peningkatan kreatinin dalam darah menunjukkan adanya penurunan fungsi ginjal dan penyusutan
massa otot rangka. Hal ini dapat terjadi pada penderita gagal ginjal, kanker, konsumsi daging
sapi tinggi, serangan jantung. Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin nyaitu
vitamin C, antibiotik golongan sefalosporin,aminoglikosid, dan Iain-Iain.

BUN (BLOOD UREA NITROGEN)

BUN adalah produk akhir dari metabolisme protein, dibuat oleh hati. Pada orang normal, ureum
dikeluarkan melalui urin.

Nilai normal :

Dewasa 5-25 mg/dl

Anak 5-20 mg/dl

Bayi 5-15 mg/dl


Rasio nitrogen urea dan kreatinin = 12 :1 20 :1

Pemeriksaan Trigliserida

Merupakan senyawa asam lemak yang diproduksi dari karbohidrat dan disimpan dalam bentuk
lemak hewani. Trigliserida ini merupakan penyebab utama penyakit penyumbatan arteri
dibanding kolesterol.

Nilai normal :

Bayi 5-4o mg/dl

Anak 10-135 mg/dl

Dewasa muda s/dl50 mg/dl

Tua (>50 tahun) s/d 190 mg/dl

Penurunan kadartrigliserid serum dapatterjadi karena malnutrisi protein, kongenital (kelainan


sejak lahir). Obat-obatan yang dapat menurunkan trigliserida yaitu asam askorbat (vitamin C),
metformin (obata anti diabetik oral).

Peningkatan kadar trigliserida terjadi pada hipertensi (penyakit darah tinggi), sumbatan
pembuluh darah otak,diabetes mellitus tak terkontrol, diet tinggi karbohidrat, kehamilan. Dari
golongan obat, yang dapat meningkatkan trigliserida yakni pil KB terutama estrogen.

HDL (High Density Lipoprotein)

Merupakan salah satu dari 3 komponen lipoprotein (kombinasi protein dan lemak), mengandung
kadar protein tinggi, sedikit trigliserida dan fosfolipid, mempunyai sifat umum protein dan
terdapat dalam plasma darah. HDL sering disebut juga lemak baik, yang dapat membantu
mengurangi penimbunan plak pada pembuluh darah.

Nilai normal :

Pria >55 mg/dl

Wanita>65 mg/dl

Nilai yang berisiko terhadap Penyakit Jantung Koroner (PJK) yaitu

Risiko tinggi <35 mg/dl

Risiko sedang35 45 mg/dl


Risiko rendah>6o mg/dl

Peningkatan lipoprotein dapat dipengaruhi oleh obat aspirin, kontrasepsi, sulfonamide.

LDL (Low Density Lipoprotein)

Merupakan lipoprotein plasma yang mengandung sedikit trigliserida, fosfolipid sedang, protein
sedang, dan kolesterol tinggi. LDL mempunyai peran utama sebagai pencetus terjadinya
penyakit sumbatan pembuluh darah yang mengarah ke serangan jantung, stroke, dan Iain-Iain.

Nilai normal : <150 mg/dl

risiko ringgi terjadi jantung koroner >16o mg/dl

risiko sedang terjadi jantung koroner130 -159 mg/dl

risiko rendah terjadi jantung koroner<130 mg/dl

VLDL (Very Low Density Lipoprotein)

Merupakan lipoprotein plasma yang mengandung trigliserida, tinggi,fosfolipid,dan kolesterol


sedang, serta protein rendah. Tergolong lipoprotein yang punya andil besar dalam menyebabkan
penyakit jantung koroner.

Albumin

Albumin adalah protein yang larut air, membentuk lebih dari 50% protein plasma, ditemukan
hampir di setiap jaringan tubuh. Albumin diproduksi di hati, dan berfungsi untuk
mempertahankan tekanan koloid osmotik darah sehingga tekanan cairan vaskular (cairan di
dalam pembuluh darah) dapat dipertahankan.

Nilai normal :

Dewasa 3,8 5,1 gr/dl

Anak 4,0 5,8 gr/dl

Bayi 4,4 5,4 gr/dl

Bayi baru lahir2,9 5,4 gr/dl

Penurunan albumin mengakibatkan keluarnya cairan vascular (cairan pembuluh darah) menuju
jaringan sehingga terjadi oedema (bengkak). Penurunan albumin bisa juga disebabkan oleh :
Berkurangnya sintesis (produksi) karena malnutrisi, radang menahun, sindrom malabsorpsi, penyakit
1.
hati menahun, kelainan genetik.

Peningkatan ekskresi (pengeluaran), karena luka bakar luas, penyakit usus, nefrotik sindrom (penyakit
2.
ginjal).

NATRIUM (Na)

Natrium adaiah salah satu mineral yang banyak terdapat pada cairan elektrolit ekstraseluler (di
luar sel), mempunyai efek menahan air, berfungsi untuk mempertahankan cairan dalam tubuh,
mengaktifkan enzim, sebagai konduksi impuls saraf.

Nilai normal dalam serum :

Dewasa135-145 mEq/L

Anak 135-145 mEq/L

Bayi 134-150 mEq/L

Nilai normal dalam urin :

40 220 mEq/L/24 jam

Penurunan Na terjadi pada diare, muntah, cedera jaringan, bilas lambung, diet rendah garam,
gagal ginjal, luka bakar, penggunaan obat diuretik (obat untuk darah tinggi yang fungsinya
mengeluarkan air dalam tubuh).

Peningkatan Na terjadi pada pasien diare, gangguan jantung krohis, dehidrasi, asupan Na dari
makanan tinggi,gagal hepatik (kegagalan fungsi hati), dan penggunaan obat antibiotika, obat
batuk, obat golongan laksansia (obat pencahar).

Sumber garam Na yaitu: garam dapur, produk awetan (cornedbeef, ikan kaleng, terasi, dan Iain-
Iain.), keju,/.buah ceri, saus tomat, acar, dan Iain-Iain.

KALIUM (K)

Kalium merupakan elektrolit tubuh yang terdapat pada cairan vaskuler (pembuluh darah), 90%
dikeluankan melalui urin, rata-rata 40 mEq/L atau 25 -120 mEq/24 jam wa laupun masukan
kalium rendah.

Nilai normal :

Dewasa3,5 5,0 mEq/L


Anak 3,6 5,8 mEq/L

Bayi 3,6 5,8 mEq/L

Peningkatan kalium (hiperkalemia) terjadi jika terdapat gangguan ginjal, penggunaan obat
terutama golongan sefalosporin, histamine, epinefrin, dan Iain-Iain.

Penurunan kalium (hipokalemia) terjadi jika masukan kalium dari makanan rendah, pengeluaran
lewat urin meningkat, diare, muntah, dehidrasi, luka pembedahan.

Makanan yang mengandung kalium yaitu buah-buahan, sari buah, kacang-kacangan, dan Iain-
Iain.

KLORIDA (Cl)

Merupakan elektrolit bermuatan negatif, banyak terdapat pada cairan ekstraseluler (di luar sel),
tidak berada dalam serum, berperan penting dalam keseimbangan cairan tubuh, keseimbangan
asam-basa dalam tubuh. Klorida sebagian besar terikat dengan natrium membentuk NaCI
(natrium klorida).

Nilai normal :

Dewasa 95-105 mEq/L

Anak 98-110 mEq/L

Bayi 95 -110 mEq/L

Bayi baru lahir94-112 mEq/L

Penurunan klorida dapat terjadi pada penderita muntah, bilas lambung, diare, diet rendah garam,
infeksi akut, luka bakar, terlalu banyak keringat, gagal jantung kronis, penggunaan obatThiazid,
diuretik, dan Iain-lain.

Peningkatan klorida terjadi pada penderita dehidrasi,cedera kepala, peningkatan natrium,


gangguan ginjal,penggunaan obat kortison, asetazolamid, dan Iain-Iain.

KALSIUM (Ca)

Merupakan elektrolit dalam serum, berperan dalam keseimbangan elektrolit, pencegahan tetani,
dan dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi gangguan hormon tiroid dan paratiroid.

Nilai normal :
9-11 mg/dl (di serum) ; <150 mg/24 jam (di urin & diet rendah Ca) ; 200 300 mg/24 jam
Dewasa
(di urin & diet tinggi Ca)

Anak 9 -11,5 mg/dl

Bayi 10 -12 mg/dl

Bayi baru
7,4 -14 mg/dl.
lahir

Penurunan kalsium dapat terjadi pada kondisi malabsorpsi saluran cerna, kekurangan asupan
kalsium dan vitamin D, gagal ginjal kronis, infeksi yang luas, luka bakar, radang pankreas, diare,
pecandu alkohol, kehamilan. Selain itu penurunan kalsium juga dapat dipicu oleh penggunaan
obat pencahar, obat maag, insulin, dan Iain-Iain.

Peningkatan kalsium terjadi karena adanya keganasan (kanker) pada tulang, paru, payudara,
kandung kemih, dan ginjal. Selain itu, kelebihan vitamin D, adanya batu ginjal, olah raga
berlebihan, dan Iain-Iain, juga dapat memacu peningkatan kadar kalsium dalam tubuh.

PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH

Pemeriksaan terhadap kadar gula dalam darah vena pada saat pasien puasa 12 jam sebelum
pemeriksaan (gula darah puasal nuchter) atau 2 jam setelah makan (gula darah post prandial).

Nilai normal gula darah puasa :

Dewasa 70 -110 mg/dl

Anak 60-100 mg/dl

Bayi baru lahir30-80 mg/dl

Tes Widal

Merupakan pemeriksaan untuk membantu menegakkan diagnosa thypus.Tes ini menggunakan


antigen Salmonella jenis O (somat/k) dan H {flagel) untuk menentukan tinggi rendahnya titer
antibodi. Titer antibodi pada penderita thypus akan meningkat pada minggu ke II. Kemudian titer
antibodi O akan menurun setelah beberapa bulan, dan titer antibodi H akan menetap sampai
beberapa tahun.

Jika titer antibodi 0 meningkat segera setelah adanya demam, menunjukkan adanya infeksi
Salmonella strain O dan demikian pula untuk strain H.

PEMERIKSAAN TORCH
Pemeriksaan untuk identifikasi adanya virus Toksoplasma Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan
herpes simplek pada ibu dan bayi baru lahir, melalui sampel darah ibu. Pemeriksaan ini perlu
dilakukan jika ada riwayat sebelumnya atau dugaan infeksi kongen/tal (bawaan) pada bayi baru
lahir yang ditandai dengan hasil pemeriksaan imunoglobulin G pada janin lebih tinggi dibanding
pada ibu.

Toksoplasma gondii merupakan parasit yang hidup dalam usus hewan piaraan rumah terutama
anjing dan kucing. Selain itu, diduga parasit ini juga terdapat pada tikus, merpati, ayam, sapi,
kambing, dan kerbau, sehingga mudah menular pada manusia. Jika parasit ini menginfeksi ibu
hamil, maka dapat menyebabkan infeksi pada
Nilai normal pemeriksaan TORCH pada lgG ibu hamil dan janin adalah negatif.

POSTAT SPESIFIK ANTIGEN (PSA)

PSA adalah glikoprotein dari jaringan prostat yang meningkat jika terjadi hipertropi
(pembesaran) dan meningkat lebih tinggi lagi pada penderita kanker prostat.

Pemeriksaan PSA pada pasien kanker prostat ini berfungsi untuk memonitor perkembangan sel
kanker. Pemeriksaan ini lebih sensitif daripada fosfatase prostat, namun pemeriksaan kombinasi
keduanya akan lebih akurat.

Nilai rujukan :

Tidak ada kelainan prostat0-4 ng/ml

Pembesaran prostat jinak 4 -19 ng/ml

Kanker prostat 10-20 ng/ml

PEMERIKSAAN REDUKSI

Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya glukosa dalam urin dengan menggunakan reagen
Benedict, Fehling, dan Iain-lain. Hasil dinyatakan dengan :

Negatif jika warna tetap (tidak ada glukosa)

Positif 1 (+) jika warna hijau kekuningan dan keruh (terdapat 0,5 -1% glukosa)

Positif 2 (++) jika warna kuning keruh (terdapat 1 -1,5% glukosa)

Positif 3 (+++) jika warna jingga seperti lumpur keruh (terdapat 2 3,5% glukosa)

Positif 4 (++++)jika warna merah keruh (terdapat > 3,5% glukosa)

Janin dan kecacatan fisik setelah lahir, dengan gejala retinitis, hydrocephalus, microcephalus,
dan Iain-Iain.Reduksi (+) dalam unn menunjukkan adanya hiperglikemia (tingginya kadar gula
dalam darah) di atas 170mg%, karena nilai ambang batas ginjal untuk absorpsi glukosa adalah
170 mg%. Jika hasii pemeriksaan reduksi (+) disertai hiperglikemia maka menandakan adanya
penyakit Diabetes Mellitus.

ANALISA SPERMA

Merupakan pemeriksaan dengan bahan sperma untuk melihat jumlah, volume cairan, persentase
sperma matang,pergerakan, dan Iain-Iain. Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan penyebab
kemandulan pada pria.

Nilai normal pada pria dewasa :

Jumlah 50-150 juta/ml

Volume 1,5-5,0 ml

Bentuk 75 % matang

Mobilitas60 % bergerak aktif

Penyimpangan dari niTai normaf cff atas, Dfasanya terjadi pada pasien vasektomi, kemandulan,
pengobatan kanker, dan pengobatan yang mengandung estrogen (hormon wanita).

Normal Gula Darah


Pria:
Glukosa Puasa : 80 100 (mg/dl)
Glukosa Post prandial : 100 - 120 (mg/dl)
Glukosa Sewaktu : < 150 (mg/dl)

Wanita:
Glukosa Puasa : 80 100 (mg/dl)
Glukosa Post prandial : 100 - 120 (mg/dl)
Glukosa Sewaktu : < 150 (mg/dl)

Nilai Normal Asam Urat


Pria: Asam urat : 3.4 7.0 (mg/dl)
Wanita: Asam urat : 2.4 5.7 (mg/dl)
Nilai Normal Kolesterol
Pria:
Kolesterol total : < 200 (mg/dl)
Trigliserida : < 150 (mg/dl)
HDL Kolesterol : > 55 (mg/dl)
LDL kolesterol : < 150 (mg/dl)

Wanita:
Kolesterol total : < 200 (mg/dl)
Trigliserida : < 150 (mg/dl)
HDL Kolesterol : > 65 (mg/dl)
LDL kolesterol : < 150 (mg/dl)
Nilai Normal Leukosit
Pria: Leukosit : 4.000 11.000 (5.000 10.000) (/ul)
Wanita: Leukosit : 5.000 10.000(/ul)
Nilai Normal Trombosit
Pria: Trombosit : 150.000 440.000 (150.000 400.000) (/ul)
Wanita: Trombosit : 150.000 400.000(/ul)
Nilai Normal tekanan Darah
Optimal : 110/70 mmHg
Normal: 120/80 mmHg
Nilai Normal Hemoglobin (Nilai Normal Hb)
Pria: Haemoglobin (Hb) : 13.5 17.5 (13 16) (g/dl)
Wanita: Haemoglobin (Hb) : 12 15 (g/dl)
Nilai Normal eritrosit
Pria: Eritrosit : 4.5 5.9 (4.5 5.5) (juta/ul)
Wanita: Eritrosit : 4 5 (juta/ul)
Nilai Normal Hematokrit
Pria: Hematokrit (Ht) : 41.0 53.0 (40 54) (%)
Wanita : Hematokrit (Ht) : 36 47 (%)
Nilai Normal SGOT SGPT
Pria:
SGOT : 5 40 (u/l)
SGPT : 5 41 (u/l)

Wanita:
SGOT : 5 40 (u/l)
SGPT : 5 41 (u/l)
Nilai Normal Albumin
Pria: Albumin : 3.8 5.0 (gr %)
Wanita: Albumin : 3.8 5.0 (gr %)
Nilai Normal Bilirubin
Pria:
Bilirubin total : 0.2 1 (mg %)
Bilirubin direk : 0 0.2 (mg %)
Bilirubin indirek : 0.2 0.8 (mg %)

Wanita:
Bilirubin total : 0.2 1 (mg %)
Bilirubin direk : 0 0.2 (mg %)
Bilirubin indirek : 0.2 0.8 (mg %)
Nilai Normal Kreatinin
Pria : Kreatinin : 0.5 1.5 (mg/dl)
Wanita : Kreatinin : 0.5 1.5 (mg/dl)
Nilai Normal Ureum (Nilai Normal BUN)
Pria : Ureum : 15 40 (mg/dl)
Wanita : Ureum : 15 40 (mg/dl)
Nilai Normal LED
Pria : Laju Endap Darah (LED) : 0 10 (mm/jam)
Wanita : Laju Endap Darah (LED) : < 15 (mm/jam)

Nilai Normal AGD


Pria / wanita:
pH 7,35-7,45
PaCO2 35-45 mmHg
PaO2 80 -100 mmHg
SaO2 95 % atau lebih
HCO3- 22-26 mEq/L
% Met Hb <2,0%
% CO Hb <3,0 %
Base Excess -2,0 s/d 2,0 mEq/L
CaO2 16-22 ml O2/dL

Nilai Normal HbA1C


Orang normal : 4,0 6,0 %
DM terkontrol baik : kurang dari 7%
DM terkontrol lumayan : 7,0 8,0 %
DM tidak terkontrol : > 8,0 %

Nilai Normal CD4


Pria / Wanita: 800 - 1050 (sel/mm3)
Nilai Normal GFR (Glomerular Filtration Rate)
Pria: 120 25 ml/mnt
Wanita : 95 20 ml/mnt
Nilai Normal HbsAg
Pria : negatif
Wanita: negatif
Nilai Normal PSA
Umur 40-49 tahun : 0-2,5 ng/ml
Umur 50-59 tahun : 0-3,5 ng/ml
Umur 60-69 tahun : 0-4,5 ng/ml
Umur 70-79 tahun : 0-6,5 ng/ml
10 Kesalahan Perawat Dalam Memasang Infus

Mumpung masih hobi nulis, apa yang kepikir coba ditulis deh, kali aja ada manfaatnya. Terlepas
dari urusan Undang-Undang Perawat yang masih harus terus kita perjuangkan, dan tentunya
Undang-Undang Keperawatan adalah harga mati, gak boleh nawar sedikitpun. Selama ini
memasang infus (IVFd Intravenous Fluids), sudah menjadi keseharian tugas perawat.
Terkadang memasang infus adalah hal yang gampang, kadang pula karena hal-hal sepele kita
malah gagal memasangnya. Berikut sepuluh hal yang sering terlupa ataupun yang menjadi
penyebab kita gagal dalam memasang infus
1. Salah Sudut
Hal penentu masuk dan tidaknya abocath kedalam pembuluh darah vena secara tepat tergantung
dari perawat ketika dalam membuat sudut pemasangan ketika akan menusuk. Kemiringan jarum
abocath tidak boleh terlalu besar, karena akan berimbas pecahnya pembuluh darah vena karena
terjadi ruptur akibat tembusnya abocath pada bagian bawah vena. Sebaliknya sudut yang terlalu
kecil mengakibatkan abocath hanya akan berjalan-jalan didalam kulit (dibawah permukaan kulit)
tanpa mengenai pembuluh darah, dan tahukah anda, ini berasa sangat sakit sekali. Sebelum
menusukkan abocath, perkirakan bahwa sudut yang kita buat adalah berkisar antara 40 hingga 60
derajat dari permukaan kulit pasien, tusukkanlah dan rasakan ketika ujung jarum menembus
pembuluh darah, kurangi sedikit sudutnya sambil menarik sedikit jarum ketika darah sudah
terlihat keluar dia penampung darah abocath, terus dorong selang abocath hingga habis, tarik
jarum, tekan sedikit pada permukaan kulit tempat masuknya jarum agar darah tidak mengalir,
masukkan selang ifus dan alirkan cairan.
2. Salah Ukuran Abocath
Pastikan selalu perhatikan ukuran pembuluh darah yang akan ditusuk dan perkirakan dengan
ukuran abocath. Ingat, disini ilmu kirologi perawat sangat dibutuhkan. Ukuran jarum abocath
berhitung terbalik, semakin kecil nomornya, semakin besar ukuran jarumnya, dan ukuran
abocath untuk infus selalu genap. Untuk ukuran pasien Indonesia, pada orang dewasa lazimnya
memakai abocath dengan ukuran 20 G, sedangkan pada anak-anak dimulai pada ukuran 24 G
keatas. Yang perlu dicatat disini, ukuran jarum mempengaruhi jumlah cairan yang masuk,
apabila pada kondisi pasien syok, maka jumlah cairan yang masuk pun harus dalam jumlah
banyak dan cepat, makanya biasanya untuk pasien-pasien gawat dan memerlukan terapi cairan
yang banyak dan cepat, biasanya menggunakan abocath berukuran 18 G, begitupun untuk calon
pasien operasi biasanya menggunakan abocath dengan ukuran 18 G. Catatan penting disini,
semakin besar ukuran jarum, maka panjang abocath juga semakin panjang, oleh karena itu perlu
disesuaikan dengan pembuluh darah.
3. Salah Memilih Pembuluh Darah Vena
Kesalahan yang berikutnya adalah kesalahan dalam memilih pembuluh darah vena, yang harus
diingat pemilihan pembuluh darah vena adalah dari ujung ke pangkal, dari punggung tangan
semakin keatas. Pembuluh darah yang dicari pun harus dicari yang tidak bercabang dan tidak
keriting, karena akan mengakibatkan pecahnya pembuluh darah. Vena yang kita pilih juga tidak
boleh yang melewati persendian, karena akan mengakibatkan infus mudah macet.
4. Salah Cairan
Memasang infus adalah kerja kolaborasi perawat dengan profesi lain, namun sebagai perawat
kita harus jeli, apakah cairan yang diorder benar-benar sesuai dengan kebutuhan serta kondisi
pasien atau tidak, karena perawat adalah seseorang yang mendampingi pasien selama 24 jam.
Pelajari apa saja yang terkandung dalam cairan infus tersebut, misalnya pada pasien dengan
oedem harus membatasi garam, maka cairan NaCl harus dipertimbangkan, pada pasien DM
penggunaan cairan Dextrose harus benar-benar diperhatikan, cairan-cairan dengan osmolaritas
tinggi perlu dibatasi kadarnya. Hal terpenting, jangan sampai salah cairan yang masuk ke pasien,
karena itu sangat merugikan dan membahayakan pasien.
5. Salah Pasien
Yang ini nih, jangan sampe lupa ya... kenali pasien anda dengan dilihat, diraba dan diterawang..
hehehe.. emang duit. Yang bener harus dilihat, ditanya dan diyakinkan...
6. Lupa Mengalirkan cairan dalam selang infus
Keteledoran yang lumayan sering terjadi adalah abocath sudah tertusuk tapi cairan belum siap...
ini nih yang sering bikin berabe, dan kesannya tidak profesional. Buatlah sebuah ritual khusus
dalam memasang infus, misal menusuk botol, mengalirkan cairan dalam selang melihat ada
udara atau tidak baru gantungkan diatas tiang infus, jadikan itu adalah ritual pertama sebelum
memasang infus, jadi walaupun pikiran kita sedang ruwet otak bawah sadar kita pasti akan
melakukannya ketika memasang infus.
7. Lupa memotong Plaster
Ini nih yang gak kalah bikin bete... sudah siap semuanya eh.. plaster belum ada, repot kan
jadinya. Masih nyambung dengan poin sebelumnya, pastikan memotong plaster adalah ritual
kedua setelah mempersiapkan cairan dan selang, hitung bener-bener jumlah plaster, panjang
pendeknya sudah tepat belum (sesuai ilmu kirologi) atau kalau memakai metode satu plaster
apakah plaster sudah dibelah atau belum.
8. Lupa Melakukan Desinfeksi
Terkadang hal yang sepele begini bisa kelupaan loh... dengan pedenya kita menusukkan abocath,
eh baru teringat belum di desinfeksi, hal ini bisa karena kita terlalu grogi, terlalu-buru-buru tau
lupa bawak alatnya. What ever alasan kita, pokoknya melakukan desinfeksi sebelum
menusukkan abocath itu wajib hukumnya, kan kasihan pasiennya....
9. Lupa Memakai Handscoon
Berbagai alasan ketika kita tidak memakai Handscoon, kadang lupa kadang juga sengaja.
Memang terkadang kita tidak merasa nyaman memasang infus dengan memakai Handscoon,
apalagi kalo pas lagi memasang plaster... huh lengket sana sini. Tapi demi keamanan serta
kenyamanan kita dan pasien ini juga kudu dilakuin...
10. Lupa Berkomunikasi dengan Pasien
Dateng-dateng langsung Jus..... tanpa ba-bi-bu lagi... ini masih sering terjadi di negara kutub
selatan sana (di negara kita gak lagi) perawat tanpa ada basa-basi, langsung nyiapin alat langsung
tusuk sudah selesai pergi deh... yang ditusuk siapa ya...?? salah satu kelebihan ilmu kita adalah
berkomunikasi.. karena komunikasi perawat adalah komunikasi yang menyembuhkan.. ingat,
selalu pastikan pasien itu benar atau tidaknya dengan berkomunikasi, meminta ijin dengan
berkomunikasi, dan merilekskan pasien dengan berkomunikasi.

Begitu deh rekan-rekan, ini Cuma cerita doang, tapi semoga bisa menjadi pelajaran bagi saya dan
kita semua, karena kita pernah belajar dari kesalahan, tapi bodohnya kita bila mengulang
kesalahan. Kalo banyak salah harap dikoreksi, mari kita belajar bersama menjadi perawat
profesional. Im Proud To Be A Nurse

Anda mungkin juga menyukai