Anda di halaman 1dari 16

Istilah yang sering digunakan dalam pemasangan infus

• gtt= makro tetes


• mgtt= mikro tetes
• jumlah tetesan = banyaknya tetesan dalam satu menit
Rumus Tetap Tetesan Infus
• 1 gtt = 3 mgtt
• 1 cc = 20 gtt
• 1 cc = 60 mgtt
• 1 kolf = 1 labu = 500 cc
• 1 cc = 1 mL
• mggt/menit = cc/jam
• konversi dari gtt ke mgtt kali (x) 3
• konversi dari mgtt ke gtt bagi (:) 3
• 1 kolf atau 500 cc/ 24 jam = 7 gtt
• 1 kolf atau 500 cc/24 jam = 21 mgtt
• volume tetesan infus yang masuk per jam infus set mikro ialah = jumlah tetesan X 1
• volume tetesan infus yang masuk per jam infus set makro ialah = jumlah tetesan X 3
Rumus :
Untuk lebih memahami, kita harus terlebih dahulu mengetahui rumus untuk menghitung jumlah
tetesan cairan dalam hitungan menit dan jam.
Rumus dasar dalam hitungan menit

Rumus dasar dalam jam

Faktor tetes rumus dewasa


Biasanya Untuk Faktor Tetes Dewasa : 20
Faktor Tetes anak : 60
Contoh soal
Seorang pasien datang ke rumah sakit dan membutuhkan 500 ml RL cair. Bagaimana infus
diperlukan jika kebutuhan cairan pasien harus dicapai dalam 100 menit?
Mengingat:
Cairan = 500 ml (cc)
Waktu = 100 menit
Faktor tetes = 20 tetes
Jawaban:

Dengan demikian, pasien ini memerlukan infus untuk menghabiskan 100 hingga 500 ml cairan
dalam 100 menit menggunakan infus set Terumo.
Anak-anak (drip mikro)
Seperti orang dewasa, anak dengan berat badan kurang dari 7 kg membutuhkan infus set dengan
tetes faktor yang berbeda.
Tetes mikro, faktor tetes:
1 ml (cc) = 60 tetes / cc
Baca juga : Cara Menghitung Berat Badan Ideal Pria Dan Wanita
Penurunan rumus anak
Berikut adalah cepat kehilangan hasil formula dari rumus dasar (dalam jam) untuk pasien anak:

Lalu bagaimana mencari jumlah tetesan/ detik ? kita hanya tinggal merubah rumus dan
menggunakan angka angka yang ada.
Rumus :
Contoh Soal :
Jika soal diatas menyatakan bahwa tetesan per/ menit= 21 tetes/menit maka tetesan per detiknya
adalah ?
Jawaban : 1 menit= 60 detik, Jadi jika 21 tetes dalam waktu 60 detik maka hitungan perdetiknya
adalah : 60/21= 2,857 ( kalian bulatkan menjadi 3 ) jadi artinya dalam waktu 3 detik itu ada 1
tetes
Mudah kan ?
Untuk lebih mudah nya saya membuatkan patokan yang sudah di hitung, jadi rekan-rekan hanya
tinggal mengingatnya saja,
Untuk yang makro
• 20 tetes/menit=1cc = 60 cc/jam, Lamanya habis= 500 cc/60= 8,3 =8 jam (bulatkan )
• 15 tetes/menit= 11 jam
• 10 tetes permenit=17 jam artinya dalam waktu 1 jam=30 cc
• 5 tetes permenit= 33 jam
• 60 tetes/menit= 3 jam
• 40 tetes/menit= 4 jam
• 30 tetes/ menit= 6 jam
Untuk yang mikro
Silahkan di hitung sendiri saja yah sesuai rumus.
Sedikit patokan tambahan mengenai pola pemberian tetesan infus yang harus habis sebagai
berikut :
• 1 kolf = 500 cc = 7 tts/mnt, habis dalam 24 jam.
• 2 kolf = 1000 cc = 14 tts/mnt, 1 kolfnya habis dalam 12 jam, sehingga 24 jam habis 2 kolf.
• 3 kolf = 1500 cc = 20 tts/mnt, 1 kolfnya habis dalam 8 jam, sehingga 24 jam habis 3 kolf.
• 4 kolf = 2000 cc = 28 tts/mnt, 1 kolfnya habis dalam 6 jam, sehingga 24 jam habis 4 kolf.
• 5 kolf = 2500 cc = 35 tts/mnt, 1 kolfnya habis dalam 4.5 jam, sehingga 24 jam habis 5 kolf.
Cara Menghitung Tetesan Infus
Menurut Purohito, cara menghitung tetesan infus per menit (TPM) secara sederhana adalah:
Tetes Per Menit = Jumlah cairan infus (ml)
(Makro) Lamanya infus (jam) x 3
Tetes Per Menit = Jumlah cairan infus (ml)
(Mikro) Lamanya infus (jam)
Contoh soal :
Berapa tetes per menit (TPM) jika cairan yang dimasukkan 500 ml dan habis dalam waktu 8
jam?
Jawab :
a. Bila faktor tetesan makro.
Tetes Per Menit = Jumlah cairan infus (ml)
(Makro) Lamanya infus (jam) x 3
Tetes Per Menit = 500 ml
(Makro) 8 jam x 3
Tetes Per Menit = 500
(Makro) 24
Tetes Per Menit = 20
(Makro)
Jadi, cairan tersebut harus diberikan 20 TPM.
b. Faktor tetesan mikro.
Tetes Per Menit = Jumlah cairan infus (ml)
(Mikro) Lamanya infus (jam)
Tetes Per Menit = 500 ml
(Mikro) 8 jam
Tetes Per Menit = 60
(Mikro)
Jadi, cairan tersebut harus diberikan 60 TPM.
Kegagalan Pemberian Cairan Per Infus
Biasanya cara menghitung tetesan infus yang salah bisa mengakibatkan kegagalan dalam
pemberian terapi cairan per infus. Kegagalan lain yang dapat terjadi dalam pemberian cairan
infus adalah:
 Jarum tidak masuk ke dalam pembuluh darah balik (vena).
 Jarum infus dan vena terjepit karena posisi tempat masuknya jarum dalam kondisi
menekuk.
 Pipa penghubung udara tidak berfungsi.
 Pipa infus terjepit atau terlipat.
Mengapa menggunakan syringe/infus pump?
• Untuk menjaga pemberian medikasi intravena sesuai kebutuhan klien.
• Untuk memberikan medikasi dengan dosis kecil dan waktu pemberian yang lama.

Bagaimana cara mengoperasikan syringe/infus pump?


Konsep dasar mengoperasikan syringe/infus pump adalah CONCENTRATE (konsentrasi dalam
meq/cc) , DOSIS dan SPEED (kecepatan dalam ml/jam).

a. CONCENTRATE
Hal yang perlu diperhatikan dalam konsentrasi larutan adalah kandungan obat dalam sediaan
(ampul atau vial) yang dapat dilihat DI KEMASAN obat.

– Norepinefrin
– Dopamin

– Dobutamin

Setelah mengetahui kandungan obat dalam 1 AMPUL ,maka langkah selanjutnya adalah
PENGENCERAN dan penentuan KONSENTRASI OBAT dalam syringe. Misal:
b. DOSIS
Dosis obat pada tiap individu dapat berbeda bergantung pada berbagai faktor misalnya segi
penyebab (syok kardio, syok septik dsb).

c. SPEED
Ada beberapa alat yang menggunakan 2 angka di belakang koma atau hanya 1 angka di belakang
koma. Biasanya SPEED dinaikkan berhubungan dengan kenaikan DOSIS tiap beberapa menit.
Adapun rumus untuk penentuan speed adalah:
(DOSIS x kgBB x 60)/Konsentrasi
Contoh Soal:
Diketahui : Pasien berat badan 50kg dengan syok septik membutuhkan terapi Norepinefrin
menggunakan syringe pump mulai pukul 08.00. Dosis dinaikkan 0.01 tiap 15 menit dilanjutkan
dengan pemeriksaan TTV hingga Mean Arterial Pressure (MAP) pasien ≥ 70 mmHg
Ditanya : Bagaimana cara perawat mengoperasikan syringe pump sesuai kebutuhan terapi?
Jawab :
a. Konsentrasi
1 SYRINGE = 0 – 50 cc
Jika mengencerkan 1 AMPUL dengan 40 cc maka: 40 cc atau 40 ml = 4.000meq
1ml = 100 meq
b. Dosis
Dosis awal pukul 08.00 = 0,05 dinaikkan 0.01/15menit
c. Speed

Syringe pump adalah salah satu alat yang digunakan untuk memasukkan obat dengan sistem
berkala dan teratur secara otomatis. Dengan perhitungan yang tepat, syringe pump dapat
memudahkan tenaga medis untuk memberikan cairan atau obat secara terjadwal dan
meminimalkan human error yang kerap terjadi.Itu tadi pengertian syringe pump secara umum.

Seperti yang sudah disinggung di atas, syringe pump adalah alat yang sangat berguna bagi dunia
kesehatan.Hal ini karena fungsi syringe pump yang membuat kerja memasukan cairan dan obat ke
tubuh pasien dapat dilakukan dengan cara yang efektif terutama bagi pemberian obat dan cairan
yang perlu dilakukan secara kontinyu.

Fungsi Syringe Pump


Alat ini sudah dikembangkan dengan sangat baik agar dapat bekerja dengan tingkat keakuratan
yang sangat tinggi dan dapat digunakan dengan sangat mudah.Alat ini dikendalikan dengan mikro
komputer yang dapat mengontrol pemasukan cairan ke dalam tubuh pasien sesuai dengan perintah
yang diberikan secara terkontrol. Setiap titik kritisnya diberi sistem alarm untuk memberitahu
tenaga medis saat terjadi error karena kesalahan kerja dan sebagainya.

Berikut adalah fungsi dari syringe pump :

1. Sebagai alat yang digunakan untuk memasukan obat dan cairan dengan tingkatan
ketepatan yang tinggi ke dalam tubuh pasien.
2. Sebagai alat yang dapat digunakan secara kontinyu sesuai aturan tanpa memberikan efek
kadar obat yang terlalu rendah atau tinggi karena dilakukan dengan tepat dan akurat.
3. Sebagai alat pemasukan obat yang efektif terutama bagi pasien yang memiliki kesulitan
memasukan obat dalam bentuk tablet atau kapsul.
Prinsip dasar syringe pump adalah memasukan cairan secara berkala sesuai dengan perintah yang
diberikan dengan sistem kontrol dan keamanan yang sangat baik karena dilengkapi dengan sistem
alarm yang sensitif di bagian titik kritis sehingga tidak akan membahayakan pasien saat terjadi
kesalahan alat. Adapun alarm yang terpasang pada syringe pump diantaranya adalah sebagai
berikut.

1. Alarm untuk kemampatan


Alarm satu ini akan berbunyi jika bagian bagian syringe pump mengalami kemampatan.
Kemampatan dapat disebabkan oleh banyak hal. Alarm dapat berbunyi akibat adanya
tekanan yang berlebih pada sistem pompa. Sensor alarm ini akan sekaligus mematikan
atau menghentikan tindakan pemompaan jika terjadi sumbatan.
2. Alarm untuk batasan jumlah cairan yang dimasukkan
Dalam mengonsumsi obat, tentunya akan ada aturan dan batasan tertentu. Hal ini agar
pasien dapat mengonsumsi obat dengan dosis yang tepat dan tidak berlebihan. Syringe
pump akan memberikan kemudahan karena akan ada alarm yang memberitahukan tenaga
medis bahwa cairan dan obat yang dimasukan sudah sampai pada batasnya atau sudah
sesuai dengan limit yang ditentukan. Jika batasan sudah tercapai, maka, secara otomatis
pompa akan berhenti dan alarm akan berbunyi sebagai tandanya.
3. Alarm untuk mengetahui cairan sudah hampir habis
Selain untuk mengetahui adanya sumbatan dan sudah tercapainya limit atau batasan
pemasukan cairan atau obat, alat ini juga dilengkapi dengan alarm uang memberitahukan
bahwa cairan yang ada pada alat akan segera habis. Hal ini untuk mencegah alat kehabisan
cairan atau obat yang semestinya dimasukan secara berkesinambungan.
Bagian – Bagian Syringe Pump

Tidak lengkap rasanya jika membahas syringe pump tanpa mengetahui bagian bagian syringe
pump. Adapun bagian utama dari syringe pump diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Panel untuk pengoperasian yang berisi power display, power switch, indikator syringe
size, start switch, dan indikator alarm.
2. Clamp yang memiliki fungsi sebagai penjepit suntikan atau syringe.
3. Cluth
4. Dialyang berfungsi sebagai alat untuk menurunkan dan menaikan delivery rame.
5. Slider
6. Slider hook
Contoh Prosedur Pemasangan Syringe Pump
Cara pemasangan syringe pump sendiri dapat dilakukan dengan mudah jika kita sudah mengetahui
dan terbiasa menggunakannya. Adapun secara umum, cara pemasangannya harus memperhatikan
prinsip berikut.
1. Menentukan konsentrasi
Hal paling krusial dalam menggunakan syringe pump adalah menentukan konsentrasi obat
atau cairan yang diukur dalam meq/cc. Kandungan obat yang tepat pada tiap ampul atau
gelas vialnya akan tertera pada kemasan obat. Jika Anda sudah mengetahui kandungan
obat pada tiap ampul atau gelas vialnya, saatnya melakukan pengenceran sesuai dengan
konsentrasi obat yang ingin Anda masukan dalam syringe.
2. Menentukan dosis
Hal kedua yang harus Anda perhatikan adalah penentuan dosis. Dosis obat untuk tiap
pasien akan berbeda tergantung dari banyak faktor.
3. Menentukan kecepatan
Cara yang harus dilakukan selanjutnya adalah menentukan kecepatan. Cepat lambatnya
pemasukan obat dipengaruhi oleh dosis dan konsentrasi obat.
Adapun langkah-langkah menggunakan syringe pump diantaranya adalah sebagai berikut.

 Melakukan pengisian daya selama kisaran 15 jam sebelum digunakan.


 Hidupkan alat.
 Melakukan pengaturan setelah alat selesai melakukan kalibrasi dan dalam bentuk
workmode dengan menekan tombol menu. Anda bisa mengatur kecepatan, waktu, dan
berat.
 Melakukan pengaturan parameter injeksi.
 Melakukan pengaturan injection rate dan injection volume.
 Setelah aturan sesuai, mulai melakukan pemasukan obat dengan menekan tombol start.
 Jika alarm berbunyi, Anda bisa menekan tombol silence dan memeriksa apa yang
menyebabkan alarm berbunyi.
 Matikan alat setelah selesai digunakan.
Agar syringe pump dapat bekerja dengan baik dalam waktu lama, Anda perlu mengetahui cara
perawatan syringe pump. Perawatan sebaiknya dilakukan secara berkala minimal 6 bulan sekali.
Jika alat tidak dapat berfungsi dengan baik, jangan gunakan alat dan segera melakukan konsultasi
dengan teknisi.
Pengecekan secara berkala hendaknya dilakukan oleh teknisi yang berpengalaman untuk
mengetahui apa ada kerusakan pada alat. Anda juga perlu melakukan pengecekan pada baterai
setiap 6 bulan. Perawatan yang dapat Anda lakukan secara berkala juga dengan selalu melakukan
pengisian daya secara teratur selama minimal 8 jam sebelum digunakan. Hal ini akan membuat
alat dapat bekerja dengan baik dalam waktu yang lama.
Terapi Listrik (Defibrilasi)
A. DEFIBRILASI
Defibrilasi adalah pengobatan yang menggunakan aliran listrik dalam waktu yang singkat secara
asinkron.
Indikasi
1. VF
2. VT tanpa nadi
3. VT polymorphyc yang tidak stabil

Defibrilasi harus dilakukan sedini mungkin dengan alasan :


1. Irama yang didapat pada permulaan henti jantung umumnya adalah ventrikel fibrilasi (VF)
2. Pengobatan yang paling efektif untuk ventrikel fibrilasi adalah defibrilasi.
3. Makin lambat defibrilasi dilakukan, makin kurang kemungkinan keberhasilannya.
4. Ventrikel fibrilasi cenderung untuk berubah menjadi asistol dalam waktu beberapa menit.

Alat yang dipergunakan


1. Defibrilator
Defibrilator adalah alat yang dapat memberikan shock listrik dan dapat menyebabkan
depolarisasi sementara dari jantung yang denyutnya tidak teratur, sehingga memungkinkan
timbulnya kembali aktifitas listrik jantung yang terkoordinir. Enerji dialirkan melalui suatu
elektrode yang disebut paddle. Defibrilator diklasifikasikan menurut 2 tipe bentuk gelombangnya
yaitu monophasic dan biphasic. Defibrilator monophasic adalah tipe defibrilator yang pertama
kali diperkenalkan, defibrilator biphasic adalah defibrilator yang digunakan pada defibrilator
manual yang banyak dipasarkan saat ini.
2. Jeli
Jeli digunakan untuk mengurangi tahanan dada dan membantu menghantarkan aliran listrik ke
jantung, jeli dioleskan pada kedua paddle.

Energi
Untuk VF dan VT tanpa nadi, energi awal 360 joule dengan menggunakan monophasic
deflbrilator, dapat diulang tiap 2 menit dengan energi yang sama, jika menggunakan biphasic
deflbrilator energi yang diperlukan berkisar antara 120 - 200 joule.

Prosedur defibrilasi
1. Nyalakan deflbrilator
2. Tentukan enerji yang diperlukan dengan cara memutar atau menggeser tombol enerji
3. Paddle diberi jeli secukupnya.
4. Letakkan paddle dengan posisi paddle apex diletakkan pada apeks jantung dan paddle sternum
diletakkan pada garis sternal kanan di bawah klavikula.
5. Isi (Charge) enerji, tunggu sampai enerji terisi penuh, untuk mengetahui enerji sudah penuh,
banyak macamnya tergantung dari defibrilator yang dipakai, ada yang memberi tanda dengan
menunjukkan angka joule yang diset, ada pula yang memberi tanda dengan bunyi bahkan ada
juga yang memberi tanda dengan nyala lampu.
6. Jika enerji sudah penuh, beri aba-aba dengan suara keras dan jelas agar tidak ada lagi anggota
tim yang masih ada kontak dengan pasien atau korban, termasuk juga yang mengoperatorkan
defibrilator, sebagai contoh:
"Enerji siap "
"Saya siap "
"Tim lain siap"
7. Kaji ulang layar monitor defibrillator, pastikan irama masih VF/VT tanda nadi, pastikan enerji
sesuai dengan yang diset, dan pastikan modus yang dipakai adalah asinkron, jika semua benar,
berikan enerji tersebut dengan cara menekan kedua tombol discharge pada kedua paddle.
Pastikan paddle menempel dengan baik pada dada pasien (beban tekanan pada paddle kira-kira
10 kg).
8. Kaji ulang di layar monitor defibrilator apakah irama berubah atau tetap sama scperti sebelum
dilakukan defibrilasi, jika berubah cek nadi untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan RJP,
jika tidak berubah lakukan RJP untuk selanjutnya lakukan survey kedua.

Automated External Defibrilator (AED)


AED adalah sebuah defibrilator yang bekerja secara komputer yang dapat :
1. Menganalisa irama jantung seorang korban yang mengalami henti jantung.
2. Mengenal irama yang dapat dilakukan tindakan defibrilasi ( shock)
3. Memberikan petunjuk pada operator ( dengan memperdengarkan suara atau dengan indikator
cahaya)

AED digunakan jika korban mengalami henti jantung :


1. Tidak berespon
2. Tidak bernafas
3. Nadi tidak teraba atau tanda - tanda sirkulasi lain

Elektroda adhesif ditempatkan pada dada korban dan disambungkan ke mesin AED, paddle
elektroda mempunyai 2 fungsi yaitu :
1. Menangkap sinyal listrik jantung dan mengirimkan sinyal tersebut ke komputer.
2. Memberikan shock melalui elektroda jika terdapat indikasi.

B. KARDIOVERSI
Kardioversi adalah pengobatan yang menggunakan aliran listrik dalam waktu singkat secara
sinkron.

Indikasi
1. Ventrikel Takikardi
2. Supra Ventrikel Takikardi
3. Atrial flutter
4. Atrial Fibrilasi

Alat yang dipergunakan


1. Defibrilator yang mempunyai modus sinkron
2. Jeli
3. Troli emergensi, terutama alat bantu napas
4. Obat-obat analgetik dan sedatif
5. Elektrode EKG

Energi
Enerji awal untuk SVT dan Atrial Flutter adalah 50 joule, apabila tidak berhasil enerji dapat
dinaikan menjadi 100 joule, 200 joule, 300 joule dan 360 joule.
Untuk VT monomorphic dan Atrial Fibrilasi, enerji awal adalah 100 jule dan dapat dinaikan
sampai 360 joule.
Sedangkan untuk VT polymorphic besarnya energi dan modus yang dipakai sama dengan yang
digunakan pada tindakan defibrilasi

Prosedur
Prosedur tindakan kardioversi sama dengan tindakan deflbrilasi, hanya pada saat menekan
tombol discharge kedua tombol tersebut harus ditekan agak lama, karena modul yang dipakai
adalah modul sinkron dimana pada modul ini energi akan dikeluarkan (diberikan ) beberapa
milidetik setelah defibrilator tersebut menangkap gelombang QRS. jika deflbrilator tidak dapat
menangkap gelombang QRS enerji tidak akan keluar. Pasien dengan takikardi walaupun
mungkin keadaannya tidak stabil akan tetapi kadang pasiennya masih sadar, oleh sebab itu jika
diperlukan tindakan kardioversi, maka pasien perlu diberikan obat sedasi dengan atau tanpa
analgetik.
CARA MENGHITUNG / MENGUKUR CVP (TEKANAN VENA CENTRAL)
Pengertian
Mengukur CVP adalah sebuah tindakan keperawatan untuk mengetahui tekanan cairan pada
vena central.

Tujuan:
1. Mengetahui tekanan cairan pada vena central
2. Menentukan jumlah terapi cairan yang tepat untuk pasien
3. Mengetahui kerja jantung

Persiapan alat:
1. CVC dengan double lumen atau triple lumen
2. Medifix line
3. Medifix Scale
4. Waterpas
5. Buku dan alat tulis

Prosedure tindakan:
1. Salam dan perkenalkan diri
2. Jelaskan prosedure dan tujuan
3. Privasi
4. Persetujuan tindakan
5. Posisikan pasien terlentang dan lurus
6. Isikan cairan pada ujung selang / line medifix yang diilitkan pada medifix scale. line medifik
yanglain dihubungkan ke pasien, yang lain lagi ke cairan infus.
7. Tentukan zero point sejajar pada pasien dengan cara, cari sela iga ke 4 mid axila
8. Setelah salah satu ujung line yang menempel pada medifix scale diisi cairan infus maka
bukalah line yang menuju ke pasien dan tutuplah line dari cairan infus
9. Tunggu lah sampai pada hasil yang sesuai dengan kondisi pasien pada saat itu
10. Pada titik terendah undulasi pada line medifix maka itulah hasil atau nilai CVP yang kita
ukur
11. Catat pada buku catatan yang disediakan
12 Nilai normal CVP adalah rentang 10 - 14 CmH2O
13. Rapikan pasien dan alat-alat
14. Cuci tangan
15. Laporkan hasil pada dokter

Anda mungkin juga menyukai