b.
c.
Selang penghubung.
4. PROSEDUR KERJA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Jika ada hal yang kurang tepat, alat akan memberikan peringatan dengan suara
dan lampu yang menyala merah.
Evaluasi respon klien terhadap pemberian cairan.
5. PENYELESAIAN
1.
2.
Merapikan alat
Merapikan pasien
Pastikan penghitungan obat sudah sesuai dengan kebutuhan dengan pengenceran yang
dilakukan.
3.
Pastikan bahwa memberikan obat menggunakan syring pump, dosis yang masuk kedalam
sirkulasi adalah dalam bentuk cc per jam, sehingga didapatkan dosis sesuai kebutuhan
4.
Pengenceran obat yang dilakukan untuk mempermudah memberikan jumlah dosis sesuai
kebutuhan.
Analisanya
Pada pasien Wyn Suadnyana, diberikan Isoket 20 mg yang diencerkan dengan NaCl 0,9%,
pada awalnya diberikan disis 5 mcg/jam, 30 menit kemudian dosis dinaikkan menjadi 10
mcg/jam dan 1 jam kemudian dosis dinaikkan menjadi 20 mcg/jam. Jadi dengan demikian
pemberian obat dengan menggunakan syring pump sangat baik untuk memberikan terapi
yang tepat. Disamping itu penggunaan syring pump akan lebih memudahkan dalam
memberikan obat baik untuki menaikkan maupun menurunkan dosis pemberian secara cepat
sesuai instruksi.
Referensi
Barbara E.,(1999), Rencana Asuhan keperawatan Medikal- Bedah Volume I, EGC,
Jakarta
Barbara E.,(1999), Rencana Asuhan keperawatan Medikal- Bedah Volume III,
EGC, Jakarta
Barbara C. long,( 1996), Perawatan Medikal Bedah : suatu pendekatan proses
keperawatan,Alih bahasa Yayasan ikatan alumni pendidikan keperawatan
bandung,Yayasan IAPK, Bandung
Hudak & Gallo, ( 1997), Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik, EGC, Jakarta
www.syringpump.org.co: materi pemakaian syring pump.
Gloria Oblouk Darovic : Hemodynamic Monitoring
SYRINGE PUMP
Gambar 1
Deskripsi
Alat syringe pump merupakan suatu alat yang di gunakan untuk memberikan cairan atau obat
kepada kedealam tubuh pasien dalam jangka waktu tertentu secara teratur . Secara khusus alat
ini mentitikberatkan atau memfokuskan pada jumlah cairan yang diamasukan kedalam tubuh
pasien, dengan satuan mililiter per jam (ml/h).
Alat ini menggunakan motor dc sebagai tenaga pendorong syringe yang berisi cairan atau
obat yang akan dimasukan kedalam tubuh pasien. Alat ini menggunakan sistem elektronik
mikroprosesor yang berfungsi dalam pengontrolan dalam pemberian jumlah cairan ke tubuh
pasien, sensor dan alarm. Dalam sistem Mekanik yaitu dengan gerakan motor sebagai tenaga
pendorong.
Pada dasarnya pada syringe pump terdiri dari beberapa rangkaian yaitu rangkaian pengatur
laju motor (pendeteksi rpm), rangkaian komparator, dan rangkaian sinyal referensi.
Motor akan berputar untuk menggerakkan spuit merespon sinyal yang diberikan oleh
rangkaian pengendali motor, tetapi putaran motor itu sendiri tidak stabil sehingga perubahanperubahan itu akan dideteksi oleh rangkaian pendeteksi rpm. Sinyal yang didapat dari
pendeteksi rpm akan dibandingkan dengan sinyal referensi, dimana hasil dari perbandingan
tersebut akan meredakan ketidakstabilan motor. Motor akan mengurangi lajunya jika
perputarannya terlalu cepat dan sebaliknya akan menambah kecepatan jika perputarannya
terlalu pelan sehingga didapatkan putaran motor yang stabil.
Syringe pump didesain agar mempunyai ketepatan yang tinggi dan mudah untuk digunakan.
Syringe pump dikendalikan dengan mikro computer / mikro kontrolir dan dilengkapi dengan
system alarm yang menyeluruh.
Lihat gambar 1. Contoh dari syringe pump
Sistem Alaram dan Keamanan
Untuk menjaga keamanan ke pasien (patient safety), maka alat ini dilengkapi dengan sistem
Alaram, diantaranya adalah sebagai berikut
1. Alaram Occlusion / Kemampatan
> berfungsi untuk memberikan tanda bunyi alaram dan memberhentikan sistem pompa pada
saat terjadi sumbatan pada IV line dan pembuluh darah pada pasien. Kondisi Alaram terjadi
pada saat sensor Occlusion mendeteksi tekanan, nilai tekanan pada kondisi ini berkisar 60-80
Kpa, 350-500 mmHg.
2. Alaram Delivery Limit
> Untuk memberikan batasan jumlah cairan yang akan diberikan pada pasien. Jika jumlah
cairan yang diberikan sudah tercapai, maka alaram akan berbunyi dan alat akan berhenti
memompa.
3. Alaram Nearly empty
> Berfungsi untuk memberikan isyarat suara alaram pada saat cairan yang diberikan pada
pasien akan segera habis.
Fungsi alat
Memasukan cairan atau obat ke tubuh pasien dengan tingkat akurasi yang tinggi.
Untuk mencegah periode kadar obat atau cairan yang dimasukan, dimana Tingkat obat di
dalam darah terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Menghindari penggunaan tablet yang dikarenakan pasien yang mengalami kesulitan
dalam meminum tablet.
Bagian Bagian Syringe Pump
Lihat gambar 2
Saya mengambil contoh adalah syringe pump merek Terumo model TE 331
> Operation panel; yang didalamnya terdapat beberapa tombol untuk mengoperasikan syringe
pump.
> Clamp; berfungsi sebagai penjepit syringe (suntikan).
> Slit; merupakan celah untuk menempatkan syringe.
> Slider Hook.
> Cluth.
> Slider.
> Dial ; berfungsi untuk menaikan dan menurunkan nilai delivery rame.
Panel Pengoperasian (operation panel)
Pada panel pengoperasian atau operation panel terdapat beberapa bagian, antara lain:
1) Power Display; terdiri dari :
a. [AC/DC] indicator; lampu akan menyala jika syringe pump menggunakan
sumber AC ataupun DC
b. [BATTERY] indicator
2) Power Switch; berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan syringe pump.
3) Syringe size Indicator; menunjukkan ukuran dari syringe. Adapun syringe pump type TE311 ini mampu mendeteksi ukuran syringe (suntikan) dengan berbagai ukuran diantaranya
adalah (10, 20, 30, 40, 50 ml).
4) Start Switch; merupakan tombol untuk memulai proses pemasukan cairan kedalam tubuh
pasien.
5) Alarm Indicator; terdapat beberapa alarm diantranya:
a. Occlusion Alarm; artinya alarm akan berbunyi jika terjadi kemacetan pada proses
pemasukan cairan kedalam tubuh pasien.
b. Nearly Empty; artinya alarm akan berbunyi jika cairan yang terdapat dalam syringe
(suntikan) akan habis atau mendekati habis.
c. Low Battery; alarm akan berbunyi jika tegangan dalam baterai lemah sehingga perlu
Mumpung masih hobi nulis, apa yang kepikir coba ditulis deh, kali aja ada manfaatnya.
Terlepas dari urusan Undang-Undang Perawat yang masih harus terus kita perjuangkan, dan
tentunya Undang-Undang Keperawatan adalah harga mati, gak boleh nawar sedikitpun.
Selama ini memasang infus (IVFd Intravenous Fluids), sudah menjadi keseharian tugas
perawat. Terkadang memasang infus adalah hal yang gampang, kadang pula karena hal-hal
sepele kita malah gagal memasangnya. Berikut sepuluh hal yang sering terlupa ataupun yang
menjadi penyebab kita gagal dalam memasang infus
1. Salah Sudut
Hal penentu masuk dan tidaknya abocath kedalam pembuluh darah vena secara tepat
tergantung dari perawat ketika dalam membuat sudut pemasangan ketika akan menusuk.
Kemiringan jarum abocath tidak boleh terlalu besar, karena akan berimbas pecahnya
pembuluh darah vena karena terjadi ruptur akibat tembusnya abocath pada bagian bawah
vena. Sebaliknya sudut yang terlalu kecil mengakibatkan abocath hanya akan berjalan-jalan
didalam kulit (dibawah permukaan kulit) tanpa mengenai pembuluh darah, dan tahukah anda,
ini berasa sangat sakit sekali. Sebelum menusukkan abocath, perkirakan bahwa sudut yang
kita buat adalah berkisar antara 40 hingga 60 derajat dari permukaan kulit pasien,
tusukkanlah dan rasakan ketika ujung jarum menembus pembuluh darah, kurangi sedikit
sudutnya sambil menarik sedikit jarum ketika darah sudah terlihat keluar dia penampung
darah abocath, terus dorong selang abocath hingga habis, tarik jarum, tekan sedikit pada
permukaan kulit tempat masuknya jarum agar darah tidak mengalir, masukkan selang ifus
dan alirkan cairan.
2. Salah Ukuran Abocath
Pastikan selalu perhatikan ukuran pembuluh darah yang akan ditusuk dan perkirakan dengan
ukuran abocath. Ingat, disini ilmu kirologi perawat sangat dibutuhkan. Ukuran jarum abocath
berhitung terbalik, semakin kecil nomornya, semakin besar ukuran jarumnya, dan ukuran
abocath untuk infus selalu genap. Untuk ukuran pasien Indonesia, pada orang dewasa
lazimnya memakai abocath dengan ukuran 20 G, sedangkan pada anak-anak dimulai pada
ukuran 24 G keatas. Yang perlu dicatat disini, ukuran jarum mempengaruhi jumlah cairan
yang masuk, apabila pada kondisi pasien syok, maka jumlah cairan yang masuk pun harus
dalam jumlah banyak dan cepat, makanya biasanya untuk pasien-pasien gawat dan
memerlukan terapi cairan yang banyak dan cepat, biasanya menggunakan abocath berukuran
18 G, begitupun untuk calon pasien operasi biasanya menggunakan abocath dengan ukuran
18 G. Catatan penting disini, semakin besar ukuran jarum, maka panjang abocath juga
semakin panjang, oleh karena itu perlu disesuaikan dengan pembuluh darah.
3. Salah Memilih Pembuluh Darah Vena
Kesalahan yang berikutnya adalah kesalahan dalam memilih pembuluh darah vena, yang
harus diingat pemilihan pembuluh darah vena adalah dari ujung ke pangkal, dari punggung
tangan semakin keatas. Pembuluh darah yang dicari pun harus dicari yang tidak bercabang
dan tidak keriting, karena akan mengakibatkan pecahnya pembuluh darah. Vena yang kita
pilih juga tidak boleh yang melewati persendian, karena akan mengakibatkan infus mudah
macet.
4. Salah Cairan
Memasang infus adalah kerja kolaborasi perawat dengan profesi lain, namun sebagai perawat
kita harus jeli, apakah cairan yang diorder benar-benar sesuai dengan kebutuhan serta kondisi
pasien atau tidak, karena perawat adalah seseorang yang mendampingi pasien selama 24 jam.
Pelajari apa saja yang terkandung dalam cairan infus tersebut, misalnya pada pasien dengan
oedem harus membatasi garam, maka cairan NaCl harus dipertimbangkan, pada pasien DM
penggunaan cairan Dextrose harus benar-benar diperhatikan, cairan-cairan dengan
osmolaritas tinggi perlu dibatasi kadarnya. Hal terpenting, jangan sampai salah cairan yang
masuk ke pasien, karena itu sangat merugikan dan membahayakan pasien.
5. Salah Pasien
Yang ini nih, jangan sampe lupa ya... kenali pasien anda dengan dilihat, diraba dan
diterawang.. hehehe.. emang duit. Yang bener harus dilihat, ditanya dan diyakinkan...
6. Lupa Mengalirkan cairan dalam selang infus
Keteledoran yang lumayan sering terjadi adalah abocath sudah tertusuk tapi cairan belum
siap... ini nih yang sering bikin berabe, dan kesannya tidak profesional. Buatlah sebuah ritual
khusus dalam memasang infus, misal menusuk botol, mengalirkan cairan dalam selang
melihat ada udara atau tidak baru gantungkan diatas tiang infus, jadikan itu adalah ritual
pertama sebelum memasang infus, jadi walaupun pikiran kita sedang ruwet otak bawah sadar
kita pasti akan melakukannya ketika memasang infus.
7. Lupa memotong Plaster
Ini nih yang gak kalah bikin bete... sudah siap semuanya eh.. plaster belum ada, repot kan
jadinya. Masih nyambung dengan poin sebelumnya, pastikan memotong plaster adalah ritual
kedua setelah mempersiapkan cairan dan selang, hitung bener-bener jumlah plaster, panjang
pendeknya sudah tepat belum (sesuai ilmu kirologi) atau kalau memakai metode satu plaster
apakah plaster sudah dibelah atau belum.
8. Lupa Melakukan Desinfeksi
Terkadang hal yang sepele begini bisa kelupaan loh... dengan pedenya kita menusukkan
abocath, eh baru teringat belum di desinfeksi, hal ini bisa karena kita terlalu grogi, terlaluburu-buru tau lupa bawak alatnya. What ever alasan kita, pokoknya melakukan desinfeksi
SYRINGE PUMP
I.
GAMBAR ALAT
II.
DATA SPESIFIKASI
Merk
Input tegangan
Klasifikasi
III.
: ACMA
: 230 VAC / 50/60 Hz
: kelas II, Type CF
Batteray
Kondisi penyimpanan
Tekanan
Konsumsi daya
: 15 VA
PENGERTIAN ALAT
adalah perangkat medis yang digunakan untuk memberikan cairan ke dalam
tubuh pasien dalam jumlah besar atau kecil, dan dapat digunakan untuk
memberikan nutrisi atau obat - seperti insulin atau hormon lainnya, antibiotik,
obat kemoterapi, dan penghilang rasa sakit. dengan cara yang terkendali.
IV.
Tampak Depan
Keterangan
1.
LCD DISPLAY
2.
CHARGE LED
14. ENTER
3.
AC LED
15. SHUTTLE
4.
ALARM LED
5.
WORKING LED
6.
ON / OFF
7.
START / STOP
8.
SILENCE
9.
MENU
10. MODE
22. PUSHER
11. PURGE
12. UP KEY
b.
Tampak belakang
Keterangan
V.
1.
CASCADE SCREW
7.
COMMUNICATED PORT
2.
CASCADE BAR
8.
AC POWER INLET
3.
PUMP FEET
9.
CLAMP SCREW
4.
BATTERAY COVER
5.
MODEL TAG
6.
PUMP HANDLE
CARA PENGOPERASIAN
a)
Hubungkan kabel power dengan jala-jala PLN jika tidak menggunakkan
batteray,
b) Hidupkan alat dengaan menekan tombol power ON/OFF,
c) Ketika alat dihidupkan system akan mengkalibrasi sendiri sebelum digunakkan,
d)
e)
f)
g)
h)
i)
START / STOP,
j)
Ketika alarm berbunyi tekan tombol SILENCE,
k) Setelah selesai digunakkan teken tombol ON/OFF selama lebih dari 2 detik
untuk mematikkan.
VI.
TROUBLESHOOTING
Permasalahan
Alat tidak bisa
dihidupkan
Occlusion Alarm
Penyebab
Perbaikkan
Batteray rusak
Hentikkan pengoperasian
dan ganti batteray yang
baru.
Batteray low
Selang menekuk
ganti syiringe
Hubungi vendor
Alarm syiringe
mati
Install syiringe
Alarm kecepatan
tidak normal
Batteray rusak
Gunakkan tegangan AC
dan ganti batteray
Tegangan batteray
dibawah
Hubungkan dengan AC
power dan cas batteray
9.3 V
Alarm selesai
VII.
diinjeksikkan
kembalikkan alarm
KESIMPULAN
Dari praktek yang telah saya lakukan saya dapat tarik kesimpulan bahwa alat
ini sangat di perlukan, Karena digunakan untuk memberikan cairan ke dalam
tubuh pasien dalam jumlah besar atau kecil, dan dapat digunakan untuk
memberikan nutrisi atau obat - seperti insulin atau hormon lainnya, antibiotik,
obat kemoterapi, dan penghilang rasa sakit. dengan cara yang terkendali.
I.
II.
Rangkaian kontroller merupakan pusat dari seluruh kerja dari infusion pump.
Setting infusion pump terdiri dari flow rate, volume diberikan ke kontroller
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
III.
IV.
Troubleshooting
Permasalahan
Perbaikkan
V.
Occlusion alarm
KESIMPULAN