Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN TARAPEUTIK, KEBUTUHAN

PSIKOSOSIAL DAN TEKNIK KOMUNIKASI


NAMA : BELLA AYU NURLITA SARI
KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM KEBIDANAN
HUBUNGAN TARAPEUTIK, KEBUTUHAN
PSIKOSOSIAL DAN TEKNIK KOMUNIKASI
NAMA : BELLA AYU NURLITA SARI

HUBUNGAN TARAPEUTIK, KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL DAN TEKNIK KOMUNIKASI


FASE-FASE KOMUNIKASI TERAPEUTIK

1.      Tahap Persiapan (Prainteraksi)

.     FASE-FASE KOMUNIKASI TERAPEUTIK

.               Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan.

-     Menganalisis kekuatan dan kelemanhan sendiri.

-    Mengumpulkan data tentang klien.

-   Merencanakan pertemuan yang pertama dengan klien.

2.      Tahap Perkenalan

a.       Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan, dan komunikasi terbuka.

b.      Merumuskan kontrak pada klien. Kontrak ini sangat penting untuk menjamin


kelangsungan sebuah interaksi .

c.       Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien.

d.      Merumuskan tujuan dengan klien. Perawat perlu merumuskan tujuan interaksi bersama klien
karena tanpa keterlibatan klien  mungkin tujuan sulit dicapai.

3.      Tahap Kerja

Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik.
Pada tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk mengatasimasalah
yang dihadapi klien. Pada tahap kerja ini dituntut kemampuan perawat dalam mendorong klien 1
mengungkap perasaan dan pikirannya. Perawat juga dituntut untuk
mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi terhadap adanya perubahan dalam
respons verbal maupun nonverbal klien.

Pada tahap ini perawat perlu melakukan active listening karena tugas perawat pada tahap kerja
ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Melalui active listening, perawat
HUBUNGAN TARAPEUTIK, KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL DAN TEKNIK KOMUNIKASI

membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang dihadapi, bagaimana cara mengatasi


masalahnya, dan mengevaluasi cara atau alternatif pemecahan masalah yang telah
dipilih.

4.      Tahap Terminasi

Terminasi merupakan akhir dari pertemuan  perawat  dengan  klien.  Tahap ini dibagi dua yaitu
terminasi sementara  dan  terminasi  akhir.

Tugas perawat pada tahap ini antara lain:

a.       Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini


juga disebut evaluasi objektif. Dalam mengevaluasi, perawat tidak boleh terkesan menguji
kemampuanklien, akan tetapi sebaiknya terkesan sekedar mengulang
atau menyimpulkan.

b.      Melakukan  evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan dengan menanyakan perasaan


klien setelah berinteraksi dengan perawat.Perawat perlu mengetahui bagaimana
perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat

c.       Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindakan ini juga
disebut sebagai pekerjaan rumah untuk klien. Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan
interaksi yang akan dilakukan berikutnya. Misalnya pada akhir interaksi klien sudah memahami
tentang beberapa alternatif mengatasi marah. Maka untuk tindak lanjut perawat mungkin
bisa meminta klien untuk mencoba salah satu dari alternatif tersebut.

d.      Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya. Kontrak ini penting dibuat agar terdapat
2 kesepakatan antara perawat dan klien untuk pertemuan berikutnya.   Kontrak yang dibuat
termasuk tempat, waktu, dan tujuan interaksi.
Stuart G.W. (1998) dalam Suryani  (2005), menyatakan bahwa proses terminasi perawat-klien 
merupakan  aspek penting dalam asuhan  keperawatan, sehingga jika hal tersebut  tidak  dilakukan
dengan  baik  oleh  perawat, maka  regresi  dan kecemasan dapat terjadi lagi pada klien.
Timbulnya respon tersebut sangatdipengaruhi oleh kemampuan perawat untuk terbuka,

HUBUNGAN TARAPEUTIK, KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL DAN TEKNIK KOMUNIKASI


empati dan responsif terhadap kebutuhan klien pada pelaksanaan tahap sebelumnya.

C.    PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik adalah :

1.      Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami


dirinya sendiri serta nilai yang dianut.

2.      Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling
menghargai.

3.      Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien.

4.      Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.

5.      Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi


untuk mengubah dirinya baik sikap, tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang
dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi.

6.      Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk


mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun
frustasi.

7.      Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan


konsistensinya.

8.      Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya
simpati bukan tindakan yang terapeutik. 3

9.      Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik.


10.  Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan orang
lain tentang kesehatan, oleh karena itu petugas perlu mempertahankan suatu keadaan
sehat fisik mental, spiritual dan gaya hidup.

11.  Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila dianggap mengganggu.


HUBUNGAN TARAPEUTIK, KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL DAN TEKNIK KOMUNIKASI

12.  Altruisme, yaitu mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara


manusiawi.

13.  Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin mengambil keputusan
berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia.

14.  Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri
atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain.

PSIKOSOSIAL

Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat
psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik.

Masalah-masalah psikososial adalah masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang


mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat terjadinya perubahan sosial dan
atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa.

Contoh-contoh masalah psikosial antara lain :

1.      Psikotik Gelandangan.

2.      Pemasungan Penderita Gangguan Jiwa.

3.      Masalah Anak : Anak Jalanan, Penganiayaan Anak.

4.      Masalah Anak Remaja : Tawuran, Kenakalan.


4
5.      Penyalahgunaan Narkotika Dan Psikotropika.

6.      Masalah Seksual : Penyimpangan Seksual, Pelecehan Seksual, Eksploitasi Seksual.


7.      Tindak Kekerasan Sosial.

8.      Stress Pasca Trauma.

9.      Pengungsi/Migrasi.

HUBUNGAN TARAPEUTIK, KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL DAN TEKNIK KOMUNIKASI


10.  Masalah Usia Lanjut Yang Terisolir.

11.   Masalah Kesehatan Kerja: Kesehatan Jiwa di Tempat Kesrja, Penurunan


Produktifitas,Stres di tempat kerja.

12.  Dan lain-lain : HIV/AIDS

Tinjauan satu persatu masalah-masalah psikososial yang ada dalam masyarakat


di Indonesia. Masing-masing masalah psikososial akan ditinjau menurut pengertian,
Penyebab, pengenalan, penatalaksanaan dan pencegahan.

MASALAH-MASALAH PSIKOSOSIAL

1.      Psikotik Gelandangan

Psikotik gelandangan adalah penderita gangguan jiwa kronis yang keluyuran di jalan-
jalan umum, dapat mengganggu ketertiban umum dan merusak keindahan
lingkungan.

2.      Masalah Anak : Anak Jalanan, Penganiayaan Anak

Anak Jalanan

Anak jalanan adalah anak-anak yang menghabiskan sebagian waktunya untuk bekerja
di jalanan kawasan urban. UNICEF (1986) memberikan batasan sebagai “Children

3.      Anak Remaja (Tawuran, Kenakalan Remaja) 5

Tawuran
Tawuran adalah kegitan “sampingan” pelajar, yang beraninya hanya kalau
bergerombol/berkelompok dan sama sekali tidak ada gunanya,bahkan dapat dibilang
merupakan tindakan pengecut.

4.      Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA)


HUBUNGAN TARAPEUTIK, KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL DAN TEKNIK KOMUNIKASI

Penyalahgunaan NAPZA adalah pemakaian NAPZA yang bukan untuk tujuan


pengobatan atau yang digunakan tapa mengikuti aturan atau pengawasan dokter,
digunakan secara berkali-kali, Kadang-kadang atau terus menerus, seringkali
menyebabkan ketagihan atau ketergantungan, baik secara fisik/jasmani, maupun
mental emosional sehingga menimbulkan gangguan fisik, mental-emosional dan
fungsi sosial.

Anda mungkin juga menyukai