Anda di halaman 1dari 46

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan tindakan yang sering

dilakukan di rumah sakit. Namun, hal ini tinggi resiko terjadinya infeksi yang akan

menambah tingginya biaya perawatan dan waktu perawatan. Tindakan pemasangan infus

akan berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar yang telah

ditetapkan, sehingga kejadian infeksi atau berbagai permasalahan akibat pemasangan

infus dapat dikurangi, bahkan tidak terjadi (Priharjo, 2008).

Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah

cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik)

untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.(Yuda, 2010)

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Tujuan penulisan secara umum memberikan penjelasan mengenai infus

2. Tujuan Khusus

Tujuan penulisan secara khusus memberi gambaran tentang :

- Memberikan pengetahuan tentang Infus

- Kesimpulan yang berguna untuk memberikan resume dari penjelasan isi makalah

keseluruhan agar dapat berguna bagi pembacanya.

 
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Terapi intravena digunakan untuk mengobati berbagai kondisi pasien.  Infus

intravenous adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan sedapat

mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena dalam

volume relatif banyak. Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) merupakan

pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh

vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari

tubuh.

Pemberian cairan intravena (infus) yaitu memasukan cairan atau obat langsung

kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan

infus set (potter,2005). Tindakan infus diberikan pada kliendengan dehidrasi, sebelum

transfusidarah, pra dan pasca bedah sesuaiprogram pengobatan, serta klien yangsistem

pencernaannya terganggu.

Keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah :

1. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)

2. Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)

3. Fraktur tulang, khususnya di pelvis (panggul) dan paha

4. Kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi

5. Diare dan demam

6. Luka bakar luas        

7. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung

 
Pengganti cairan dan elektrolit secara parenteral diganti melalui cairan infus yang 

diberikan seara langsung kedalam darah bukan asupan melalui sistem cerna. Pengantian

parenteral meliputi pemberian nutrisi parenteral total (NPT) , terapi cairan dan elektrolit

inter vena serta pergantian darah.

Peralatan akses vaskular (vaskular akses devices, PAV)  terdiri dari kateter, kanula,

tempat-tempat infus yang dirancang untuk akses berulang kesistem vaskuler dalam

panjang. Tempat masuknya infus (infusition port) lebih aman dari pada kateter yang

dipasang secara perifer dan terbukti meningkatkan mekanisme penghantaran terapi intra

vena jangka panjang. ketetr sentral yang dimasukkan secara perifer (peripherally inserted

central catheter, PICC).

Terapi intravena. Tujuan pemberian cairan IV ialah untuk mencegah atau

mengoreksi gangguan cairan dan elektrolit, misalnya seorang klien yang menderita luka

bakar derajat 3 yang mengenai 40% permukaan, berda dalam kondisi sakit yang kritis dan

membutuhkan pegaturan terapi IV yang teliti karena adanya perubahan keseimbangan

cairan dan elektrolit yang terus menerus.

Apabila pemberian cairan IV dibutuhkan dan diprogramkan oleh dokter, perawat

harus mengidentifikasi larutan yang benar, peralatan, dan prosedure yang dibutuhkan

untuk memulai , mengatur dan mempertahankan sistem. Perawat juga harus

mengidentifikasi dan mengoreksi masalah serta menghentikan infus.

Tipe larutan banyak tersedia larutan elektrolit siap pakai. Kategori larutan elektrolit

terbagi menjadi : isotonik , hipotonik dan hipertonik.  Suatu larutan bersifat isotonik

apabila osmolaritasnya mendekati osmolaritas plasma. Larutan hipotonik ialah larutan

yang memiliki osmolaritas kurang dari osmolaritas plasma dan larutan hipertonik ialah

larutan yang memiliki osmolaritas lebih besar dari osmolaritas plasma. Secara umum,

cairan isotonik digunakajn untuk penggantian volume ekstrasel (misal, kelebihan volume
cairan setelah muntahyang berlangsung lama). Keputusan untuk menggunakan larutan

hipertonik atau hipotonik didasarkan pada ketidakseimbangan elektrolit yang spesifik.

Peralatan seleksi dan penyiapan peralatan yang benar memungkinkan pemasangan

selang intravena menjadi aman dan cepat kerna cairan dimasukkan kealiran darah nmaka

membutuhkan tekhnik steril. Peralatan standar meliputi larutan dan selang intravena

jarum atau kateter, antiseptik,turnikuet, sarung tangan dan balutan.

B. TUJUAN PEMASANGAN INFUS

1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang menganung air,

elektrolit,vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara

adekuatmelalui oral.

2. Memperbaiki keseimbangan asam basa.

3. Memperbaiki volume komponen-komponen darah.

4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh.

5. Memonitor tekan Vena Central (CVP).

6. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan

C. PERALATAN AKSES VENA

Terdiri dari kateter, kanula, tempat-tempat infus yang dirancang untuk akses

berulang kesistem vaskuler dalam panjang. Tempat masuknya infus (infusition port) lebih

aman dari pada kateter yang dipasang secara perifer dan terbukti meningkatkan

mekanisme penghantaran terapi intra vena jangka panjang. ketetr sentral yang

dimasukkan secara perifer (peripherally inserted central catheter, PICC).

Terapi intravena. Tujuan pemberian cairan IV ialah untuk mencegah atau

mengoreksi gangguan cairan dan elektrolit, misalnya seorang klien yang menderita luka
bakar derajat 3 yang mengenai 40% permukaan, berda dalam kondisi sakit yang kritis dan

membutuhkan pegaturan terapi IV yang teliti karena adanya perubahan keseimbangan

cairan dan elektrolit yang terus menerus.

Apabila pemberian cairan IV dibutuhkan dan diprogramkan oleh dokter, perawat

harus mengidentifikasi larutan yang benar, peralatan, dan prosedure yang dibutuhkan

untuk memulai , mengatur dan mempertahankan sistem. Perawat juga harus

mengidentifikasi dan mengoreksi masalah serta menghentikan infus.

Tipe larutan banyak tersedia larutan elektrolit siap pakai. Kategori larutan elektrolit

terbagi menjadi : isotonik , hipotonik dan hipertonik.  Suatu larutan bersifat isotonik

apabila osmolaritasnya mendekati osmolaritas plasma. Larutan hipotonik ialah larutan

yang memiliki osmolaritas kurang dari osmolaritas plasma dan larutan hipertonik ialah

larutan yang memiliki osmolaritas lebih besar dari osmolaritas plasma. Secara umum,

cairan isotonik digunakajn untuk penggantian volume ekstrasel (misal, kelebihan volume

cairan setelah muntahyang berlangsung lama). Keputusan untuk menggunakan larutan

hipertonik atau hipotonik didasarkan pada ketidakseimbangan elektrolit yang spesifik.

Peralatan seleksi dan penyiapan peralatan yang benar memungkinkan pemasangan

selang intravena menjadi aman dan cepat kerna cairan dimasukkan kealiran darah maka

membutuhkan tekhnik steril. Peralatan standar meliputi larutan dan selang intravena

jarum atau kateter, antiseptik,turnikuet, sarung tangan dan balutan.

1. Perlengkapan dan Peralatan berhubungan dengan infus.

Meliputi tiang infus, label untuk botol infus dan selang IV, plester, penyangga

lengan, set infus, penyaring dan alat pengatur aliran. Label yang membuat informasi

seperti beriku : nama pasien dan nomer identifikasi jumlah larutan utama dan jumlah

total: kecepatan aliran, tanggal persiapan dan kadaluarsa, syarat penyimpanan (jika

dapat disimpan), nama orang yang menyiapkan dan mengganti infus. Setiap selang
juga harus diberi label dengan informasi mengenai tanggal dan waktu penggantungan

dan nama inisial orang yang menggantung selang.

2. Memilih Set pemberian

Pemilihan set IV tergantung pada kebutuhan ada situasi tertentu.

3. Ukuran tetesan T

Tabung tetesan memberikan tetesan mikro (60tts/ml) atau tetesan makro

(10-15tts/ml) sistem tetesan makro harus dipilih bila diperlukan jumlah larutan yang

banyak atau tetesan yang cepat.

4. Vent

Vent memungkinkan udara untuk masuk kedalam botol yang vakum dan untuk

menggantikan larutan karena larutan mengalir keluar. Tidak seperti botol kaca yang

kaku, wadah IV yang fleksibel tidak memerlukan Vent selang yang tepat harus di

pilih untuk botol IV yang fleksibel atau kaku.

5. Port IV

Port di perlukan untuk memberikan infus dan obat-obat sekunder. Set aliran kontinue

di design dengan katup pemeriksaan balik (Back check valve) yang menungkinkan

piggyback bekerja dan mulai diinfuskan kembali setelah piggyback lengkap.

6. Tabung Volumetrik

Tabung volumetrik set IV digunakan untuk memberikan obat atau cairan dalam dosis

yang kecil selama priode waktu yang ditentukan. Tabung volumetrik sering

digunakan pada anak-anak dan diruang perawatan intensif ICU untuk mengurangi

resiko sejumlah besar cairan di infuskan terlalu cepat.

7. Pertimbangan penyaring IV

Flebitis yang berhubungan dengan infus umm terjadi dan dapat akibat dari partikel-

partikel dan mikroba-mikroba dalam sistem IV atau iritasi yang disebabkan oleh
kateter IV. Penyaring IV didesign untuk menyaring partikel-partikel yang sangan

kecil dan mimroba-mikroba dari infus IV.

8. Alat-alat pengontrol aliran

a. Klem

Setiap set pemberian IV mempunyai satu klem atau lebih untuk mengatur aliran.

Klem putar menyesuaikan diameter selang dan memperlambar atau meningkatkan

kecepatan aliran. Klem geser juga dapat menghentikan atau memulai aliran IV

dan harus tidak digunakan bersama dengan klem putar.

b. Alat-alat bantu

Alat bantu yang mengatur aliran dapat ditambahkan pada set pemberian untuk

mengontrol kecepatan tetesan yang lebih tepat daripada klem putar.

c. Pompa dan alat pengontrol IV

Alat-alat elekrolit mengalirkan cairan dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi

kemampua untuk menyembunyikan alarm jika terjadi sumbatan dapat membantu

identifikasi masalah-masalah aliran sedini mungkin. Pompa mempunyai

kemampuan untuk menambahkan tekanan pada infus pada kondisi aliran yang

terbatas. Alah pengontrol tidak dapat menambahkan tekanan pada jalur sampai

timbul tahanan.

D. PUNGSI VENA

Pungsi vena adalah sebuah keterampilan yang merupakan dasar untuk terapi IV

dan dapat dipelajari dan dikembangkan melalui praktik yang sering. Pungsi Vena adalah

sebuah teknik yang digunakan untuk memungsi vena secara transkutan dengan

menggunakan pemflon yang kaku dan tajam (mis.jarum kupu-kupu atau jarum logam)

yang sebagian dilapisi oleh kateter plastik atau dengan jarum yang dipasangkan ke spuit.
Tujuan umum pungsi vena adalah mengambil spesimen darah , memasukan obat,

memulai infus iv , dan menginjeksi radioque atau alat perekam jejak radio aktrif untuk

pemeriksaan khusus. Perawat yang mengkaji klien untuk melihat daerah fungsi vena

harus mempertimbangkan kondisi, peringatan, dan kontgraindikasi tentang vena-vena

tertentu yang tidak boleh dispungsi. Umumnya perawat pertama-tama harus mencari vena

di daerah distal dan kemudian didaerah proksimal karena klien yang berusia sangat muda

dan lasia memiliki vena yang rapuh. Perawat harus menghindari vena dengan mudah

bergesesr atau rapuh seperti vena di permukaan bawah tangan. Klien yang gemuk

memiliki masalah saat akan disfungsi vena karena sulitnya untuk mencari vena

supervisial. klien yang kurus juga sulit untuk disfungsi vena Papan penompang tangan

digunakan untuk mengurangi gerakan ekstremitas saat infus IV dialirkan atau untuk

mempertahankan ekstremitas tetap pada posisi datar.

Peralatan intravena lain meliputi wadah larutan, berbagai tipe selang,dan peralatan

pengendalian volume. Seringkali obat antibiotik yang disuntikan, seperti ampisilin, dapat

ditambahkan kedalam kantung larutan IV berukuran kecil yang berisi 50 sampai 100 ml

dan dipiggyback-kan: ke dalam selang utama untuk diberikan selama 30 sampai 60 menit.

Peralatan pengontrol volume digunakan pada anak-anak, klien yang menderita

gagal ginjal atau gagal jantung, dan klien yang menderita penyakit kritis, untuk mencegah

masuknya volume infus dalam jumlah besar secara tiba-tiba, dan kecepatannya tidak

terkontrol.

Memasang selang intravena, setelah peralatan dikumpulkan di sisi tempat tidur,

perawatan mengkaji klien untuk mencari tempat pungsi teknik yang digunakan untuk

memungsi vena secara transkutan dengan mwnggunakan pemflon yang kaku dan tajam

yang sebagian dilapisi oleh kateter plastik atau dengan jarum yang dipasangkan spuit.

Tujuan umum pungsi vena adalah mengambil spesimen darah, memasukan obat, melalui
infus IV , dan menginjeksi radiopaque atau alat perekam jejak radioaktif untuk

pemeriksaan khusus.

Perawat yang mengkaji klien untuk melihat daerah pungsi vena harus

mempertimbangkan kondisi, peringatan, dan kontraindikasi tentang vena-vena tertentu

yang tidak boleh dipungsi. Apabila kemungkinan, semua klien sebaiknya menggunakan

ekstremitas yang tidak dominan. Umumnya perawat pertama-tama harus mencari vena

didaerah distal dan kemudian kedaerah proksimal. Karena klien yang berusia sangat

muda dan lansia memiliki vena yang rapuh, perawat harus menghindari vena yang

dengan mudah bergeser atau rapuh, seperti vena dipermukaan dorsal tangan.

Klien yang gemuk memiliki masalah saat akan dipungsi vena karena sulitnya

mencari vena superficial. Klien yang kurus juga sulit untuk di pungsi vena , vena tersebut

aga rapuh dan akibatnya yang dapat terjadi adalah perawat sudah memungsi seluruh vena,

tetapi kateter atau jarum belum ada masuk.

Pungsi vena dikontraindikasikan didaerah yang memiliki tanda-tanda infeksi,

infiltrasi, atau trombosis (bekuan). Daerah yang terinfeksi berwarna merah, kenyal,

bengkak dan kemungkinan hangat saat disentuh.

Daerah yang terinfeksi tidak digunakan karena bahaya invasi bakteri dari

permukaan kulit kedalam aliran darah. Tempat pungsi vena yang umum digunakan ialah

tangan dan lengan. Namun, vena-vena superfisial di kaki dapat digunakan jika klien

dalam kondisi tidak dapat berjalan dan kebijakan mengizinkan hal tersebut. Penggunaan

kaki untuk tempat pemasangan IV lebih umum dilakukan pada klien pediatrik , tetapi

biasanya dihindari pada orang dewasa.

Setelah menentukan lokasi tempat pungsi vena, perawat dengan teliti menjelaskan

prosedur kepada klien. Perawat harus menjelaskan alasan diprogramkannya infus, hasil

yang diharapkan dari tindakan tersebut, dan harapan perawat terhadap klien. Kateter yang
berukuran besar, yang dimasukan ke dalam vena sentral, seperti vena subklavia,

digunakan untuk memantau tekanan vena sentral dan untuk menghantarkan volume

cairan dalam jumlah besar serta TPN.

Mengatur kecepatan aliran infus. cairan yang terlalu cepat atau terlalu lambat.

Setelah infus IV difiksasi dan selang IV paten, perawat harus mengatur kecepatan infus

sesuai dengan program dokter. Kecepatan infus yang terlalu lambat dapat menyebabkan

kolaps kardiovaskular dan sirkulasi yang lebih lanjut pada klien yang mengalami

dehidrasi, syok , atau menderita penyakit kritis. Kecepatan infus yang terlalu cepat dapat

menyebabkan beban cairan berlebihan, yang sangat berbahaya pada beberapa gangguan

ginjal, kardiovaskular, dan neurologis. Perawat menghitung kecepatan infus untuk

mencegah pemberian

Pompa infus mengatur aliran cairan IV. Pompa ini dirancang untuk mengalirkan

jumlah cairan tertentu  selama periode waktu tertentu atau untuk mengalirkan cairan

berdasarkan kecepatan aliran atau tetesan permenit.

Kepatenan jarum IV atau kateter memiliki makna bahwa jarum dan kateter terbuka,

sehingga larutan dapat mengalir. Perawat dapat mengkaji kepatenan IV dengan

menurunkan kantung larutan IV dibawah ketinggian tempat insersi dan mengobservasi

adanya aliran balik darah ke selang infus. Apabila tidak ada aliran balik ke darah dan

cairan infus tidak mengalir dengan mudah pada saat klien penggeseran dibuka maka

mungkin terdapat bekuan di ujung kateter.


E. PROSEDUR

1. Pungsi vena dengan menggunakan jarum berlapis kateter plastik

LANGKAH RASIONAL

1. Observasi tanda dan gejala yang Karena gangguan cairan dan elektrolit

mengindikasikan ketidakseimbangan dapat mempengaruhi setiap sistem di

cairan atau elektrolit dalam tubuh, perawat harus mengkaji

1. Mata cekung klien secara sistematis untuk

2. Edema mengidentifikasi kelainan yang

3. Peningkatan atau penurunan berat berhubungan dengan ketidakseimbangan

tubuh lebih dari 2% cairan elektrolit. Berat badan setiap hari

4. Membran mukosa kering mendokumentasikan adanya kehilangan

5. Vena leher datar atau distensi cairan atau retensi yang terjadi. Perubahan

6. Hipotensi, takikardia berat badan sebesar 1 kg berhubungan

7. Nadi teratur dengan retensi atau kehilangan cairan

8. Krekels di pura-paru sebanyak satu liter (1000ml)

9. Turgor kulit tidak elastis

10. Bising usus menurun, meningkat

11. Haluan urien menurun

12. Perubahan perilaku

13. Kebingungan

2. Pelajari kembali, program penggantian Pungsi vena adalah suatu teknik invasif ,

terapi yang ditetapkan dokter cairan IV merupakan obat-obatan.

  Keduanya memerlukan resep dokter dan

harus dilakukan dengan teknik steril


3. Kumpulkan peralatan yang dibutuhkan Dengan memastikan bahwa larutan yang

untuk memulai pemasangan selang akan diberikan benar dan dengan

intravena mempersiapkan peralatan., akan

1. Larutan yang benar membantu pemasangan selang IV yang

2. Jarum yang sesuai cepat dan aman.

3. Set infus (bayi dan anak-anak

membutuhkan infus dengan tetesan

mikro (60 tetes/ml) dan sering juga

membutuhkan peralatan pengontrol

volume)

4. Selang intravena

5. Alkohol dan swab pembersih

yodium-povidon

6. Turniket

7. Papan penyangga lengan, jika

dibutuhkan

8. Kasa atau balutan transparan dan

larutan atau salep yodium-povidon

9. Plester

10. Handuk untuk diletakan dibawah

tangan klien

11. Tiang IV

12. Sarung tangan sekali pakai

13. Gown IV
4. Identifikasi klien dan jelaskan prosedur. mengurangi rasa cemas dan meningkatkan

Ganti gaun klien menjadi gaun khusus kerjasama, membuat gaun lebih mudah

untuk tindakan IV dilepaskan.

5. Atur peralatan diatas meja yang mengurangi resiko kontaminasi dan

terpasang di samping tempat tidur atau kecelakaan

meja di atas tempat tidur (lihat ilustrasi

di sebelah kanan)

6. Identifikasi vena yang dapat diakses tingkatkan pemasangan atau jarum IV

untuk tempat pemasangan jarum IV atau

kateter

1. Hindari daerah penonjolan tulang

2. Gunakan vena di bagian yang paling

distal terlebih dahulu

3. Hindarkan pemasangan selang

intravena di pergelangan tangan klien,

di daerah yang mengalami

peradangan, di ruang antekubital, di

ekstremitas yang sensasinya menurun,

atau di tangan yang dominan


2. Menggunakan Kateter Plastik

LANGKAH RASIONAL

1. Cuci Tangan Mengurangi penularan mikroorganisme.

2. Buka kemasan steril dengan Mempertahankan sterilitas peralatan dan

menggunakan teknik steril. mengurangi penyebaran mikroorganisme.

3. Periksa larutan dengan menggunakan 5 Larutan intravena merupakan obat0obatan

benar pemberian obat.Pastikan bahwa dan harus diperiksa dengan cermat untuk

larutan telah dicampurkan dengan zat mengurangi risiko terjadinya kesalahan.

tambahan yang diresepkan seperti kalium Memungkinkan pemasukkan selang infus

dan vitamin, jika diprogramkan.Catatan : ke dalam larutan.

ketika menggunakan larutan IV dibotol  

lepaskan penutup logam dan cakram

karet serta logam dibawah penutup

tersebut.

4. Buka set infuse, pertahanan sterilitas di Mencegah bakteri memasuki  peralatan

kedua ujungnya infuse.

5. Tempatkan klem yang dapat digeser Jarak klem yang dekat dengan bilik tetesan

tepat dibawah bilik tetesan dan gerkkan memungkinkan pengaturan kecepatan

klem penggeser ke posisi penghentian aliran yang lebih akurat.Mencegah cairan

aliran infuse. dengan tidak sengaja tumpah dan

  mengenai klien,perawat, tempat tidur, atau

lantai.

6. Masukkan set infuse kedalam kantung Mempertahankan sterilitas larutan.

cairan : 1. Memungkinkan laruta infus masuk

- Lepaskan penutup pelindung dari kedalam selang.


kantung cairan IV tanpa menyentuh 2. Mencegah kontaminasi larutan karena

ujung tempat masuknya alat set infus. menyentuh ujung insersi selang yang

- Lepaskan penutup pelindung dari terkontaminasi

ujung insersi selang, dengan tidak 3. Isi selang infus :

menyentuh ujung insersi tersebut, - tekan bilik tetesan kemudian

kemudian masukkan ujung selang lepaskan.

tersebut kedalam ujung botol - Buka pelindung jarum dan geser

intravena yang terbuat dari karet klem penggeser sehingga aliran

hitam. infus dapat mengalir dari bilik

  tetesan melalui selang ke adapter

jarum.Gerakkan kembali klem

penggeser ke posisi penghentian

aliran cairan setelah selang terisi.

- Pastikan selang bebas dari udara dan

gelembung udara.

- Ganti pelindung jarum.

7. Pilih vena distal untuk digunakan Apabila terjadi sklerosis atau kerusakan

pada vena, vena yang sama didaerah

proksimal masih dapat digunakkan.

8. Apabila ditempat insersi jarum terdapat Mengurangi risiko kontaminasi  dari

banyak bulu badan,gunting bulu-bulu bakteri pada rambut.Juga membantu

tersebut. mempertahankan keutuhan balutan

  intravena dan membuat pelepasan plester

tidak terlalu menimbulkan nyeri.


Pencukuran dapat menyebabkan

mikroabrasi dan menjadi predisposisi

terjainya infeksi (Metheny , 1996)

9. Apabila memungkinkan , letakkan Memungkinkan dilatasi vena sehingga

ekstremitas pada posisi dependen (dalam vena dapat dilihat.

keadaan ditopang sesuatu)  

10. Pasang turniket 10-12 cm diatas tempat Aliran arteri yang terhenti mencegah

insersi.Turniket harus menghambat pengisian vena.

aliran vena, bukan aliran arteri.Periksa  

denyut distal.

11. Pilih vena yang berdilatasi dengan Meningkatkan dilatasi vena.

baik.Metode untuk membuat vena Memungkinkan penghubungan infus  ke

berdilatasi adalah memukul-mukul vena jarum dengan cepat dan lancar setelah

dari arah proksimal ke distal,atau minta vena dipungsi.

pasien mengepalkan dan membuka  

tangan, atau dengan melakukan ketuka

ringan diatas vena, atau dengan

memberikan kopres hangat.catatan :

Pastikan ujung adapter jarum set infus

terletak tidak jauh dan berada diatas

kasa atau handuk yang steril.

12. Kenakan sarung tangan sekali pakai Mengurangi pemaparan pada organism

HIV, hepatitis, dan organisme lain yang

dipenularan melalui darah.


13. Bersihkan tempat insersi dengan kuat Yodium - providin merupakan anti infeksi

terkonsentrasi,dan dengan gerakan topical yang mengurangi bakteri pada

sirkulasi dari tempat insersi ke daerah permukaan kulit. Supaya efektif,

luar dengan menggunakan larutan permukaan kulit harus kering.

yodium-providan.Biarkan sampai  

kering.Apabila klien alergi terhadap

yodium, gunakan alcohol 70% selama

30 detik. 

14. Lakukan pungsi vena.Fiksasi vena 1. Memungkinkan perawat menempatkan

dengan menempatkan ibu jari diatas jarum menjadi pararel dengan

vena dan dengan meregangkan kulit vena.Sehingga saat vena dipungsi,

berlawanan dengan arah insersi 5-7 cm, risiko menusuk vena sampai tembus

dari arah distal ketempat pungsi vena. keluar berkurang.

1. ONC : insersi bevel ( bagian ujung 2. Tekanan vena yang meningkat akibat

jarum yang miring) dengan pemasangan turniket meningkatkan

membentuk sudut 20-300, searah aliran balik darah ke dalam selang atau

dengan aliran balik vena distal kedalam kateter.Stylet membantu

terhadap tempat pungsi vena yang menusuk kulit dan memasukkan kateter

sebenarnya. tetapi harus dilepaskan untuk

2. Jarum kupu-kupu : tempatkan jarum menghidari tertusuknya vena sampai

dengan membentuk sudut 20-300 tembus

dengan bevel dibagian atas,sekitar 1 3. Lihat aliran balik melalui selang jarum

cm dari arah distal ketempat pungsi kupu-kupu atau bilik aliran balik darah

vena. di ONC, yang mengindikasikan bahwa

  jarum telah memasuki vena.Rendahkan


jarum sampai hampir menyentuh kulit.

Masukkan lagi kateter  sekitar

seperempat inci kedalam vena dan

kemudian longgarkan stylet(bagian

pangkal jarum yang dimasukkan ke

vena).

15. Stabilkan kateter dengan salah satu Mengurangi aliran balik darah

tangan, lepaskan turniket dan lepaskan  

stylet dari ONC

16. Hubungkan adapter jarum infuse ke hub Dengan menghubungkan set infuse dengan

ONC atau jarum jangan sentuh titik tepat, kepatenan vena dicapai

masuk adapter jarum atau bagian dalam mempertahnkan sterilitas

hub ONC

17. Penggeser untuk memulai aliran infus Lepaskan klem Memungkinkan aliran

dengan kecepatan tertentu untuk vena dan mencegah pembekuan aliran

mempertahankan kepatenan selang vena serta mencegah obstruksi aliran

intravena larutan IV 

18. Fiksasi kateter IV atau jarum - Mencegah kateter lepas dari vena tanpa

- Tempelkan plester kecil (1,25cm) sengaja.

dibawah hub kateter dengan sisi - Larutan atau salep yodium-povidin

perekat ke arah dan silangkan plester merupakan antiseptic topical yang

di atas hub. mengurangi bakteri pada kulit dan

- Berikan sedikit larutan atau salep mengurangi resiko infeksi local atau

yodium-povidin pada tempat pungsi sistemik. Apabila menggunakan

vena . biarkan larutan mongering balutan transparan, larutan yodium-


sesuai dengan kebijakan lembaga. povidin direkomendasikan salep

- Tempelkan plester kecil yang kedua, mengganggu perekatan balutan pada

langsung silangkan ke hub kateter kulit.

- Letakkan balutan transparan di atas - Menceah terlepasnya infuse IV secar

tempat pungsi vena , dengan tidak sengaja

mengikuti petunjuk pabriknya - Balutan transparan memungkinkan

(metoda alternative tempatkan kasa observasi tempat pungsi vena yang

balutan berukuran 2×2 di atas tempat berkelanjutan memungkinkan

pungsi vena dan hub kateter. Jangan mengganti selang tanpa mengganggu

menutup hubungan anatara selang balutan

intarvena dan hub kateter. Fiksasi - Menstabilkan hubungan infuse dengan

hubungan itu dengan dua lembar kateter lebih lanjut.

plester sepanjang 2,5 cm). sarung  

tangan dapat dilepas supaya tidak

menempel di balutan

- Fiksasi selang infuse ke kateter

dengan sepotong plester berukuran

2,5 cm

- Tulis tanggal waktu pemasangan

selang IV , ukuran jarum dan tanda

tangan serta inisial perawat pada

balutan IV

- Atur kecepatan aliran untuk

mengoreksi tetesan per menit

- Buang sarung tangan dan persendian


yang digunakan serta cuci tangan

- Observasi klien setiap jam untuk

menentukan responsnya terhadap

terapi cairan

19. Tulis tanggal waktu pemasangan selang Memberikan data yang cepat tentang

IV, ukuran jarum dan tanda tangan serta tanggal insersi IV dan dapat diketahui

inisial perawat pada balutan IV penggantian balutan selanjutnya

20. Atur kecepatan aliran untuk mengoreksi Mempertahankan kecepatan aliran larutan

tetesan per menit IV yang benar, mengurangi penularan

  mikroorganisme

21. Buang sarung tangan dan persendian memberikan evaluasi tipe dan julah cairan

yang digunakan serta cuci tangan yang diberikan kepada klien secara

berkesinambungan inspeksi perjam

mencegah terjadinya beban cairan berlebih

tanpa sengaja atau hidrasi yang tidak

adekuat.

22. Observasi klien setiap jam untuk mencatat dimulainya terapi IV sesuai

menentukan responsnya terhadap terapi program dokter

cairan

 
3. Mengatur Kecepatan Aliran IV

LANGKAH RASIONAL

1. Observasi kepatenan selang dan jarum cairan IV adalah obat-obatan pemberian

- Buka pengatur tetesan dan observasi obat ini harus mengikuti lima benar untuk

kecepatan aliran cairan dari larutan IV mengurangi kemungkinan kesalahan

ke dalam bilik tetesan dan kemudian dalam pemberian. 

tutup pengatur tetsan apabila

kecepatan tetesan telah sesuai dengan

kecepatan yang diprogramkan

- Apabila cairan tidak mengalir,

rendahkan botol atau kantung cairan

IV sampai lebih rendah dari tempat

masuknya infuse dan observasi

adanya aliran  balik darah.

- Agar cairan dapat diinfuskan dengan

kecepatan yang benar, selang dan

jarum IV harus bebas dari pelintiran,

lekukan, dan bekuan darah.

- Aliran darah yang cepat ke dalam

bilik tetesan mencerminkan kepatenan

selang IV, mengatur tetesan sesuai

kecepatan yang diprogramkan akan

mencegah beban cairan berlebih.

- Dapat mengindikasikan kepatenan

jarum yang berada dalam vena.


Tekanan vena lebih besar daripada

tekanan didalam selang IV.

- Periksa catatan medis untuk

pemberian larutan dan zat aditif yang

tepat. Program yang biasa diresepkan

ialah pemberian larutan selama 24

jam, biasanya dibagi ke dalam 2

sampai 3 L.

2. Kenali factor tetesan dalam bentuk alat tetes mikro, yang juga disebut

banyaknya tetesan/ml (tts/ml) dari minidrik, secara universal mengeluarkan

sebuah set infuse mis 60 tts/ml. Namun set pemberian parenteral

Makrodip (tetes ,mikro):60 tts/ml komersial untuk tetesan makro juga

- Abbot lab 15 tts/ml tersedia. Perawat harus mengetahui faktor

- Travenol lab 10 tts/ml tetes didalam selang infus.

- McGaw lab 15 tts/ml

- Baxter 10 tts/ml

3. Pilih salah satu formula berikut untuk setelah kecepatan setiap jam ditentukan,

menghitung kecepatan aliran (tts/ml) dengan rumus akan diperoleh kecepatan

setelah menghitung jumlah ml/jam. aliran yang benar dalam jumlah tts/mnt

Volume total (ml)+ jam pemberian

infuse = ml/jam

1. ml/jam + 60 menit = ml/mnt

2. ml/jam x 60 menit = tts/mnt


4. Apabila digunakan pompa infus atau meningkatkan keakuratan kecepatan dalam

peralatan pengontrol volume, tempatkan pemberian cairan.

alat tersebut di sisi tempat tidur.

5. Tentukan per jam dengan membagi Memungkinkan cairan infus mengalir

volume dangan jam misalnya : dengan kecepata yang tetap selam periode

1000ml+8 jam= 125 ml per/jam atau jika yang di program kan

4 L diprogram kan 24 jam:

4000ml+24 jam= 166,7 atau 167

ml/perjam

6. Tempelkan label volume secara vertikal Memberi perawat petunjuk visual

pada botol atau kantung IV di sebelah mengenai kebenaran periode waktu

garing penunjuk volume. Beri tanda pemberian cairan

plester berdasar kecepatan aliran per jam.

Misalnya: jika seluruh volume cairan

akan di infuskan dalam 8, 10, atau 12

jam, masing-masing ukuran tersebut

akan ditandai dengan plester.

7. Setelah kecepatan per jam ditetepkan, Memungkinkan perawat menghitung

hitung kecepatan per menit berdasarkan kecepatan aliran per menit

faktor tetes di dalam set infus. Set infus

minidrit ini memiliki faktor tetes 60

tts/mili.

8. Hitung kecepatan aliran dengan Memastiakn kecepatan infus yang akurat.

menghitung jumlah tetesan dalam bilik Menentukan apakah cairan yang sedang di

tetesan selama 1 menit dengan jam alirkan terlalu cepat atau lambat
tangan dan kemudian atur klem

penggeser untuk meningkatkan atau

menurunkan kecepatan infus ulangi

sampai kecepatan aliran akuarat

9. Ikuti prosedur ini untuk :  Pompa infus IV memantau cairan

Pompa infuse: berdasar kecepatan aliran atau jumlah

- Tempatkan monitor elektronik pada tts/menit.

bilik tetesan dibawh asl tetesan di atas  Pompa infus mengalirkan cairan

tingggi cairan dalam bilik dengan memijat dan menekan selang

- Tempatkan selang infus IV dengan sehingga ciaran mengalir melalui

bagian kotak pengontrol searah selang.

dengan aliran (misalnya, di bagian Pompa infus tidak sempurna dan tidak

atas, bagian selang yang terdekat menggantikan fungsi pengkajian yang

dengan kantung IV dan di bagian akurat dan sering alarm mengindikasikan

bawah selang yang terdekat dengan bhwa monitor elektronik tidak menditeksi

klien. jumlah tetesan.

- Pastikan bahwa alat pengatur  Mengurangi resiko peningkatan cairan

kecepatan tetesan pada selang infus yang mendadak.

berada pada posisis terbuka saat  Mencegah selang IV agar tidak kering

pompa infus digunakan. jika perawat tidak kembali

- Pantau kecepatan infus setiap jam. memeriksanya dalam satu jam.

- Kaji kepatenan sistem IV ketika alarm  Mempertahankan kepatenan sistem IV.

berbunyi.
Peralatan pengontrol volume

 Tempatkan peralatan pengotrol

volume diantara kantung IV dan

insertion spike dari set infuse.

 Masukan cairan yang akan di berikan

dalam 2 jam ke dalam peralatan

tersebut.

 Kaji sistem IV sekurang-kurangnya

setiap jam sekali dan tambahkan

cairan ke dalam peralatan. Atur

kecepatan aliran.

10. Observasi klien setiap satu jam untuk Apabila timbul tanda fdan gejala dehidrasi

menentukan respon treapi IV dan upaya atau hidrasi yang berlebihan, maka

memperbaiki keseimbangan cairan dan kecepatan aliran yang di infuskan harus di

elektrolit. Juga periksa daerah ubah apabila tanda-tanda infiltrasi,

pemasangan IV untuk melihat adanya inflamasi, dan plebitis muncul, maka

tanda-tanda infiltrasi, inflamasi, dan tempat pemasangan IV hars diganti

flebitis.  

11. Catat kecepatan infus , tetes/menit dan Memcatat bahwa aliran IV yang

ml/jam, di catatan klien sesuai yang di diprogramkan sedangdi berikan kepada

butuhkan oleh kebijakan lembaga. klien.

 
4. Mengganti Larutan Intravena

LANGKAH RASIONAL

1. Identifikasi klien. Kaji kembali  Memastikan bahwa klien yang menjalani

program /instruksi dokter dan siapkan prosedur adalah klien yang benar.

larutan berikut sekurang-kurangnya satu  Mencegah kantung IV kosong sebelum

jam sebelum di perlukan. Apabila larutan diganti. Pemeriksaan mencegah

sudah disiapkan di bagian farmasi, kesalahan pemberian obat. Apabila resep

pastikan bahwa larutan benar dan diberi ditulis untuk KVO, ganti larutan setiap

label yang sesuai. 24 jam. Sterilitas larutan tidak dapat

dipastikan lebih lama dari 24 jam.

2. Siapkan untuk mengganti larutan jika mencegah udara masuk selang IV dan

sisa cairan didalam botol kurang dari 50 mempertahankan kepatenan selang dan

ml. kateter atau jarum

3. Pastikan bahwa bilik tetesan masih tetap mengalir cairan IV ke vena pada saat

setengah penuh. kantung diganti.

4. Cuci tangan mengurangi penularan mikroorganisme.

5. Siapkan larutan baru untuk mengganti memungkinkan penggantian larutan yang

cairan yang lama. Apabila cairan IV lama dengan larutan yang baru dengan

berada dalam wadah plastik, lepaskan cepat, lancar, dan teratur.

pembungkus pelingdung yang menutupi

tempat masuknya selang set infus.

Apabila wadah cairan IV menggunakan

botol gelas, lepaskan penutup logam,

cakram logam, dan cakram karet.

Pertahankan sterilitas tempat masuknya


selang set infus pada kantung atau botol.

6. Geser klem penggeser untuk menurunkan mencegah kosongnya bilik tetesan dari

kecepatan aliran. sisa larutan pada saat larutan diganti.

7. Lepaskan botol larutan lama dari menciptakan kesejajaran dengan tinggi

penggantung botol IV. mata perawat.

8. Dengan cepat melepaskan Spika dari menggurangi resiko keringnya larutan di

larutan IV yang lama dan pasangkan ke dalam bilik tetes (langkah 3) dan untuk

botol larutan yang baru tanpa menyentuh mempertahankan sterilitas.

ujungnya.

9. Gantung kantung atau botol larutan yang memungkinkan gaya gravitasi membantu

baru. Buang kantung atau botol yang pengaliran cairan IV ke dalam bilik

kosong sesuai dengan kebijakan tetesan.

lembaga.

10. Periksa adanya udara diselang, jika ada mengurangi resiko terbentuknya embolus

maka hilangkan udara tersebut dari udara.

dalam selang.

11. Pastikan bilik tetesan berisi larutan. mengurangi resiko kebocoran selang IV.

12. Atur kecepatan aliran sesuai dengan memperbaiki keseimbangan cairan dan

kecepatan yang diprogramkan. pemberian cairan sesuai program.

13. Observasi sistem intravena untuk memungkinkan evaluasi respon yang

memeriksa kepatenan, tidak adanya berkesinambungan terhadap terapi IV.

infiltrasi, flebitis, dan inflamasi.

Observasi respon terhadap terapi IV.

 
5. Menggangti Selang Intravena

LANGKAH RASIONAL

1. Tentukan waktu dibenarkannya  Penggantian selang mencgah infeksi.

pemasangan set infus yang baru : Prosedur disederhanakan dengan

 Larutan petama yang telah digantung mengganti selang yang sudah

selama sehari. dipasangkan dengan larutan yang baru.

 Adanya lubang pada selang infuse  Lubang pada selang dapat

 Kontaminasi selang menimbulkan masuknya bakteri

 Adanya hambatan pada selang IV kedalam aliran darah.

(misalnya, setelah infus sel darah  Kontaminasi selang dapat

merah kemasan, darah lengkap, atau memungkinkan masuknya bakteri

albumin. kedalam aliran darah.

 Tanggal yang tertera pada selang  Darah lengkap atau produk komponen

mengindikasikan bahwa selang telah darah dapat menghambat seluruh atau

terpasang selama  48 jam. setengah bagian dari selang IV.

 CDC manganjurkan mengganti selang

tidak lebih sering dari tiap 48 jam

(Gardner, 1996). Memungkinkan perawat

melakukan prosedur sampai selesai dengan

efisien dan aman.

2. Kumpulkan alat-alat berikut :  

1) Selang infus

2) Kasa steril berukuran 2 X 2

3) Jika harus memberi balutan IV yang

baru :
 Kasa steril erukuran 2 X 2 atau

balutan transparan.

 Larutan atau salep yodium-

providon.

 Pengangkat zat perekat

 Swab alcohol

 Beberapa potong plester atau

balutan film poliuretan

 Sarung tangan sekali pakai

3. Jelaskan prosedur kepada klien meningkatkan kerja sama dan mencegah

gerakan ekstremitas secara mendadak,

yang dapat membuat jarum atau kateter

berpindah tempat.

4. Cuci tangan mengurangi penularan mikroorganisme

5. Buka set infus yang baru, pertahankan memungkinkan perawat memiliki akses

penutup pelindung di atas spike infus dan yang siap untuk pemasangan set infus

tempat insersi untuk jaru kupu-kupu atau yang baru dan mempertahankan sterilitas

ONC set infus.

6. Kenakan sarung tangan tidak steril sekali mengurangi resiko terpaparnya virus HIV

pakai. hepatitis, dan bakteri lain yang ditularkan

malalui darah.

7. Letakkan kasa berukuran 2 X 2 di atas mengakomodasi lapangan yang steril

tempat tidur dekat dengan tempat pungsi untuk adapter jarum steril yang baru

IV. sebelum disambungkan ke jarum atau


kateter IV

8. Apabila jarum atau hub kateter tidak hub jarum harus dapat diakses untuk

terlihat, geser balutan IV. Jangan memungkinkan transisi yang lancar saat

melepaskan plester yang memfiksasi melepas selang yang lama dan masukkan

jarum atau kateter ke kulit. selang yang baru.

9. Geser klem penggeser pada selang IV mencegah supaya larutan tidak tumpah

yang baru, pada posisi menghentikan setelah kantung atau botol cairan yang

aliran cairan. baru dipasang

10. Perlambat kecepatan infus dengan memungkinkan cairan terus mengalir

mengatur kecepatan tetesan di atas melalui kateter sementara selang yang

tiang intravena. baru disiapkan

11. Dengan selang lama yang masih menyediakan surplus di dalam bilik

terpasang, tekan bilik, tetesan dan isi tetesan sehingga terdapat cukup cairan

bilik tersebut. untuk mempertahankan kepatenan saat

mengganti selang

12. Hentikan aliran larutan di selang yang memungkinkan cairan terus mengalir

lama dan gantung bilik tetesan di atas melalui kateter semantara selang yang

tiang intavena baru disiapkan

13. Pasang spike insersi selang yang baru memungkinkan mengalirnya larutan

kedalam larutan IV yang lama dan kedalam selang infus yang baru

gantung larutan di tiang.

14. Tekan dan lepaskan pada bilik tetesan memungkinkan bilik tetesan terisi cairan

pada selang IV yang baru. dan meningkatkan aliran larutan yang

cepat dan lancar melalui selang yang baru.

15. Buka klem penggeser, lepaskan mengeluarkan udara dari selang dan
penutup pelindung dari adapter jarum menggantinya dengan cairan.

dan bilas selang dengan larutan.

16. Adapter jarum pada selang IV yang akan memungkinkan insersi selang yang

baru diletakkan antara kasa berukuran 2 baru ke dalam hub jarum dengan lancar

X 2 di dekat tempat penusukan IV dan cepat sambil mempertahankan

tanpa terpasangnya penutup pelindung. sterilitas selang infus.

17. Klem penggeser pada selang yang lama mencegah tumpahnya cairan saat selang

dipindahkan pada posisi tertutup. dilepaskan dari hub jarum.

18. Stabilkan hub kateter atau jarum IV, mencegah pergeseran kateter atau jarum

tarik keluar selang yang lama dengan secara tidak sengaja. Mencegah

perlahan dan dengan cepat masukkan pembentukkan bekuan di dalam kateter

adapter jarum selang yang baru ke atau di dalam jarum.

dalam hub.

19. Buka klem penggeser pada selang yang memungkinkan larutan memasuki kateter

baru. atau selang.

20. Atur tetesan IV sesuai dengan program mempertahankan aliran infus pada

dokter dan pantau kecepatannya setiap kecepatan yang diprogramkan

jam.

21. Pasang balutan yang baru, jika perlu mengurangi resiko infeksi bakteri dari

kulit.

22. Buang selang yang lama dan sarung mengurangi penularan minkroorganisme.

tangan yang telah dipakai di wadah

tempat barang-barang yang

terkontaminasi dan cuci tangan.

23. Evaluasi kecepatan aliran dan observasi mempertahankan kecepatan terapi IV dan
tempat sambungan untuk melihat menentukan apakah alat perangkat

adanya kebocoran. terpasang dengan kuat.

24. Catat penggantian selang dan larutan mencatat prosedur dan mencatat bahwa

pada catatan klien dan letakkan sehelai tindakan untuk mempertahankan sterilitas

plester yang bertuliskan ntanggal dan dilakukan. Memberikan informasi yang

waktu penggantian di bawah ketinggian mudah di ingat ileh semua tenaga

cairan pada bilik tetesan, catat cairan keperawatan, mengenai waktu pengantian

yang diinfuskan dalam format asupan selang IV

dan haluaran.

6. Mengganti Balutan IV

LANGKAH RASIONAL

1. Kaji adanya kebutuhan untuk mengganti  Menginformasikan waktu lamanya

balutan: balutan yang sudah terpasang sejak

 Kaji waktu penggantian balutan IV terakhir kali diganti. Selain itu, perawat

terakhir kali. Banyak lembaga dapat merencanakan penggantian

mengharuskan perawat menuliskan balutan.

tanggal dan waktu pemasangan  Kelembaban nerupakan mnedia

balutan pada balutan yang terpasang. pertumbuhan bakteri. Kelembababan

 Observasi adanya kelembaban pada pada balutan yang streil membuat

balutan yang saat ini terpasang. balutan tersebut terkontaminasi.

 Observasi kebutuhan balutan yang  Balutan yang tidak merekat

saat ini terpasang. meningkatkan resiko kontaminasi

 Observasi sistem IV untuk melihat bakteri pada tempat pungsi vena atau

apakah sistem tersebut berfungsi dapat menyebabkan kateter bergeser.


dengan baik atau ada komplikasi yang  Penurunann kecepatan aliran yang

muncul. Selang infus atau kateter tidak jelasatau nyeri dan

intravena tergulung, ada infiltasi serta pembengkakan pada daerah pungsi

inflamasi  (peradangan) vena mengharuskan perawat

menginvestigasi tempat pemasangan

serta kepatenan kateter IV.

2. Kumpulkan peralatan yang penting: Memungkinkan perawat melengkapi

 Kassa steril ukuran 2×2 atau balutan prosedur secara efisien dan aman

transparan

 Larutan atau salep yodium-povidin

 Pengangkat plester

 Kapas alcohol

 Lembaran plester atau balutan

polyurethane film

 Sarung tangan sekali pakai

3. Jelaskan prosedur kepada pasien Membantu memperoleh kerja sama klien

dan memberikan kerangka waktu pada

klien dalam merencanakan aktivitas

pribadinya.

4. Cuci tangan Mengurangi penyebran mikroorganisme.

5. Kenakan sarung tangan sekali pakai Mengurangi resiko kontak dengan bakteri

HIV, hepatitis, dan bakteri lain yang

ditularkan melalui darah.

6. Lepaskan balutan transparan searah Mencegah kateter atau jarum bergeeser

dengan arah pertumbuhan rambut klien tanpa sengaja, yang dapat terjadi jika
atau lepaskan plester dan kasa dari selang kateter terjerat antara dua lapisan

balutan yang lama selapis demi selapis. balutan

Untuk kedua balutan transparan dan

balutan kasa, biarkan plester yang

memfiksasi jarum IV atau kateter tetap

ditempat.

7. Hentikan infusan IV jika terjadi infiltrasi, Mencegah cairan IV tumpah dan

flebitis, atau bekuan atau jika dokter membasahi tempat tidur, klien, perawat,

memberikan instruksi untuk serta lantai.

menghentikan infusan tersebut: Mencegah kerusakan vena.

 Geser klem penggeser pada selang Memeriksa kateter atau jarum untuk

infus ke posisi berhenti memastikan bahwa kateter atau jarum

 Tempatkan kasa steril atau kapas tersebut dalam keadaan utuh.

alkohol diatas tempat pungsi (tusukan) Mengontrol perdarahan dan pembentukan

vena dan lepaskan kateter atau jarum hematoma.

dengan menariknya keluar menjauhi

tempat pungsi tersebut.

 Berikan tekanan pada daerah pungsi

selama 1 sampai menit.

8. Apabila infus IV mengalir dengan baik, Memperlihatkan tempat pungsi vena.

lepaskan plester yang memfiksasi jarum Mencegah kateter atau jarum bergeser

atau kateter. Stabilkan jarum atau kateter tanpa sengaja.

dengan satu tangan.

9. Gunakan pengangkat plester untuk Residu plester mengurangi kemampuan

membersihkan kulit dan mengangkat sisa plester yang baru untuk merekat dengan
plester. baik pada kulit.

7. Mengganti Balutan IV(Lanj.)

LANGKAH RASIONAL

1. Bersihkan tempat insersi  dengan gerakan Gerakan memutar mencegah

memutar  dimulai dari tempat pungsi kea kontaminasi silang dari bakteri dikulit

rah luar dengan menggunakan yodium yang dekat tempat pungsi vena.

povidon biarkan insersi tersebut mongering

selam 30 detik.

2. Tukar lembaran plester perekat yang berada Mencegah kaeter atau jarum bergesr

setengah inci dibawah kateter dengan tanpa sengaja

plester yang menghadap ke atas untuk

memfiksasi kateter atau jarum.

3. Oleskan salep atau berikan larutan yodium Larutan atau salep yodium povidon

povidon di tempat pungsi vena. Biarkan merupakan antiseptic topical jenis

larutan mengering rekatkan lembaran kedua germisida yang mengurangi bakteri

plester yang kecil langsung diatas kateter. dikulit.

4. Pasang kasa berukuran 2×2 atau balutan Memberikan barier untuk melawan

transparan dipilih pasang balutan tersebut bakteri

searah dengan arah pertumbuhan rambut.

5. Fiksasi selang intravena dengan lembaran Mencegah jarum atau plester bergeser

plester tambahan secara tak sengaja

6. Tulis tanggal dan waktu penggantian Mendokumentasikan penggantian

balutan langsung pada balutan balutan

7. Kaji kembali fungsi dan kepatenan system Memvalidasi bahwa pemasangan IV

IV sebagai respon terhadap penggantian paten dan berfungsi dengan baik


balutan

F. JENIS CAIRAN INFUS

1. Cairan hipotonik

Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih

rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan

osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke

jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas

tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel

“mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi

diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis

diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari

dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan

tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45%

dan Dekstrosa 2,5%.

2. Cairan Isotonik

Osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari

komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada

pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah

terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya

pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan

Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).

3. Cairan hipertonik

Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik” cairan dan

elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan

tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak).


Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl

45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk

darah (darah), dan albumin.

Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:

1) Kristaloid

Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan

(volumeexpanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan

berguna pada pasienyang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan

garam fisiologis.

2) Koloid

Ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar

darimembran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya

hipertonik, dandapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah

albumin dan steroid.

Contoh :

 Natrium Klorida 0,9 %, Komposisi : NaCl : 4,5 gr, Air untuk injeksi : 500 ml,

Osmolaritas : 308 mOsm/l, Na+ : 154 mEq/l, Cl–  : 154 mEq/l

 Ringer Laktat, Komposisi : Natrium Laktat, C3H5NaO3 : 1,55 gr, Natrium

Klorida, NaCl : 3,0 gr, Kalium Klorida, KCl : 0,15 gr Kalsium Klorida,

CaCl2.2H2O : 0,1 grAir untuk injeksi : 500 ml, Osmolaritas : 274 mOsm/l, Na + :

130 mEq/l, K+  : 4 mEq/l, Cl– : 109,5 mEq/l, Ca2+ : 2,7 mEq/l, Laktat (HCO3¯) :

27,5 mEq/l

 Glukosa 5%. Komposisi : Glukosa, C6H12O6. H2O : 25,0 gr, Air untuk injeksi :

500 ml, Osmolaritas : 280 mOsm/l, Setara dengan : 800 KJ/l (190 kkal/1
G. MACAM-MACAM CAIRAN INFUS

1. ASERING

 Indikasi:

Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut,

demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat,

trauma.

 Komposisi:

Setiap liter asering mengandung:

 Na 130 mEq

 K 4 mEq

 Cl 109 mEq

 Ca 3 mEq

 Asetat (garam) 28 mEq

 Keunggulan:

 Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang

mengalami gangguan hati

 Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik

dibanding RL pada neonates

 Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada

anestesi dengan isofluran

 Mempunyai efek vasodilator

 Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000

ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko

memperburuk edema serebral


2. KA-EN 1B

 Indikasi:

 Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada

kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)

 < 24 jam pasca operasi

 Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan

sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak

 Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100

ml/jam

3. KA-EN 3A & KA-EN 3B

 Indikasi:

 Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit

dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan

asupan oral terbatas

 Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

 Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A

 Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

4. KA-EN MG3

 Indikasi :

 Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit

dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan

asupan oral terbatas

 Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

 Mensuplai kalium 20 mEq/L


 Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L

5. KA-EN 4A

 Indikasi :

 Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak

 Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai

kadar konsentrasi kalium serum normal

 Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

 Komposisi (per 1000 ml):

 Na 30 mEq/L

 K 0 mEq/L

 Cl 20 mEq/L

 Laktat 10 mEq/L

 Glukosa 40 gr/L

6. KA-EN 4B

 Indikasi:

 Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun

 Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko

hipokalemia

 Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

 Komposisi:

 Na 30 mEq/L

 K 8 mEq/L

 Cl 28 mEq/L

 Laktat 10 mEq/L
 Glukosa 37,5 gr/L

7. Otsu-NS

 Indikasi:

 Untuk resusitasi

 Kehilangan Na > Cl, misal diare

 Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum,

insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)

8. Otsu-RL

 Indikasi:

 Resusitasi

 Suplai ion bikarbonat

 Asidosis metabolik

9. MARTOS-10

 Indikasi:

 Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetic

 Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi

berat, stres berat dan defisiensi protein

 Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam

 Mengandung 400 kcal/L

10. AMIPAREN

 Indikasi:

 Stres metabolik berat

 Luka bakar

 Infeksi berat
 Kwashiorkor

 Pasca operasi

 Total Parenteral Nutrition

 Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

11. AMINOVEL-600

 Indikasi:

 Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI

 Penderita GI yang dipuasakan

 Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca

operasi)

 Stres metabolik sedang

 Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)

12. PAN-AMIN G

 Indikasi:

 Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan

 Nitrisi dini pasca operasi

 Tifoid

H. PENGHITUNGAN KECEPATAN ALIRAN

Penghitungan kecepatan aliran perlu untuk melengkapi pemberian cairan dan obat-boatan

IV yang aman.Informasi yang diperlukan untuk menghitung kecepatan aliran meliputi

berikut ini:

1. Volume cairan yang diinfuskan

2. Waktu infuse total


3. Kalibrasi set pemberian yang digunakan (jmlah tetesan/ml,informasi ini ditemukan

pada paket selang IV).

Untuk menghitung tetesan per menit untuk volume cairan yang ditetapkan dalam ml/jam ,

beralih ke langkah berikut

Gtt/ml dari set    = volume total/jam = gtt/mnt

60 mnt

Jika obat piggyback IV volume kecil diberikan melalui jalur IV yang sama sebagai infuse

yang kontinu, infuse IV tidak akan tepat waktu kecuali waktu yang dibutuhkan untuk

menginfus obat piggyback tersebut dimasukkan dalam penghitunga total.Kurangi waktu

yang diperlukan untuk infuse piggyback dari periode 24 jam sebelum menghitung tetesan

/ menit untuk IV yang kontinu.

Cairan IV 3000 ml 24 jam

Obat piggypack

50 ml selama 20 menit x 3 dalam 24 jam = 1 jam

24 jam – 1 jam =23 jam

3000 ml + 23

3000  x  1  = 130 ml/jam

1               23 

H. Komplikasi yang timbul akibat kesalahan terapi intra vena

 Flebitis didefinisikan sebagai inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi kimia

maupun mekanik. Hal ini dikarakteristikan dengan adanya  daerah yang memerah dan

hangat di sekitar daerah penusukan atau sepanjang vena, nyeri atau rasa lunak di

daerah penusukan atau sepanjang vena atau pembengkakan. Insiden flebitis meningkat

sesuai dengan lamanya pemasangan jalur intravena, komposisi cairan atau obat yang

di infuskan (pH dan tonisitasnya), ukuran dan tempat kanula dimasukan, pemasangan
jalur IV yang tidak sesuai dan masuknya mikroorganisme pada saat penusukan.

Flebitis dapat dicegh dengan menggunakan teknik aseptik selama pemasangan,

komposisi cairan, medikasi ketika memilih tempat tusukan, mengobservasi tempat

penusukan setiap jam, dan menempatkan kateter atau jarum dengan baik.

 Tromboflebitis mengacu pada adanya bekuan ditambah dengan peradangan dalam

vena. Hal ini dikarateristikkan dengan adanya nyeri yang terlokalisasi, kemerahan,

rasa hangat, dan pembengkakan di sekitar tempat penusukan atau sepanjang vena,

imobilisasi ekstremitas karena rasa tidak nyaman dan pembengkakan kecepatan aliran

yang tersendat, demam, malaise, dan leukositosis. Tromboflebitis dapat dicegah

dengan menghindarkan trauma pada vena saat IV dimasukan, mengobservasi tempat

penusukan setiap jam,  dan mengecek komposisi tambahan pengobatan untuk

kompabilitas.

 Hematoma terjadi sebagai akibat dari kebocoran darah ke jaringan sekitar tempat

penusukan. Hal ini disebabkan karena pecahnya dinding vena yang berlawanan selama

penusukan vena, jarum bergeser keluar vena, dan tekanan yang tidak sesuai yang di

berikan ke tempat penusukan setelah jarum atau kateter dilepaskan.

 Bekuan(clotting) pad jarum merupakan komplikasi lokal yang lain. Hal ini karena

selang IV tertekuk, kecepatan aliran yang terlalu lambat, kantong IV yang kosong,

atau tidak memberikan aliran setelah pemberian obat atau larutan interrmiten. Tanda

dan gejalanya adalah penurunan kecepatan aliran dan aliran darah b kembali ke selang

IV.

I. Evaluasi

 Perhatiakan kelancaran infusse

 Perhatiakan respon klien terhadap pemberian tindakan


 Kebutuhan intake cairan pasien terpenuhi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Infus adalah memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah vena

dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set. Tujuannya adalah

1. Sebagai akses pemberian obat

2. Mengganti dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh

3. Sebagai makanan bagi pasien yang tidak dapat atau tidak boleh makan melalui mulut.

Salah satu tindakan untuk mengatasi masalah atau gangguan dalam pemenuhan

kebutuhan cairan dan elektrolit adalah dengan pemberian cairan melalui infus. Pemberian

cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan melalui intravena yang

dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan

pengobatan dan pemberian makanan.

Pada umumnya cairan infus intravena digunakan untuk penggantian caian tubuh dan

memberikan nutrisi tambahan, untuk mempertahankan fungsi normal tubuh pasien rawat

inap yang membutuhkan asupan kalori yang cukup selama masa penyembuhan atau

setelah operasi. Selain itu ada pula kegunaan lainnya yakni sebagai pembawa obat-obatan

lain.
DAFTAR PUSTAKA

Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik
untuk Bidan. Jakarta: Salemba Medika.

C Long Barbara (1996). Keperawatan Medikal Bedah. Bandung: Yayasan IAPK.

Jan Tambayong (2000). Patofisiologi Untuk Perawat. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai