Anda di halaman 1dari 4

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


LAPORAN PENDAHULUAN
(HARI PERTAMA PRAKTEK)

I. Kasus (Masalah Utama)


Risiko Perilaku Kekerasan

II. Proses Terjadinya Masalah


Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana seseorang menunjukkan perilaku yang
aktual melakukan kekerasan yang ditunjukan pada diri sendiri dan orang lain secara verbal
maupun non verbal serta pada lingkungan. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul
sebagai ancaman (Stuart, 2006). Perilaku kekerasan merupakan respons terhadap stressor
yang dihadapi oleh seseorang yang bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun
psikologis (Berkowitz, 2000).
Perilaku kekerasan dapat disebabkan karena harga diri rendah, frustasi, takut,
stress, cemas, manipulasi atau intimidasi dan rasa bersalah. Perilaku kekerasan merupakan
hasil konflik emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga
menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan ketergantungan pada
orang lain. Pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya
perubahan sensori persepsi berupa halusinasi, baik dengar, visual maupun lainnya. Klien
merasa diperintah oleh suara-suara atau bayangan yang dilihatnya untuk melakukan
kekerasan atau klien merasa marah terhadap suara-suara atau bayangan yang
mengejeknya.
Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak
menyenangkan dan terancam, dimana kecemasan itu sendiri dapat menimbulkan
kemarahan. Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui tiga cara yaitu
mengungkapkan secara verbal, menantang dan menekan. Dari ketiga cara ini dengan
mengungkapkan secara verbal adalah konstruktif sedang dua cara lain adalah destruktif.
Apabila perasaan marah diekspresikan dengan menantang, biasanya dilakukan individu
karena ia merasa kuat. Cara demikian tidak akan menyelesaikan masalah bahkan dapat
menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah laku
destruktif amuk yang ditujukan pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
III. A. Pohon Masalah

Risiko tinggi perilaku


kekerasan

Perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial

HARGA DIRI
RENDAH KRONIS

Koping individu tidak efektif

Trauma tumbuh kembang

B. Data yang perlu dikaji


1). Data Subyektif :
 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
2). Data Obyektif
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang-barang.

IV. Diagnosa Keperawatan


Risiko Perilaku Kekerasan

V. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan kita. Tindakan yang harus kita
lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Berjabat tangan
c. Menjelaskan tujuan interaksi
d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
2. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu.
3. Diskusikan perasaan pasien tentang tanda dan gejala perilaku kekerasan
4. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah
secara:
a. Terhadap orang lain
b. Terhadap diri sendiri
c. Terhadap lingkungan
5. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
a. Fisik : pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam
b. Verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
c. Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
d. Obat
7. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
a. Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal
b. Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal
8. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara verbal:
a. Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta
dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
b. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
9. Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:
a. Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa
b. Buat jadwal latihan sholat dan berdoa.
10. Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:
a. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama
pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan
benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat
b. Susun jadwal minum obat secara teratur
11. Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi persepsi mengontrol
perilaku kekerasan
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. EGC, Jakarta.

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama, Bandung.

Budi Anna Kelliat, 2005, “Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa”, Jakarta. EGC

Keliat, B.A. (1999). “Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial, Menarik diri”. Jakarta : FKUI

Keliat, B.A. (1999). “Proses Keperawatan Jiwa”. Jakarta :EGC

Stuart GW, Sunden . 1998 . “Buku Saku Keperawatan Jiwa” . Jakarta EGC

Maramis, WF.1998, Proses keperawatan Kesehatan jiwa, (Terjemahan ).Penerbit Buku Kedokteran,EGC,
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai