Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

“ PERILAKU KEKERASAN”

Oleh :
Nama : Devi Apriyani
NIM : 1820161020

PROGRAM PENDIDIKAN DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2018/2019
A. PENGERTIAN

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psiklogis. Berdasarkan definisi tersebut maka perilaku
kekerasan dapat dilakukakn secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu sedang
berlangsung kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku
kekerasan).

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain dan
lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman (Kartika Sari, 2015:137).

B. RENTANG RESPON
Respon adaptif respon
maladaptif

ASERTIF FRUSTASI PASIF AGRESIF


KEKERASAN

Asertif : Kemarahan yang di ungkapkan tanpa menyakiti orang lain


Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realitas atau
terhambat
Pasif : respons klien tidak mampu ungkapkan perasaan
Agresif : Perilaku destruktif masih terkontrol
Kekerasan : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol.

Klien mampu Klien gagal Klien merasa tidak Klien Perasaan


mengungkapkan mencapai dapat mengekspresikan marah dan
rasa marah tanpa tujuan mengungkapkan secara fisik,tapi bermusuhan
menyalahkan kepuasan saat perasaanya,tidak masih yang kuat dan
orang lain dan marah dan berdaya dan marah terkontrol,mendoro hilang control
memberikan tidak dapat ng orang lain di sertai
kelegaan menentukan dengan ancaman amuk,merusak
alternative lingkungan
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor pengalaman yang dialami tiapmorang yang merupakan faktor predisposis,

artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut

dialami oleh individu:

1) Psikologis

Menurut Townsend(2016, dalam jurnal penelitian) Faktor psikologi perilaku

kekerasan meliputi:

a) Teori Psikoanalitik, teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kepuasan dan

rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri

yang rendah. Agresif dan kekerasan dapat memberikan kekuatan dan meningkatkan

citra diri (Nuraenah, 2012: 30).

b) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang

dipelajarai, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap perilaku kekerasan

lebih cenderung untuk dipengaruhioleh peran eksternal (Nuraenah, 2012: 31).

2) Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering

mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini menstiumulasi

individu mengadopsi perilaku kekerasan (Eko Prabowo, 2014: hal 142).

3) Sosial budaya, proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi

memberikan dampak terhadap nilai-niali sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi

lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk mnyesuaikan

dengan berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stress (Nuraenah, 2012: 31).

4) Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus

temporal dan ketidak seimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya

perilaku kekerasan (Eko Prabowo, 2014: hal 143).


D. FAKTOR PRESIPITASI

Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa injury

secara fisik, psikis atau ancaman knsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku

kekerasan adalah sebagai berikut:

1) Konsis klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang

penuh dengan agresif dan masa lalu yang tidak menyenangkan.

2) Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang, merasa terancam baik internal

dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari lungkungan.

3) Lingkungan: panas, padat dan bising

E. TANDA DAN GEJALA

Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku

kkekerasan: (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 97)

a. Muka merah dan tegang

b. Mata melotot atau pandangan tajam

c. Tangan mengepal

d. Rahang mengatup

e. Wajah memerah dan tegang

f. Postur tubuh kaku

g. Pandangan tajam

h. Jalan mondar mandir

Klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukan adanya (Kartika Sari, 2015:

138) :

a. Klien mengeluh perasaan terancam, marah dan dendam

b. Klien menguungkapkan perasaan tidak berguna


c. Klien mengungkapkan perasaan jengkel

d. Klien mengungkapkan adanya keluhan fisik seperti dada berdebar-debar, rasa

tercekik dan bingung

e. Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruh melukai diri sendiri,


orang lain dan lingkungan

f. Klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya

F. POHON MASALAH

RESIKO MENCEDERAI DIRI SENDIRI DAN


ORANG LAIN EFFECT

PK COR PROBLEM

HALUSINASI CAUSA

HARGA DIRI RENDAH

KOPING INDIVIDU TIDAK


EFEKTIF

FAKTOR PREDISPOSISI &


PRESIPITASI

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan dari pohn masalah pada gambar adalah sebagai berikut

(Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 106).

1.perilaku kekerasan
H. STRATEGI PELAKSANAAN INDIVIDU

1. Mengkaji perilaku kekerasan dan mengajarkan cara menyalurkan rasa


marah “tarik nafas dalam”

2. Mengontrol perilaku kekerasan secara fisik 2 “pukul bantal”

3. Mengontrol perilaku kekerasan secara verbal.

4. Mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual

I. STRATEGI PELAKSANAAN KELUARGA

A. Mengidentifikasi masalah keluarga,menjelaskan proses terjadinya


perilaku kekerasan , dan cara merawat pasien pk

B. Merawat ke pasien langsung

C. Evaluasi kemampuan keluarga dan kemampuan pasien

J. STRATEGI PELAKSANAAN

A. PROSES KEPERAWATAN

1)      Pengkajian :
a)      Data Subyektif :
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan
menyerang orang yang mengusiknya jika    sedang kesal atau marah.
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
b)      Data Obyektif :
Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar
barang-barang.
2)      Diagnosa keperawatan : Perilaku kekerasan/ngamuk
B.STRTEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan untuk pasien
a.          Tujuan
1)      Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2)      Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3)      Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
4)      Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
5)      Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
6)      Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,
spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
b.      Tindakan
1)      Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara
lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:
a)      Mengucapkan salam terapeutik
b)      Berjabat tangan
c)      Menjelaskan tujuan interaksi
d)     Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
2)      Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan  yang lalu
3)      Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
a)      Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b)      Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
c)      Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d)     Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
e)      Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4)      Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat 
marah   secara:
a)      verbal
b)      terhadap orang lain
c)      terhadap diri sendiri
d)     terhadap lingkungan
5)      Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab


perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I
1. Orientasi
a. Salam terapeutik

“Assalamualaikum, Selamat pagi ?”, “Perkenalkan saya Devi Apriyani Mahasiswa


dari Universitas Kudus, saya yang bertugas di ruang perkutut ini. Nama mas siapa ?
dan senang dipanggil apa ? ”
b. Evaluasi/validasi

“Bagaimana perasaan Mas saat ini ? apa masih ada perasaan marah, jengkel ?”
c. Kontrak

“Baiklah, pagi ini kita akan berbincang-bincang mengenai perasaan marah yang saat
ini mas rasakan ”. “Mari kita bercakap-cakap ke taman !” “Atau mas ingin ke tempat
lain ?”. “Berapa lama mas mau kita berbincang-bincang ? bagaimana kalau 15
menit ?”.

2. Kerja
“Apa yang meyebabkan mas bisa marah, Nah ceritakan apa yang dirasakan mas saat
marah ?”, saat mas Arif marah apa ada perasaan tegang ,kesal,tegang,menegepalkan
tangan,mondar mandir ?”. “atau mungkin ada hal lain yang dirasakan ?”.
“Apa ada tindakan saat mas Arif sedang marah seperti,memukul,membanting ?”......
“memukul ibu !”, “terus apakah setelah melakukan tindakan tadi masalah yang
dialami selesai, apakah diberikan motor oleh orang tua mas Arif ?”. “ Apa akibat dari
tindakan yang telah dilakukan di rumah ?”......ya ibu saya menangis dan
kesakitan.......terus apalagi ?”........dan akhirnya dibawa ke rumah sakit jiwa !”.
3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang tentang perasaan marah yang


mas rasakan ?”
b. Evaluasi Obyektif

“Coba mas jelaskan lagi kenapa mas bisa marah”


c. Kontrak

1) Topik

“Baik, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang akibat dari
perasaan marah yang mas rasakan ?”
2) Tempat

“Dimana kita bisa berbincang lagi, bagaimana kalau disini saja?”


3) Waktu

“Berapa lama kita akan berbincang, bagaimana kalau 15 menit ?”


SP 2 Pasien : Mengontrol perilaku kekerasan secara fisik 2 “Minum Obat”

1. Fase  Orientasi
“ Assalamu’alaikum Mas Arif masih ingat nama saya” bagus mas,,,ya saya
Devi, “sesuai dengan janji saya 2 jam yang lalu, sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana bu, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, ?Apa yang
dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Coba kita lihat
kegiatannya”.“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara
minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah?”“Dimana enaknya kita
berbincang-bincang? Bagaimana kalau ditempat tadi?”
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?”        
2. Fase Kerja (Perawat membawa obat pasien)
“mas arif sudah dapat obat dari dokter?”“Berapa macam obat yang mas
minum?warnanya apa saja? Bagus, jam berapa mas minum?Bagus”“Obatnya
ada 3 macam bu, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar pikiran
tenang, yang putih namanya THP agar rileks dan tidak tegang, dan yang
merah jambu ini namanya HLP rasa marah berkurang. Semuanya ini harus
mas minum 3x sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”“Bila nanti
setelah minum obat mulut mas terasa kering, untuk membantu mengatasinya
mas bias mengisap-isap es batu”.“Bila terasa berkunang-kunang, mas
sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu”.
“Nanti dirumah sebelum minum obat ini mas lihat dulu label di kotak obat
apakah benar nama mas tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam
berapa saja harus diminum, baca juga apakah nama obatnya sudah benar?
Disini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya”.
“Jangan penah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan
dokter ya mas, karena dapat terjadi kekambuhan.”“ Sekarang kita masukkan
waktu minum obat kedalam jadwal ya mas”.
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan mas arif setelah kita bercakap-cakap tentang cara kita
minum obat yang benar?”“Coba mas arif sebutkan lagi jenis jenis obat yang
mas minum! Bagaiman cara minum obat yang benar?”“Nah, sudah berapa
cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari? Sekarang kita tambahkan
jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua
dengan teratur ya”.“Baik, besok kita ketemu lagi untuk melihat sejauh mana
mas melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah.
Selamat siang mas, sampai jumpa.”…. Assalamu’alaikum

SP 3 Pasien : Mengontrol perilaku kekerasan secara verbal

1. Fase Orientasi

“ Assalamu’alaikum mas arif masih ingat nama saya” bagus mas,,,ya saya devi ”,
sesuai dengan janji saya 2 jam yang lalu sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana mas, sudah dilakukan tarik nafas dalam dan minum obat? Apa yang
dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”“Coba saya lihat jadual kegiatan
hariannya. “Bagus,
“Bagaiman kalau kita sekarang latihan cara bicara untuk mencegah marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau ditempat yang sama?”
Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaiman kalau 10 menit?”

2. Fase Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara  mas baik untuk mencegah marah. Kalau marah
sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau minum obat dan sudah lega, maka
kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya mas:
yang prtama,  Meminta dengan baik tanpa marah dengan suara yang rendah serta
tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin mas mengatakan penyebab marahnya
karena makanan tidak tersedia, rumah berantakan, Coba mas minta sediakan
makan dengan baik:” mas, tolong sediakan makan dan bereskan rumah” Nanti
biasakan dicoba disini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba mas
praktekkan . Bagus bu. “
Yang kedua : Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan mas tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada
kerjaan’. Coba mas praktekkan . Bagus mas”
Yang ketiga : Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal mas dapat mengatakan:’Saya jadi ingin marah karena perkataan mu
itu’. Coba praktekkan. Bagus.”

 3. Fase Terminasi


“Bagaimana perasaan mas setelah bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah
dengan bicara yang baik?’
“Coba mas sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari.”“Bagus
sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali sehari mas mau
latihan bicara yang baik? bisa kita buat jadwalnya?”
“Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta
obat, makanan dll. Bagus nanti dicoba ya mas!”
“ Bagaimana kalau besok  kita ketemu lagi?”
“ besok kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah mas yaitu
dengan cara ibadah, mas setuju? Mau dimana mas? Disini lagi? Baik sampai nanti ya
mas arif…Assalamu’alaikum

SP 3 Pasien : Mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual

1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Mas arif masih ingat nama saya” Betul mas
“Bagaiman mas latihan apa yang sudah dilakukan? Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaiman rasa marahnya?”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu
dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaiman kalu ditempat biasa?”
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?”   
2. Fase kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa mas lakukan! Bagus, yang mana yang
mau di coba?”“Nah, kalau mas arif sedang marah coba langsung duduk dan
langsung tarik nafas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar
rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.“mas arif
bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba mas arif sebutkan sholat 5 waktu? Bagus, mau coba yang mana? Coba
sebutkan caranya?”

3. Fase terminasi
“Bagaiman perasaan mas arif setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga
ini?”“ Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan mas ariif. Mau berapa
kali mas sholat. Baik kita masukkan sholat …….dan ……(sesuai kesebuatan
pasien).”
“Coba mas sebutkan lagi cara ibadah yang dapat mas lakukan bila mas sedang
marah”“Setelah ini coba mas lakukan sholat sesuai jadwal yang telah kita buat tadi”
“ 2 jam lagi kita ketemu  ya mas arif ,nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol
Mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual! “
“Nanti kita akan membicarakan cara beribadah yang benar untuk mengontrol rasa
marah ibu, setuju bu?”….Assalamu’alaikum

DAFTAR PUSTAKA
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Mukhripah Damaiyanti. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarinda: Refka

Aditama.

Nuraenah. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga dan Beban Keluarga dalam

Merawat Anggota dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di RS. Jiwa Islam Klender

Jakarta Timur, 29-37.

Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans

Info MEdia.

Anda mungkin juga menyukai