Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

A. Masalah Utama
Perilaku Kekerasan

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian Perilaku Kekerasan
Menurut Keliat et. al., (2011 : 180), perilaku kekerasan merupakan salah
satu respons marah yang diekspresikan dengan melakukan ancaman,
mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan. Respons tersebut
biasanya muncul akibat adanya stressor. Respons ini dapat menimbulkan
kerugian baik pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.
Menurut Yosep dan Sutini (2014 : 151), perilaku kekerasan adalah suatu
keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci
atau marah. Hal ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap
orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional kita yang dapat
diproyeksikan ke lingkungan, ke dalam diri atau secara destruktif.
2. Tanda dan Gejala
Menurut Keliat et. al., (2011:181), tanda gejala perilaku kekerasan yaitu
antara lain :
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit dan berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda/orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak memiliki kemampuan mencegah/mengontrol periaku kekerasan
3. Akibat
Menurut Yusuf, Fitryasari dan Nihayati (2015 : 129-130), akibat perilaku
kekerasan adalah resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan adalah suatu keadaan
seseorang yang berusaha untuk melukai/merusak diri sendiri/orang lain
dalam keadaan yang lebih hebat atau berat dapat menimbulkan kematian.
Tanda dan gejala :
a. Pasien tampak murung
b. Tidak ada perhatian terhadap penampilan diri
c. Apatis
d. Sukar tidur atau sering terbangun
e. Gelisah, agitasi
f. Ada tanda-tanda atau syarat untuk merusak diri
g. Marah beresiko permusuhan
h. Menolak makanan
i. Perasaan cemas dan tidak berdaya
j. Menarik diri dari lingkungan sosial
k. Ada rencana untuk percobaan bunuh diri
l. Ada kecenderungan melukai diri sendiri
m. Merasa rendah diri
n. Merasa tidakpercayadiri dan merasa tidak berdaya
o. Rasa berdosa
p. Daya perhatian berkurang
q. Tidak mau mengontrol dorongan diri sendiri
r. Ada halusinasi dan waham
s. Tidak mampu membedakan antara kenyataan dengan khayalan
4. Penyebab
Menurut Stuart (2013), sebagaimana dikutip oleh Sutejo (2017 : 63-64),
masalah perilaku kekerasan dapat disebabkan oleh adanya faktor
predisposisi (faktor yang melatarbelakangi munculnya masalah) dan faktor
presipitasi (faktor yang memicu adanya masalah).
a. Faktor predisposisi
1) Faktor biologis
a) Teori dorongan naluri (Instinctual drive theory), menyatakan
bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu dorongan
kebutuhan dasar yang kuat.
b) Teori psikomatik (Psycomatic theory), pengalaman marah
diakibatkan oleh respons psikologi terhadap stimulus eksternal
maupun internal.
2) Faktor psikologis
a) Teori agresif frustasi (Frustasion aggresion theory), perilaku
kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi frustasi. Hal ini terjadi
apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau
terhambat.
b) Teori perilaku (Behavioral theory), yaitu kemarahan merupakan
bagian dari proses belajar.
c) Teori eksistensi (Existential theory), salah satu kebutuhan dasar
manusia adalah bertindak sesuai perilaku. Apabila kebutuhan
tersebut tidak dipenuhi melalui perilaku konstruktif, maka individu
akan memenuhinya melalui perilaku destruktif.
3) Faktor sosiokultural
a) Norma, hal ini mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang
diterima atau tidak diterima akan menimbulkan sanksi.
b) Budaya asertif, budaya ini di masyarakat membantu individu untuk
berespons terhadap marah yang sehat.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi ini berhubungan dengan pengaruh stresor yang
mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu. Stresor dapat
disebabkan dari luar maupun dalam. Stresor yang berasal dari luar
berupa serangan fisik, kehilangan, kematian dan lain-lain. Stresor yang
berasal dari dalam berupa kehilangan keluarga atau sahabat yang
dicintai, ketakutan terhadap penyakit fisik, penyakit dalam dan lain-lain.
Selain itu, lingkungan yang kurang kondusif, seperti penuh penghinaan,
tindak kekerasan, dapat memicu perilaku kekerasan.
5. Proses Terjadinya Akibat dan Penyebab
Menurut Yosep dan Sutini (2014 : 256), proses terjadinya akibat dan
penyebab resiko perilaku kekerasan yaitu perilaku kekerasan biasanya
diawali dengan situasi berduka yang berkepanjangan dari seseorang karena
ditinggal oleh seseorang yang dianggap sangat berpengaruh dalam
hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak berakhir dapat menyebabkan perasaan
harga diri rendah sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain. Bila
ketidakmampuan bergaul dengan orang lain ini tidak diatasi akan timbul
halusinasi yang menyuruh untuk melakukan tindakan kekerasan dan ini
berdampak terhadap resiko tinggi menciderai diri, orang lain, dan
lingkungan.

C. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan


lingkungan (Akibat)

(Core problem)
Resiko perilaku kekerasan

Halusinasi
(Penyebab)

D. Masalah Yang Muncul dan Data Yang Perlu Dikaji


Menurut Keliat (2011 : 181), pengkajian pada pasien perilaku kekerasan
meliputi :
1. Muka merah dan tegang
2. Pandangan tajam
3. Mengarupkan rahang dengan kuat
4. Mengepalkan tangan
5. Jalan mondar-mandir
6. Bicara kasar
7. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
8. Mengancam secara verbal atau fisik
9. Melempar atau memukul benda atau orang lain
10. Merusak barang atau benda
11. Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah atau mengontrol perilaku
kekerasan
Menurut Yosep dan Sutini (2014 : 256), daftar masalah yang mungkin muncul
pada perilaku kekerasan yaitu :
1. Perilaku kekerasan
2. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
4. Harga diri rendah kronis
5. Isolasi sosial
6. Berduka disfungsional
7. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
8. Koping keluarga inefektif

E. Diagnosa Keperawatan
Menurut Yusuf, Fitryasari dan Nihayati (2015 : 133), diagnosa yang muncul
antara lain :
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan
dengan perilaku kekerasan
2. Resiko perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah

F. Rencana Tindakan
Menurut Yusuf, Fitryasari dan Nihayati (2015 : 133-135), rencana tindakan
keperawatan untuk pasien harga diri rendah adalah :
1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya
5) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku
kekerasannya
6) Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara
fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka
b. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu
pasien
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini
dan masa lalu
3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang bisa dilakukan
pada saat marah secara :
a) Verbal
b) Terhadap orang lain
c) Terhadap diri sendiri
d) Terhadap lingkungan

5) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya


6) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan
secara :
a) Fisik, misalnya pukul kasur dan bantal, tarik nafas dalam
b) Obat
c) Sosial atau verbal, misalnya menyatakan secara asertif rasa
marahnya
d) Spiritual, misalnya sholat atau berdoa sesuai keyakinan pasien
7) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, yaitu latihan
nafas dalam dan pukul kasur/bantal, secara sosial atau verbal,
secara spiritual, dan patuh minum obat.
8) Ikut sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi mengontrol perilaku kekerasan.
2. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
a. Tujuan
Keluarga dapat merawat pasien dirumah
b. Tindakan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,
tanda dan gejala, serta perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku
tersebut)
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu
segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul
benda/orang lain
4) Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan
a) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan
yang telah diajarkan perawat
b) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila
pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat
c) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila
pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan
5) Buat perencanaan pulang bersama keluarga

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan
a. Tujuan untuk pasien
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya
5) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku
kekerasannya
6) Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara
fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka
b. Tujuan untuk keluarga
Keluarga dapat merawat pasien dirumah
4. Tindakan Keperawatan
SP 1
a. Tindakan untuk pasien
1) Identifikasi penyebab, tanda & gejala, PK yang dilakukan, akibat PK
2) Jelaskan cara mengontrol PK: fisik, obat, verbal, spiritual
3) Latihan cara mengontrol PK secara fisik: tarik nafas dalam dan pukul
kasur dan bantal
4) Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik
b. Tindakan untuk keluarga
1) Diskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien
2) Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya PK
(gunakan booklet)
3) Jelaskan cara merawat PK
4) Latih satu cara merawat PK dengan melakukan kegiatan fisik: tarik
nafas dalam dan pukul kasur dan bantal
5) Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian

SP 2
a. Tindakan untuk pasien
1) Evaluasi kegiatan latihan fisik. Beri pujian
2) Latih cara mengontrol PK dengan obat (jelaskan 6 benar: jenis, guna,
dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat)
3) Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik dan minum obat
b. Tindakan untuk keluarga
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien fisik. Beri
pujian
2) Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
3) Latih cara memberikan/membimbing minum obat
4) Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian
SP 3
a. Tindakan untuk pasien
1) Evaluasi kegiatan latihan fisik & obat. Beri pujian
2) Latih cara mengontrol PK secara verbal (3 cara, yaitu:
mengungkapkan, meminta, menolak dengan benar)
3) Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik, minum obat dan
verbal
b. Tindakan untuk keluarga
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien fisik dan
memberikan obat. Beri pujian
2) Latih cara membimbing: cara bicara yang baik
3) Latih cara membimbing kegiatan spiritual
4) Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan pujian
SP 4
a. Tindakan untuk pasien
1)Evaluasi kegiatan latihan fisik & obat & verbal. Beri pujian
2)Latih cara mengontrol spiritual (2 kegiatan)
3) Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik, minum obat,
verbal dan spiritual
b. Tindakan untuk keluarga
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien fisik,
memberikan obat, latihan bicara yang baik & kegiatan spiritual. Beri
pujian
2) Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh, rujukan
3) Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan pujian

B. Strategi Komunikasi
1. SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab,
perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik.
2. Orientasi :
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya suster I, saya senang dipanggil N,
saya perawat yang bertugas di bangsal ini. Hari ini saya dinas pagi, dari pukul
07.00-14.00 WIB. Saya yang akan merawat bapak di Rumah Sakit ini. Nama
Bapak siapa? Senang dipanggil apa ?”
“Bagaimana perasaan Bapak saat ini ? Masih ada perasaan kesal atau
marah? Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan
marah Bapak.”
“Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalau 20
menit ? Di mana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, Pak?
Bagaimana kalau disini ?”
3. Kerja :
“Apa yang menyebabkan Bapak marah ? Apakah sebelumnya Bapak pernah
marah ? Terus, penyebabnya apa ? Samakah dengan yang sekarang ?
O..iya, jadi ada 2 penyebab marah Bapak.”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti Bapak pulang ke rumah dan istri
belum menyediakan makanan, apa yang Bapak rasakan ?”
“Apakah Bapak merasakan kesal kemudian dada Bapak berdebar-debar,
mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang Bapak lakukan ? O..iya, jadi Bapak memukul istri Bapak
dan memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan terhidang ? Iya,
tentu tidak. Apa kerugian cara yang Bapak lakukan ? Betul, istri jadi sakit dan
takut, piring-piring pecah. Menurut Bapak adakah cara lain yang lebih baik ?
Maukah Bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?”
“Ada beberapa cara untuk mengontrol marah ya yaitu dengan fisik, minum
obat, verbal, dan spiritual. Salah satunya adalah dengan cara fisik. Jadi
melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yang pertama dengan cara fisik,
yaitu dengan tarik napas dalam dan pukul-pukul bantal.”
“Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Bapak rasakan maka Bapak
berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup
berlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba
lagi, tarik napas dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah,
lakukan 5 kali. Lalu yang kedua adalah memukul-mukul bantal, jika rasa
marah Bapak muncul maka langsung saja Bapak pukul bantal yang berada di
atas kasur sekuat tenaga, seperti ini misalnya. Coba Bapak lakukan yang
saya ajarkan tadi. Bagus sekali, Bapak sudah dapat melakukannya.
Bagaimana perasaan Bapak?”
“Nah, sebaiknya latihan ini Bapak lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Bapak sudah terbiasa melakukannya.”
4. Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
Bapak ?”
“Iya jadi ada 2 penyebab Bapak marah..(sebutkan) dan yang Bapak rasakan..
(sebutkan) dan yang Bapak lakukan..(sebutkan) serta akibatnya ..(sebutkan)”
“Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah Bapak yang
lalu. Tadi sudah saya ajarkan 2 cara mengatasi perasaan marah Bapak yaitu
napas dalam dan memukul-mukul bantal, coba dipraktekkan lagi apa yang
saya ajarkan tadi. Bagus sekali saya rasa Bapak sudah bisa. Nanti di
praktekkan lagi ya. Bagaimana jika kita masukkan latihan ini ke dalam jadwal
Bapak. Baik, Bapak mau hari apa? Berapa kali Pak ? Mau di mana ? Baik
kalau begitu. Besuk kita latihan lagi dan besuk akan saya ajarkan cara yang
ke 2 untuk mengatasi marah Bapak yaitu dengan minum obat ya Bapak,
Bapak mau ketemu dimana dan jam berapa? Jangan lupa cara yang saya
ajarkan tadi di praktekkan ya. Selamat siang Bapak, sampai jumpa besuk.”

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna et. al. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN
(Basic Course). EGC, Jakarta

Sutejo. 2017. Keperawatan Jiwa. Pustaka Baru Press, Yogyakarta

Yosep, H. Iyus dan Titin Sutini. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa Dan Advance
Mental Health Nursing. PT Refika Aditama, Bandung

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari dan Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Salemba Medika, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai