Oleh :
Chairunas Amnusy
(183110167)
Dosen Pembimbing :
Heppi Sasmita,SKp,M.Kep,Sp.Jiwa
2020
BAB I
PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN
A. Latar Belakang
Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang stress berat
membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri, misalnya: memaki-
maki orang di sekitarnya, membanting–banting barang, menciderai diri sendiri dan orang
lain, bahkan membakar rumah, mobil dan sepeda montor.
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit
jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan
“pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut
(Purba dkk, 2008). Menurut Stuart dan Laraia (1998), perilaku kekerasan dapat
dimanifestasikan secara fisik (mencederai diri sendiri, peningkatan mobilitas tubuh),
psikologis (emosional, marah, mudah tersinggung, dan menentang), spiritual (merasa
dirinya sangat berkuasa, tidak bermoral). Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan
gejala dari gangguan skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen (Purba dkk,
2008).
Perilaku kekerasan merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. WHO (2001)
menyatakan, paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental.
WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan
kesehatan jiwa. Pada masyarakat umum terdapat 0,2 – 0,8 % penderita skizofrenia dan
dari 120 juta penduduk di Negara Indonesia terdapat kira-kira 2.400.000 orang anak yang
mengalami gangguan jiwa (Maramis, 2004 dalam Carolina, 2008). Data WHO tahun
2006 mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia atau kira-kira 12-16 persen
mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data Departemen Kesehatan, jumlah penderita
gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta orang (WHO, 2006).
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka kami tertarik untuk menyusun
makalah mengenai kegawatdaruratan pada perilaku kekerasan.
\
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan perilaku
kekerasan
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan perilaku
kekerasan
b. Mampu melakukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan
c. Mampu melakukan perencanaan keperawatan pada pasien dengan perilaku
kekerasan
d. Mampu melakukan implemestasi keperawatan pada pasien dengan perilaku
kekerasan
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan
(fitria, 2009).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut
(Purba dkk, 2008).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri, maupun orang lain (Yoseph, 2007).
Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang stress berat,
membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri, misalkan: memaki-maki
orang disekitarnya, membanting-banting barang, menciderai diri dan orang lain, bahkan
membakar rumah.
2. Verbal
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi, membentak atau berteriak
c. Mengancam secara verbal atau fisik
d. Mengumpat dengan kata-kata kotor
e. Suara keras
f. Ketus
3. Perilaku
a. Melempar atau memukul benda/orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri sendiri/orang lain
d. Merusak lingkungan
e. Amuk/agresif
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, menyinggung
perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual
C.Faktor Penyebab
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Psikologis
Psiconalytical Theory : teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan akibat dari
instructual drives. Freud berpendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua
insting, pertama insting hidup yang diekspresikan dengan seksualitas ; dan kedua :
insting kematian yang diekspresikan dengan agresifitas.
b. Faktor Sosial Budaya
Ini mengemukakan bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresif
dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan
penguatan maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan
berespon terhadap keterbangkitan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon
yang dipelajarinya. Kultur dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan, adanya norma
dapat membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang diterima atau tidak dapat
diterima sehingga dapat membantu individu untuk mengekspresikan marah dengan cara
yang asertif.
c. Faktor biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif mempunyai dasar biologis,
penelitian neurobiologis mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus elektris
ringan pada hipotalamus (yang berada ditengah sistem limbik).
2. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya terancam.
Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya
ancaman terhadap konsep diri seseorang, ketika sesorang merasa terancam, mungkin
dia tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Ancaman
dapat berupa internal ataupun eksternal, contoh stressor eksternal : serangan secara
psikis, kehilangan hubungan yang dianggap bermakna dan adanya kritikan dari orang
lain, sedangkan contoh dari stressor internal : merasa gagal dalam bekerja, merasa
kehilangan seseoranga yang dicintai, dan ketakutan terhadap penyakit yang diderita.
Bila dilihat dari sudut pandang perawat-klien, maka faktor yang mencetuskan
terjadinya perilaku kekerasan terbagi dua yaitu :
a) Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, kurang percaya diri.
b) Lingkungan : ribut, kehilangan orang atau objek yang berharga, konflik interaksi social.
Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal berupa
perilaku deskruptif maupun agresif.Sedangkan secara internal dapat berupa perilaku yang
merusak diri,Mengekspresikan marah dapat dengan perilaku deskriptif dengan menggunakan
kata-kata yang dapat dimengerti dan direpson tanpa menyakiti orang lain,serta memberikan
perasaan lega.
F. Pohon Masalah
G .Rentang Respon
Keterangan :
ASUHAN KEPERAWATAN
A.Pengkajian
3.Perilaku ; menyerang orang lain,melukai diri sendiri ,orang lain ,merusak lingkungan.
B.Diagnosa Keperawatan
C.Rencana Keperawatan
D. Strategi Pelaksanaan
1. SP Pasien
a. SP 1
1. Jelskan cara latihan napas dalam memukul bantal
2. Peragakan caralatihan napas dalam memukul bantal
3. Minta pasien memperagakan ulang
4. Pantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku pasien
5. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
b. SP 2
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (sp 1)
2. Latihan mengontrol PK secara verbal
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
c. SP 3
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1&SP2)
2. Latih mengontrol PK secara verbal
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
d. SP 4
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, SP2, dan SP3)
2. Latih mengontrol PK dengan kegiatan spiritual
3. Masukkan dalam jadwal harian pasien
2. SP Keluarga
a. SP 1
1. Diskusikan masalah yang dihadapi dalam merawat pasien
2. Jelaskan tentangPK
3. Gunakan media seperti liflet dalam menjelaskan ara merawat pasien PK
4. Latih cara cara napas dalam dan memukul bantal
5. Masukkan ke jadwal harian
6. Anjurkan member pujian
b. SP 2
1. Evaluasi SP1keluarga dalam cara napas dalam dan memukul bantal
2. Latih keluarga untuk melatih pasien minum obat
3. Masukkan ke jadwal harian
4. Anjrkan memberi pujian
c. SP 3
1. Evaluasi SP1 dan SP 2 keluarga
2. Latih keluarga mengntrol PK secara verbal
3. Masukkan ke jadwal harian anjurkan memberi pujian
4. Anjurkan member pujian
d. Evaluasi SP1, SP 2, dan SPP 3
1. Evaluasi SP 1, SP2, dan SP 3
2. Latih keluarga cara mengontrol spiritual
3. Latih kelurga untuk mencegah kekambuhan pada pasien
4. Anjurkan member pujian
5.
E. Implementasi
Merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan
berbagai strategis keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan
dalam rencana tindakan keperawatan .
F. Evaluasi
Merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dengancara melakukan identifikasi
sejauh mana tujuan rencana tercapai atau jika tidak tercapai,maka perlu
ditindaklanjuti dengan penerapan bagian intervensi yang belum tercapai atau
memikirkanintervensi baru.
DAFTAR PUSTAKA
1. Keliat, B. A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. (Edisi 2). Jakarta: EGC.
2. Stuart & Sudart. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa.(Edisi 5). Alih Bahasa: Ramona
P, Kapoh. Jakarta: EGC.
3. Yoseph, Iyus. 2010. Kepeerawatan Jiwa. (Edisi Revisi). Bandung: Revika Aditama.