Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “
Kerusakan Lingkungan” Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan
refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…

Padang , Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
1.3 Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2
A. Kerusakan Lingkungan
2.1 Pengertian Lingkungan ................................................................................ 2
2.2 Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Lingkungan ........................................ 2
2.3 Kerusakan Lingkungan ................................................................................ 3
2.3 Dampak Kerusakan Lingkungan.................................................................. 6
2.3 Upaya Pencegahan Kerusakan Lingkungan................................................. 7
2.3 Peran Pemerintah dalam mengatasi kerusakan lingkungan ......................... 7
B. Hukum Kesehatan

2.1 Pengertian Hukum

2.2 Pengertian Kesehatan

2.3 Pengertian Dari Hukum Kesehatan

2.4 Sejarah Hukum Kesehatan

2.5 Kelompok-Kelompok Dalam Hukum Kesehatan

2.6 Ruang Lingkup Yang Terdapat Dalam Hukum Kesehatan

2.7 Latar Belakang Terjadinya terjadinya undang undang di dunia kesehatan

2.8 Fungsi Dari Hukum Kesehatan

2.9 Sumber-Sumber Hukum Kesehatan

2.10 Tujuan Hukum Kesehatan


2.11 Asas-Asas Hukum Kesehatan

2.12 Upaya Kesehatan Guna Meningkatkan Derajat Kesehatan

2.13 Hukum Kesehatan Dimasa Yang Akan Datang

2.14 Hal-Hal Penting Dari Undang-Undang Kesehatan

2.15 Hak Dan Kewajiban Dalam Hukum Kesehatan

2.16 Materi Perundang-Undangan Dibidang Kesehatan


BAB III PENUTUP ............................................................................................ 8
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 8
3.2 Saran ............................................................................................................ 8
DAFTARPUSTAKA .......................................................................................... 9

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lingkungan kita sekarang ini sudah sangat memprihatinkan. Banyak ancaman serius
terhadap masa depan manusia mulai dari perubahan iklim serta lenyapnya ozon sampapi ke
polusi udara dan kontaminasi dengan bahan beracun, pada umumnya muncul karena
kegagalan perekonomian untuk menilai dan memperhitungkan kerusakan lingkungan hidup.

2.1 Rumusan Masalah


1. Apa yang melatar belakangi terjadinya kerusakan lingkungan?
2. Factor-faktor apa saja penyebab kerusakan lingkungan?
3. Kerusakan llingkungan apa sajakah yang sering terjadi pada lingkungan sekitar?
4. Apa dampak dari kerusakan lingkungan?
5. Bagaimana kita mengupayakan mencegah kerusakan lingkungan?
6. Apa peran pemerintah mengenai kerusakan lingkungan?

3.1 Tujuan
1. bagaimana cara mengatasi terjadinya kerusakan lingkungan.
2. mengetahui Factor-faktor penyebab kerusakan lingkungan.
3. mengetahuhi Kerusakan llingkungan yang sering terjadi pada lingkungan sekitar.
4. mengetahui dampak dari kerusakan lingkungan.
5. mengetahui cara mencegah kerusakan lingkungan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lingkungan


Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam
maupun lingkungan sosial.Kita bernapas memerlukan udara dar lingkungansekitar. Kita
makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan.Pengertian
lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi
perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan bisa
dibedakan menjadi lingkungan biotik dan abiotik. Jika kita berada di sekolah, lingkungan
biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua orang
yang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewan-
hewan yang ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papan
tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar.Seringkali
lingkungan yang terdiri dari sesama manusia disebut juga sebagai lingkungan sosial.
Lingkungan sosial inilah yang membentuk sistem pergaulan yang besar peranannya dalam
membentuk kepribadian seseorang.

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Lingkungan


1. Kerusakan akibat peristiwa alam
Peristiwa alam merupakan factor utama terjadinya kerusakan lingkungan, banyak
makhluk hidup yang tidak dapat bertahan melawan seleksi alam, peristiwa alam itu meliputi,
letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir, longsor, dan kerusakan alam lainnya.
2. Kerusakan akbat ulah manusia
a. Pertanian
Penggundulan hutan merupakan salah satu contoh kerusakan yang diakibatkan oleh
kegiatan pertanian ladang berpindah. Tempat yang ditinggalkan menjadi kurang subur dan
ditumbuhi alang alang. Akibatnya saat musim hujan akan terjadi proses pengikisan tanah
permukaan yang intensif.

b. Perikanan
Cara penangkapan ikan yang salah, sepeti menggunakan pukat harimau juga menyebabkan
kian berkurangnya jenis jenis ikan tertentu didaerah perairan. Terlebih lagi jika menggunakan
bahan peledak, tidak hanya ikan yang mati tetapi larva dan ikan kecil lainnya ikut mati.
c. Tekhnologi dan industry
Penggunaan traktor memang mempermudah dan mempercepat pembajakan sawah, namun
ada hal lain yang terbawa seperti sisa bahan bakar, buangan oli, dsb. Hal tersebut biasa
merusak lingkungan.

2.3 Kerusakan Lingkungan


1. Sungai
Pencemaran sungai dapat disebabkan oleh hal-hal berikut :
a. Pembuangan limbah industri ke perairan
b. Pembuangan limbah rumah tangga (domestic) ke sungai, seperti air cucian, air bekas MCK.
c. Penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan.
d. Terjadinya erosi yang membawa paetikel-partikel tanah ke perairan.
e. Penggunaan racun dan bahan peledak
f. Pembuangan limbah rumah sakit, limbah peternakan ke sungai
g. Tumpahan minyak karena kebocoran tanker atau ledakan sumur minyak lepas pantai.
Adapun dampak pencemaran sungai sbb :
a. Mempercepat kematian biota yang ada di dalamnya, jika pun bisa bertahan maka akan terjadi
mutasi dan jika dikonsumsi akan berakibat langsung pada kesehatan manusia.
b. Mengurangi bahkan merusak kualitas airnya.
c. Abrasi, berupa erosi lateral. Akan membawa material pinggir sungai yang mengakibatkan
pendangkalan sungai. Akibatnya jika terjadi hujan lebat maka sungai tidak dapat menampung
kapasitas airdan mengakibatkan banjir.
d. Hunian di bantaran sungai akan mengakibatkan menghilangnya kealamian sungai karena
proses kehidupan sungai.
2. Terumbu karang

Pada saat sekarang ini sudah banyak laporan atas dasar rusaknya terumbu karang,
terumbu karang yang memanjang di lautan adalah keajaiban bawah air dengan warna yang
berpendar berbentuk fantastis telah dicampur tangani oleh tangan-tangan kotor manusia.
Berbagai macam tekanan termasuk lumpur akibat penggundulan hutan dan polusi pantai
akibat padatnya pengunjung pantai, yang mencekik mereka, dan pengambilan berlebihan oleh
para pencari karang, nelayan, dan turis yang merusak dan mengurasnya.
Manfaat terumbu karang:
a. Sebagai tempat wisata
b. Organisme-organisme terumbu karang lainnya menghasilkan bahan-bahan kimia yang
bermanfaat untuk penelitian kanker dan AIDS.
c. Bunga-bunga karang itu sendiri menghasilkan suatu pelindung matahari alamiah,
d. Kerangkanya yang terbuat dari kapur dan berlubang lubang itu mengandung kemungkinan
untuk dijadikan bahan cangkokan tulang manusia.
e. Terumbu karang memberikan pelayanan tidak terhingga dengan melindungi tanah-tanah di
dekat pantai dari kekuatan-kekuatan erosi laut.
f. Sebagai sumber penghasilan para nelayan berskala kecil sangat tergantung pada terumbu
karang dunia untuk mencari nafkah mereka maupun makanan sehari-hari.
3. Kerusakan hutan
Bencana banjir datang saat musim penghujan. Air yang meluap dari sungai sampai
terkena banjir merugikan harta bahkan jiwa. Masalah yang datang ketika kemarau adalah
kekeringan, semua masalah itu terjadi karena kerusakan hutan. Hutan yang masih alami
mempunyai pohon-pohon yang lebat dan perakaran yang baik dapat menyerap air ketika
hujan datang dan menyimpannya dalam tanah di celah-celah perakaran, secara perlahan
melepasnya melalui aliran sungai. Fungsi hutan dalam mengendalikan fluktuasi debit air
sungai sehingga saat hujan lebat tidak lebat dan pada saat kemarau tidak kekeringan.
Hutan berfungsi dalam proses hydro-orologis mengatur tata air dan menjaga
ketersediaan air bagi makhluk hidup.”Kerusakan hutan adalah berkurangnya luasan areal
hutan Karena kerusakan ekosistem hutan”, pengertian ini sering juga disebut degradasi
hutan.

4. Pencemaran
Pencemaran didefinisikan sebagai suatu gejala masuknya zat-zat atau komponen lain
ke dalam lingkungan atau ekosistem alami sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat
tertentu.
Macam-macam pencemaran lingkungan:
1. Pencemaran air
Pencemaran air merupakan peristiwa masuknya bahan berbahaya, merugikan atau
tidak disukai ke dalam air dengan konsentrasi atau jumlah yang cukup besar. Pencemaran air
dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung terutama disebabkan oleh efluen atau
limbah buangan dalam bentuk cairan dari kegiatan industry, pertanian dan rumah tangga.
ementara itu pencemaran air secara tidak langsung terjadi karena adanya rembesan zat-zat
kimia beracun dan berbahaya dari timbunan limbah industry, pertanian, dan rumah tangga
kedalam perairan terbuka serta air dalam tanah.
2. Pencemaran udara
1. Asap
Asap tersusun atas partikel partikel kecil karbon dan tar yang berasal dari
pembakaran batu bara di pusat-pusat pembangkit tenaga listrik atau dirumah-rumah. Di
dalam tar mengandung terkandung bahan-bahan kimia penyebab kanker.
2. Kabut asap
Kabut asap adalah kabut tipis yang terjadi di kota kota dengan iklim tertentu. Kabut
asap mengiritasi mata dan paru-paru, serta merusakkan tumbuhan. Kabu asap terbentuk
ketika cahaya matahari dan ozon di udara bereaksi dengan oksida nitrogen serta hidrokarbon
dari gas buangan kendaraan bermotor.
3. Karbon monoksida
Gas ini dihasilkan oleh gas buangan mobil dan truk. Jika tertutup, karbon monoksida
berikatan dengan hemoglobin dalam darah membentuk senyawa yang stabil yaitu
karboksihemoglobin (HbCO).

4. Karbon Dioksida
Karbon dioksida dibutuhkan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis. Gas karbon
dioksida yang ada di udara selain berasal dari proses alam, seperti respirasi makhluk hidup,
dekomposisi bahan organik, fermentasi, pelapukan batuan, dan pengaruh magma di
permukaan tanah, juga berasal dari bekas pembakaran manusia.
3. Pencemaran tanah
Tanah merupakan subtansi yang menyusun kerak bumi. Mineral-mineral yang
terkandung dalm tanah menjadi sumber kehidupan tumbuhan. Yang dimaksud dengan
pencemaran tanah adalah suatu dampak limbah rumah tangga, industry dan penggunaan
pestisida yang berlebihan pada tanah. Pestisida adalah subtansi yang digunakan untuk
memngontrol organisme yang mengganggu tanaman hasil usaha manusia yang terlibat dalam
penyebaran penyakit.

2.4 Dampak Kerusakan Lingkungan


Kerusakan lingkungan memberikan banyak dampak pada masyarakat atau makhluk
hidup sekitar kita diantarnya :
1. Menurunnya tingkat kesehatan masyarakat akibat penyebaran wabah penyakit
2. Munculnya berbagai kerawanan sosial
3. Menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat
4. Penurunan produktivitas lahan pada sentra-sentra pangan
5. Kerusakan lingkungan yang berakibat fatal menimbulkan kerugian, baik material maupun
jiwa.

2.5 Upaya Pencegahan Kerusakan Lingkungan


1. Reboisasi atau penghijauan di lahan yang telah rusak.
2. Mencegah penebangan liar dan menerapkan system tebang pilih
3. Mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, dan menggantinya dengan bahan bakar
alternative
4. Membuat sengkedan di daerah lereng pegunungan yang digunakan sebagai lahan pertanian
5. Mengolah limbah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan
6. Menggunakan bahan-bahan yang mudah diuraikan mikroorganisme di tanah

7. Melakukan upaya remidiasi yaitu membersihkanpermukaan tanah dari berbagai macam


polutan
Dengan Menerapkan prinsip 4R yaitu :
1. Reduce, artinya mengurangi pemakaian
2. Reuse, artinya memakai ulang
3. Recycle artinya mendaur ulang
4. Replant, artinya menanam atau menimbun sampah organik.

2.6 Peran Pemerintah Dalam Mengatasi Kerusakan Lingkungan


1. Mengeluarkan UU pokok Agraria No. 5 tahun 1960 yang mengatur tentang tata guna tanah.
2. Menerbitkan UU No. 4 tahun 1982, tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan
lingkungan hidup.
3. Memberlakukan peraturan pemerintah RI No. 24 tahun 1986 tentang Analisa Mengenai
Dampak Lingkungan.
4. Pada tahun 1991, pemerintah membentuk badan pengendalian lingkungan.
B. Hukum Kesehatan

2.1 Pengertian Hukum


Hukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu kekuasaan
dalam mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat agar masyarakat bisa teratur.
Hukum perdata mengatur subjek dan antar subjek dalam hubungan interrelasi
(kedudukan sederajat) (1887)

2.2 Pengertian Kesehatan


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis

2.3 Pengertian Dari Hukum Kesehatan


Beberapa pengertian hukum kesehatan menurut beberapa ahli dan undang-umdamg:
Van Der Mijn: Hukum Kesehatan diartikan sebagai hukum yang berhubungan langsung
dengan pemeliharaan kesehatan, meliputi: penerapan perangkat hukum perdata, pidana dan
tata usaha negara.
Leenen: Hukum kesehatan sebagai keseluruhan aktivitas yuridis dan peraturan hukum di
bidang kesehatan serta studi ilmiahnya.
Hukum kesehatan (No. 23 tahun 1992) adalah semua ketentuan hukum yang
berhubungan langsung dengan pemeliharaan / pelayanan dan penerapannya. Yang
diatur menyangkut hak dan kewajiban baik perorangan dan segenap lapisan
masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara
pelayanan kesehatan dalam segala aspeknya, organisasi, sarana pedoman standar
pelayanan medic, ilmu pengetahuan kesehatan dan hukum serta sumber-sumber
hukum lainnya.
Hukum kesehatan adalah semua ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan yang mengatur hak dan kewajiban individu,
kelompok atau masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan pada satu pihak, hak
dan kewajiban tenaga kesehatan dan sarana kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan di pihak lain yang mengikat masing-masing pihak dalam sebuah perjanjian
terapeutik dan ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan perundang-undangan di
bidang kesehatan lainnya yang berlaku secara lokal, regional, nasional dan internasional.
Secara ringkas hukum kesehatan adalah:
a. Kumpulan peraturan yang mengatur tetang hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan
b. Seperangkat kaidah yang mengatur seluruh aspek yang berkaitan dengan upaya dan
pemeliharaan di bidang kesehatan.
c. Rangkaian peraturan perundang-undangan dalam bidang kesehatan yang mengatur
pelayanan medik dan sarana medik

2.4 Sejarah Hukum Kesehatan


Pada awalnya masyarakat menganggap penyakit sebagai misteri, sehingga tidak ada
seorangpun yang dapat menjelaskan secara benar tentang mengapa suatu penyakit
menyerang seseorang dan tidak menyerang lainnya. Pemahaman yang berkembang selalu
dikaitkan dengan kekuatan yang bersifat supranatural. Penyakit dianggap sebagai
hukuman Tuhan atas orang-orang yang yang melanggar hukumNya atau disebabkan oleh
perbuatan roh-roh jahat yang berperang melawan dewa pelindung manusia.
Pengobatannya hanya bisa dilakukan oleh para pendeta atau pemuka agama melalui do’a
atau upacara pengorbanan
Pada masa itu profesi kedokteran menjadi monopoli kaum pendeta, oleh karena itu
mereka merupakan kelompok yang tertutup, yang mengajarkan ilmu kesehatan hanya di
kalangan mereka sendiri serta merekrtu muridnya dari kalangan atas. Memiliki
kewenangan untuk membuat undang-undang, karena dipercayai sebagai wakil Tuhan
untuk membuat undang-undang di muka bumi. Undang-undang yang mereka buat
memberi ancaman hukuman yang berat, misalnya hukuman potong tangan bagi seseorang
yang melakukan pekerjaan dokter dengan menggunakan metode yang menyimpang dari
buku yang ditulis sebelumnya, sehingga orang enggan memasuki profesi ini.
Mesir pada tahun 2000 SM tidak hanya maju di bidang kedokteran tetapi juga
memiliki hukum kesehatan. Konsep pelayanan kesehatan sudah mulai dikembangkan
dimana penderita/psien tidak ditarik biaya oleh petugas kesehatan yang dibiayai oleh
masyarakat. Peraturan ketat diberlakukan bagi pengobatan yang bersifat eksperimen.
Tidak ada hukuman bagi dokter atas kegagalannya selama buku standar diikuti. Profesi
kedokteran masih di dominasi kaum kasta pendeta dan bau mistik tetap saja mewarnai
kedokteran
Sebenarnya ilmu kedokteran sudah maju di Babylonia (Raja Hammurabi 2200 SM)
dimana praktek pembedahan sudah mulai dikembangkan oleh para dokter, dan sudah
diatur tentang sistem imbalan jasa dokter, status pasien, besar bayarannya. (dari sini lah
Hukum Kesehatan berasal, bukan dari Mesir). Dalam Kode Hammurabi diatur ketentuan
tentang kelalaian dokter beserta daftar hukumannya, mulai dari hukuman denda sampai

hukuman yang mengerikan. Dan pula ketentuan yang mengharuskan dokter


mengganti budak yang mati akibat kelalian dokter ketika menangani budak tersebut.
Salah satu filosof yunani HIPPOCRATES (bapak ilmu kedokteran modern) telah
berhasil menyusun landasan bagi sumpah dokter serta etika kedokteran, yaitu:
a. Adanya pemikiran untuk melindungi masyarakat dari penipuan dan praktek
kedokteran yang bersifat coba-coba
b. Adanya keharusan dokter untuk berusaha semaksimal mungkin bagi kesembuhan
pasien serta adanya larangan untuk melakukan hal-hal yang dapat merugikannya.
c. Adanya penghormatan terhadap makhluk insani melalui pelarangan terhadap
euthanasia dan aborsi
d. Menekankan hubungan terapetik sebagai hubungan di mana dokter dilarang
mengambil keuntungan
e. Adanya keharusan memegang teguh rahasia kedokteran bagi setiap dokter.
Abad 20 an telah terjadi perubahan sosial yang sangat besar, pintu pendidikan bagi
profesi kedokteran telah terbuka lebar dan dibuka di mana-mana, kemajuan di bidang
kedokteran menjadi sangat pesat, sehingga perlu dibatasi dan dikendalikanoleh perangkat
hukum untuk mengontrol profesi kedokteran. Hukum dan etika berfungsi sebagai alat
untuk menilai perilaku manusia, obyek hukum lebih menitik beratkan pada perbuatan
lahir, sedang etika batin, tujuan hukum adalah untuk kedamaian lahiriah, etika untuk
kesempurnaan manusia, sanksi hukum bersifat memaksa, etika berupa pengucilan dari
masyarakat.

2.5 Kelompok-Kelompok Dalam Hukum Kesehatan


Hukum kesehatan dapat di kelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu:
1. Hukum kesehatan yang terkait langsung dengan pelayanan kesehatan yaitu antara lain :
a. UU No. 23/ 1992 Tentang Kesehatan yang telah diubah menjadi UU No 36/2009
tentang Kesehatan
b. UU No. 29/2004 tentang Praktek kedokteran
c. UU No, 44/ 2009 tentang Rumah sakit
d. PP No. 32/1996 tentang Tenaga Kesehatan
e. Permenkes 161/2010 tentang Uji kompetensi
2. Hukum Kesehatan yang tidak secara laingsung terkait dengan pelayanan Kesehatan
antara lain:
a. HukumPidana
Pasal-pasal hukum pidana yang terkait dengan pelayanan kesehatan.
Misalnya Pasal 359 KUHP tentang kewajiban untuk bertanggung jawab secara
pidana bagi tenaga kesehatan atau sarana kesehatan yang dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan menyebabkan pasien mengalami
cacat, gangguan fungsi organ tubuh atau kematian akibat kelalaian atau
kesalahan yang dilakukannya.
b. Hukum Perdata
Pasal-pasal Hukum perdata yang terkait dengan pelayanan kesehatan.
Misalnya Pasal 1365 KUHPerd. Mengatur tentang kewajiban hukum untuk
mengganti kerugian yang dialami oleh pasien akibat adanya perbuatan
wanprestasi dan atau perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dan sarana kesehatan dalam memberikan pelayanan terhadap pasien
c. Hukum Administrasi
Ketentuan-ketentuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan baik yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun oleh sarana kesehatan yang
melanggar hukum adminstrasi yang menyebabkan kerugian pada pada pasien
menjadi tanggung jawab hukum dari penyelenggara pelayanan kesehatan
tersebut

3. Hukum Kesehatan yang berlaku secara Internasional


Konvensi
Yurisprudensi
Hukum Kebiasaan
4. Hukum Otonomi
Perda tentang kesehatan
Kode etik profesi
2.6 Ruang Lingkup Yang Terdapat Dalam Hukum Kesehatan
Pasal 1 butir (1) Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentgang kesehatan
menyatakan yang disebut sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Menurut Leenen, masalah kesehatan dikelompokkan dalam 15 kelompok: (Pasal 11
UUK)
1. Kesehatan keluarga
2. Perbaikan gizi
3. Pengemanan makanan dan minuman
4. Kesehatan lingkungan
5. Kesehatan kerja
6. Kesehatan jiwa
7. Pemberantasan penyakit
8. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
9. Penyuluhan kesehatan
10. Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
11. Pengamanan zat adiktif
12. Kesehatan sekolah
13. Kesehatan olah raga
14. Pengobatan tradisional
15. Kesehatan matra

Hukum kesehatan di Indonesia belum seluruhnya memenuhi runag lingkup yang


ideal, sehingga yang diperlukan adalah:
1. Melakukan inventarisasi dan analisis terhadap perundang-undangan yang sudah
ada untuk dikaji sudah cukup atau belum.
2. Perlu dilakukan penyuluhan tidak hanya terbatas kepada tenaga kesehatan saja
tetapi juga kalangan penagak hukum dan masyarakat
3. Perlu dilakukan identifikasi yang tepat bagi pengaturan masalah-masalah
kesehatan guna pembentukan perundang-undangan yang benar.
2.7 Latar Belakang Terjadinya terjadinya undang undang di dunia kesehatan

1. Pengaturan pemberian jasa keahlian


2. Tingkat kualitas keahlian tenaga kesehatan
3. Keterarahan
4. Pengendalian biaya
5. Kebebasan warga masyarakat untuk menentukan kepentingannya serta identifikasi
kewajiban pemerintah
6. Perlindungan hukum pasien
7. Perlindungan hukum tenaga kesehatan
8. Perlindungan hukum pihak ketiga
9. Perlindungan hukum bagi kepentingan umum

2.8 Fungsi Dari Hukum Kesehatan


Fungsi hukum kesehatan adalah:
1. Menjaga ketertiban di dalam masyarakat. Meskipun hanya mengatur tata kehidupan di
dalam sub sektor yang kecil tetapi keberadaannya dapat memberi sumbangan yang besar
bagi ketertiban masyarakat secara keseluruhan
2. Menyelesaikan sengketa yang timbul di dalam masyarakat (khususnya di bidang
kesehatan). Benturan antara kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat.
3. Merekayasa masyarakat (social engineering). Jika masyarakat menghalang-halangi
dokter untuk melakukan pertolongan terhadap penjahat yang luka-luka karena tembakan,
maka tindakan tersebut sebenarnya keliru dan perlu diluruskan.
Contoh lain: mengenai pandangan masyarakat yang menganggap doktrer sebagai dewa
yang tidak dapat berbuat salah. Pandangan ini juga salah, mengingat dokter adalah
manusia biasa yang dapat melakukan kesalahan di dalam menjalankan profesinya,
sehingga ia perlu dihukum jika perbuatannya memang pantas untuk dihukum.
Keberadaan Hukum Kesehatan di sini tidak saja perlu untuk meluruskan sikap dan
pandangan masyarakat, tetapi juga sikap dan pandangan kelompok dokter yang sering
merasa tidak senang jika berhadapan dengan proses peradilan.
2.9 Sumber-Sumber Hukum Kesehatan
Hukum Kesehatan tidak hanya bersumber pada hukum tertulis saja tetapi juga
yurisprudensi, traktat, Konvensi, doktrin, konsensus dan pendapat para ahli hukum maupun
kedokteran. Hukum tertulis, traktat, Konvensi atau yurisprudensi, mempunyai kekuatan
mengikat (the binding authority), tetapi doktrin, konsensus atau pendapat para ahli tidak
mempunyai kekuatan mengikat, tetapi dapat dijadikan pertimbangan oleh hakim dalam
melaksanakan kewenangannya, yaitu menemukan hukum baru.
Zevenbergen mengartikan sumber hukum adalah sumber terjadinya hukum; sumber yang
menimbulkan hukum. Sedangkan Achmad Ali, sumber hukum adalah tempat di mana kita
dapat menemukan hukum.
Sumber hukum dapat dibedakan ke dalam :
a. Sumber hukum materiil, adalah faktor-faktor yang turut menentukan isi hukum. Misalnya,
hubungan sosial/kemasyarakatan, kondisi atau struktur ekonomi, hubungan kekuatan
politik, pandangan keagamaan, kesusilaan dsb.
b. Sumber hukum formal, merupakan tempat atau sumber dari mana suatu peraturan
memperoleh kekuatan hukum; melihat sumber hukum dari segi bentuknya.

Yang termasuk sumber hukum formal, adalah :

1. Undang-undang (UU) : Peraturan negara yang dibentuk oleh alat perlengkapan


negara yang berwenang, dan mengikat masyarakat.
2. Kebiasaan : Perbuatan manusia mengenai hal tertentu yang dilakukan berulang-
ulang.
3. Yurisprudensi : Keputusan hakim/ pengadilan terhadap persoalan tertentu, yang
menjadi dasar bagi hakim-hakim yang lain dalam memutuskan perkara, sehingga
keputusan hakim itu menjadi keputusan hakim yang tetap.
4. Traktat (Perjanjian antar negara) : Perjanjian merupakan salah satu sumber
hukum karena perjanjian yang telah dibuat oleh kedua belah pihak (para pihak)
mengikat para pihak itu sebagai undang-undang. Hal ini diatur dalam pasal 1338
ayat 1 KUH Perdata.
5. Perjanjian : Perjanjian merupakan salah satu sumber hukum karena perjanjian
yang telah dibuat oleh kedua belah pihak (para pihak) mengikat para pihak itu
sebagai undang-undang. Hal ini diatur dalam pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata.
6. Doktrin : Adalah pendapat para sarjana hukum terkemuka yang besar
pengaruhnya bagi pengadilan (hakim) dalam mengambil keputusannya. Doktrin
untuk dapat menjadi salah satu sumber hukum (formal) harus telah menjelma
menjadi keputusan hakim.

2.10 Tujuan Hukum Kesehatan


Tujuannya Pasal 3 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal

2.11 Asas-Asas Hukum Kesehatan


1. Asas perikemanusiaan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esaberarti bahwa
penyelenggaraan kesehatan harus dilandasi atas perikemanusiaan yang berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa dengan tidak membeda-bedakan golongan, agama, dan
bangsa
2. Asas manfaatberarti memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dan
perikehidupan yang sehat bagi setiap warga negara;
3. Asas usaha bersama dan kekeluargaanberarti bahwa penyelenggaraan kesehatan
dilaksanakan melalui kegiatan yang dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat dan
dijiwai oleh semangat kekeluargaan.
4. Asas adil dan merata berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus dapat memberikan
pelayanan yang adil dan merata kepada segenap lapisan masyarakat dengan biaya yang
terjangkau oleh masyarakat
5. Asas perikehidupan dalam keseimbanganberarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus
dilaksanakan seimbang antara kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik dan
mental, antara materiel dan spiritual
6. Asas kepercayaan pada kemampuan dan kekuatan sendiri berarti bahwa penyelenggaraan
kesehatan harus berlandaskan pada kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri
dengan memanfaatkan potensi nasional seluas-luasnya.

2.12 Upaya Kesehatan Guna Meningkatkan Derajat Kesehatan


Upaya kesehatan guna mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat
meliputi:
1. upaya peningkatan kesehatan (promotif)
2. upaya pencegahan penyakit ( preventif)
3. upaya penyembuhan penyakit (kuratif)
4. upaya pemulihan kesehatan (rehabilitatif)
keempat upaya tersebut dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
2.13 Hukum Kesehatan Dimasa Yang Akan Datang
Hermien Hadiati Koeswadji mencatat bahwa dari apa yang telah digariskan dalam peraturan
perundang-undangan yang ada perlu terus ditingkatkan untuk (15):
1. Membudayakan perilaku hidup sehat dan penggunaan pelayanan kesehatan secara wajar
untuk seluruh masyarakat;
2. Mengutamakan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit;
3. Mendorong kemandirian masyarakat dalam memilih dan membiayai pelayanan
kesehatan yang diperlukan;
4. Memberikan jaminan kepada setiap penduduk untuk mendapatkan pemeliharaan
kesehatan;
5. Mengendalikan biaya kesehatan;
6. Memelihara adanya hubungan yang baik antara masyarakat dengan penyedia pelayanan
kesehatan;
7. Meningkatkan kerjasama antara upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah dan
masyarakat melalui suatu bentuk pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat yang secara
efisien, efektif dan bermutu serta terjangkau oleh masyarakat.
Untuk itu dukungan hukum tetap dan terus diperlukan melalui berbagai kegiatan untuk
menciptakan perangkat hukum baru, memperkuat terhadap tatanan hukum yang telah
ada dan memperjelas lingkup terhadap tatanan hukum yang telah ada.

2.14 Hal-Hal Penting Dari Undang-Undang Kesehatan


1. Adanya payung bagi tindakan aborsi atas indikasi medik
Sebagaimana diketahui bahwa tindakan medik dalam bentuk pengguguran kandungan
dengan alasan apapun dilarang karena bertentangan dengan norma agama, kesusilaan,
dan hukum. Namun dalam keadaan darurat untuk menyelamatkan jiwa ibu dapat
dilakukan aborsi.
Aborsi atas indikasi medik tersebut dapat dilakukan dengan syarat:
a. adanya kondisi yang menyebabkan wanita hamil berada dalam keadaan bahaya maut
jika tidak dilakukan aborsi.
b. Sebelumnya harus meminta pertimbangan lebih dahulu dari tim ahli yang terdiri atas
ahli medik, agama, hukum, dan psikologi.
c. Harus ada informed consent dari wanita yang bersangkutan. Jika wanita ybs dalam
keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya, maka informed
consent dapat diminta dari suami atau keluarganya.
d. Pelaksanaan aborsi harus dilakukan oleh dokter ahli kandungan dan kebidanan.
e. Tempat aborsi adalah di sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan fasilitas yang
memadai untuk kepentingan tersebut dan telah ditunjuk oleh pemerintah.
2. Penyembuhan dan pemulihan kesehatan dengan transplantasi
Upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan dengan
memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang transplantasi. Meskipun
belum diatur secara lengkap tetapi beberapa pembatasan telah dikemukakan dalam UUK,
antaralain:
a. Transplantasi organ/jaringan hanya boleh dilakukan dengan kemanusiaan. Tidak
dibenarkan dilakukan dengan tujuan komersial.
b. Pelaksanaannya hanya boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu.
c. Tempat pelaksanaan ialah di sarana kesehatan yang memiliki persyaratan ketenagaan dan
fasilitas.
d. Pengambilan organ/jaringan harus memperhatikan kesehatan donor
e. Harus ada persetujuan donor dan ahli waris atau keluarganya
3. Dimungkinkannya melakukan upaya kehamilan di luar cara alami
Upaya kehamilan untuk memperoleh keturunan di luar cara alami dengan memanfaatkan
teknologi bayi tabung dapat dilakukan sebagai upaya terakhir dengan syarat-syarat yang
sangat ketat, yaitu:
a. Hanya boleh dilakukan terhadap pasangan nikah (suami isteri).
b. Harus menggunakan sperma suami dan ovum isteri.
c. Embrio yang dihasilkan hanya boleh ditanamkan ke dalam rahim isteri.
d. Pelaksanaannya hanya di sarana kesehatan yang memenuhi persyaratan ketenagaan dan
fasilitas yang memadai untuk itu dan telah ditunjuk oleh pemerintah
e. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk itu.
Dengan adanya syarat tersebut maka upaya kehamilan dengan teknologi bayi tabung
tidak boleh menggunakan donor sperma atau ovum, donor embrio, dan ibu tumpang. (ttg
kehamilan dg menggunakan teknologi cloning tidak disinggung dlm UUK)
4. Diakuinya hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri
Pengakuan atas hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri yang diwujudkan dalam
bentuk informed consent merupakan refleksi bahwa HAM juga dijadikan acuan bagi
kebijakan di bidang kesehatan. Dengan adanya pengakuan tersebut maka pasien berhak
menentukan apakah ia akan menerima atau menolak tindakan medik.
Mengenai masalah imunisasi, yang sebetulnya amat oenting bagi upaya meningkatkan
kesehatan masyarakat tidak disebut dalam UUK, yaitu termasuk wajib atau sukarela.
5. Dibolehkannya melakukan pengobatan tradisional
Dengan dibolehkannya melakukan pengibatan tradisional berarti sistem yang dianut bukan
sistem monopli kedokteran, artinya orang boleh melakukan praktek pengobatan tradisional,
yaitu metode pengobatan yang mengacu pada pengalaman turun temurun, baik yang asli
maupun dari luar negeri.
Kebijakan seperti ini memang patut dihargai, sebab masyarakat memang punya hak untuk
menentukan, metode mana yang menurutnya baik untuk dipilih. Meskipun demikian
pemerintah punya kewajiban dan sekaligus kewenangan untuk melakukan pengawasan dan
pembinaan agar dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya sehingga tidak
merugikan masyarakat.
6. Dibentuknya majelis disiplin tenaga kesehatan
Untuk memberikan perlindungan yang seimbang antara tenaga kesehatan dan penerima
layanan kesehatan, maka perlu dibentuk Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan, yang akan
menentukan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
dalam rangka memberikan layanan. Majelis terdiri atas ahli psikologi, sosiologi, agama dan
ahli hukum yang sekaligus bertindak sebagai ketua. Hukuman yang dapat diterapkan adalah
hukuman administratif berupa pencabutan izin untuk jangka waktu ttt atau hukukman lain
sesuai dengan kesalahan dan kelalaiannya.
7. Adanya payung bagi Program KB
Sebelum ada UUK banyak tenaga kesehatan merasa ragu terhadap program KB, sebab
meskipun secara materiil tidak lagi dianggap sebagai tindak pidana namun secara formil
masih. Dengan adanya UUK, maka secara formil tindakan pengaturan terhadap kelahiran
dalam rangka menciptakan keluarga yang sehat dan harmonis tidak lagi mrpkn tindak pidana.
8. Ditetapkannya hukuman pidana yang yang sangat berat (Pasal 80-86)
Bisanya dalam uu yang mengatur hal yang khusus (lex specialis) diatur juga ketentuan
pidananya, demikian juga dalam UUK. Hukumannya mencapai 15 tahun penjara disertai
denda 500 juta rupiah.

2.15 Hak Dan Kewajiban Dalam Hukum Kesehatan


Setiap undang-undang selalu mengatur hak dan kewajiban, baik yang dimiliki oleh
pemerintah maupun warganya, demikian juga uu kesehatan. Hak dan kewajiban yang
dimiliki setiap warga berdasarkan Pasal 4 dan 5 UUK adalah:
1. setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang
optimal.
2. Setiap orang berkewajiban ikut serta dalam pemeliharaan dan peningkatan derajat
kesehatan perseorangan, keluarga dan lingkungannya.
3. Sedangkan pemerintah mempunyai tugas dan tanggung jawab sbb:
a. mengatur, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan.
b. menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau masyarakat
c. menggerakkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan dan pembiayaan
kesehatan dengan memperhatikan fungsi sosial.
d. bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

2.16 Materi Perundang-Undangan Dibidang Kesehatan


Segala sesuatu yang berkaitan dengan kesehatan seringkali dikatakan sebagian
masyarakat kesehatan dengan ucapan saratnya peraturan. Peraturan dimaksud dapat berupa
peraturan perundang-undangan yang berlaku umum dan berbagai ketentuan internal bagi
profesi dan asosiasi kesehatan. Agar diperoleh gambaran yang lebih menyeluruh maka
digunakan susunan 3 (tiga) komponen dalam suatu sistem hukum seperti yang dikemukakan
Schuyt.(9) Ketiga komponen dimaksud adalah keseluruhan peraturan, norma dan ketetapan
yang dilukiskan sebagai sistem pengertian, betekenissysteem, keseluruhan organisasi dan
lembaga yang mengemban fungsi dalam melakukan tugasnya, organisaties instellingen dan
keseluruhan ketetapan dan penanganan secara konkret telah diambil dan dilakukan oleh
subjek dalam komponen kedua, beslisingen en handelingen.
Dalam komponen pertama yang dimaksudkan adalah seluruh peraturan, norma dan
prinsip yang ada dalam penyelenggaraan kegiatan di bidang kesehatan. Bertolak dari hal
tersebut dapat diklasifikasikan ada 2 (dua) bentuk, yaitu ketentuan-ketentuan yang dibuat
oleh penguasa dan ketentuan yang dibuat oleh organisasi profesi dan asosiasi kesehatan.
Hubungan antara keduanya adalah ketentuan yang dibuat oleh organisasi profesi dan
asosiasi kesehatan serta sarana kesehatan hanya mengikat ke dalam dan tidak boleh
bertentangan dengan ketentuan yang dibuat oleh penguasa.
Menurut inventarisasi yang dilakukan terhadap ketentuan yang dikeluarkan penguasa
dalam bentuk peraturan perundang-undangan terdapat 2 (dua) kategori, yaitu yang bersifat
menetapkan dan yang bersifat mengatur.
Dari sudut pandang materi muatan yang ada dapat dikatakan mengandung 4 (empat) obyek,
yaitu:
a. Pengaturan yang berkaitan dengan upaya kesehatan
b. Pengaturan yang berkaitan dengan tenaga kesehatan
c. Pengaturan yang berkaitan dengan sarana kesehatan
d. Pengaturan yang berkaitan dengan komoditi kesehatan.
Apabila diperhatikan dari ketentuan tersebut terkandung prinsip perikemanusiaan
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan
merata, perikehidupan dalam keseimbangan dan kepercayaan pada kemampuan dan
kekuatan sendiri. Selanjutnya dari ketentuan yang ada dalam keputusan dan peraturan yang
dibuat oleh organisasi profesi dan asosiasi bidang kesehatan serta sarana kesehatan adalah
mencakup kode etik profesi, kode etik usaha dan berbagai standar yang harus dilakukan
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan.
Apabila diperhatikan prinsip-prinsip yang dikandung dalam ketentuan ini mencakup 4
(empat) prinsip dasar, yaitu autonomy, beneficence, non maleficence dan justice.
Sebelum memasuki komponen kedua, perlu dibahas terlebih dahulu komponen ketiga
mengenai intervensi yang berupa penanganan yang dilakukan berdasarkan ketentuan yang
diatur. Komponen ini merupakan aktualisasi terhadap komponen ideal yang ada dalam
komponen pertama. Bila diperhatikan isi ketentuan yang ada dimana diperlukan penanganan
terdapat 4 (empat) sifat, yaitu:
a. Perintah (gebod) yang merupakan kewajiban umum untuk melakukan sesuatu
b. Larangan (verbod) yang merupakan kewajiban umum untuk tidak melakukan sesuatu
c. Pembebasan (vrijstelling, dispensatie) berupa pembolehan khusus untuk tidak melakukan
sesuatu yang secara umum diharuskan.
d. Izin (toesteming, permissie) berupa pembolehan khusus untuk melakukan sesuatu yang
secara umum dilarang.
Tindakan penanganan yang dilakukan apakah sudah benar atau tidak, kiranya dapat
diukur dengan tatanan hukum seperti yang dikemukakan oleh Nonet dan Selznick, yaitu
apakah masih bersifat represif, otonomous atau responsive. Selanjutnya dengan komponen
kedua tentang organisasi yang ada dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dapat dibagi
dalam 2 (dua) bagian besar yaitu organisasi pemerintah dan organisasi / badan swasta.
Pada organisasi pemerintah mencakup aparatur pusat dan daerah serta departemen dan
lembaga pemerintah non departemen. Pada sektor swasta terdapat berbagai organisasi
profesi, asosiasi dan sarana kesehatan yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang
kesehatan.
Dari susunan dalam 3 (tiga) komponen tersebut secara global menurut Schuyt bahwa tujuan
yang ingin dicapat adalah :
a. Penyelenggaraan ketertiban sosial
b. Pencegahan dari konflik yang tidak menyenangkan
c. Jaminan pertumbuhan dan kemandirian penduduk secara individual
d. Penyelenggaraan pembagian tugas dari berbagai peristiwa yang baik dalam
masyarakat
e. Kanalisasi perubahan sosial.

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Kerusakan lingkungan hidup banyak disebabkan oleh manusia karena kurangnya
kesadaran mereka akan pentingnya melestarikan lingkungan hidup, wacana diatas
menggambarkan bahwa bumi sudah jauh dari hijaunya lingkungan hidup, partisipasi
masyarakat dalam menanggulangi kerusakan lingkungan masih sangat minim. Masyarakat
masih sebagai obyek program/kegiatan pemerintah. Partisipasi telah dimulai pada lingkup
lingkungan setempat yang dilaksanakan secara spontan. Tingkat partisipasi dilakukan di
lingkuungan setempat dan kebijakan pemerintah daerah tentang penanggulangan kerusakan
sangat kurang.
3.2 Saran
Untuk menantisipasi terjadinya kerusakan lingkungan diperluan kesadaran
masyarakat tentang dampak kerusakan lingkungan, adanya penegakan hukum pada
masyarakat yang sewenang-wenang merusak lingkungan, serta kerjasama dengan pihak yang
terlibat.

DAFTAR PUSTAKA

Riyadi, Slamet. 1984. tentang-kerusakan-lingkungan Surabaya : Karya Anda.


Tanjung, Shalahudin Djalal. 2002. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta. Pusat Studi
Lingkungan Hidup. Universitas Gajah Mada.

Anda mungkin juga menyukai