Anda di halaman 1dari 9

ABORTUS

A. PENGERTIAN
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
(pertemuan sel telur dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin ≤ 500 gram, sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum
diberi kesempatan untuk tumbuh. (Nugraha,Taufan, 2012)
Abortus adalah pengakhiran kehamilan, baik secara spontan
maupun disengaja, sebelum 20 minggu berdassarkan hari pertama haid
terakhir. Definisi lain yang umum digunakan adalah pelahiran janin-
neonatus yang memiliki berat kurang dari 500 gram. Namun, definisi
abortus bervariasi, berdasarkan undang-undang suatu negara untuk
melaporkan abortus, kematian janin, dan kematian neonatus.
(J.leveno,2013)
Abortus ada beberapa macam yaitu abortus spontan, abortus
buatan, dan terapeutik. Biasanya abortus spontan dikarenakan kurang
baiknya kualitas sel telur dan sel sperma. Abortus buatan merupakan
pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 20
minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut
abortus terapeutik.

B. KLASIFIKASI
Berdasarkan jenisnya abortus juga dibagi menjadi abortus imminens,
abortus insipien, abortus inkomplet, abortus komplet, missed abortion,
dan abortus habitualis. (Nugraha,Taufan , 2012)
1. Abortus imminens (threatened)
a. Dicurigai bila terdapat keluarnya darah dari vagina, atau perdarahan
pervaginam pada trimester pertama kehamilan.
b. Dapat atau tanpa disertai rasa mules ringan, sama dengan pada waktu
menstruasi atau nyeri pinggang bawah.
c. Perdarahan pada abortus imminens seringkali hanya sedikit, namun hal
tersebut berlansung beberapa hari atau minggu.
d. Pemeriksaan vagina pada kelainan ini memperlihatkan tidak adanya
pembukaan serviks.
e. Sementara pemeriksaan dengan real time ultrasound pada panggul
menunjukkan ukuran kantong amnion normal, jantung janin berdenyut,
dan kantong amnion kosong, servik tertutup, dan masih terdapat janin
utuh.
2. Abortus insipiens (inevitable)
a. Merupakan suatu abortus yang sedang mengancam, ditandai dengan
pecahnya selaput janin dan adanya serviks telah mendatar dan ostium
uteri telah membuka.
b. Ditandai nyeri perut bagian bawah atau nyeri kolik uterus yang hebat.
c. Pada pemeriksaan vagina memperlihatkan dilatasi serviks dengan
bagian kantong konsepsi menonjol.
d. Hasil pemeriksaan USG mungkin didapatkan jantung janin masih
berdenyut, kantong gestasi kosong (5-6,5 minggu), uterus kosong (3-5
minggu) atau perdarahan subkhorionik banyak di bagian bawah.
3. Abortus inkompletus (incomplete)
a. Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagai hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal
dalan uterus.
b. Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat
diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari
ostium uteri eksternum.
c. Pada pemeriksaan USG didapatkan endometrium yang tipis dan
irreguler.
4. Abortus kompletus (complete)
a. Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
b. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah
menutup, dan uterus sudah banyak mengecil.
c. Selain ini, tidak ada lagi gejala kehamilan dan uji kehamilan menjadi
negatif.
d. Pada pemeriksaan USG didapatkan uterus yang kosong.
5. Missed abortion
a. Missed abortion adalah embrio atau fetus telah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 8 minggu atau
lebih.
b. Biasanya didahului tanda abortus iminens yang kemudian menghilang
secara spontan atau setelah pengobatan
6. Abortus habitualis (habitual abortion)
a. Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi berturut-turut 3
kali atau lebih.
b. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, namun
kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.

C. PENYEBAB
Sukarni K (2013) menyebutkan bahwa penyebab abortus sebagian besar
tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor yang berpengaruh
adalah: (dikutip dari KTI Syifa Aulia Yasmin NIM:163110266)
1. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pertumbuhan hasil
konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang
menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan ini dapat terjadi
karena faktor kromosom terjadi sejak pertemuan kromosom, termasuk
kromosom seks.
2. Kelainan Plasenta
Kelainan plasenta juga diperkirakan dapat menjadi salah satu faktor
yang berpengaruh terhadap abortus. Beberapa kelainan pada plasenta
seperti infeksi pada plasenta, gangguan pembuluh darah dan
hipertensi.
3. Penyakit Pada Ibu
Penyakit penyerta pada ibu juga diduga dapat berpengaruh pada
kejadian abortus. Penyakit infeksi seperti tifus abdominalis, malaria,
pneumonia, dan sifilis.
4. Anemia
Anemia pada ibu hamil dapat berisiko pada janin. Anemia
menyebabkan kurangnya asupan oksigen dan nutrisi ke janin sehingga
mengganggu tumbuh kembang janin yang berisiko terjadinya abortus.
5. Penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati dan
diabetes melitus.

Terdapat juga ragam etiologi ibu dan janin untuk abortus spontan dan
berbagai penyebabnya sebagai berikut.(J.Leveno,2013)
1. Aneuploidi
temuan morfologis yag paling umum pada abortus spontan dini adalah
abnormalitas perkembangan zigot, embrio, janin muda, atau terkadang
abnormalitas plasenta, dan kromosom juga umum dijumpai.
Contohnya 60 persen embrio yang mengalami abortus mempunyai
kelainan kromosom. Trisomi autosom merupakan abnormalitas
kromosom penyebab abortus trimester pertama yang paling sering
diketahui. Trisomi 13,16,18,21,dan 22 adalah jenis yang paling umum.
Monosomy X (45,X) adalah abnormalitas kromosom tersering
berikutnya dan terjadi pada bayi wanita yang lahir hidup (misalnya
sindrom Turner).
2. Infeksi
Abortus spontan secara tersendiri disebabkan antibodi human
immunodeficiency virus-1 (HIV-1) maternal, seroaktivitas sifilis
maternal, dan kolonisasi vagina oleh treptokokus grup B. Terdapat
pula bukti yang mendukung peran Mycoplasma hominis dan
Ureaplasma urealyticum pada abortus. Infeksi kronik oleh organisme
seperti Brucella abortus, Campylobacter fetus, Toxoplasma gondii,
Listeria monocytogenes, atau Chlamydia trachomatis tidak terbukti
berhubungan dengan abortus spontan.
3. Kelainan Endokrin
Hipotiroidisme klinis tidak berhubungan dengan peningkatan insidens
abortus. Namun, wanita dengan autoantibodi tiroid berisiko lebih
tinggi. Abortus spontan dan malformasi kongenital mayor meningkat
pada wanita dengan diabetes yang dependen-insulin, dan resikonya
dipengaruhi tingkat kontrol metabolik. Sekresi progesteron yang tidak
memadai oleh korpus luteum atau plasenta telah dikaitkan dengan
peningkatan insidens abortus; namun, hal ini mungkin merupakan
konsekuensi, bukannya penyebab keguguran dini.
4. Penggunaan obat
Merokok telah dikaitkan dengan peningkatan risiko abortus euploidi.
Bagi wanita yang merokok lebih dari 14 batang rokok sehari,
resikonya sekitar 2x lipat. Konsumsi alkohol yang sering selama 8
minggu awal kehamilan dapat menyebabkan baik abortus spontan
maupun malformasi janin. Angka abortus menjadi 2x lipat pada
wanita yang mengkonsumsi alkohol setiap hari. Konsumsi kopi lebih
dari 4 cangkir sehari tampaknya sedikit meningkatkan risiko abortus
spontan.
5. Abnormalitas Imonologi
Dua model patofisiologi utama untuk abortus spontan yang terkait
imun adalah teori autoimun (imunitas melawan diri sendiri) dan teori
alloimun (imunitas melawan orang lain). Hingga 15 persen wanita
dengan keguguran berulang memiliki faktor autoimun. Penyakit
autoimun yang paling diketahui berhubungan dengan abortus spontan
adalah sindrom antibodi antifosfolipid.
6. Serviks Inkompeten
Serviks yang inkompeten ditandai oleh dilatasi serviks yang relatif
tidak nyeri pada trimester kedua atau mungkin pada awal trimester
tiga, disertai prolaps dan menggelembungnya membran ke dalam
vagina, yang diikuti dengan pecahnya ketuban dan pengeluaran janin
belum matur.

D. PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian
diikuti perdarahan ke dalam desidua basalis, kemudian diikuti dengan
nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8
minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil
konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya.
Pada kehamilan 8-14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong
kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya, janin lahir
mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, miserasi, atau
fetus papiraseus. (Ratnawati, 2016, dikutip dari KTI Syifa Aulia Yasmin
NIM:163110266)
E. MANIFESTASI KLINIS
Klien yang mengalami abortus jika mengalami perdarahan segar
pervagina akan merasakan nyeri pada perut bagian bawah dan
kemungkinan keluar massa hasil konsepsi. Apabila perdarahan hebat
dapat menyebabkan rasa lemas dan perubahan kesadaran ibu akibat
kekurangan cairan. (Ratnawati,2016, dikutip dari KTI Syifa Aulia Yasmin
NIM:163110266)
Tanda dan Gejala
1. Tanda dan gejala pada abortus imminens:
a. Terdapat keterlambatan datang bulan.
b. Terdapat perdarahan, disertai rasa sakit perut atau mulas.
c. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur
kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim.
d. Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan
kanalis servikalis masih tertutup.
e. Dapat dirasakan kontraksi otot rahim, hasil pemeriksaan tes
kehamilan positif.
2. Tanda dan gejala pada abortus insipiens:
a. Perdarahan lebih banyak.
b. Perut mulas dan sakit lebih hebat
c. Pada pemeriksaan dijumpai perdarahan lebih banyak
d. Kanalis servikalis terbuka dan jaringan atau hasil konsepsi dapat
diraba.
3. Tanda dan gejala pada abortus kompletus:
a. Uterus telah mengecil
b. Perdarahan sedikit
c. Canalis servikalis telah tertutup
4. Tanda dan gejala pada abortus inkompletus:
a. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
b. Perdarahan yang mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
c. Terjadi infeksi yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh
d. Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma)
5. Tanda dan gejala pada missed abortion:
a. Rahim tidak membesar
b. Rahim mengecil karena absorbsi air ketuban dan maserasi janin
c. Buah dada mengecil kembali.

F. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi dapat terjadi pada ibu yang mengalami abortus,
diantaranya (Mayunani,2013, dikutip dari KTI Syifa Aulia Yasmin
NIM:163110266)
1. Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diperhatikan bahwa akan
ada kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus yang dapat
menjurus ke rongga peritoneum. Hal ini juga dapat menembus ke
ligamentum latum atau ke kandung kemih. Penetapan letak uterus
harus benar-benar pasti pada awal tindakan dan ketika dilatasi serviks
agar tidak memberikan tekanan yang berlebihan. Bahaya perforasi
adalah perdarahan dan peritonitis.
2. Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat
timbul sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Jika terjadi luka
pada ostium uteriinternum, akibat yang segera timbul adalah
perdarahan sehingga memerlukan pemasangan tampon pada serviks
dan vagina. Dampak jangka panjang yang akan timbul ialah
kemungkinan terjadinya inkompetent serviks.
3. Pelekatan pada kavum uteri
Sisa-sisa hasil konsepsi harus di keluarkan, tetapi jaringan
miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat
mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa
tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada
suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut
lagi.
4. Perdarahan
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola
hidatidosa terdapat bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu
hendaknya dilakukan tranfuse darah dan sesudah itu, dimasukkan
tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
5. Infeksi
Apabila syarat asepsis dan anti sepsis tidak diindahkan, maka bahaya
infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar
ke seluruh peredaran darah, sehingga mnyebabkan kematian. Bahaya
lain yang ditimbulkan abortuskriminalis antara lain infeksi pada
saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan
lagi.
6. Lain-lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl
hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga
peritoneum atau dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala-
gejala konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian kerja
jantung,penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan
komplikasi yang dapat ditimbulkan pada pemberian prostaglandin
antara lain panas, rasa enek, muntah, dan diare.s

Anda mungkin juga menyukai