ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN
OLEH :
2030034
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai
dengan amuk gaduh gelisah yang tidak terkontrol (Kusumawati dan Hartono, 2010).
Sedangkan menurut Prabowo (2014) perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi
kemarahan yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat
membahayakan atau mencederai diri sendiri, orang lain bahkan merusak lingkungan.
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat
dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku
kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan
atau riwayat perilaku kekerasan (Damaiyanti, 2014).suatu suatu perilaku maladaptive dalam
memanifestasikanperasaan marah yang dialami oleh sesorang. Perilaku tersebut dapat berupa
menciderai diri sendiri, melalukan penganiayaan terhadap orang lain dan merusak
lingkungan. Marah sendiri merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai suatu ancaman
( stuart dan Sundeen,1995). Perasaan marah sendiri merupakan suatu hal yang wajar
sepanjang perilaku yang dimanifestasikan berada pada rentang adaptif.
Stuart and sundeen (1991) mengatakan kemarahan (perilaku kekerasan) adalah perasaan
jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi
yang dirasakan sebagai ancaman pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konduktif
pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti
perasaan yang sebenarnya. Perasaan marah seperti berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan
maladaptif, (Kelliat, 1992).
Kemarahan merupakan reaksi sehat dan normal yang dapat terjadi dalam merespon
situasi atau keadaan yang tidak adil, ketika hak seseorang tidak dihormati atau ketika harapan
individu tidak terpenuhi. Apabila individu dapat mengungkapkan kemarahannya dengan
asertif penyelesaian atau resolusi konflik dapat terjadi. Kemarahan menjadi konsep negatif
ketika individu menyangkal atau menekan perasaan marah atau ketika dia
mengungkapkannya secara tidak tepat, (Videbeck, 2008).
1.2 Penyebab
a. Faktor biologis
Respon fisiologis karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi terhadap
sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, takikardia, wajah merah,
pupil membesar dan frekuensi pengeluaran urin meningkat. Kewaspadaan,
ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan reflek
cepat. Hal ini disebabkan karena energi yang dikeluarkan saat marah. Disamping
itu ada individu yang tidak menyukai atau marah terhadap bagian tertentu dari
tubuhnya seperti perut buncit, betis terlalu besar, tubuh pendek, sehingga dapat
memotivasi individu untuk mengubah sikap terhadap aspek dirinya.
1) Teori dorongan naluri (Instinctual drive theory)
Perilaku agresif disebabkan oleh dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
Contoh: marah, karena tidak dipenuhi kebutuhan seks.
2) Teori psikosomatik (Psychosomatis theory)
Pengalaman rasa marah adalah sebagai akibat dari respon psikologi terhadap
stimulus eksternal, internal dan lingkungan. Contoh stress pada masa lampau, cemas dan
kecewa.
b. Faktor psikologis
1) Teori agresi dan frustasi (Frustaction agression theory)
Frustasi terjadi bila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal sehingga
akan menyebabkan suatu keadaan yang akan mendorong individu untuk berlaku
agresif. Contoh kehilangan pekerjaan.
2) Teori perilaku (Behavioral theory)
Kemarahan adalah respon belajar dan hal tesebut dapat dicapai bila ada
fasilitas/situasi yang mendukung. Contoh perasaan jengkel, perasaan tidak senang.
1) Mekanisme Koping
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada pasien marah untuk melindungi diri
malampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas remas adona kue,
meninju tembok dan sebagai ya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan
b) Proyeksi : menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginanya yang tidak baik,
kedalam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang
dapat melupakanya.
kuat.
dengan temannya.
1) Suka marah
3) Otot tegang
5) Berdebat
7) Merampas makanan
a. Tanda yang menyertai marah adalah muka merah, pandangan tajam, otot
tegang, nada suara tinggi, berdebat, kadang memaksakan kehendak, penuh
dengan kecurigaan.
b. Gejala yang muncul : stress, mengungkapkan secara verbal, menentang,
menuntut.
Perbandingan perilaku marah asertif, pasif, agresif menurut Stuart and
Sundeen 1991 adalah sebagai berikut:
1. Dilihat dari pembicaraan
Asertif : perilaku yang ditunjukkan diantaranya yaitu positif, menawarkan
diri. Contohnya “Saya dapat….”, “Saya akan….”
Pasif : perilaku yang ditunjukkan diantaranya yaitu negative,Merendah-
kan diri. Contohnya “Dapatkah saya….”
Agresif : perilaku yang ditunjukkan yaitu sombongkan diri, merendahkan
orang lain. Contohnya “kamu selalu….”, “Kamu tak pernah….”
2. Dilihat dari suara
Asertif : perilaku yang ditunjukkan adalah sedang
Pasif : perilaku yang ditunjukkan diantaranya yaitu lambat, rendah,
mengeluh.
Agresif : perilaku yang ditunjukkan yaitu keras, ngotot.
Menurut stuart dan laraia (2001), mekanisme koping yang dipakai pada klien marah
untuk melindungi diri antara lain:
1.6 Penatalaksanaan
a. Farmakologi:
1. Obat anti psikosis:Penotizin
2. Obat anti depresi:Amitripilin
3. Obat anti ansietas:Diasepam,Bromozepam,Clobozam
4. Obat anti insomnia:Phneobarbital
b. Non-Farmakologi:
1. Terapi Keluarga:Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi
masalah klien dengan memberikan perhatian
2. Terapi Kelompok:Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial,
atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan keadaan klien
karena masalah sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.
3. Terapi Musik:Dengan music klien terhibur,rileks dan bermain untuk mengembalikan
kesadaran diri.
Dari rentang marah dapat berbentuk adaptif dan maladaptif yang meliputi:
1. Asertif
Kemarahan yang diungkapkan pada orang lain dengan kata-kata yang tidak
menyinggung sehingga memberikan kelegaan dan tidak menimbulkan masalah
baru.
2. Frustasi
Respon yang terjadi akibat individu gagal mencapai tujuan karena tujuan yang
tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan.
3. Pasif
Merupakan perilaku dimana seseorang merasa tidak mampu untuk mengungkap
perasaannya sebagai usaha untuk mempertahankan hak - haknya.
4. Agresif
Perilaku yang menyertai rasa marah dan merupakan dorongan mental untuk
bertindak (dapat konstruktif dan destruktif) dan masih terkontrol. Perilaku
yang tampak dapat berupa : muka masam, bicara kasar, menuntut, kasar
disertai kekerasan.
5. Amuk
Merupakan respon terhadap kemarahan yang maladaptif ditandai dengan
perasaan marah yang meluap-luap dan hostilitas yang kuat disertai dengan hilangnya
kontrol diri yang dapat merusak diri, orang lain dan lingkungan.Stress, emosi, marah
merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap individu.
Stress dapat mengakibatkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak
menyenangkan dan terancam. Kecemasan tersebut bisa menimbulkan kemarahan,
(Keliat, 1992).
PASIF ASERTIF AGRESIF
ISI Negatif Positif Menyombongk
PEMBICARAA an diri,
N dan dan merendahkan
merendahkan menawarkan orang
diri, contohnya diri,
perkataan: contohnya lain, contohnya
“Dapatkah perkataan: perkataan:
kamu?” “Saya “Kamu
dapat..” selalu..”
“Saya akan..” “Kamu
tidak pernah...”
TEKANAN Cepat Sedang Keras dan
SUARA ngotot
lambat,
mengeluh
POSISI Menundukkan Tegap Kaku, condong
BADAN kepala ke depan
dan santai
JARAK Menjagajarak Mempertahan Sikap dengan
dengan k an jarak jarak
yang nyaman
sikap akan
acuh/mengabaik menyerang
an orang lain
PENAMPILAN Loyo, tidak Sikap tenang Mengancam,
dapat teanang posisi
menyerang
KONTAK Sedikit/sama Mempertaha Mata metotot
MATA sekali tidak nk an kontak dan
mata sesuai dipertahankan
dengan
hubungan
Perilaku kekerasan
B. Diagnosa Keperawatan
Masalah Keperawatan Data Yang Perlu Dikaji
Perilaku Kekerasan a. Data Subjektif
· Klien mengatakan pernah
melakukan tindak kekerasan
· Klien mengatakan sering
merasa marah tanpa sebab
b. Data Objektif
· Klien tampak tegang saat
bercerita
· Pembicaraan klien kasar jika
dia menceritakan marahnya
· Mata melotot, pandangan
tajam
· Nada suara tinggi
· Tangan mengepal
Berteriak
D Tindakan Keperawatan
a. Tujuan Umum
Klien dapat mengontrol atau mencegah perilaku kekerasan secara fisik
b. Tujuan Khusus
· Klien dapat membina hubungan saling percaya
· Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
· Klien dapat mengidentifikasi tanda gejala perilaku kekerasan
· Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan
· Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
· Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
· Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan fisik 1:
teknik nafas dalam
· Klien dapat memasukkan latihan ke dalam jadwal kegiatan harian.
1.2.2 Pendekatan 3S (SDKI, SIKI, SLKI)
1. Diagnosa Keperawatan SDKI (PPNI, 2016b)
Sub Kategori Beresiko membahayakan secara fisik,
emosi dan atau seksual pada diri sendiri
atau orang lain.
No. Diagnosa D.0146
Definisi Beresiko membahayakan secara fisik,
emosi dan atau seksual pada diri sendiri
atau orang lain.
Faktor Resiko - Pemikiran waham
- Curiga pada orang lain
- Halusinasi
- Berencana bunuh diri
- Disfungsi sistem keluarga
- Kerusakan kognitif
- Disorientasi
- Persepsi pada lingkungan
tidak akurat
- Alam perasaan depresi
- Riwayat kekerasan pada
hewan
- Kelainan neurologis
- Lingkungan tidak teratur
- Penganiayaan
- Riwayat atau ancaman
J Khsiat Terapi Musik dalam Pengobatan Perilaku dan Gejala psikiatri demensia
u
d
u
l
Penulis Alfredo raglio, Giuseppe Bellelli, Daniela Trafcante, Marta G.
Jurnal
Sampel 59 orang
Jenis Lit Quasi ekperimental desain
Variabel Independen : khasiat terapi musik
Dependen : pengobatan perilaku dan gejala psikiatri demensia
Dosis Intervensi 16 minggu pengobatan
Hasil Lit Pendekatan MT efektif untuk menurunkan
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Stuart GW, Sundeen. 1998.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).
St.Louis Mosby Year Book
Damaiyanti, M. & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan. Jakarta : Salemba Medika.
Prabowo Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Stuart, G.W. Sundeen, S.S. (2001). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Jakarta : EGC.