Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

CA NASOFARING DIRUANGAN POLI SARAF

OLEH :

FERNANDA WIKE WIDYASWARA

2030035

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

TAHUN AJARAN 2020/2021


A. Definisi
Nasofaring merupakan suatu ruangan yang berbentuk mirip kubus yang terletak
di belakang rongga hidung diatas tepi bebas palatum molle yang berhubungan dengan
rongga hidung dan ruang telinga melalui koana dan tuba eustasius. Atap nasofaring
terbentuk dari dasar tengkorak dan tempat keluar dan masuknya syaraf otak dan
pembuluh darah. Nasofaring diperadarahi oleh cabang arteri karotis eksterna, yaitu
faringeal ascenden dan descenden serta cabang faringeal arteri sfeno palatine. Darah vena
dari pembuluh darah balikfaring pada permukaanluar dinding muskulermenuju pleksus
pterigoid dan vena jugularis interna. Daerah nasofaring dipersyarafi oleh syaraf sensoris
yang terdiri darinervus glossofaringeus (N.IX) dan cabang maksila dari syaraf trigeminus
(N.V2) yang menuju ke anterior nasofaring.
Kanker nasofaring adalah kanker yang berasal dari sel epitel nasofaring di ringga
belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut yang tumbuh dari jaringan
epitel yang meliputi jaringa limfoit denga predileksi di fosa rossenmuller pada nasofaring
yang merupakan daerah transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi skuamusa dan
atap nasofaring (Brunner & Suddarth.2002)
karsinoma nasofaring merupakan tumor yang berasal dari sel-sel epitel yang menutupi
permukaan nasofaring (Arima,2006).
karsinoma nasofaring adalah tumor jinak yang tumbuh di daerah nasofaring dengan
predileksi di fossa rossenmuller dan atap nasofaring. tumor ganas ini mayoritas terjadi di
kepala dan leher (Arief mansjoer, 2006).

B.Klasifikasi kanker nasofaring


1. Ukuran tumor (T)
 T0
tidak tampak tumor
 T1
Tumor terbatas pada satu lokasi saja
 T2
\tumor terdapat pada dua lokasi ataun lebih tetapi masih terbatas pada rongga
nasofaring
 T3
Tumor telah kaluar dari rongga nasofaring
 T4
Tumor yang telah keluar dari rongga nasofaring merusak tulang tengkorak atau
syaraf-syaraf otak
2. Reginal limfe nodus (N)
 N0
Tidak ada pembesaran
 N1
Terdapat pembesaran tetapi homolatral dan masih bias digerakan
 N2
Terdapat pembesaran di kontralateral dan masih bias digerakkan
 N3
Terdapat pembesaran baik, homolateral, kontralateral, bilalateral yang sudah
melekat pada jaringan sekitar
3. Metatase jauh (M)
 Mo
Tidak terdapat metatase jauh
 M1
Metatase jauh

Stadium Tumor Nasofaring, antara lain:


 Stadium 0
sel-sel kanker masih beada dalam batas nasopaing, biasanya bisa disebut dengan
nasopharynx in situ
 Stadium I (T1, N0, M0)
sel kanker menyebar pada bagian nasopharing
 Stadium II (T2, N0, M0)
sel kanker sudah menyebar pada lebih dari nasopharing ke rongga hidung. atau
dapat pula menyebar di kelenjar getah bening pada salah satu sisi leher
 Stadium III (T2/ T2/T3 dan N1, M0 atau T3 N0 M0)
kanke ini sudah menyerang pada kelenjar getah bening di semua sisi leher
 Stadium IV (T4 dan N0/N1 dan M0 atau T1/T2/T3/T4 dan N0/N1/N2/N3 dan M1)
kanker ini sudah menyebar di syaraf dan tulang sekitar wajah.

C.Etiologi kanker nasofaring


a) Kontak dengan zat karsinogenik
Kontak denga zat karsinogenik yag terlalu sering dapat mengakibatkan munculnya
kanker, antara lain:gas kimia, asap industri
b) Keturunan
Kejadian KNF mayoritas ditemukan pada kerturunan ras mongoloid dibandimgkan
dengan ras lainnya.
c) Radang kronis di daerah nasofaring
Terjadinya perdangan di daerah nasofering dapat membuat mukosa nasofaring menjadi
lebih rentan terhadap mikroorganisme.
d) Faktor lingkungan
Aanya kebiasaan diberikannya pengawet pada ikan asin, maka dapat memberikan efek
mutagenic bagi masyarakat
e) Keadaan social ekonomi yang rendah dan PHBS yang buruk
Kedaan lingkungan yang tidak kondusif bagi kesehatan yang dapat tercermin dari
ventilasi yang kurang baik, sehingga sirkulasi udara menjadi terhambat.
f) Genetik
g) umur
lansia menjadi lebih rentan dikarenakan penurunan fungsi organ.
h) daya tahan tubuh pasien yang menurun
i) kebiasaan mengkonsumsi ikan bakar dan ikan asin

D. Manifestasi klinis kanker nasofaring


Gejala dan tanda yang sering ditemukan pada penderita kanker nasofaring, antaralain:
a) Gelaja telinga
 Sumbatan pada tuba eustachius atau kataralis
Pasien sering mengeluh rasa penuh ditelinga, rasa kadang-kadang berdengung
disertai dengan gangguan pendengaran. Gejala ini merupakan gejala awal.
 Radang telinga tengahsampai perforasi membrane timpani
Keadaan ini merupakan kelainan lanjutan yang terjadi akibat penyumbatan
muara tuba dimana rongga telinga aka terisi cairan yang semakin lama makin
banyak, sehingga dapat menyebabkan perforasi gendang telinga dengan akibat
gangguan pendengaran.
b) Gejala hidung
 Epiktasis
Dinding tumor biasanya rapuh sehingga oleh rangsangan dan sentuhan dapat
terjadi perdarahan hidung yang ditunjukan dengan keluarnya darah secara
berulang-ulang dengan jumlah yang sedikit dan kadang-kadang bercampur
dengan ingus, sehingga berwarna kemerahan
 Sumbatan hidung
Sumbatan hidung yang menetap terjadi akibat pertumbuhan tumor ke dalam
rongga hidung dan menutupi koana.gejala menyerupai pilek kronis,kadang-
kadang disertai dengan ganggguan penciuman dan ingus kental.
c) Gejala lanjutan
 Pemberasaran kelenjar limfe leher
Sel-sel kanker dapat berkembang terus, menembus kelenjar dan mengenai otot
dibawahnya. Kelenjar yang terus melekat pada otot dan sulit untuk digerakan.
Gejala ini dapat menjadi gejala yag lebih lanjut.
 Gejala akibat perluasan tumor ke jaringan sekitar
Dikarenakan nasofaring berhubunga dengan rongga terngkorak melalui
beberapa lubang, maka gangguan syaraf dapat juga terganggu. Jika tumor
menjalar melalui foramen laserum akan memgenai syaraf otak ke III,IV,VI
dan dapat mengenai syaraf tak ke V, sehingga dapat terjadi penglihatan ganda
(diplopia). Proses karsinima lebih lanjut akan mengenai syaraf otak IX,X,XI
jika menjalar melalui foramen jugular dan menyebabkan syndrome
Jackson.bila sudah mengenai seluruh syaraf otak disebut sindrom unilateral
dapat juga disertai dengan destruksi tulang tengkorak. Jika keadaannya seperti
itu menjadikan prognosis menjadi buruk.
 Gejala akibat metastasis
Sel-sel kanker dapat ikut bersama aliran darah dan mengenai bagian organ
tubuh yang jauh dari nasofaring.Organ yang paling seting terkena adalah
tulang, hati dan paru.
E. Patofisiologi kanker nasofaring
Kanker nasofaring dapat disebabkan oleh banyak hal. Salah satu dari penyebab dari
kanker nasofaring ini adalah adanya virus eipstein yang dapat menyebabkan ca nasofering.
Sel yang terinfeksi noleh sel EBV akan dapat menghasilkan sel-sel tertentu yang berfungsi
untuk mengadakan proliferasi dan mempertahankan kelangsungan virus dalam sel host.
Protein tersebut dapat digunakan sebagai tanda adanya EBV, seperti EBNA-1, dan LPM-1,
LPM-2A dan LPM-2B. EBV dapat mengaktifkan dan memmapakan zat kasinogenik yang
menyebabkan stimulasi pembelahan sel abnormal yang tidak terkontrol sehingga tejadilah
defeensiasi dan polifeasi potein laten, sehingga memicu petumbuhan sel kanker pada
nasofaring terutama pada fossa rossenmuller. Dinding tumor biasanya rapuh sehingga oleh
rangsangan dan sentuhan dapat terjadi perdarahan hidung yang ditunjukan dengan keluarnya
darah secara berulang-ulang dengan jumlah yang sedikit dan kadang-kadang bercampur
dengan ingus, sehingga berwarna kemerahan. Sumbatan hidung yang menetap terjadi akibat
pertumbuhan tumor ke dalam rongga hidung dan menutupi koana.gejala menyerupai pilek
kronis,kadang-kadang disertai dengan ganggguan penciuman dan ingus kental. Sel-sel
kanker dapat berkembang terus, menembus kelenjar dan mengenai otot dibawahnya. Kelenjar
yang terus melekat pada otot dan sulit untuk digerakan.
nasofaring berhubunga dengan rongga terngkorak melalui beberapa lubang, maka
gangguan syaraf dapat juga terganggu. Jika tumor menjalar melalui foramen laserum akan
memgenai syaraf otak ke III,IV,VI dan dapat mengenai syaraf tak ke V, sehingga dapat
terjadi penglihatan ganda (diplopia). Proses karsinima lebih lanjut akan mengenai syaraf otak
IX,X,XI jika menjalar melalui foramen jugular dan menyebabkan syndrome Jackson.bila
sudah mengenai seluruh syaraf otak disebut sindrom unilateral dapat juga disertai dengan
destruksi tulang tengkorak. Sel-sel kanker dapat ikut bersama aliran darah dan mengenai
bagian organ tubuh yang jauh dari nasofaring.Organ yang paling sering terkena adalah
tulang, hati dan paru.

F.Pemeriksaan Penunjang
a) pemeriksaan penunjang pada kanker nasofaring ada beberapa, yaitu:
b) pemeriksaan CT Scan pada daerah kepala dan leher untuk menhetagui keberadaan
kanker yang berrsembunyi
c) pemeriksaan serologi igA anti EA dan igA anti VCA untuk mengetahui infeksi virus
E-B
d) biopsy nasofaring dapat dulakukan dengan dua cara, taitu: dari hidung dan mulut
dengan anastesi topical dengan xylocain 10%.
e) pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam narcosis

G.Penatalaksanaan
a) radioterapi merupakan pengobatan utama
b) pemberian adjuvant kemoterapi yaitu: Cis-Platinum, bleomycin dan 5-fluororauncil
c) kemoterapi praradiasi dengan epirubicin dan cis platinum.
H.Komplikasi dan Prognosis
a) komplikasi akut
1) mukositis
inflamasi pada mukosa mulut berupa eitema dan adanya ulser yang biasanya
ditemukan opada pasien yang mendapatkan terapi kanker. pasien akan
mengeluhkan rasa sakit pada mulut dan dapat mempengaruhi nutrisi dan kualitas
hidup pasien.
2) kandidiasis
infeksi opurtunitik berupa kandidiasis pada mukosa mulut yang disebabkan oleh
jamu candida albicans.
3) dysgeusia
respon awal berupa hilangnya salah satu indra pengecapan oleh terapi radiasi.
b) komplikasi kronis
1) karies gigi
merupakan akibat dari terapi radiasi berupa gigi yang mengalami destruktif dan
mengalami kerusakan.
2) gagal napas
gagal napas terjadi dikarenakan adanya metastase darri tumor nasofaring sampai
pada trachea sehingga terjadi penyumbatan total pada trachea.
3) peningkatan tekanan intakanial
hal ini dapat tejadi rjika tumor sudah menyebar sampai lapisan otak dan menekan
duramater otak.
Pathway Carcinoma Nasofaring

Infeksi virus Mutasi gen Berfungsinya Gangguan mekanisme


pengendali onkogen pengendalian
( Virus SV –4) pertumbuhan pertumbuhan normal
( Carsinogenic Agent)

Perubahan epitel siliadan mukosa / ulserasi bronchus

Jinak (Epidermoid, sel Ganas/kanker (Sel kecil/oat


besar, adeno carsinoma ) cell)

- Kohesif - Kurang kohesif


Ketakutan
- Tumbuh lambat - Pertumbuhan cepat
(Kecemasan)

Lumen
distal Kompetisi Metastase
Proksimal
Pemakaian
Hematogen/Limfogen/Langsung
Nutrisi,
rangsangan
Sumbatan organ viseral
Multiorgan failure
Penekanan partial/total melalui
reseptor Pada Brokiektas transmitor H1, Sepsis
lobus paru, serotonin (5
is
prostalagnin, HT3), Host
serotonin, Cytokine
bradikinin,
norefinefrin, ion Syok Peningk
hidrogen, ion Ggn Sepsis atan
kalium dan pertukaran suhu
subtance P gas Pola nafas
tidak efektif tubuh

Nyeri Resiko infeksi Ggn Nutrisi

Kelemahan
/Intoleransi aktivitas
J.Konsep asuhan keperawatan
Pengkajian pada diabetes mellitus meliputi, antara lain:
a. Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
asal suku bangsa, tempat lahir, nama orang tua, pekerjaan orang tua.
Keganasan kanker ovarium sering ditemui pada usia penderita berusia <20
tahun sebelum menarche atau wanita usia >50 tahun. (Manuaba, 2010).

b. Keluhan utama

Pasien biasanya dibawa ke rumah sakit dengan keluhan lemas, nyeri dan muncul
benjolan di pipi dan leher

c.keluhan saat pengkajian

pasien mengeluh sakit kepala dan pandangan kabur


d.Riwayat penyakit sekarang
pasien mengatakan lemas, nyeri dan muncul benjolan di pipi dan leher. pasien juga
mengeluh mual muntah dan nafsu makan berkurang.
e.Riwayat sebelumnya
apakah pasien pernah mengidap penyakit kanker nasofaring dan radang tengggorokan
sebelumnya
f.riwayat kesehatan keluarga
ada/tidak keluarga pasien yang pernah mengidap penyakit kanker nasofaring dan
penyakit menurun seperti: DM, hipertensi, dan lainnya.
1) Riwayat psikososial dan status spiritual
a. riwayat psikologis
menggambarkan respon psikologis pasien dalam menghadapi keadaannya sekarang.
b. aspek sosial
menggambarkan cara interaksi pasien kepada orang sekitarnya dan peran sosial di
keluarga
c. aspek spiritual
menggambarkan tentang cara pasien menganggap penyakitnya dan cara pasien
beribadah
2) pola kebiasaan sehari-hari
a. pola nutrisi
menggambarkan pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi pasien sebelum
dan sesudah di rawat dirumah sakit
b. pola eliminasi
menggambarkan pola BAK dan BAB pasien sebelum dan sesudah dirawat di
rumah sakit.
c. pola kebersihan diri
menggambarkan cara pasien untuk membersihkan diri sebelum dan sesudah
dirawat di rumah sakit
d. pola aktivitas, latihan, dan bermain
mnggambarkan tentang aktivitas yang dilakukan oleh pasien saat pasien sebelum
dam sesudah di rawat di rumah sakit
e. pola istirahat dan tidur
menggambarkan tentang durasi, kualita istirahat tidur pasien.

3) pemeriksaan fisik
keadaan umum
a. keadaan sakit
menggambarkan keparahan sakit yang dirasakan oleh pesien dan kesadaran pasien
b. tanda-tanda vital
yang meliputi tekanan darah,suhu, BB, RR, nadi,TB
c. Head to toe
1) kepala dan rambut
Distribusi rambut merata, tidak terdapat lesi dan benjolan, rambut tampak bau
dan kotor.
2) hidung
ada pendarahan hidung, tidak ada lesi, ada pernafasan cuping hidung,
3) telinga
gangguan pendengaran (-), serumen (-), tidak ada lesi, dan telinga kanan dan
kiri simetris.
4) mata
mata kanan dan kiri simetris, konjungtivis anemis (-), sclera tidak ikterik,
pupil isokor, dan reflek cahaya (-).
5) mulut, lidah, tonsil, dan faring
 mulut:
mulut kering, kebersihan mulut bersih, caries gigi (+), tidak ada
pembengkakan gusi, dan bau mulut (-)
 gigi:
gigi berjumlah 32 buah, caries gigi (+)
 tonsil:
tidak ada pembesaran tonsil
 faring:
terdapat sumbatan sekret
6) leher dan tenggorokan
 leher
peningkatan JVP
warna kulit leher merata
pembesaran kelenjar tyroid dan limfe
 tenggorokan
reflek menelan (-)
7) dada/thorax
a) pemeriksaan paru
 inspeksi
gerakan dada simetris, retraksi dada (+), warna kulit merata, sesak
napas (+), RR: >20x/menit, bentuk dada normal
 palpasi
akral hangat
 perkusi
suara perkusi paru sonor
 auskultasi
suara napas ronkie
b) pemeriksaan jantung
 inspeksi
warna kulit merata, tidak ada lesi , bentuk dada normal
 palpasi
terdapat kardiomegali
 perkusi
suara perkusi redup
 auskultasi
suara mur-mur (-)
c) pemeriksaan payudara
 inspeksi
rabas (-), warna kulit merata, putting menonjol, payudara kiri lebih
besar daripada payudara kanan.
 palpasi
tidak ada massa, tida ada lesi dan rabas, akral hangat, tidak ada
pembesaran limfe di axilla
8) Abdomen dan Pelvis
 inspeksi
tidak ada asites, warna kulit merata, tidak ada lesi dan jaringan parut,
pelvis tampak kotor
 palpasi
peristeltik >35x/menit
 perkusi
tidak ada hepatomegali dan splenomegali
 auskultasi
suara abdomen timpani
9) ekstermitas, kuku, kekuatan otot
 ektermitas
terpasang infuse di tangan kiri, terpasang sensor tekanan darah di
tangan kanan, CRT< 2 detik
 kuku
clubbing finger (-), kuku sianosis, sianosis (-).
 kekuatan otot lemah
33
33
10) genetalia dan anus
kebersihan genetalia dan anus terjaga, tidak terpasang poli kateter urine, tidak
ada lesi
11) pemeriksaan neurologis
 kesadaran GCS komposmentis
 respon AVPU : alert
 reflek pupil isokor
 reflek cahaya (+)

K. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.007)
b) Resiko Infeksi ditandai dengan supresi respon inflamasi
1. Rencana Tindakan Keperawatan
A.Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis (inflamasi) (D.0077)
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x24 jam diharapkan dapat
memenuhi kriteria hasil:

Luaran Utama : Tingkat Nyeri (L.07214)

Kriteria Hasil :

- Keluhan nyeri menurun


- Meringis menurun
Intervensi Utama : Manajemen Nyeri (I.08238)

Observasi

- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,intensitas nyeri


R/ : Mengetahui perkembangan nyeri dan tanda – tanda nyeri hebat sehingga
dapat menentukan tindakan selanjutnya

- Identifikasi skala nyeri


R/ : Mengetahui skala nyeri 1-10, berada diangka berapa.

- Identifikasi respon nyeri non verbal


R/ mengetahui respon pasien non verbal pasien
Terapeutik

- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (Misal, terapi musik,


kompres hangat/ dingin, terapi bermain)
R/ : Agar rasa nyeri berkurang dengan melaksanakan teknik tersebut.

- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,


pencahayaan, kebisingan)
R/ Agar pasien tetap nyaman dan tidak merasakan nyeri

- Fasilitasi istirahat dan tidur


R/ : Agar pasien tidak begitu merasakan nyeri

Edukasi

- Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri


R/ : Agar nyeri sedikit berkurang

- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.


R/ : Agar dapat pemberian obat anti nyeri.

B. Resiko Infeksi ditandai dengan supresi respon inflamasi

Kriteria hasil:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x 24 jam diharapkan resiko teratasi dengan K.H :
1. Kemampuan Mencari informasi tentang resiko meningkat
2. Kemampuan menghindari faktor resiko meningkat
3. Kemampuan mengenali perubahan status kesehatan meningkat

Intervensi :Pencegahan Infeksi

Observasi :

Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik

Terapeutik:

- Batasi jumlsh pengunjung


- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasieb dan lingkungan pasien
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan mencuci tangan dengan benar
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan nutri dan asupan cairan
Referensi
Brunner & Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3 Revisi. Jakarta: EGC
Hudak, Carolyn.1997.Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik.Jakarta: EGC
Mansjoer, Arief.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Media Aeusculapius

Anda mungkin juga menyukai