Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TERAPI RELAKSASI NAFAS DALAM

Dosen Pembimbing : Addi Mardi Harnanto, M.N

Di Susun Oleh :

Nama : Meilani Rahayu Ningrum

Nim : P27220018025

Kelas : 2A D III Keperawatan

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURAKARTA

TAHUN 2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Penyuluhan Tentang terapi relaksasi

Sub pokok bahasan : Penyuluhan terapi relaksasi nafas dalam

Sasaran : Pasien Post Orif Klavikula

Hari/tanggal : Sabtu, 9 Juni 2018

Tempat : Di Bangsal Edelweis Rumah Sakit Dr Soedjono Magelang

Waktu : 09.15 – 09. 35 WIB

A. Latar Belakang
Cedera merupakan kerusakan fisik tubuh manusia yang diakibatkan oleh kekuatan
yang tidak dapat ditoleransi dan tidak dapat diduga sebelumnya World Health
Organization (WHO2011). Pervalensi cedera secara nasional adalah 8,2 %. Kejadian
cedera terbanyak yaitu (40,9%), kecelakaan sepeda motor (40,6%), terkena benda
tumpul/tajam (7,3%), transportasi darat lainnya (7,1%) dan kejatuhan (2,5%). Jenis cidera
yang banyak ditemukan yaitu lecet/mamar, terkilir, luka robek, patah tulang/fraktur, tubuh
terputus, cedera mata dang agar otak. Data ini merupakan hasil riskeesdas ( Riset
Kesehatan Dasar, 2013)
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang. Jika
terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu. Radiografi
(sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak mampu menunjukkan
otot atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau pembuluh darah yang pecah
sehingga dapat menjadi komplikasi pemulihan klien ( Black dan Hawks, 2014).
Salah satu manifestasi klinis dari pengkajian fisik akan ditemukaan rasa nyeri.
Fraktur dapat menyebabkan nyeri terus – menerus, karenaterlepasnya kontinuitas tulang
yang mengenai syaraf disekitarnya. Frasanyeri ini dapat timbul hampir pada setiap area
fraktur ( Black dan Hawks, 2014).
Pengurangan atau peredaan nyeri yang efektif dapat dicapai denganbaik melalui
kombinasi terapi farmasi dan nonfarmasi Teknik non farmakologi meningkatkan
penggunaanya dalam mengurangi atau meredakan nyeri. Intervensi non farmakologi
biasanya berguna sebagai tambahan pengurangan atau pereda nyeri. ( Black dan Hawks,
2014).
Relaksasi merupakan teknik untuk mengurangi sensasi nyeri dengan cara
merelaksasikan otot. Teknik relaksasi nafas dalam dapat menstimulasi tubuh untuk
mengeluarkan opoid endogen yaitu endorphin dan enfekalin yang memiliki sifat seperti
morfin dengan efek analgesic. Saat seseorang berusaha untuk mengendalikan sensasi
nyeri yang dialami dengan melakukan relaksasi nafas dalam, maka tubuh akan
menstimulassi syaraf parasimpatik yang menyebabkan penurunan kadar hormone kortisol
dan aderenalin dalam tubuh. Hal ini akan menurunkan tingkat stress, membuat seseorang
lebih tenang untuk mengatur ritme pernafasan menjadi lebih teratur, meningkatkan kadar
pH sehingga terjadi peningkatan kadar oksigen (O2) dalam darah. (Smeltzer & Bare,
2013).
Teknik nafas dalam untuk relaksasi mudah dipelajari dan berkontribusi dalam
menurunkan atau meredakan nyeri dengan mengurangi tekanan otot dan ansietas.
Relaksasi dalam yang dihasilkan dari metode ini dapat menurunkan ansietas dan konstrasi
berlebihan pada otot dan juga dapat meningkatkan onset tidur. Teknik nafas dalam ini
diharapkan dapat mengalihkan perhatian terhadap nyeri, meningkatkan kontrol terhadap
nyeri yang mungkin berlangsung lama akibat proses penyembuhan ( Black dan Hawks,
2014).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 20 menit tentang “Cara melakukan
melakukan teknik relaksasi nafas dalam ” maka peserta mampu memahami tentang
Cara melakukan teknik relaksasi nafas dalam dengan mandiri dan ketika nyeri muncul
dapat melakukan relaksasi nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan peserta mengetahui tentang:
1) Pengertian
2) Tujuan dan manfaat nafas dalam
3) Prosedur pelaksanaan nafas dalam
4) Pengaruh teknik nafas dalam terhadap pengurangan penurunan skala nyeri
C. Materi
a. Pengertian nafas dalam
b. Tujuan dan manfaat nafas dalam
c. Prosedur pelaksanaan nafas dalam
d. Pengaruh teknik nafas dalam terhadap pengurangan penurunan skala nyeri
D. Media
1. Leaflet
E. Metode penyuluhuan
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. Tempat
Bangsal Edelweis Rumah Sakit Dr Soedjono Magelang
G. Kegiatan penyuluhan

No Kegiatan Respon peserta Waktu


1 Pendahuluan 1. Menjawab salam 
1. Memberi salam     2. Mendengarkan dan
2. Menjelaskan tujuan memperhatikan 5 menit
3. Menjelaskan jalannya
penyuluhan
2 Penyampaian materi Menyimak dan
Menjelaskan materi penyuluhan memperhatikan
secara berurutan: penjelasan materi.
1. Pengertian nafas dalam
2. Tujuan dan manfaat nafas dalam
3. Prosedur pelaksanaan nafas 10
dalam
4. Pengaruh teknik nafas dalam
terhadap pengurangan penurunan
skala nyeri

3 Penutup
1. Tanya jawab tentang materi 1. Bertanya kepada pemateri
penyuluhan 2. Menjawab pertanyaan
2. Memberi pujian atau dukungan yang diberikan oleh 5 menit
kepada peserta pemateri
3. Menyimpulkan materi 3. Menjawab salam
4. Mengucapkan terima kasih.
5. Mengucapkan salam
H. Evaluasi
a. Apa yang di maksud dengan nafas dalam ?
b. Apa saja yan menjadi tujuan dan manfaat dari nafas dalam ?
c. Bagaimanan prosedur pelaksanaan nafas dalam ?
d. Bagaimanan pengaruh teknik nafas dalam terhadap pengurangan penurunan skala
nyeri?
MATERI PENYULUHAN

A. Definisi
Teknik relaksasi merupakan intervensi keperawatan secara mandiri untuk
menurunkan intensitas nyeri, meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi
darah. Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan
tegangan otot yang menunjang nyeri, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa
relaksasi efektif dalam meredakan nyeri. Sedangkan latihan nafas dalam adalah bernafas
dengan perlahan dan menggunakan diagfragma, sehingga memungkinkan abdomen
(perut) terangkat perlahan dan dada mengembang penuh. Nafas dalam untuk relaksasi
mudah dipelajari dan berkontribusi dalam menurunkan atau meredakan nyeri dengan
mengurangi tekanan otot dan ansietas ( Black dan Hawks, 2014).
Relaksasi memutuskan hubungan antar nyeri, tegang otot, rangsangan otonom
yang berlebihan, dan ansietas. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan teknik yang
sederhana dapat langsung diterapkan dan mudah. Relaksasi otot progresif lebih rumit
karena metode ini secara sistematis berfokus pada sekelompok otot tubuh, membuat
pasien harus menegangkan dan merelaksasikan setiap kelompok otot (Knealed, 2011).

B. Tujuan Dan Manfaat


Mekanisme teknis relaksasi nafas dalam merelaksasikan otot skeletal, dapat
menurunkan nyeri dengan merileksasikan ketegangan otot yang dapat menunjang nyeri.
Teknik relaksasi nafas dalam mampu menurunkan nyeri pada pasien pasca operasi, hal ini
terjadi karena relatif kecilnya peran otot-otot skeletal dalam nyeri pasca operasi atau
kebutuhan pasien untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam secara efektif. Setelah
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam terdapat hormone yang dihasilkan yaitu hormone
adrenalin han hormone kortison. Kadar PaCO2 akan meningkat dan menurunkan Ph
sehingga akan meningkatkan kadar oksigen dalam darah (Judha,2012).
Relaksasi nafas dalam bertujuan untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara
pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi
stress baik stress fisik ataupun stress emosional sehingga dapat menurunkan intensitas
atau skala nyeri dan menurunkan kecemasan yang dirasakan seseorang. Manfaat yang di
timbulkan dari teknik relaksasi nafas dalam adalah mampu menurunkan atau
menghilangkan rasa nyeri, meningkatkan ketentraman hati, dan berkurangnya rasa cemas
(Smeltzer & Bare, 2013). Teknik relaksasi nafas dalam juga memiliki berbagai manfaat
seperti dapat menyebabkan penurunan nadi, penurunan ketegangan otot, penurunan
kecepatan metabolism, peningkatan kesadaran global, perasaan damai dan sejahtera, dan
periode kewaspadaan yang santai (Potter&Perry,2010).
Keuntungan yang dihasilkan dari teknik nafas dalam antara lain dapat dilakukan
setiap saat dengan cara yang sangat mudah sehingga dapat dilakukan secara mandiri oleh
klien tanpa suatu media atau bantuan apapun. Relaksasi nafas dalam memiliki
kontraindikasi sehingga tidak dapat dilakukan pada klien yang menderita penyakit jantung
dan pernafasan (Smeltzer&Bare,2013)
C. Prosedur Pelaksanaan Nafas Dalam
Bentuk pernafasan yang digunakan pada prosedur ini adalah pernafasan diafragma
selama inspirasi yang mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan
desakan udara masuk selama inspirasi. Adapun langkah-langkah teknik relaksasi nafas
dalam adalah sebagai berikut :
1. Ciptakan lingkungan yang tenang
2. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan 1 tangan di perut
3. Melatih melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui hidung hingga 3
hitungan, jaga mulut tetap tertutup )
4. Meminta merasakan mengembangnya abdomen/ perut (cegah lengkung pada
punggung)
5. Meminta pasien menahan hingga 3 hitungan
6. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen/perut dan kontraksi dari otot
7. Menjelaskan kepada pasien untuk melakukan latihan ini bila nyeri muncul
D. Pengaruh Teknik Nafas Dalam Terhadap Pengurangan Penurunan Skala Nyeri
Mekanisme teknis relaksasi nafas dalam merelaksasikan otot skeletal, dapat
menurunkan nyeri dengan merileksasikan ketegangan otot yang dapat menunjang nyeri.
Setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam terdapat hormone yang dihasilkan yaitu
hormone adrenalin han hormone kortison. Kadar PaCO2 akan meningkat dan menurunkan
PH sehingga akan meningkatkan kadar oksigen dalam darah (Judha,2012). Tiga
mekanisme dalam teknik nafas dalam sehingga dipercaya dapat menurunkan skala nyeri
(Smeltzer&Bare,2013) yaitu:
a. Merelaksasi spasme otot skeletal yang disebabkan insisi (trauma) jaringan saat
pembedahan.
b. Relaksasi otot skeletal akan menyebabkan aliran darah meningkat ke daerah yang
mengalami trauma sehingga mempercepat proses penyembuhan dan menurunkan atau
menghilangkan rasa nyeri yang disebabkan adanya trauma jaringan, oleh karena itu jika
trauma sembuh maka nyeri juga akan hilang.
c. Teknik relaksasi nafas dalam mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opioid
endogen yaitu endorphin dan ecaphalin.
DAFTAR PUSTAKA

Balitbang kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI

Black, J dan Hawks. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Selemba Medika

Judha. (2012). Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika

Kneale. (2011). Perawatan Orthopedi Dan Trauma. Jakart: EGC

Pitter & Perry. (2010). Fundal Mental Of Nursing. Edisi 7. Jakarta: Selemba Medika

Smeltzer. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Edisi 12. Jakarta. Kedokteran . EGC

Anda mungkin juga menyukai