Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN EVIDENCE BASED PRACTICE

“PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM


TERHADAP PENURUNAN NYERI “

OLEH:
AULIA GAWARA
1611114896

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2019
A. Pendahuluan
Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan
alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Nyeri bersifat subjektif dan
tidak ada individu yang mengalami nyeri yang sama. Untuk itu perawat perlu mencari
pendekatan yang paling efektif dalam upaya pengontrolan nyeri (potter,2005).
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri terjadi bersama banyak
proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik
,pembedahan dan pengobatan. Teknik relaksasi merupakan metode yang dapat di
lakukan terutama pada pasien yang mengalami nyeri merupakan latihan
pernafasan yang menurunkan komsumsi oksigen, frekuensi pernafasan,frekuensi
jantung dan ketegangan otot. Teknik relaksasi perlu di ajarkan beberapa kali agar
mencapai hasil yang oiptimal dan perlunya instruksi mengunakan teknik
relaksasi untuk menurunkan atau mencegah meningkatnya nyeri.
Berdasarkan Depkes RI 2007 badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun
2005 terdapat lebih dari 7 juta orang yang meninggal di karenakan insiden
kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecatatan fisik. Salah satu
insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi yakni insiden
fraktur ekstremitas bawah sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan yang
terjadi.Penyebab yang berbeda dari hasil survey tim Depkes RI di dapatkan 25%
penderita fraktur yang mengalami kematian 45% mengalami cacat fisik ,15%
mengalami stress psikologis karna cemas dan bahkan depresi dan 10% mengalami
kesembuhan dengan baik (Rohimin ,2009).
Menurut Helmi (2012), manifestasi klinik dari fraktur ini berupa nyeri. Nyeri pada
penderita fraktur bersifat tajam dan menusuk (Brunner & Suddarth, 2011). Seseorang dapat
belajar menghadapi nyeri melalui aktivitas kognitif dan perilaku, seperti distraksi, guided
imagery dan banyak tidur. Individu dapat berespons terhadap nyeri dan mencari intervensi
fisik untuk mengatasi nyeri, seperti analgesik, masase, dan olahraga (Kozier, et al., 2009).
Gerakan tubuh dan ekspresi wajah dapat mengindikasikan adanya nyeri, seperti gigi
mengatup, menutup mata dengan rapat, wajah meringis, merengek, menjerit dan
imobilisasi tubuh (Kozier, et al., 2009).
Penanganan nyeri dengan melakukan teknik relaksasi merupakan tindakan
keperawatan yang dilakukan untuk mengurangi nyeri. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam sangat efektif dalam menurunkan nyeri pasca
operasi (Sehono, 2010). Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan
ketegangan otot yang menunjang nyeri. Teknik relaksasi terdiri atas nafas abdomen dengan
frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan
perlahan dan nyaman (Smeltzer et al., 2010).

B. Tinjauan Teori
1. Definisi Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Teknik relaksasi merupakan salah satu terapi nonfarmakologis yang digunakan
dalam penatalaksanaan nyeri (Tamsuri, 2007). Relaksasi merupakan suatu tindakan
untuk membebaskan mental maupun fisik dari ketegangan dan stres sehingga dapat
meningkatkan toleransi terhadap nyeri (Andarmoyo, 2013). Teknik relaksasi yang
sederhana terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi yang lambat dan berirama
(Smeltzer & Bare, 2002). Latihan napas dalam yaitu bentuk latihan napas yang terdiri
dari pernapasan abdominal (diafragma) dan pursed lip breathing (Lusianah, Indaryani,
& Suratun, 2012).
2. Tujuan Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Tujuan dari teknik relaksasi napas dalam yaitu untuk meningkatkan ventilasi
alveoli, meningkatkan efisiensi batuk, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi
paru, dan mengurangi tingkat stres baik itu stres fisik maupun emosional sehingga
dapat menurunkan intesitas nyeri yang dirasakan oleh individu (Smeltzer & Bare,
2002).
Selain tujuan tersebut, terdapat beberapa tujuan dari teknik napas dalam menurut
Lusianah, Indaryani and Suratun (2012), yaitu antara lain untuk mengatur frekuensi
pola napas, memperbaiki fungsi diafragma, menurunkan kecemasan, meningkatkan
relaksasi otot, mengurangi udara yang terperangkap, meningkatkan inflasi alveolar,
memperbaiki kekuatan otot-otot pernapasan, dan memperbaiki mobilitas dada dan
vertebra thorakalis.
3. Efek Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Menurut Potter and Perry (2006) teknik relaksasi napas dalam yang baik dan benar
akan memberikan efek yang penting bagi tubuh, efek tersebut antara lain sebagai
berikut :
a. Penurunan nadi, tekanan darah, dan pernapasan
b. Penurunan konsumsi oksigen
c. Penurunan ketegangan otot
d. Penurunan kecepatan metabolisme
e. Peningkatan kesadaran global
f. Kurang perhatian terhadap stimulus lingkungan
g. Tidak ada perubahan posisi yang volunter
h. Perasaan damai dan sejahtera
i. Periode kewaspadaan yang santai, terjaga, dan dalam

4. Prosedur Teknik Relaksasi Nafas Dalam


Berikut ini adalah langkah-langkah tindakan dalam melakukan teknik relaksasi
napas dalam menurut Lusianah, Indaryani and Suratun (2012) :
a. Mengecek program terapi medik klien.
b. Mengucapkan salam terapeutik pada klien.
c. Melakukan evaluasi atau validasi.
d. Melakukan kontrak (waktu, tempat, dan topik) dengan klien.
e. Menjelaskan langkah-langkah tindakan atau prosedur pada klien.
f. Mengatur posisi yang nyaman bagi klien dengan posisi setengah duduk di
tempat tidur atau di kursi atau dengan posisi lying position (posisi berbaring) di
tempat tidur atau di kursi dengan satu bantal.
g. Memfleksikan (membengkokkan) lutut klien untuk merilekskan otot abdomen.
h. Menempatkan satu atau dua tangan klien pada abdomen yaitu tepat dibawah
tulang iga
i. Meminta klien untuk menarik napas dalam melalui hidung, menjaga mulut tetap
tertutup. Hitunglah sampai 3 selama inspirasi.
j. Meminta klien untuk berkonsentrasi dan merasakan gerakan naiknya abdomen
sejauh mungkin, tetap dalam kondisi rileks dan cegah lengkung pada punggung.
Jika ada kesulitan menaikkan abdomen, tarik napas dengan cepat, lalu napas
kuat melalui hidung.
k. Meminta klien untuk menghembuskan udara melalui bibir, seperti meniup dan
ekspirasikan secara perlahan dan kuat sehingga terbentuk suara hembusan tanpa
mengembungkan pipi, teknik pursed lip breathing ini menyebabkan resistensi
pada pengeluaran udara paru, meningkatkan tekanan di bronkus (jalan napas
utama) dan meminimalkan kolapsnya jalan napas yang sempit.
l. Meminta klien untuk berkonsentrasi dan merasakan turunnya abdomen ketika
ekspirasi. Hitunglah sampai 7 selama ekspirasi.
m. Menganjurkan klien untuk menggunakan latihan ini dan meningkatkannya
secara bertahap 5-10 menit. Latihan ini dapat dilakukan dalam posisi tegap,
berdiri, dan berjalan.
C. Resume Artikel Jurnal
Menurut Aini Lela dan Reza Reskita tahun 2017 yang berjudul “Pengaruh Teknik
Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Fraktur” mendapatkan
hasil bahwa ada pengaruh yang signifikan tingkat skala nyeri sebelum dan sesudah
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien fraktur di RSI Siti Khadijah Palembang
Tahun 2017.

D. Pembahasan (Analisis Hasil Penerapan Evidence Based Practice)


Berdasarkan Penelitian tersebut skala nyeri pasien frakur sebelum dilakukan teknik
relaksasi nafas dalam adalah skala 4 (nyeri sedang) dan untuk skor tingkat skala nyeri
tertinggi dan terendah yaitu 2 (nyeri ringan) dan 6 (nyeri sedang). Sedangkan rata-rata skala
nyeri setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam adalah 2,80 atau dengan skala 3 (nyeri
ringan) dan untuk skor tertinggi dan terendah yaitu 1 (nyeri ringan) dan 5 (nyeri sedang).
Hasil uji statistik didapatkan nilai p-value=0,001, maka dapat disimpulkan ada pengaruh
yang signifikan tingkat skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas
dalam pada pasien fraktur di RSI Siti Khadijah Palembang Tahun 2017.
Menurut asumsi peneliti bahwa pada pengukuran sebelum dan sesudah dilakukan
teknik relaksasi nafas dalam mengalami penurunan, dimana diperoleh tingkat nyeri sedang
menjadi ringan, tingkat nyeri sedang dengan sikap responden yang meringis, menyeringai
dapat menujukkan lokasi nyeri, dapat medeskripsikannya, dan dapat mengikuti perintah
dengan baik, sedangkan intensitas nyeri ringan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas
dalam secara objektif dapat berkomunikasi dengan baik, aktif, tersenyum, bercanda dan
ceria serta pasien terlihat tampak lebih rileks dari sebeumnya. Hal ini disebabkan dengan
teknik relaksasi nafas dalam mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opoid endogen
yaitu endorphin dan enkafalin. Hormon endorphin merupakan substansi sejenis morfin
yang berfungsi sebagai penghambat transmisi impuls nyeri ke otak. Sehingga pada saat
neuron nyeri mengirimkan sinyal ke otak, terjadi sinapsis antara neuron perifer dan neuron
yang menuju otak tempat seharusnya subtansi p akan menghasilkan impuls. Pada saat
tersebut endorphin akan memblokir lepasnya substansi p dari neuron sensorik, sehingga
sensasi nyeri menjadi berkurang.

E. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulannya adalah dari hasil penelitian jurnal tersebut didapatkan ada pengaruh
yang signifikan tingkat skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas
dalam pada pasien.
Saran bagi perawat yaitu hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai metode
pengobatan alternatif non farmakalogis yang dapat membantu proses penurunan nyeri pada
pasien.

F. Daftar Pustaka

Galuh Novarizki Ayudianningsih, (2009). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam


terhadap Penurunan Tingkat Nyeri pada Pasien Pasca Operasi Fraktur Femur di
Rumah Sakit Karima Utama Surakarta. http://etd.eprints.ums.ac.id/6424/ di akses pada
tanggal 28 November 2019.

Ni Made Dewi Ratnasari. (2012). Pengaruh pemberian Guided Imagery terhadap nyeri
pada pasien post operasi fraktur di RSUD PENEMBAHAN SENOPATI
BANTUL.http://ejournal.respati.ac.id di akses pada tanggal 28 November 2019.
Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta
: salemba Medika Potter &Perry ,2005. Fundamental Keperawatan Volume 2.Jakarta :
Buku Kedokteran EGC

Syahriyani (2010). Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Pada
Pasien Post Operasi Apendiktomi di Ruang Perawatan Bedah RSU TK II Pelamonia
Makassar .http://myzonaskripsi.com /2011/01/pengaruh-teknikrelaksasi-terhadap.
Html didowload tanggal : 28 November 2019

Setiadi,(2007) ,Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan . Yogyakarta ; Graha ilmu

Smeltzer .Suzanne C, dan Bare,Brenda G,(2002) . Keperawatan Medikal Bedah Brunner


& Suddart edisi 8 vol 1. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Soekidjo ,Notoadmojo, (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai