Anda di halaman 1dari 18

PUBLICATION MANUSCRIPT

NASKAH PUBLIKASI

CORRELATION BETWEEN ORAL HYGIENE AND SIGN INFECTION


CHANGES IN BODY TEMPERATURE AT PICU OF
ABDUL WAHAB SJAHRANIE THE GENERAL
HOSPITAL SAMARINDA

HUBUNGAN ANTARA ORAL HIGIENE DENGAN TANDA INFEKSI


PERUBAHAN SUHU TUBUH DI RUANG PICU RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH ABDUL WAHAB
SJAHRANIE SAMARINDA
1 2 3
Roslitha Haryani 1, Rinnelya Agustien 2, Jumberi3

Di susun Oleh :
ROSLITHA HARYANI
1311308230809

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
SAMARINDA
2015
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA ORAL HIGIENE DENGAN TANDA INFEKSI


PERUBAHAN SUHU TUBUH DI RUANG PICU RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH ABDUL WAHAB
SJAHRANIE SAMARINDA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :
Roslitha Haryani
13.113082.3.0809

Disetujui untuk diujikan


Pada tanggal, 10 Februari 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Rinnelya Agustien, M.Kep Ns. Jumberi, S.Kep


NBP. 130484 NIP. 19710714 199603 1 003

Mengetahui,
Koordinator Mata Ajar Skripsi

Faried Rahman Hidayat, S.Kep.,Ns.,M.Kes


NIDN. 1112068002

1
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA ORAL HIGIENE DENGAN TANDA INFEKSI


PERUBAHAN SUHU TUBUH DI RUANG PICU RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH ABDUL WAHAB
SJAHRANIE SAMARINDA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :
ROSLITHA HARYANI
13.113082.3.0809

Diseminarkan dan Diujikan pada


Hari : Selasa
Tanggal/Bulan/Tahun : 10 Februari 2015

Penguji I Penguji II Penguji III

Ns. Maridi M. Dirdjo, M.Kep Ns. Rinnelya Agustien, M.Kep Ns. Jumberi, S.Kep
NIDN. 1125037202 NBP. 130484 NIP. 197107141996031003

Mengetahui,
Ketua
Program Studi S1 Keperawatan

Ns. Siti Khoiroh Muflihatin, M. Kep


NIDN. 1115017703
1
Persetujuan Publikasi

Kami dengan ini mengajukan surat persetujuan untuk publikasi penelitian


dengan judul :

HUBUNGAN ANTARA ORAL HIGIENE DENGAN TANDA INFEKSI


PERUBAHAN SUHU TUBUH DI RUANG PICU RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH ABDUL WAHAB
SJAHRANIE SAMARINDA

Bersamaaan dengan surat persetujuan ini kami lampirkan naskah publikasi

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Rinnelya Agustien, M.Kep Ns. Jumberi, S.Kep


NBP. 130484 NIP. 19710714 199603 1 003

Mengetahui,
Koordinator Mata Ajar Skripsi Peneliti

Faried Rahman Hidayat,S.Kep.,Ns.,M.Kes Roslitha Haryani


NIDN. 1112068002 NIM 13.113082.3.0809

1
HUBUNGAN ANT ARA ORAL HIGIENE DENGAN TANDA INFEKSI
PERUBAHAN SUHU TUBUH DI RUANG PICU RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH ABDUL W AHAB
SJAHRANIE SAM ARINDA
1 2 3
Roslitha Haryani 1, Rinnelya Agustien 2, Jumberi3

Abstract. The body temperature on children tend unstable than the adult person. The
body temperature, in spite of affected by disease, external temperature or environment, it
also affected by medicines, exercise, emotion, crying, hydration, also inflamed. Inflamed
and infection can be from various sources, which one of it comes from mouth that has lack
of hygienity. According to Grap and Munro (2004) infection at PICU also can be from
another sources that is from the mouth which does not have adequate treatment or care,
because oral hygiene is part of the integral intensive nursery, but some of the nurses still
assumed oral hygiene isn't a priority. The general purpose of this research is aimed to find
out the correlation of oral hygiene with the infection sign of tempeature change at PICU of
Abdul Wahab Sjahranie the General Hospital samarinda. The method of this research is
correlational descriptive with the cross sectional method. The population of this research is
the patients that take care at PICU of AbdulWahab Sjahranie the General Hospital
Samarinda which consist of 29 respondent, the sample took by total sampling. The
research conducted from October to November 2014. The instruments of this research are
the observation oral assesment sheet and digital thermometer. The analysis for testing the
hypothesis was the Pearson Product Moment statistical. The result for Pearson Product
Moment statistical toward the correlation of oral hygiene with the infection sign of the body
temperature change at PICU of Abdul Wahab Sjahranie the General Hospital samarinda
has significant value (p) = 0,007 which is the value is smaller than the used value α = 0,05
so H0 rejected or there was meaningful relation between the independent variable with the
dependent variable. There is significant correlation of oral hygiene with the infection sign of
tempeature change at PICU of Abdul Wahab Sjahranie the General Hospital samarinda.
The researcher suggests that the oral hygiene step could be increased and the
implementation should according to the the standart operational procedure. In order to
increase the health service in general and specially the nursing service at Abdul Wahab
Sjahreanie the General Hospital Samarinda.

Key words: oral hygiene, infection sign, body temperature change


1
Student of Muhammadiyah Medical College, Samarinda Nursing Study Program, Transfer Program of Group VI
2
Muhammadiyah Medical College Samarinda
3
Abdul Wahab Sjahranie The General Hospital Samarinda

1
PENDAHULUAN dengan penggunaan alat invasif (Mirza,
2006).
Suhu tubuh pada anak-anak Menurut Grap & Munro (2004)
cenderung kurang stabil bila infeksi di PICU juga dapat berasal dari
dibandingkan dengan orang dewasa. sumber lain yaitu dari mulut yang
Suhu tubuh anak dapat meningkat perawatannya tidak adekuat,
secara rutin pada waktu menjelang sore, dikarenakan oral higiene merupakan
pada aktivitas yang berlebihan, bagian integral dari keperawatan
kegirangan, atau bahkan dengan makan intensif, namun sebagian perawat masih
(Schwartz, 2004). Selain infeksi suhu menganggap tindakan oral higiene
tubuh yang meningkat dapat juga timbul bukanlah merupakan suatu prioritas.
karena cedera, pembedahan dan Beberapa penelitian menyoroti
trauma yang serius (Hegner, 2003). hubungan antara masih rendahnya
Suhu tubuh, selain dipengaruhi oleh pemberian oral higiene di PICU dengan
penyakit, suhu eksternal atau meningkatnya akumulasi plak gigi,
lingkungan, dipengaruhi juga oleh kolonisasi bakteri orofaring dan
obat-obatan, latihan, emosi, aktivitas meningkatnya infeksi nosokomial (Mc
menangis, hidrasi, serta radang. Radang Nell, 2000; O’Reilly, 2003).
dan infeksi yang dimaksud bisa berasal Hasil survey di PICU New Zealand
dari berbagai sumber, salah satunya (April, 2010) yang dimuat dalam artikel
berasal dari mulut yang kebersihannya Continuing Nursing Education
kurang baik (Hegner, 2003). menyatakan bahwa dari 47 responden,
Salah satu tujuan perawatan gigi 29 orang (62 %) mengkaji rongga mulut
dan mulut adalah untuk mencegah terlebih dahulu setiap akan melakukan
penyebaran penyakit yang ditularkan oral higiene, 10 orang (21 %) hanya
melalui mulut serta meningkatkan daya mengkaji rongga mulut sekali dalam
tahan tubuh. Selain itu higiene mulut setiap shift kerja, dan 8 orang (17 %)
juga bertujuan mempertahankan status menyatakan tidak pernah mengkaji dan
kesehatan mulut, gigi, gusi dan bibir. melakukan oral higiene.
Higiene mulut yang lengkap memberikan Rumah Sakit Umum Daerah Abdul
rasa sehat dan membantu mengurangi Wahab Sjahranie Samarinda adalah
ketidaknyamanan yang dihasilkan dari rumah sakit milik pemerintah Provinsi
bau dan rasa yang tidak nyaman, Tingkat I Kalimantan Timur yang
mengangkat plak dan tartar di antara gigi mempunyai akreditasi sebagai rumah
untuk mengurangi inflamasi gusi dan sakit kelas A dan merupakan salah satu
infeksi (Potter & Perry, 2005). pusat rujukan rumah sakit yang berada
Berdasarkan data dari RSUPN dr. di Provinsi Kalimantan Timur. Pada saat
Cipto Mangunkusumo masalah ini RSUD A. Wahab Sjahranie memiliki
kesehatan yang paling sering terjadi di fasilitas rawat inap, IGD, poli spesialis,
PICU adalah kasus infeksi. Penelitian laboratorium radiologi, fasilitas
yang berfokus pada bayi atau anak yang perawatan intensif, kamar operasi dan
mengalami peningkatan suhu tubuh, lain-lainnya. Salah satu fasilitas yang
menemukan bahwa kejadian bakteri dimililki RSUD A. Wahab Sjahranie
yang mengakibatkan penyakit sekitar adalah fasilitas pelayanan ruang
10 % pada bayi yang mengalami Pediatric Intensif Care Unit (PICU).
peningkatan suhu tubuh berusia 1-2 Dari data Rekam Medik Ruang
bulan (Jeffrey, 2002). Dalam survei yang PICU RSUD AWS tahun 2014, jumlah
dilakukan pada 110.709 klien PICU, pasien yang dirawat di ruang PICU
tercatat 6.290 kasus infeksi. Ada 3 RSUD A. Wahab Sjahranie di bulan
infeksi utama yang terjadi di PICU yaitu Januari 2014 sebanyak 21 pasien, bulan
64% terkait infeksi, infeksi aliran darah Februari sebanyak 30 pasien, bulan
ke paru (28%), pneumonia (21%), dan Maret sebanyak 36 pasien, dan bulan
infeksi saluran kemih (15%). April sebanyak 29 pasien. Dari total 116
Masing-masing infeksi sangat terkait pasien, yang mengalami peningkatan
suhu tubuh berjumlah 83 orang (72 %).

1
Meskipun semua pasien yang dirawat secara bersama–sama (Notoatmodjo,
sama-sama sudah mendapat antibiotik 2010). Populasi penelitian ini adalah
dari dokter, dan semua juga terpasang seluruh pasien yang dirawat di PICU
alat-alat invasif namun data yang RSUD A. Wahab Sjahranie yang
diperoleh dari studi pendahuluan yaitu memenuhi kriteria inklusi. Pada bulan
pengamatan peneliti pada sepuluh Januari sampai April 2014 jumlah
orang pasien yang mengalami keseluruhan pasien di PICU sebanyak
peningkatan suhu tubuh menyatakan 116 pasien, sehingga jumlah rata-rata
bahwa pelaksanaan higiene mulut pada pasien sebagai populasi adalah 29
pasien di ruangan PICU belum pasien/ bulan.
sepenuhnya optimal baik frekuensi Adapun sampel pada penelitian ini
pelaksanaannya maupun cara adalah keseluruhan subjek yang diteliti
pelaksanaannya yang belum sesuai atau dianggap mewakili seluruh populasi
dengan standar prosedur yang ada. Hal dengan kriteria sebagai berikut:
ini terjadi dapat disebabkan banyak hal, Kriteria inklusi yaitu kriteria dimana
diantaranya karena ketidaktahuan dan subyek penelitian dapat mewakili
karena tingkat kesibukan yang cukup populasi dalam penelitian yang
tinggi sehingga higiene mulut memenuhi syarat. Kriteria inklusi
terabaikan. adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu
Berdasarkan uraian dan fakta di dipenuhi oleh setiap anggota populasi
atas, dan pengamatan sampai saat ini, yang dapat diambil sebagai sampel
maka penulis tertarik untuk meneliti (Notoatmodjo, 2010).
tentang hubungan antara oral higiene a. Adapun kriteria inklusi dalam
dengan tanda infeksi perubahan suhu penelitian ini adalah :
tubuh di Ruang PICU RSUD Abdul 1) Berusia 1 bulan sampai 144
Wahab Sjahranie Samarinda sebagai bulan.
judul penelitian ini. 2) Dirawat di PICU RSUD A.
Wahab Sjahranie
TUJUAN PENELITIAN
Samarinda.
Tujuan penelitian adalah untuk 3) Menggunakan terapi oksigen.
mengidentifikasi : 4) Telah dirawat minimal 24 jam.
a. Karakteristik responden di ruang 5) Telah terpasang alat invasif
PICU. lebih dari tiga hari.
b. Oral higiene pada pasien di ruang 6) Terdapat keseimbangan
PICU. antara input dan output cairan.
c. Tanda infeksi berupa perubahan 7) Orang tua atau wali dapat
suhu tubuh pasien di ruang PICU. diajak bekerjasama dan
d. Menganalisis hubungan antara oral menyetujui anaknya
higiene dengan tanda infeksi menjadi responden
perubahan suhu tubuh di ruang penelitian.
PICU.
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini
:
METODE PENELITIAN
1) Pasien dalam keadaan gawat
darurat.
Jenis penelitian yang digunakan
2) Pasien yang pindah ruangan
adalah deskriptif korelasional yaitu
pada saat penelitian sedang
penelitian yang diarahkan mencari
berlangsung.
hubungan antara variabel independen
3) Pasien atau orang tua pasien
yaitu oral higiene dengan variabel
menolak menjadi responden.
dependen yaitu suhu tubuh. Pendekatan
4) Pasien dengan gangguan
yang digunakan menggunakan
sistem saraf pusat.
pendekatan cross sectional yaitu di
mana peneliti melakukan pengumpulan
data baik dari variabel independen Pengambilan sampel pada
maupun variabel dependen dilakukan penelitian ini dilakukan dengan

1
menggunakan metode nonprobability celsius dan hasil pengukuran pun tetap
sampling dengan teknik sampling yang diambil secara numerik tidak
digunakan total sampling yaitu suatu dikategorikan ke dalam klasifikasi
teknik penentuan sampel bilamana pembagian suhu tubuh.
semua anggota populasi digunakan
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
sebagai sampel (Sugiyono, 2010)
sehingga jumlah sampel penelitian yang Menurut beberapa penelitian,
diteliti sama dengan jumlah populasinya instrumen OAG valid dan sesuai untuk
yaitu 29 orang. mengukur tingkat keadaan rongga mulut
pada pasien. Penelitian-penelitian
INSTRUMEN PENELITIAN
tersebut dilakukan oleh CCNS (2008),
Instrumen yang digunakan untuk PONF (2006), Gibson, et al. (2006),
variabel independen yaitu untuk Eilers, Berger dan Peterson (1988),
mengukur pengkajian oral higiene dalam Chen, Wang dan Chang (2004).
penelitian ini berupa lembar observasi Beberapa penelitian sudah
Oral Assessment Guide (OAG), yang menunjukkan bahwa instrumen OAG
dirancang oleh Eilers, dkk (1988). memenuhi syarat secara content validity.
Instrumen OAG merupakan alat Instrumen OAG merupakan
pengkajian oral higiene yang dirancang instrumen yang telah digunakan oleh
untuk digunakan oleh perawat dan beberapa peneliti untuk mengkaji
direkomendasikan oleh berbagai ahli. keadaan atau kondisi kesehatan mulut,
Instrumen ini direkomendasikan untuk baik pada pasien dewasa maupun pada
digunakan dalam mengkaji keadaan pasien anak. Instrumen ini
rongga mulut oleh Pediatric Oncology direkomendasikan oleh berbagai institusi
Nurses Forum (PONF) (2006) dan untuk digunakan dalam penelitian
Cancer Care Nova Scotia (2008). PONF ataupun dalam praktek.
(2006) dan Cancer Care Nova Scotia Sedangkan untuk alat ukur suhu
(2008) mengatakan bahwa instrumen tubuh menggunakan termometer digital
OAG merupakan instrumen yang sesuai yang dikalibrasi dengan cara melakukan
untuk digunakan pada anak dan uji perbandingan dengan jenis
instrumen lain lebih cocok digunakan termometer lain, semisal termometer
pada orang dewasa. Oral Assessment raksa dan termometer digital merk
Guide (OAG) terdiri dari delapan berbeda dari yang digunakan peneliti.
parameter pengkajian, yaitu pengkajian Apabila hasil pengukuran dari ketiga alat
objektif melihat status membran sama, maka instrumen tersebut
mukosa, kondisi bibir, lidah, gingiva dan dianggap reliabel.
gigi, pengkajian fungsional dan subjektif
mengkaji suara, fungsi kelenjar saliva HASIL dan PEMBAHASAN
dan kemampuan menelan. Pengkajian
tersebut dideskripsikan dalam skala Pengambilan data observasi
numerik 1 - 3 untuk setiap parameter. dengan menggunakan teknik metode
Nilai satu ( 1 ) jika normal, nilai dua ( 2 ) total sampling diperoleh data sebanyak
jika terdapat perubahan sedang dan nilai 29 responden di ruang PICU RSUD A.
tiga ( 3 ) jika terdapat perubahan berat. Wahab Sjahranie Samarinda yang
Cara pengkajian OAG ini dilakukan dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu sejak
dengan metode observasi, pemeriksaan bulan Oktober sampai November 2014.
visual, palpasi, dan auditory. Penilaian Pengolahan data dilakukan setelah
skor keseluruhan dilakukan dengan cara data primer yang didapat melalui hasil
menjumlahkan nilai dari masing-masing observasi terhadap 29 responden
parameter pengkajian. Nilai terendah terkumpul. Hasil penelitian disajikan
adalah 8 dan nilai tertinggi adalah 24. dalam analisis univariat dan analisis
Sedangkan untuk mengukur bivariat.
variabel dependen yaitu suhu tubuh,
peneliti menggunakan alat berupa
termometer digital dalam satuan derajat

1
1. Analisis Univariat sebanyak 10 responden (34,5%).
Analisis univariat meliputi Sedangkan yang berusia antara 21 - 40
karakteristik responden / variabel bulan sebanyak 8 responden (27,6 %),
perancu (umur, lama dirawat, dan usia 41 - 60 bulan sebanyak 4
status gizi), variabel independen responden (13,8 %) dan yang berusia di
(oral higiene), variabel dependen atas 60 bulan sebanyak 7 responden
(suhu tubuh) yang akan diuraikan di (24,1%), dilihat bahwa frekuensi lama
bawah ini rawat terbanyak yaitu berkisar antara 4 -
6 hari rawat dengan responden
sebanyak 13 orang (44,8%), diikuti
Tabel 4.1 Karakteristik responden di Ruang dengan lama rawat 7 - 9 hari sebanyak 9
PICU RSUD Samarinda Tahun 2014 responden (31,0 %), lalu untuk yang
kurang dari 4 hari rawat sebanyak 5
Univariat Variabel Frekuensi %
responden (17,2 %) dan untuk hari rawat
< 20 bulan 10 34,5
lebih dari 9 hari sebanyak 2 responden
(6,9%). Selain itu terdapat 18 responden
21 - 40 bulan 8 27,6 yang masuk dalam kategori gizi kurang
(62,1 %) dengan BMI < 18,5. Terdapat 6
41 - 60 bulan 4 13,8
Umur responden dengan status gizi normal
> 60 bulan 7 24,1 (20,7 %) dengan BMI antara 18,5 - 22,9.
Selanjutnya untuk kategori overweight
dan obesitas masing - masing terdapat 1
Total 29 100 responden (3,45 %) dengan BMI 23, 0 -
26,9 untuk kategori overweight dan BMI
< 4 hari 5 17,2 27,0 - 29,9 untuk kategori obesitas.
Sedangkan yang masuk dalam kategori
4 - 6 hari 13 44,8
sangat obesitas dengan BMI lebih dari
Lama 7 - 9 hari 9 31,0 30 terdapat 2 responden (6,9 %).
Dirawat
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Oral Assessment
> 9 hari 2 6,9 Guide dan suhu tubuh pada Responden Di Ruang
PICU RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda Tahun
2014
Total 29 100
CI 95 %

Variabel N Mean SD Min Maks

Lower-Upper
Gizi kurang (< 18 62,1
18,5)

Normal (18,5 - 6 20,7 OAG 29 12,86 3,642 8 20 11,84 - 14,25


22,9)

Status Overweight
1 3,45
Gizi (23,0 - 26,9) Suhu
29 0,5191 36,80C 36,00C 37,60C 36,60C-370C
tubuh
Obesitas (27,0 - 1 3,45
29,9)

Sangat 3 10,3 Sumber : Data Primer


obesitas ( > 30)
Berdasarkan tabel di atas, diketahui
Total 29 100 dari 29 responden yang diobservasi
dengan menggunakan lembar OAG
Sumber: Data Primer yang memiliki rentang nilai mulai 8 - 24,
hasil nilai rata-rata OAG pada responden
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh adalah sebesar 12,86 dengan nilai
gambaran bahwa dari 29 responden minimum 8 dan maksimum 20, dengan
yang terlibat dalam penelitian ini yang standar deviasi 3,642. Selain itu dapat
terbanyak adalah responden yang diketahui juga dari 29 responden yang
berusia kurang dari 20 bulan, yaitu ada memiliki nilai rata-rata suhu tubuh
1
0 0
36,8 C dengan nilai minimum 36,0 C hasil penelitian yang telah diuraikan,
0
dan maksimum 37,6 C serta standar menjelaskan keterbatasan penelitian
deviasi sebesar 0,5191. dan implikasi penelitian untuk
keperawatan. Berikut adalah
2. Analisa Bivariat pembahasan dari masing-masing
Hasil analisis bivariat dilakukan analisa univariat dan bivariat yang
untuk mengetahui hubungan oral higiene diperoleh dari hasil data diatas.
dengan tanda infeksi perubahan suhu
tubuh di Ruang PICU RSUD Abdul 1. Univariat
Wahab Sjahranie Samarinda, yaitu a. Umur
antara variabel independen oral higiene Hasil penelitian menunjukkan
dengan variabel dependen suhu tubuh. bahwa dari 29 responden yang terlibat
Sebelum dilakukan uji bivariat, telah dalam penelitian ini sebagian besar
dilakukan uji normalitas data berusia kurang dari 20 bulan yaitu
menggunakan metode uji normalitas sebanyak 10 responden (34,5%),
baik secara deskriptif maupun analitik Sedangkan yang berusia antara 21 - 40
dengan Shapiro Wilk dan didapatkan bulan sebanyak 8 responden (27,6 %),
hasil data berdistribusi normal. usia 41 - 60 bulan sebanyak 4
Hubungan masing-masing variabel responden (13,8 %) dan yang berusia di
tersebut didapatkan berdasarkan atas 60 bulan sebanyak 7 responden
analisa dengan menggunakan uji (24,1%)
statistik Pearson Product Moment Menurut Kozier (2009) suhu tubuh
dengan tingkat kemaknaan 95 % atau α dapat dipengaruhi antara lain oleh usia.
= 0,05. Jika nilai p value ≤ 0,05 maka Usia sangat mempengaruhi
dinyatakan bahwa kedua variabel metabolisme tubuh akibat mekanisme
tersebut yaitu variabel independen dan hormonal sehingga memberi efek tidak
variabel dependen memiliki hubungan. langsung terhadap suhu tubuh. Pada
Sedangkan jika nilai p value ˃ 0,05 neonatus dan bayi, terdapat mekanisme
berarti tidak terdapat hubungan antara pembentukan panas melalui
variabel independen dan variabel pemecahan (metabolisme) lemak coklat
dependen. Hubungan antara sehingga terjadi proses termogenesis
variabel tersebut adalah sebagai tanpa menggigil (non-shivering
berikut : thermogenesis). Secara umum, proses
ini mampu meningkatkan metabolisme
Tabel 4.3 Hubungan Antara Oral hingga lebih dari 100%. Pembentukan
Higiene Dengan Tanda Infeksi
Perubahan Suhu Tubuh Di Ruang PICU
panas melalui mekanisme ini dapat
RSUD A. Wahab Sjahranie terjadi karena pada neonatus banyak
Samarinda Tahun 2014 terdapat lemak coklat. Mekanisme ini
Sumber : Data Primer
Variab
N r P value
el
Berdasarkan tabel diatas terlihat
bahwa p value sebesar 0,007. Nilai OAG 29
tersebut lebih kecil dari nilai derajat 0,492 0,007
kemaknaan (α) sebesar 0,05 sehingga Suhu
tubuh
29
H0 ditolak. Dari hasil analisis diperoleh
pula nilai koefisien korelasi (r) adalah sangat penting untuk mencegah
0,492. Sehingga dari hasil uji statistik hipotermi pada bayi. Suhu tubuh bayi
ini dapat disimpulkan bahwa ada baru lahir berkisar antara 35,5 C -
0
hubungan bermakna antara oral higiene 0
37,5 C.
dengan tanda infeksi perubahan suhu Menurut asumsi peneliti, dengan
tubuh dan hubungan tersebut bersifat banyaknya responden yang berusia
sedang serta berpola positif. kurang dari 20 bulan memungkinkan
Pembahasan ini menjelaskan para neonatus dan bayi ini memiliki suhu
tentang hasil penelitian serta tubuh yang memang sudah berkisar
membandingkan dengan teori antara
0 0
35,5 C-37,5 C, sehingga
ataupenelitian terkait, mendiskusikan
1
perubahan suhu tubuh pada pasien bayi bisa didapat sebagai dampak dari
belum tentu disebabkan oleh kurangnya pemasangan alat invasif. Sehingga lama
oral higiene. Oleh sebab itu faktor umur dirawat bukanlah penyebab utama dari
hanya sebagai variabel perancu dalam perubahan suhu tubuh akibat tidak
penelitian ini. maksimalnya tindakan oral higiene.
Peneliti memberikan saran dengan Saran dari peneliti untuk ruangan,
banyaknya pasien yang berusia kurang guna menghindari peningkatan suhu
dari 20 bulan, perawat harus tubuh akibat infeksi dari pemasangan
memperhatikan kebersihan mulut alat invasif hendaknya dilakukan
dengan seksama karena mereka dressing setiap hari dan alat invasif
memiliki resiko lebih besar terjadi oral tersebut diganti setiap 3 hari sekali.
thrush akibat sisa - sisa setelah minum Selain itu untuk mengurangi lamanya
susu. hari rawat di PICU, pasien yang sudah
melewati masa kritis dan membaik
b. Lama dirawat hendaknya segera dikoordinasikan
Dari hasil penelitian diperoleh dengan dokter penanggung jawab untuk
bahwa dari 29 responden yang terlibat segera dialihrawatkan ke ruang
dalam penelitian ini memiliki frekuensi perawatan biasa.
lama rawat terbanyak yaitu berkisar
antara 4- 6 hari rawat dengan responden c. Status gizi
sebanyak 13 orang (44,8%), diikuti Hasil penelitian menunjukkan
dengan lama rawat 7-9 hari sebanyak 9 bahwa dari 29 responden terdapat 18
responden (31,0 %), lalu untuk yang responden yang masuk dalam kategori
kurang dari 4 hari rawat sebanyak 5 gizi kurang (62,1 %) dengan BMI <
responden (17,2 %) dan untuk hari rawat 18,5.Diikuti dengan 6 responden dengan
lebih dari 9 hari sebanyak 2 responden status gizi normal (20,7 %) dengan BMI
(6,9 %). antara 18,5 - 22,9. Selanjutnya untuk
Menurut Johnson (2009), lama kategori overweight dan obesitas masing
dirawat menunjukkan berapa hari - masing terdapat 1 responden (3,45 %)
lamanya seorang pasien dirawat inap dengan BMI 23, 0 - 26,9 untuk kategori
pada satu episode perawatan. Makin overweight dan BMI 27,0 - 29,9 untuk
lama hari perawatan semakin besar kategori obesitas. Sedangkan yang
kemungkinan seorang pasien masuk dalam kategori sangat obesitas
mendapatkan resiko infeksi nosokomial, dengan BMI lebih dari 30 terdapat 2
diantaranya dapat diperoleh dari responden (6,9 %).
alat-alat invasif yang terpasang pada Menurut Kozier (2009), status gizi
pasien. Penelitian yang berfokus pada seseorang dapat mempengaruhi suhu
bayi atau anak yang mengalami tubuh. Malnutrisi yang cukup lama
peningkatan suhu tubuh, menemukan dapat menurunkan kecepatan
bahwa kejadian bakteri yang metabolisme 20–30%. Hal ini terjadi
mengakibatkan penyakit sekitar 10 % karena di dalam sel tidak ada zat
pada bayi yang mengalami peningkatan makanan yang dibutuhkan untuk
suhu tubuh berusia 1-2 bulan (Jeffrey, mengadakan metabolisme. Dengan
2002). Ada 3 infeksi utama yang terjadi demikian, orang yang mengalami
di PICU yaitu 64% terkait infeksi, infeksi malnutrisi mudah mengalami penurunan
aliran darah ke paru (28%), pneumonia suhu tubuh (hipotermia). Selain itu,
(21%), dan infeksi saluran kemih (15%). individu dengan lapisan lemak tebal
Masing-masing infeksi sangat terkait cenderung tidak mudah mengalami
dengan penggunaan alat invasif (Mirza, hipotermia karena lemak merupakan
2006). isolator yang cukup baik, dalam arti
Menurut asumsi peneliti, banyaknya lemak menyalurkan panas dengan
responden yang memiliki hari rawat kecepatan sepertiga kecepatan jaringan
antara 4 - 6 hari menunjukkan bahwa yang lain.
kemungkinan pasien untuk mengalami Menurut asumsi peneliti, banyaknya
peningkatan suhu tubuh akibat infeksi responden yang memiliki BMI kurang

1
2
dari 18,5 kg / m atau masuk dirawat di ruang PICU memiliki kondisi
dalam kategori gizi kurang kebersihan mulut yang kurang baik.
menunjukkan bahwa perubahan suhu Di sini peneliti menyarankan agar
tubuh yang terjadi tidak mutlak karena perawat lebih memperhatikan
kebersihan mulut yang kurang pada kebersihan mulut pasien yang dirawat di
pasien tersebut. ruang PICU dengan rutin melakukan oral
Saran dari peneliti agar perawat higiene menurut standar prosedur
ruangan lebih memperhatikan operasional sesuai dengan kategorinya
pemenuhan kebutuhan nutirisi dengan masing-masing yaitu untuk pasien yang
tepat waktu. terpasang ETT atau mengalami
penurunan kesadaran dan untuk pasien
d. Oral higiene yang dapat makan dan minum, agar
Berdasarkan hasil penelitian data pelayanan yang diberikan lebih
yang diperoleh menunjukkan bahwa dari menyeluruh.
29 responden yang diobservasi dengan
menggunakan lembar OAG yang e. Suhu tubuh
memiliki rentang nilai mulai 8 - 24, hasil Berdasar hasil penelitian data yang
nilai rata-rata skor OAG pada responden diperoleh menunjukkan bahwa dari 29
adalah sebesar 12,86 dengan nilai responden yang diukur suhu tubuhnya
minimum 8 dan nilai maksimum 20. memiliki nilai rata-rata suhu tubuh 36,8
0 0
Grap & Munro (2004) menyatakan C dengan niliai minimum 36,0 C dan
0
infeksi di PICU juga dapat berasal dari maksimum 37,6 C
mulut yang perawatannya tidak adekuat Menurut Potter & Perry (2005),
dan sebagian perawat masih suhu tubuh adalah perbedaan antara
menganggap tindakan oral higiene jumlah panas yang dihasilkan tubuh
bukanlah merupakan suatu prioritas. dengan jumlah panas yang hilang ke
Oral Assessment Guide (OAG) lingkungan luar. Suhu tubuh pada bayi
dirancang oleh Eilers, dkk (1988 ) dan dan anak secara normal berfluktuasi
0
merupakan alat pengkajian oral sepanjang hari, 0,5 C dibawah normal
0
higiene yang digunakan oleh perawat pada pagi hari dan 0,5 C diatas normal
dan direkomendasikan oleh berbagai pada malam hari. Suhu normal bayi dan
0 0
ahli. Cara pengkajian OAG dilakukan anak berkisar 36,5 C - 37,5 C.
dengan observasi, pemeriksaan visual, Menurut asumsi peneliti, dilihat
palpasi, dan auditory. Instrumen asli dari nilai rata - rata hasil pengukuran
OAG hanya mencantumkan dalam suhu tubuh yang dimiliki responden
0
bentuk skala numerik 8-24, tetapi sebesar 36,8 C menunjukkanr rata-rata
beberapa institusi dan peneliti kemudian pasien memiliki rentang suhu tubuh yang
mengkategorikan hasil OAG tersebut normal. Kemudian untuk memastikan
dalam bentuk skala kategorik. Dodd, et apakah infeksi sudah terjadi, selain
al. (2000) mengkategorikan hasil OAG indikator berupa perubahan suhu
dalam dua kategori yaitu tidak mukositis tubuh, dapat dipastikan pula dengan
jika skor OAG < 10 dan mukositis jika melihat nilai white blood cell (WBC) atau
skor OAG ≥ 10. Sedangkan The Royal leukosit.
Children’s Hospital Australia (2009) Nilai rata-rata dari suhu tubuh yang
mengkategorikan hasil OAG menjadi didapat dari hasil penelitian
tiga level kategori yaitu level 1 (normal menunjukkan nilai normal. Saran dari
oral hygiene) jika skor OAG 8, level 2 penelitian hendaknya suhu tubuh dari
(ringan-sedang) jika skor OAG 9-16 dan pasien dipertahankan dalam rentang
level 3 (berat/buruk) jika skor OAG normal salah satunya dengan cara
17-24. Menurut asumsi peneliti, nilai menjaga kebersihan mulut dan
atau skor dari pengkajian kondisi melakukan tindakan keperawatan sesuai
kebersihan mulut sebesar 12,86 atau dengan standar prosedur operasional.
hampir 13, dengan nilai minimum 8 dan
nilai maksimum 20 menunjukkan
bahwa rata-rata pasien yang

1
2. Bivariat (Hubungan antara oral perawat tidak boleh mengabaikan
higiene dengan tanda infeksi tindakan ini. Mulut merupakan rongga
perubahan suhu tubuh) yang tidak bersih dan penuh dengan
Hasil uji statistik menggunakan uji bakteri, sehingga harus selalu
Pearson Product Moment dan dapat dibersihkan karena apabila pasien tidak
diambil kesimpulan bahwa ada mendapatkan perawatan mulut yang
hubungan yang signifikan antara oral baik dan kondisi kesehatan mulut buruk
higiene dengan tanda infeksi perubahan tentunya dapat berpengaruh pada
suhu tubuh di ruang PICU RSUD Abdul sistem tubuh yang lain, serta dapat
Wahab Sjahranie Samarinda, karena menyebabkan terjadinya infeksi yang
nilai signifikan (p value) = 0,007 dimana salah satu tanda terjadinya adalah
nilai ini lebih kecil dari nilai yang dipakai peningkatan suhu tubuh. Hal ini sejalan
yaitu α = 0,05 sehingga H0 ditolak atau dengan yang diungkapkan Hegner
ada hubungan yang bermakna antara (2003) bahwa radang atau infeksi dapat
variabel independen dengan variabel berasal dari berbagai sumber, salah
dependen. satunya berasal dari mulut yang
Menurut Hastono (2013), hubungan kebersihannya kurang baik.
dua variabel dapat berpola positif Dalam penelitian ini data yang
maupun negatif. Hubungan positif terjadi diperoleh menunjukkan bahwa masih
bila kenaikan satu variabel diikuti kurang maksimalnya pelaksanaan oral
kenaikan variabel yang lain. higiene di PICU pada beberapa
Dari uji statistik diperoleh nilai responden yang ditemui serta diikuti
korelasi adalah 0,492 sehingga dapat dengan kenaikan suhu tubuh pada
disimpulkan bahwa ada hubungan responden tersebut menunjukkan bahwa
bermakna antara oral higiene dengan peranan oral higiene walaupun bukan
tanda infeksi perubahan suhu tubuh hal yang utama, tetapi tetap berperan
yang bersifat sedang serta berpola dalam perubahan suhu tubuh yang
positif. Dikatakan berpola positif karena merupakan salah satu tanda atau sinyal
dari data yang diperoleh pada penelitian bagi perawat untuk menilai status
ini didapatkan skor hasil pengkajian oral kesehatan pasien secara menyeluruh.
higiene berbanding lurus dengan hasil Hal ini sejalan dengan yang
pengukuran suhu tubuh yaitu semakin diungkapkan oleh Johnstone, dkk (2002)
kecil skor oral higiene maka semakin bahwa oral higiene merupakan bagian
kecil juga hasil pengukuran suhu tubuh. integral dari keperawatan intensif,
Kemudian dari nilai koefisien namun sebagian perawat masih
korelasi (r) tersebut dapat diketahui nilai menganggap tindakan oral higiene
r determinan yaitu nilai yang berfungsi bukanlah merupakan suatu prioritas.
untuk mengetahui seberapa besar Menurut McNell (2000) menyatakan
variabel independen dalam hal ini oral adanya hubungan antara masih
higiene, berpengaruh atau berkontribusi rendahnya pemberian oral higiene di
atas variabel dependen yaitu suhu PICU dengan meningkatnya akumulasi
tubuh. Cara mengukur nilai r determinan plak gigi, kolonisasi bakteri orofaring dan
adalah dengan mengkuadratkan nilai meningkatnya infeksi nosokomial. Ini
2 2
korelasi (r), yaitu r = 0,492 dan sejalan dengan Grap & Munro (2004)
2
diperoleh hasil r atau r determinan yang menyatakan bahwa infeksi di PICU
sebesar 0,242 yang kemudian dikalikan juga dapat berasal dari mulut yang
100%, diperoleh nilai sebesar 24,2 %. perawatannya tidak adekuat.
Sehingga dapat dikatakan bahwa oral Selain itu telah dilakukan juga
higiene berpengaruh sebesar 24,2 % penelitian pada sejumlah perawat di
terhadap perubahan suhu tubuh. PICU New Zealand (April, 2010) seperti
Peneliti berasumsi oral higiene yang dimuat dalam artikel Continuing
walaupun hanya bagian kecil tetapi Nursing Education dan diperoleh hasil
merupakan bagian yang penting dari yang menyatakan bahwa dari 47
keseluruhan proses perawatan yang responden, 29 orang (62 %) mengkaji
dilakukan di ruang intensif sehingga rongga mulut terlebih dahulu setiap akan

1
melakukan oral higiene, 10 orang (21%) KESIMPULAN
hanya mengkaji rongga mulut sekali
dalam setiap shift kerja, dan 8 orang (17 1. Dari 29 responden yang diteliti
%) menyatakan tidak pernah mengkaji diperoleh hasil karakteristik responden
dan melakukan oral higiene. Hal ini dalam penelitian ini adalah :
semakin menunjukkan bahwa masih ada a. Mayoritas responden dalam
sebagian perawat yang menganggap penelitian ini berumur kurang dari
tindakan oral higiene bukanlah sesuatu 20 bulan, yaitu sebanyak 10
yang penting bagi kesehatan pasien dan responden (34,5%). Sehingga
masih belum menyadari akan dampak dapat dikatakan yang terbanyak
buruk yang bisa ditimbulkan dari termasuk dalam kategori bayi dan
keadaan oral higiene yang tidak adekuat balita.
terutama bagi pasien-pasien yang b. Frekuensi lama rawat terbanyak
dirawat di ruang PICU karena resiko yaitu berkisar antara 4- 6 hari
terjadi infeksi di PICU sangat besar. rawat dengan responden sebanyak
Hal ini didukung oleh penelitian yang 13 orang (44,8%).
berfokus pada bayi atau anak yang c. Status gizi yang diperoleh yaitu
mengalami peningkatan suhu tubuh, 18 responden yang masuk
menemukan bahwa kejadian bakteri dalam kategori gizi kurang
yang mengakibatkan penyakit sekitar 10 (62,1 %) dengan BMI < 18,5.
% pada pasien yang mengalami
peningkatan suhu tubuh yang berusia 2. Oral higiene pada pasien di
1-2 bulan (Jeffrey, 2002). ruang PICU
Saran dari peneliti adalah Keadaan oral higiene di PICU yaitu
pengkajian kesehatan mulut harus selalu pada 29 orang responden yang didapat
dilaksanakan dengan menilai kondisi dari hasil penelitian berupa observasi
mulut menggunakan lembar OAG, menunjukkan bahwa kondisi kesehatan
kemudian tindakan keperawatan oral mulut pasien di PICU memiliki nilai
higiene harus dilaksanakan dengan rutin rata-rata skor OAG yaitu sebesar 12,86
sesuai dengan standar prosedur atau hampir 13 dengan nilai
operasional yang sesuai dengan minimum 8 dan nilai maksimum 20.
keadaan pasien yaitu untuk yang
mengalami penurunan kesadaran atau 3. Suhu tubuh pasien di ruang PICU
terintubasi dan untuk pasien yang dapat Dari 29 responden yang ada
makan minum. Serta pelaksanaan memiliki nilai rata-rata suhu tubuh
0
rutinitas oral higiene ini harus mendapat sebesar 36,8 C dengan nilai minimum
0 0
pengawasan dari ketua tim atau kepala 36,0 C dan maksimum 37,6 C.
ruangan.
4. Analisis hubungan antara oral
KESIMPULAN dan SARAN higiene dengan tanda infeksi perubahan
suhu tubuh di ruang PICU
Berdasarkan hasil penelitian Ada hubungan yang signifikan
kepada 29 orang responden dapat antara oral higiene dengan tanda
diambil beberapa kesimpulan dan saran infeksi perubahan suhu tubuh di
yang berkaitan dengan penelitian ruang PICU RSUD A. Wahab Sjahranie
tentang hubungan antara oral higiene Samarinda, karena nilai signifikan (p
dengan tanda infeksi perubahan suhu value = 0,007 lebih kecil dari α = 0,05)
tubuh di Ruang PICU RSUD A. Wahab sehingga H0 ditolak atau ada hubungan
Sjahranie Samarinda. yang bermakna antara variabel
independen dengan variabel
dependendan dan diperoleh juga nilai
koefisien korelasi (r) adalah 0,492 yang
menunjukkan hubungan bersifat sedang
serta berpola positif.

1
SARAN pentingnya menjalankan standar
prosedur operasional oral higiene
Berdasarkan uraian kesimpulan di
kepada peserta didik atau mahasiswa.
atas dapat diajukan beberapa saran
Serta sebagai bahan masukan dalam
untuk lebih memperhatikan tindakan oral
kegiatan proses belajar pada program
higiene untuk meningkatkan pelayanan
penelitian yang berkaitan dengan oral
kesehatan pada umumnya dan
higiene dan perubahan suhu tubuh.
pelayanan keperawatan pada
khususnya di RSUD Abdul Wahab
3. Keluarga
Sjahranie Samarinda. Saran ini
Dengan adanya hasil penelitian ini
ditujukan bagi :
sekiranya keluarga dapat menerapkan
1. Pelayanan
pengetahuan yang telah diperoleh serta
a. Bagi perawat ruang PICU agar
tetap dapat melakukan perawatan mulut
dapat meningkatkan rasa tanggung
dengan baik dan benar kepada anaknya
jawab, motivasi dan caring kepada
selepas dirawat di ruang PICU ataupun
pasien serta lebih meningkatkan
setelah pulang ke rumah.
pelaksanaan asuhan keperawatan oral
higiene. Pelaksana oral higiene
4. Peneliti selanjutnya
dilakukan secara rutin sesuai jadwal
Hasil penelitian ini sekiranya dapat
yang telah ditentukan. Mematuhi
dijadikan bahan masukan dan
peraturan mengenai standar prosedur
pembanding untuk melakukan penelitian
operasional (SPO) oral higiene dan
selanjutnya. Dan apabila kelak ada
menggunakan SPO yang sesuai dengan
penelitian yang berkaitan dengan tema
kondisi pasien, yaitu SPO untuk pasien
yang digunakan peneliti saat ini
yang mengalami penurunan kesadaran
sebaiknya untuk penelitian seperti ini
dan pasien yang terintubasi dan SPO
dapat menggunakan rancangan
untuk pasien yang dapat makan dan
penelitian kohort prospektif dengan
minum, pengawasan dari karu atau
pendekatan waktu secara longitudinal
katim yaitu menegur rekan sejawat yang
atau time period approach, dimana
tidak sesuai SPO pada saat bekerja di
penelitian dilakukan dengan
ruang PICU, membaca jurnal-jurnal
mengobservasi variabel independen
tentang standar prosedur oral higiene.
terlebih dahulu kemudian subjek diikuti
sampai waktu tertentu untuk melihat
b. Rumah Sakit
terjadinya pengaruh pada variabel
Dengan adanya hasil penelitian ini
dependen. Dan untuk mengetahui
kiranya rumah sakit dapat membuat
tanda nfeksi yang lebih pasti hendaknya
standar prodesur operasional (SPO) oral
dilakukan kerjasama dengan pihak
higiene yang sesuai dengan kondisi
laboratorium untuk melihat nilai
pasien bayi dan anak yang dirawat di
leukosit.
ruang intensif. Serta menyediakan
instrumen pengkajian yang lengkap
DAFTAR PUSTAKA
berupa lembar observasi OAG yang
sesuai untuk pasien bayi dan anak yang Azwar, A., & Prihantono, J. (2003).
dapat diterapkan pada unit pelayanan Metode penelitian kedokteran dan
intensif anak agar dapat meningkatkan Kesehatan Masyarakat. Batam:
mutu pelayanan, kepuasan pasien atau Binarupa Aksara.
konsumen.
Cancer Care Nova Scotia. (2008).
2. Pendidikan keperawatan Best practice guidelines for the
Standar prosedur operasional oral management of oral complications from
higiene untuk bayi dan anak yang di cancer therapy. California: Nova Scotia
rawat di ruang PICU yang terdapat Government. Diperoleh melalui
dalam hasil penelitian ini agar dapat www.cancercare.ns.ca tanggal 10 Juni
digunakan sebagai sumber informasi 2014.
untuk institusi pendidikan dalam
mengajarkan atau menjelaskan tentang Chen, C.F., Wang, R.H., Cheng,
1
S.N., & Chang, Y.C. (2004). Assessment Gibson, F., et al. (2006).
of chemotherapy-induced oral Establishing content validity of oral
complication in children with cancer. assessment guide in children and young
Journal of Pediatic Oncology Nursing, people. European Journal of Cancer,
21(1), 23-39. Diperoleh melalui 42(12), 1817-1825. Diperoleh melalui
http://jpo.sagepub.com tanggal 11 Juni www.sciencedirect.com pada tanggal 28
2014. Mei 2014.

Cheng, K.K.F., Chang, A.M., & Grap, M.J., Munro, C.L., Elswick,
Yuen, M.P. (2004). Prevention of oral R.K., Sessler, C.N., & Ward, K.R. (2004).
mucositis in paediatric patients treated Duration of action of a single, early oral
with chemotherapy: A randomized application of chlorhexidine on oral
crossover trial comparing two protocols microbial flora in mechanically
of oral care. European Journal of ventilated patients: A pilot study.
Cancer, 40(8), 1208-1216. Diperoleh Heart and Lung, 33(2), 83-91. Diperoleh
melalui www.ejcancer.com pada tanggal melalui www.ncbi.nlm.nih.gov pada
11 Juni 2014. tanggal 1 Juni 2014.

Dahlan, M. S. (2011). Statistik untuk Hastono, S.P. (2007). Analisis data


kedokteran dan kesehatan : Deskriptif, kesehatan. Jakarta: Fakultas Kesehatan
bivariat, dan multivariat. Ed.5. Jakarta : Masyarakat, Universitas Indonesia.
Salemba Medika.
Hastono, S. (2010). Statistik
Dharma, K. (2011). Metodologi kesehatan, Edisi 5. Jakarta: Rajawali
penelitian keperawatan : Panduan Pers.
melaksanakan dan menerapkan hasil
penelitian. Jakarta : Trans Indo Medika. ___________. (2013). Statistik
kesehatan. Jakarta : Rajawali Pers.
Dodd, M.J., Miaskowski, C., &
Shiba G.H. (2000). Risk factors for Hayes, J., & Jones, C. (1995). A
chemotherapy induced oral mucositis: collaborative approach to oral care
Dental appliances, oral-hygiene, during critical illness. Dental Health,
previous oral lesion and history of 34(3), 6-10. Diperoleh melalui
smoking. Cancer Invest, 17(4), 278-284. http://www.perspectivesinnursing.org
Diperoleh melalui www.elsevier.com pada tanggal 11 Mei 2014.
tanggal 11 Mei 2014.
Hegner, Barbara R. (2003). Asisten
Eilers, J., Berger, A.M., & Petersen, keperawatan: Suatu pendekatan proses
M.C. (1988). Development, testing and keperawatan. Jakarta : EGC.
application of oral assessment guide.
Oncology Nursing Forum, 15, 325-330. Hidayat, A.A. (2009). Metode
penelitian keperawatan dan teknik
Fajriyah, N. (2012). Efektifitas analisa data. Jakarta: Salemba Medika.
Tindakan Oral Hygiene Antara Povidone
Iodine 1% dan Air Rebusan Daun Sirih di Hockenberry, J., & Wilson, D.
Pekalongan. Diperoleh dari (2009). Essential of pediatric nursing.
http://www.journal.stikesmuh-pkj.ac.id St.Louis: Mosby Elsevier.
tanggal 10 Mei 2014.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2012).
Frankel, S., (1993). Antioxidant Buku ajar infeksi & pediatri tropis.
capacity and correlate charachteristic 14 Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
unifloral honey. Journal Apicultural
Research, 37(1), 27-31. Diperoleh Jaroneski, L.A. (2006). The
melalui www.ibra.org.uk pada tanggal 25 importance of assessment rating scale
Mei 2014. for chemotherapyinduced mucositis.
Oncology Nursing Forum, 33(6),

1
1085-1093. Diperoleh melalui anak sakit. Jakarta : EGC.
www.ncbi.nlm.nih.gov pada tanggal 1
Juni 2014.
NHS Foundation Trust. (2007).
Jeffrey, R., & Baker, M.D. (2002). Evidence based mouthcare policy.
Management of fever in infant and London: Doncaster and Bassetlaw
children. American Academy of Hospital Release. Diperoleh melalui
Pediatrics, 7 : 59-65. www.dhb.nhs.uk tanggal 1 Juni 2014.
http://www.proquest.umi.com diperoleh
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
tanggal 10 Mei 2014.
penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
Johnstone, et.al. (2010). Oral Cipta.
Hygiene Care in the Pediatric Intensive
Nursalam. (2013). Metodologi
Care Unit : Practice Recommendations.
penelitian ilmu keperawatan. (Ed.13).
Diperoleh melalui http://www.
Jakarta: Salemba Medika.
perspectives innursing.org pada tanggal
11 Mei 2014. O’Reilly, M. (2003). Oral care of the
critically ill: A review of the literature and
Kozier, Erb., Berman, & Snyder,
guidelines for practice. Australian Critical
(2009). Buku ajar fundamental
Care, 16(3), 101-109. Diperoleh melalui
keperawatan konsep, proses, & praktik.
http://pediatricnursing.net pada tanggal
(Ed. 5). Jakarta: EGC.
5 Juni 2014.
Kusyati, E. (2006). Keterampilan
Polit, D.F., & Beck, C.T. (2008).
dan prosedur laboratorium keperawatan
Nursing research: Generating and
dasar. Jakarta. EGC.
assessing evidence for nursing practice.
McNeill, H.E. (2000). Biting back at (8th edition). Philadelphia: Lippincott
poor oral hygiene. Intensive and Critical Williams & Wilkins.
Care Nursing, 16(6), 367-372. Diperoleh
PONEK. (2008). Paket pelatihan
melalui
pelayanan obstetrik dan neonatal
www.intensivecricitalnursing.com pada
emergensi komprehensif (PONEK)
tanggal 9 Juni 2014.
asuhan neonatal esensial.
Mirza, A,; Chief Editor: Russell W
PONF. (2006). Mouth care for
Steele, (2006). Hospital-Acquied
children and young people with cancer:
Infections
evidence based guidelines. Mouth Care
Medscapehttp://emedicine.medscape.co
Guidelines Report, Version 1, Feb 2006.
m/article/967022-overview#a0104
Diperoleh dari www.ukccsg.uk tanggal 2
diperoleh pada tanggal 8 Juni 2014.
Juli 2014.
Munro, C.L., & Grap, M.J. (2004).
Potter, P.A. (2005). Buku ajar
Oral health and care in the intensive care
fundamental keperawatan. Vol. 2 (Ed. 4).
unit: state of the science. American
Jakarta: EGC.
Journal of Critical Care, 13(1), 25-34.
Diperoleh melalui Potting, C. (2008). Oral mucositis: A
http://ajcc.aacnjournals.org tanggal 1 nurse’s perspective. University of
Juni 2014. Nijmegen The Netherland: Disertasi.
Diperoleh melalui www.nijmegen.ac.nt
New Zealand Dental Association
tanggal 10 Juni 2014.
(2006). How to look after your child’s
teeth.. Rekam Medik Ruang PICU
http://www.nzda.org.nz/public/kids. RSUD A. Wahab Sjahranie. (2014).
Diperoleh tanggal 9 Juni 2014. Laporan bulanan pasien. Samarinda.
Tidak untuk dipublikasikan.
Ngastiyah. (1997). Perawatan

1
Rekam Medik RSUPN Dr. Lymphoblastic Leukemia (ALL) yang
Cipto Mangunkusumo. (2010). Laporan Menjalani Kemoterapi Fase Induksi di
rekapitulasi tahunan ruang rawat anak. Bangsal Kartika 2 INSKA RSUP DR.
Bagian IKA RSUPN Dr. Cipto Sardjito Yogyakarta diperoleh di
Mangunkusumo. Jakarta. Tidak http://digilib.fk.umy.ac.id tanggal 10 Mei
dipublikasikan. 2014.

Riduwan. (2009). Metode & teknik The Children’s Hospital of


menyusun proposal penelitian. Philadelphia. (2010). Pediatric Intensive
Bandung. Alfabeta. Care Unit ; definition. Diperoleh melalui
http://www.chop.edu tanggal 7 Mei 2014.
Sastroasmoro, S., & Ismael, S.
(2010). Dasar-dasar metodologi The Royal Children’s Hospital.
penelitian klinis. Jakarta: Sagung Seto. (2009). Mouth care-oral hygiene for
haematology oncology children.
Schwartz, M. W. (2004). Pedoman Diperoleh melalui www.clinicalguide
klinis pediatri. Jakarta : EGC. lines.au tanggal 12 Juni 2014.
Setiadi. (2007). Konsep dan Walsh, A., Edwards, H.E.,
penulisan: Riset keperawatan, Edisi 1. Courtney, M. D., Wilson, J.E., Moaghan,
Graha Ilmu: Jogyakarta. S. J. (2005).Fever management:
pediatric nurses’ knowledge, attitudes
Simon, H. B. S. (2006). and influencing factors. Journal of
Hyperthermia fever and fever of Advanced Nursing, 49(5), 453-464.
undetemined origin. Infectious Desease, Diperoleh melalui www.researchgate.net
ACP Medicine. Xxvi, 1-13. pada tanggal 10 Juli 2014.
Sugiyono. (2010). Metode Wuensch, K.L. (2007). Inter-rater
penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. agreement. East Carolina: East Carolina
Bandung. Alfabeta. University. Diperoleh melalui
www.eastcarolina university.ac.us
Syahruramdhani. (2007). tanggal 5 Juli 2014.
Komparasi Efektivitas Oral Hygiene
dengan NaCl 0,9 % dan NaCl % + Yunanto, A. (2010). Buku ajar
Betadine 0,1 % terhadap Kejadian neonatologi.Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Stomatis pada Pasien Acute Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai