SKRIPSI
IRMA LISDA
11C10104034
1
2
IRMA LISDA
11C10104034
SKRIPSI
PERNYATAAN
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dan tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
IRMA LISDA
4
ABSTRAK
IRMA LISDA. 2015. Hubungan Kualitas Interaksi Dan Isolasi Sosial Keluarga
Dengan Ketidakpatuhan Penderita Tuberkulosis Paru Dalam Berobat Di
Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat tahun 2015. Dibawah
bimbingan Sufyan Anwar, SKM, MARS dan Nasri Risma, SKM, M.Kes.
ABSTRACK
LEMBARAN PENGESAHAN
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 01 Februari 2016 dan
dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
….
…………………………........
……………………………....
RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
Nama : IRMA LISDA
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Ujung Tanah/ 01 Mei 1994
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Anak Ke : 1 dari 2 bersaudara
Alamat Rumah : Dusun Bahagia Desa Ujung Tanah Kecamatan
Setia Kabupaten Aceh Barat Daya
Orang Tua/Wali
Ayah : M. Yunan
Ibu : Razuan
B. Pendidikan Formal
1999-2005 : SD Negeri 1 Ujung Tanah
2005-2008 : SMP Negeri 2 Blang Pidie
2008-2011 : SMA Negeri 1 Blang pidie
2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM)
Peminatan Epidemiologi Universitas Teuku Umar
Meulaboh
PERSEMBAHAN
Bismilahirrahmannirrahim
9
dengan canda tawa dan cerita indah yang selalu jadi kenangan
dalam hidup ku, tanpa kalian semua takkan berarti apa-apa..
Dan Terima kasih untuk semua teman-teman angkatan 2011 (Bg
Mula, Melli, Lita, Lena, Oyi, Icut, Mukhlis, Wulan, Asma, Narlin,
Kak Lia, Riza, Dini, Sibrani dll), teman-teman PBL di Dinkes Aceh
Barat, KKN Lawet, serta teman-teman paling kocak
Obade Fakultas & Universitas Teuku Umar..
Kalian Is The Best Friend !
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat serta kasih-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : “Hubungan
Kualitas Interaksi Dan Isolasi Sosial Keluarga Dengan Ketidakpatuhan
Penderita Tuberkulosis Paru Dalam Berobat Di Puskemas Johan Pahlawan
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015”. Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah
satu syarat kelulusan dalam meraih derajat Sarjana Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku Umar.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak,
sehingga pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa
pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini hingga
1. Bapak Prof. Dr. Jasman J. Ma’ruf, SE, MBA selaku Rektor Universitas Teuku
Umar Meulaboh.
2. Ibu Ir. Yuliatul Muslimah, MP selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
kekurangan dan kejanggalan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran
dan kritikan yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempurnaan skipsi
Penulis,
IRMA LISDA
13
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
PERNYATAAN............................................................................................... ii
ABSTRAK....................................................................................................... iii
ABSTRACT..................................................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ v
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI......................................................... vi
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... vii
PERSEMBAHAN........................................................................................... viii
KATA PENGANTAR...................................................................................... x
DAFTAR ISI.................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................ 8
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................... 8
1.3.1 Tujuan Umum..................................................................... 8
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................... 8
1.4 Hipotesis Penelitian........................................................................ 8
1.5 Manfaat Penelitian.......................................................................... 9
1.5.1 Manfaat Praktis................................................................... 9
1.5.2 Manfaat Teoritis.................................................................. 9
14
Ketidakpatuhan.................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 54
LAMPIRAN.................................................................................................... 57
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
Gambar 2.1 : Kerangka Teori........................................................................ 31
Gambar 2.2 : Kerangka Konsep.................................................................... 32
18
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
66
67
68
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini penyakit TB paru masih sebagai salah satu prioritas pemberantasan
bahwa saat ini ditemukan 8 sampai 10 juta kasus baru diseluruh dunia dan dari
2011).
Menurut Muttaqin dalam penelitian Safri (2013), Penyakit TB paru adalah
Tuberculosis. Penularan utama penyakit TB paru adalah oleh bakteri yang terdapat
bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan pertumbuhan dari bakterinya
terutama di negara yang sedang berkembang. Sekitar delapan puluh persen pasien
TB paru adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-59
2014).
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), sepertiga dari populasi dunia
ada 9,4 juta kasus baru dengan 1,7 juta kematian secara global. Sebagian besar
menempati peringkat ketiga di dunia setelah Cina dan India. Setiap harinya 4.400
tahunnya mencapai 140.000 jiwa. Insiden TB paru di Indonesia berkisar 583 ribu
kasus baru dan kematian sebanyak 140 ribu orang per-tahun, dengan demikian
secara kasar diperkirakan setiap 100 ribu penduduk indonesia tercatat 130
sehingga tidak jarang pasien berhenti minum obat sebelum masa pengobatan
strategi DOTS angka kesembuhan pasien TB paru menjadi > 85%. Obat yang
diberikan juga dalam bentuk kombinasi dosis tetap karena lebih menguntungkan
sembuh. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pengetahuan yang masih kurang
dan persepsi atau cara memandang penyakit TB paru masih negatif. Persepsi pada
sering terancam putus berobat selama masa penyembuhan dengan berbagai alasan,
antara lain merasa sudah sehat atau faktor ekonomi. Akibatnya adalah pola
pengobatan harus dimulai dari awal dengan biaya yang bahkan menjadi lebih
mempengaruhi kepatuhan seperti dokter, petugas kesehatan, dalam hal ini peran
bahwa faktor manusia, dalam hal ini penderita TB paru sebagai penyebab
2010).
meningkat serta yang lebih fatal adalah terjadinya resisten bakteri terhadap
beberapa obat anti tuberkulosis atau multi drug resistence, sehingga penyakit
TB paru sangat sulit disembuhkan (Depkes RI, 2007 dalam Budiman, dkk. 2010).
dan mengurangi kecacatan pasien. Pada akhirnya jumlah pasien TBC akan
bahwa saat ini ketidakpatuhan pasien telah menjadi masalah serius yang dihadapi
tenaga kesehatan profesional. Oleh karena itu penting untuk diketahui tentang
tahun 2007 dan 2013 tidak berbeda (0,4%). Lima provinsi dengan TB tertinggi
adalah Jawa Barat, Papua, DKI Jakarta, Gorontalo, Banten, dan Papua Barat.
Penduduk yang didiagnosis TB oleh tenaga kesehatan, 44,4 persen diobati dengan
285,254 kasus, dengan prevalensi TB paru nasional untuk BTA positif sebesar
25
paru di Provinsi Aceh tahun 2014 berjumlah 5.200 kasus. Sedangkan jumlah TB
paru BTA+ berjumlah 4.070 kasus dengan jumlah laki-laki sebanyak 2.641 kasus
Pengambilan data awal yang telah dilakukan oleh peneliti dari data profil
Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat tahun 2014 jumlah seluruh kasus TB Paru
sebesar 250 kasus, dan jumlah kasus TB paru BTA+ 119 kasus dengan jumlah
kasus, Drien Rampak 1 kasus, Kuala Bhee 10 kasus, Pasie Mali 5 kasus, Tangkeh
jiwa tahun 2014, jumlah seluruh kasus TB Paru pada tahun 2014 sebanyak 55
kasus dan terdapat TB paru BTA+ dari tahun 2014-2015 sebesar 48 kasus.
Berdasarkan wawancara dengan petugas di ruang TB paru peneliti
kesulitan pengobatan atau karena penderitanya kurang teratur berobat. Setelah itu
masih ada pasien yang tidak sembuh dan tidak pernah kembali berobat ke
puskesmas dikarenakan pengobatan yang lama serta malas minum obat sesuai
26
anjuran petugas dengan alasan bosan, biasanya pasien hanya rutin minum obat
menggangap pasien terkena penyakit kutukan yang harus dihindari, penyakit berat
yang tidak bisa disembuhkan sehingga pasien merasa terisolasi dari lingkungan
sosial keluarga.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dalam bentuk skripsi yang diberi judul “Hubungan Kualitas Interaksi Dan Isolasi
ada hubungan kualitas interaksi dan isolasi sosial keluarga dengan ketidakpatuhan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ketidakpatuhan
2.1.1 Definisi Ketidakpatuhan
Ketidakpatuhan adalah kegagalan atau penolakan untuk mengikuti dan
menurut (Sacket, 1976 dalam Niven, 2002) adalah sejauhmana perilaku pasien
menghendaki adanya reaksi individual. Jika individu tidak mematuhi apa yang
telah menjadi ketetapan dapat dikatakan tidak patuh. (Avianty, 2005 dalam
menjadi negatif, tetapi sebentar lagi menjadi positif kembali, bahkan kadang-
kadang dapat lebih positif lagi atau BTA tetap positif terus selama masa
penyembuhan. Hal ini biasanya terjadi bila TB pada penderita tersebut disebabkan
oleh basil dengan resistensi primer terhadap satu atau lebih tuberkulostika yang
teratur sampai tuntas. Peran motivator mempunyai dampak yang positif terhadap
28
29
motivator yang berperan dengan baik. (Aditama, 2000 dalam Octaria, 2013).
2.1.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Ketidakpatuhan
Menurut (Niven, 2000) faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan
istilah-istilah medis dan memberikan banyak instruksi yang harus diingat oleh
sumber informasi yang lain, baik dari media cetak maupun media elektronik.
Selain itu informasi yang diterima oleh penderita sangat sedikit dan akan
berbanding lurus dengan tingkat pengetahuan mereka tentang penyakit ini. Jika
penularan kepada orang lain akan semakin besar karena tindak pencegahan
harus diingat.
c. Jika seseorang diberi suatu daftar tertulis tentang hal-hal yang harus diingat,
maka akan ada “efek keunggulan”, yaitu mereka berusaha mengingat hal-hal
d. Instruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum (non medis) dan hal-hal
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
keluhan spesifik dari pasien dimana terdapat kurang minat yang diperlihatkan oleh
tim medis, kurangnya empati, dan pasien hampir tidak memperoleh kejelasan
tentang penyakitnya.
Meningkatnya interaksi profesional kesehatan dengan pasien adalah suatu
hal penting untuk memberikan umpan balik pada pasien setelah memperoleh
saat ini, apa penyebabnya dan apa yang dapat mereka lakukan dengan kondisi
orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak. (Carpenito, 1998).
Isolasi sosial adalah kesendirian yang dialami seseorang secara individual
keamanan dirinya secara fisik dan psikologis. Terjadi penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
pengaruh serta bantuan yang diberikan oleh orang yang berarti seperti
31
anggota keluarga, teman, saudara, dan rekan kerja. (Syam, dkk. 2013).
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta juga dapat menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit.
(Niven, 2002).
Dukungan instrumental merupakan dukungan yang diberikan kepada
penderita dalam bentuk dana, pengawasan ketat, pemberian pertolongan dan lain-
diantaranya kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat,
positif terhadap ulasan sputum atau x-ray dada yang menunjukkan adanya TBC
ventilasi khusus dan pintu yang tertutup. Sebagai tambahan untuk syarat-syarat
pokok, masker digunakan hanya untuk penderita yang batuk, serta tidak dapat
kepribadian secara benar dibedakan antara orang yang patuh dengan orang yang
gagal. Orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami depresi,
32
ansietas, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih
yang disebutkan di atas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh
Tuberculosis. Sering dijumpai pada paru-paru, juga dapat terjadi pada organ
diseluruh tubuh antara lain : usus, kelenjar limfa (kelenjar getah bening, tulang,
Definisi lain Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
organ, terutama paru-paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya
(Kemenkes, 2015).
dan sangat mudah ditularkan kepada siapa saja dimana 1 orang pasien TB
2.2.2 Etiologi
Sebagaimana telah diketahui, TB paru disebabkan oleh basil TB
Basil TB paru mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam, sifat ini
dimanfaatkan oleh Robert Koch untuk mewarnainya secara khusus. Oleh karena
itu, kuman ini disebut pula Basil Tahan Asam. Untuk bakteri-bakteri lain hanya
menit saja akan mati. Ternyata kerentanan ini terutama terhadap gelombang
cahaya ultra violet. Basil TB juga rentan terhadap panas-basah, sehingga dalam
dua menit saja basil TB yang berada dalam lingkungan basah sudah akan mati bila
terkena air bersuhu 100° C. Basil TB juga akan terbunuh dalam beberapa menit
tiga spesimen dahak SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) hasilnya positif, atau 1
radiologi dada menunjukkan gambaran TBC aktif. TBC paru dengan BTA
negatif dan gambaran radiologi positif dibagi berdasar tingkat keparahan, bila
yang menyelimuti paru, serta organ lain seperti selaput otak, selaput jantung
34
perikarditis, kelenjar limpa, kulit, persendian, ginjal, saluran kencing, dan lain-
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau
(droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam
waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar
sumber infeksi dan tidak berhubungan dengan faktor genetik atau faktor penjamu
dibawah 3 (tiga) tahun, risiko rendah pada masa kanak-kanak, dan meningkat lagi
pada masa remaja, dewasa muda, dan usia lanjut. Bakteri masuk ke dalam tubuh
manusia melalui saluran pernapasan dan bisa menyebar ke bagian tubuh lain
Setiap satu BTA positif akan menularkan kepada 10-15 orang lainnya,
sehingga kemungkinan setiap kontak untuk tertular TBC adalah 17%. Hasil studi
35
lainnya melaporkan bahwa kontak terdekat (misalnya keluarga serumah) akan dua
Seorang penderita dengan BTA (+) yang derajat positifnya tinggi berpotensi
menularkan penyakit ini. Sebaliknya, penderita dengan BTA (-) dianggap tidak
sekitar 10/100.000 populasi. Di Indonesia angka ini sebesar 1-3% yang berarti
diantara 100 penduduk terdapat 1-3 warga yang akan terinfeksi TBC. Setengah
negatif karena sistem imunitas seluler belum mengenal basil TB. Bila orang ini
mengalami infeksi oleh basil TB, walaupun segera difagositosis oleh makrofag,
basil TB tidak akan mati, bahkan makrofagnya dapat mati. Dengan demikian,
basil TB ini lalu dapat berkembang biak secara leluasa dalam 2 (dua) minggu
pertama di alveolus paru, dengan kecepatan 1 basil menjadi dua basil setiap 20
jam, sehingga pada infeksi oleh 1 basil saja, setelah 2 (dua) minggu akan
basil TB untuk pertama kalinya akan menjadi limfosit T yang tersensitisasi. Dalam
waktu kurang 1 (satu) jam setelah berhasil masuk dalam alveoli, basil-basil Tb
sebagian akan terangkut aliran limfa ke dalam kelenjar-kelenjar limfa regional dan
sebagian malah dapat ikut masuk ke dalam aliran darah dan tersebar ke organ lain.
(Danusantoso, 2000).
b. TB Sekunder
36
setelah lewat 5 (lima) tahun sejak terjadinya infeksi primer. Dengan demikian,
mulai sekarang apa yang disebut TB post primer, secara internasional diberi nama
et al, 1976 dalam Danusantoso, 2000). Sebaliknya juga suatu reinfeksi endogen
progresif dan berakhir kematian. Hal ini terutama ditentukan oleh efektivitas
sistem imunitas seluler disatu pihak dan jumlah serta virulensi basil TB dipihak
lain.
Walaupun sudah sampai timbul TB, selama masih minimal, masih ada
disertai rasa gatal dan panas) dileher yang sakit bila di raba. (Utomo, 2005).
Sedangkan menurut Kemenkes (2011), Gejala utama pasien TB paru adalah
batuk berdahak selama dua-tiga minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan
gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan
lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam
hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain
TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain.
Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang
yang datang ke Fasyankes dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang
yang datang ke Fasyankes dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang
tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis langsung.
b. Diagnosis Tuberkulosis
Adapun diagnosis pastinya adalah melalui pemeriksaan kultur atau biakan
dahak. Namun, pemeriksaan kultur memerlukan waktu lama, hanya dilakukan bila
memeriksakan dirinya sambil membawa dahak pagi. Oleh sebab itu, disebut
toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis
berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan
(Kemenkes, 2011).
Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut,
yaitu rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS diulang. Kalau dalam
kepada TBC maka yang bersangkutan dianggap positif menderita TBC. Kalau
dahak SPS harus diulang. Sedangkan pemeriksaan biakan basil atau bakteriTBC,
yang efisien untuk orang dengan infeksi aktif. Tuberkulosis dalam segala bentuk
merupakan penyakit yang harus dilaporkan di Inggris. Orang yang berkontak erat
dengan pasien penyakit paru harus mendapatkan peninjauan status klinis dan
39
status BCGnya, menjalani tes kulit tuberculin (biasanya heaf), dan memerlukan
negatif.
3. Jangan minum susu sapi yang mentah, harus dimasak dahulu.
4. Memberikan penerangan pada penderita untuk menutup mulut dengan sapu
tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang
Dosis yang
direkomendasikan(mg/kg)
Jenis OAT Sifat 3xseminggu
Harian
Isoniazid (H) Bakterisid 5 (4-6) 10 (8-12)
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT
lanjutan.
a. Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
Tuberkulosis di Indonesia:
1. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
2. Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan
(HRZE).
3. Kategori Anak: 2HRZ/4HR
Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resisten obat di
dalam bentuk paket berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet
OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet.
Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam
4. Paket Kombipak.
Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin,
Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT
42
mengalami efek samping OAT KDT. Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa
pengobatan.
c. Efek Samping Obat
Tabel 2.3 Efek Samping Ringan OAT
pasien hilang, namun pada sebagian pasien malahan terjadi suatu kemerahan
kulit. Bila keadaan seperti ini, hentikan semua OAT. Tunggu sampai kemerahan
kulit tersebut hilang. Jika gejala efek samping ini bertambah berat, pasien perlu
Tuberculosis sudah tidak dapat lagi dibunuh dengan obat anti TB (OAT). Terdapat
(H).
2. Polyresistance : resistan terhadap lebih dari satu OAT, selain kombinasi
isoniazid (H) dan rifampisin (R), misalnya resistan isoniazid dan etambutol
dengan atau tanpa OAT lini pertama yang lain, misalnya resistan HR, HRE,
HRES.
4. Extensively Drug Resistance (XDR) : TB MDR disertai resistansi terhadap
salah satu obat golongan fluorokuinolon dan salah satu dari OAT injeksi lini
fenotip atau genotip dengan atau tanpa resistan OAT lainya. (Kemenkes, 2014)
44
2.2.9 Komplikasi
a. Batuk Darah
Karena pada dasarnya proses TB adalah proses nekrosis, kalau diantara
dari jarang sekali sampai sering atau hampir setiap hari. Variasi lainnya adalah
jumlah darah yang dibatukkan keluar mulai dari sangat sedikit (garis darah
pada sputum) sampai banyak sekali (profus), tergantung pada pembuluh darah
yang terkena.
Batuk darah baru akan membahayakan jiwa penderita bila profus, karena
dapat menyebabkan kematian oleh syok dan anemia akut. Di samping itu,
2000).
b. Limfadinitis
Lokasi tersering penyakit ektraparu, penyakit dapat timbul dari infeksi primer,
penyebaran dari lokasi jauh, atau reaktivasi infeksi. Kelenjar getah bening
biasanya tidak nyeri dan pada awalnya dapat digerakkan (mobile) namun
menjadi terfiksasi sejalan dengan waktu. Saat terjadi perkijuan dan pencairan
sinus.
c. Penyakit Gastrointestinal
Tuberkulosis dapat mengenai semua bagian usus dan pasien dapat mengalami
penurunan berat badan biasanya jelas terjadi dan massa fosa iliaka kanan
dan menjadi fatal dengan cepat bila tidak didiagnosis sejak awal.
f. Penyakit Tulang dan Sendi
Semua tulang dan sendi dapat terinfeksi namun yang paling sering adalah
nyeri punggung kronik dan biasanya mengenai tulang belakang torakal bagian
kifosis.
g. Penyakit Saluran Kemih dan Kelamin
Penyakit ginjal jarang terjadi dan seringkali sangat perlahan dengan gejala
akibat endometritis atau nyeri dan pembengkakan pelvis akibat salpingitis atau
yaitu :
Kualitas Interaksi
Isolasi Sosial Keluarga
Ketidakpatuhan
Keyakinan, Sikap dan Kepribadian
Kualitas Interaksi
Isolasi Sosial Keluarga
Ketidakpatuhan
47
METODE PENELITIAN
yaitu untuk mengetahui Hubungan Kualitas Interaksi Dan Isolasi Sosial Keluarga
Paru BTA+ di Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat yaitu 48 orang.
48
49
5. Bersedia diwawancarai.
Ketidakpatuhan.
50
Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat dan
Variabel
Dependen
3 Ketidakpatu Kegagalan atau Wawancara Kuesioner 1. Patuh Ordinal
han penolakan 2. Tidak
untuk Patuh
mengikuti dan
menyesuaikan
tindakan
seseorang
untuk aturan
atau keharusan
penelitian ini adalah skala Guttman yaitu memberi skor dari nilai tertinggi ke nilai
1. Kualitas Interaksi
3. Ketidakpatuhan
setelah kegiatan pengumpulan data. Data mentah (raw data) yang telah
untuk menjawab tujuan penelitian. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan
untuk memastikan data yang diperoleh telah lengkap dapat dibaca dengan baik,
jawaban dari setiap pertanyaan terhadap setiap variabel sebelum diolah dengan
3.7.3 Tabulating
P=f x 100
n
53
Keterangan :
f = frekuensi
n = total sampel
2003).
=∑ grand total
E
Keterangan :
x ² : Chi-square
O : Nilai pengamatan
E : Nilai yang diharapkan
Dasar dari uji kai kuadrat (Chi-Square) adalah membandingkan frekuensi
pengamatan dengan yang diharapkan (O-E), apakah perbedaan itu cukup berarti
1. Apabila hasil uji didapat P value > α = 0,05 berarti tidak ada hubungan antara
adalah :
54
Correction,
3. Bila tabel lebih dari 2 x 2 misalnya 2 x 3, 3 x 3 dan seterusnya, maka
mengetahui hubungan linier dua variabel kategorik, sehingga kedua jenis ini
jarang digunakan.
risiko bisa dilihat dengan menggunakan Rasio Pravelensi (RP), yaitu dengan
RP = a/(a+b) : c/(c+d)
b. Klik analyze
d. Klik crosstabs
g. Klik kotak statistic, pilih chi square disebelah kiri atas dan risk dikanan bawah
1. Bila nilai rasio pravalens = 1 berarti variabel yang diduga sebagai faktor risiko
tidak ada pengaruhnya dalam terjadinya efek, atau dengan kata lain ia bersifat
netral.
2. Bila risiko pravalens > 1 dan rentang interval kepercayaan mencakup angka 1,
3. Bila nilai rasio pravalens < 1 dan rentang interval kepercayaan tidak
berarti pada populasi yang diwakili oleh sampel tersebut masih mungkin nilai
rasio pravalensnya = 1. Ini berarti bahwa dari data yang ada belum dapat
dari 2 puskesmas yang berada dalam wilayah kecamatan Johan Pahlawan yang
Tabel 4.1 Cakupan Desa Wilayah Kerja Dan Jumlah Penduduk UPTD Puskesmas Johan
Pahlawan Tahun 2014
Jumlah Penduduk
No Desa Jumlah RT
Lk Pr Total
1 Panggong 684 628 1,312 329
2 Padang Seurahet 23 18 41 14
3 Ujong Baroh 3,374 3,366 6,740 1,569
4 Rundeng 1,738 1,720 3,458 805
5 Drien Rampak 3,474 3,715 7,189 1,615
6 Kp. Darat 356 323 679 165
7 Seunebok 2,708 2,771 5,479 1,194
8 Gampa 1,460 1,487 2,947 754
9 Lapang 2,611 2,461 5,072 1,190
10 Leuhan 2,432 2,361 4,793 1,144
11 Blang Beurandang 3,253 2,990 6,243 1,495
Jumlah 22,113 21,840 43,953 10,265
Sumber : BPS, Proyeksi Antar Sensus Desember 2013
(Kecamatan Johan Pahlawan Dalam Angka, 2014)
sebagai berikut :
56
57
Pahlawan 193,6 Km². Puskesmas Johan Pahlawan berdiri tahun 1992 dengan luas
bangunan 520 m² dan luas tanah 1500 m². Dengan status Puskesmas Rawat Jalan.
variabel maka terlebih dahulu dibuat analisis univariat dengan tabel distribusi
1. Jenis Kelamin
responden (50,0%). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam
2. Pekerjaan
3. Umur
responden terendah yang berumur remaja awal : 12-16 Tahun adalah sebanyak 1
responden (2,1%).
4. Kualitas Interaksi
keluarga responden dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut dibawah ini :
Berdasarkan tabel 4.6 di ketahui bahwa responden yang faktor isolasi sosial
faktor isolasi sosial keluarga tidak ada adalah sebanyak 15 responden (31,2%).
6. Ketidakpatuhan
(70,8%).
Sedangkan dari 36 responden yang faktor kualitas interaksi kurang baik, sebanyak
Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,002 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (P value = 0,002 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
Barat.
Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa dari 33 responden yang faktor isolasi
Sedangkan dari 15 responden yang faktor isolasi sosial keluarga tidak ada,
Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,004 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (P value = 0,004 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
Barat.
dalam berobat akan berpeluang 0,25 kali isolasi sosial keluarganya tidak ada, dan
4.3 Pembahasan
63
Barat. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah variabel independen yaitu
kualitas interaksi dan isolasi sosial keluarga dengan variabel dependen yaitu
dengan ketidakpatuhan.
seluruh riwayat penyakitnya kepada petugas kesehatan serta pasien tau apa yang
petugas kesehatan dimana terdapat kurang minat yang diperlihatkan petugas akan
seperti anjuran petugas karena bagi pasien menggangap penyakit Tb Paru mudah
disembuhkan.
mengenai hal ini, seperti yng tertuang pada standar 9 dari standar internasional ini.
Untuk membina dan menilai kepatuhan berobat, pendekatan pemberian obat yang
terhadap jenis kelamin dan spesifik untuk berbagai usia. Pemanfaatan berbagai
dkk. 2010).
Hal ini bisa terjadi seperti pada penelitian Anderson (1986) di Hongkong
seperti dikutip Niven (2002), yang menyatakan bahwa hanya rata-rata 31% saja
dari informasi yang diterima pasien pada awal pengobatan yang diingat sampai
selesai pengobatan penyakitnya. Juga dapat terjadi karena lamanya waktu yang
dibutuhkan harus memenuhi nasihat untuk patuh minum obat seperti yang
dinyatakan Sackett dan Snow (1979) dikutip oleh Abraham (1997) yang
65
Hasil penelitian Kafle, dkk (2005) bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara kualitas interaksi dengan komunikasi didapat nilai P-value ≤ 0,2 yaitu
dalam berobat di Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Hal ini
penyakit menular sehingga pasien mempunyai persepsi tidak bisa sembuh dan
tidak perlu mengkonsumsi obat secara teratur. Sedangkan responden yang isolasi
sosial keluarga ada dan ketidakpatuhannya patuh dikarenakan pasien yang tidak
pasien tidak perlu sesuai anjuran petugas dan cenderung lupa serta bosan dengan
obat yang dikonsumsinya. Sedangkan responden yang isolasi sosial keluarga tidak
dan dukungan yang baik dari keluarga membuat pasien mempunyai keinginan
menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai
yang dapat mereka terima. Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional
dari anggota keluarga yang lain, teman, waktu dan uang merupakan faktor penting
Menurut Niven (2002) dalam penelitian Dewi (2008), salah satu faktor
dan Lundwall(1975) dalam Niven (2002) pun menegaskan bahwa derajat dimana
seseorang terisolasi dari pendampingan orang lain, isolasi sosial, secara negatif
5.1 Kesimpulan
ketidakpatuhan.
5.2 Saran
68
69
DAFTAR PUSTAKA
Mandal, B.K, dkk. 2008. “Lecture Notes : Penyakit Infeksi”. Jakarta : Erlangga
Lampiran
KUESIONER
NIM : 11C10104034
A. KARAKTERISTIK INDIVIDU
2. Umur : ……………
3. Pekerjaan : ……………
4. Alamat : ……………
B. KUALITAS INTERAKSI
D. KETIDAKPATUHAN
74
TABEL SKOR
75
DOKUMENTASI PENELITIAN
76