Anda di halaman 1dari 157

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Tesis Magister

2016

Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Pemanfaatan Posyandu Lansia di
Puskesmas Securai Kecamatan
Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016

Sitohang, Lambok Elisabet

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/691
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMANFAATAN POSYANDU
LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SECURAI
KECAMATAN BABALAN KABUPATEN LANGKAT
TAHUN 2016

TESIS

Oleh

LAMBOK ELISABET SITOHANG


147032062/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMANFAATAN POSYANDU
LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SECURAI
KECAMATAN BABALAN KABUPATEN LANGKAT
TAHUN 2016

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan ( M.Kes )
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku
Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Oleh

LAMBOK ELISABET SITOHANG


107032136/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SECURAI
KECAMATAN BABALAN KABUPATEN
LANGKAT TAHUN 2016
Nama Mahasiswa : Lambok Elisabet Sitohang
Nomor Induk Mahasiswa : 147032062
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Dr. Asfriyati, S.K.M, M.Kes) (Drs. Alam Bakti Keloko, M.K.M)


Ketua Anggota

Ketua Program Studi S2 Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) (Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)

Tanggal Lulus : 27 Juli 2016

Universitas Sumatera Utara


Telah Diuji
Pada Tanggal : 27 Juli 2016

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Asfriyati, S.K.M, M.Kes


Anggota : 1. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes
2. Dr. Drs. Kintoko R. Rochadi, M.K.M
3. Drs. Edi Syahrial, M.Si

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMANFAATAN POSYANDU


LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SECURAI
KECAMATAN BABALAN KABUPATEN LANGKAT
TAHUN 2016

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2016


Penulis,

Lambok Elisabet Sitohang


147032062/IKM

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Posyandu lansia merupakan tempat pelayanan kesehatan untuk masyarakat


usia lanjut (usila). Namun pemanfaatan posyandu lansia masih sangat jauh dari target
yaitu sebesar 90%. Pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Securai
Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat sangat rendah yaitu 1,4%. Tujuan penelitian
adalah untuk menganalisis pengaruh faktor usia, jenis kelamin, pengetahaun, sikap,
jarak, dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan dan kebutuhan terhadap
pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Securai Kecamatan
Babalan Kabupaten langkat Tahun 2016.
Jenis penelitian menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan
cross sectional. Populasi adalah seluruh seluruh lansia di wilayah kerja Puskesmas
Securai Kecamatan Babalan Kabupaten langkat berjumlah 1144 orang, sedangkan
sampel penelititian sebanyak 130 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara. Analisa data dengan Chi Square dan regresi logistik berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan posyandu lansia sebesar
1,5%. Ada pengaruh sikap (p=0,007), dukungan keluarga (p=0,015) dan dukungan
petugas (p=0,032) terhadap pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja
Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016. Variabel
yang paling dominan berpengaruh adalah sikap lansia.
Diharapkan kepada keluarga lansia untuk dapat memotivasi lansia untuk
mengikuti kegiatan Posyandu dengan mengingatkan jadwal posyandu lansia,
mengantar lansia, dan menemani lansia dalam mengikuti posyandu. Diharapkan
kepada Petugas kesehatan untuk meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan lansia
dengan cara memberdayakan kader.

Kata Kunci : Sikap, Keluarga, Pemanfaatan, Posyandu Lansia

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Posyandu lansia (Integrated Health Care Center for elderly people) is a


health care service for people who are at usila (at advanced age). Unfortunately, the
utility of Posyandu lansia is far from the target, namely 90%. The utility of posyandu
lansia in the working area of Puskesmas (Public Health Center) Securai, Babalan
Subdistrict, Langkat Regency is very low (1.4%). The research objective is to analyze
the factors such as age, sex, knowledge, attitude, distance, family support, support
from the health personnel, and need of the use of posyandu lansia in the working area
of Puskesmas Securai, Babalan Subdistrict, Langkat Regency in 2016.
The research applied the analytical survey method with cross sectional
approach. The population was all 1,144 elderly people in the working area of
Puskesmas Securai, Babalan Subdistrict, Langkat Regency; 130 of them were taken
as the research samples. The data were gathered through interviews. The Chi Square
and multiple-logistic regressions were used to analyze the data.
The results show that the utility of the posyandu lansia is 1.5%. It is also
showed that attitude (0.007), family support (0.015), and support from health
personnel (0.032) have influence on the utility of posyandu lansia in the working area
of Puskesmas Scurai, Babalan Subdistrict, Langkat Regency in 2016. The most
dominantly influential variable is the elderly people’s attitude.
The elderly people’s families are expected to be able to support them to join
the activities of Posyandu by reminding the schedule of posyandu lansia, taking them
to posyandu lansia, and accompanying them to posyandu. It is also recommended
that the health personnel increase their performance in the health care service for the
elderly people by empowering the cadre.

Keywords: Attitude, Family, Utility, Posyandu Lansia

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

berkat dan karuniaNya, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini

berjudul Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia di

Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016. Penulisan

tesis ini adalah merupakan persyaratan akademi untuk menyelesaikan pendidikan

pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan Minat Studi Promosi

Kesehatan dan Ilmu Prilaku di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan tesis ini tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini,

penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka yang

telah meluangkan waktu dan pikiran membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini,

semoga Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang memberikan karunia dan

berkatNya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Runtung, S.H, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


4. Prof. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat yang telah

memberikan fasilitas pada kegiatan perkuliahan.

5. Dr. Asfriyati, S.K.M, M.Kes dan Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku Komisi

Pembimbing yang telah banyak memberikan waktu dan kesabarannya

membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M dan Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS selaku

Komisi Penguji yang telah memberikan motovasi, saran dan masukan dalam

penyelesaian tesis ini.

7. dr. Sadikun Winato, M.M selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat

yang telah memberikan izin untuk penelitian, dukungan dan motivasi selama

penulis melakukan penelitian.

8. Bapak dan Ibu dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program

Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu

Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah

banyak membantu dalam proses perkuliahan dan penyelesaian tesis ini.

9. Ucapan terimakasih dan hormat saya kepada orangtua tercinta M.C Sitohang,

BBA dan Ibunda Alm. T. Napitupulu yang menjadi sumber inspirasi bagi penulis

untuk menyelesaikan tesis ini dan selalu memberikan dukungan dan doanya pada

penulis. Ucapan terimakasih tak terhingga

10. Suami tercinta Sondang Simanjuntak yang selalu memberikan dukungan,

motivasi pada penulis selama proses perkuliahan, penelitian sampai pada

Universitas Sumatera Utara


penyelesaian tesis ini. Ucapan terimakasih kepada ketiga anak saya tercinta Risko

Herlambang Simanjuntak, Revanie Nathania Simanjuntak dan Rihanna Friska

Simanjuntak yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat dalam

menyelesaikan penelitian dan pendidikan S2 ini. Tak lupa juga ucapan

terimakasih pada rekan-rekan mahasiswa peminatan Promosi Kesehatan dan Ilmu

Perilaku Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Sumatera Utara.

Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa penulisan tesis ini masih jauh

dari sempurna, oleh karena itu dengan terbuka dan senang hati penulis mengharapkan

kritik dan mohon saran yang bersifat membangun dari semua pihak sebagai masukan

dan perbaikan.

Akhir kata penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat pada

penelitian ini dan berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat dan

sumbangsih bagi kemajuan dan peningkatan serta pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya di bidang kesehatan masyarakat.

Medan, Oktober 2016


Penulis

Lambok Elisabet Sitohang


147032062/IKM

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan tanggal 29 Maret 1977 dari pasangan Mangisi

Coundrad Sitohang, BBA dan Tumiar Napitupulu. Penulis anak kedua dari 3

bersaudara. Menikah pada bulan September 2009 dengan S. Simanjuntak dikaruniai 3

orang anak putra dan putri yaitu Risko Herlambang Simanjuntak, Revanie Nathania

Simanjuntak dan Rihanna Friska Simanjuntak.

Pendidikan formal penulis dimulai dari SD Pertamina Balikpapan Kalimantan

Timur dan selesai tahun 1988. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP

Negeri 1 Balikpapan Kalimantan Timur dan SMP Negeri 2 Babalan Pangkalan

Brandan dan selesai tahun 1992. Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SLTA

Negeri 1 Tebing Tinggi selesai tahun 1995, kemudian melanjutkan ke Fakultas

Kedokteran Universitas Methodist Medan dan memyelesaikan pendidikan

keprofesian dokter umum tahun 2002. Pada tahun 2014 melanjutkan di Program S2

IKM dengan Minat Promosi Kesehatan Ilmu Prilaku di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan. Mulai bekerja tahun 2003 sampai

2009 menjadi dokter di Rumah Melati Kp.Pon Serdang Bedagai. Pada tahun 2006

sampai 2008 bekerja menjadi dokter PTT di Puskesmas Securai Kecamatan Babalan

Kabupaten dan tahun 2009 sebagai dokter PTT di Puskesmas Desa Teluk Kecamatan

Secanggang Kabupaten Langkat, tahun 2010 bekerja menjadi dokter PNS di

Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat, dari tahun 2014

menjadi KUPT di Puskesmas Securai sampai sekarang.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Permasalahan ............................................................................ 8
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 8
1.4 Hipotesis ................................................................................... 9
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 10


2.1 Perilaku dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ................. 10
2.1.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan
Pelayanan Kesehatan dan Posyandu Lansia ................. 12
2.2 Pengertian Lanjut Usia (Lansia) ............................................... 22
2.2.1 Proses Menua ................................................................ 22
2.2.2 Batasan Usia Lansia ...................................................... 23
2.2.3 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia .......... 24
2.3 Posyandu Lansia ....................................................................... 28
2.3.1 Tujuan Posyandu Lansia ............................................... 30
2.3.2 Manfaat Posyandu Lansia ............................................. 31
2.3.3 Kegiatan Posyandu Lansia ............................................ 32
2.3.4 Upaya Kegiatan Posyandu Lansia ................................ 33
2.3.5 Penyelenggaraan Posyandu Lansia ............................... 35
2.3.6 Tingkat Perkembangan Posyandu Lansia ..................... 36
2.4 Landasan Teori ......................................................................... 36
2.5 Kerangka Konsep ...................................................................... 38

BAB 3. METODE PENELITIAN .................................................................. 39


3.1 Jenis Penelitian ......................................................................... 39
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 39

Universitas Sumatera Utara


3.2.1 Lokasi Penelitian ........................................................... 39
3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................... 39
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................. 40
3.3.1 Populasi ......................................................................... 40
3.3.2 Sampel........................................................................... 40
3.4 Metode Pengumpulan .............................................................. 41
3.4.1 Data Primer ................................................................... 41
3.4.2 Data Sekunder ............................................................... 42
3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................ 42
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ............................................ 46
3.5.1 Variabel ......................................................................... 46
3.5.2 Definisi Operasional ..................................................... 46
3.6 Metode Pengukuran .................................................................. 47
3.6.1 Variabel Independen ..................................................... 47
3.6.2 Variabel Dependen (Pemanfaatan Posyandu Lansia) ... 50
3.7 Metode Analisis Data ............................................................... 51

BAB 4. HASIL PENELITIAN ........................................................................ 52


4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ...................................................... 52
4.2 Karakteristik Lansia .................................................................. 53
4.3 Pengetahuan Lansia tentang Posyandu Lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten
Langkat Tahun 2016 ................................................................. 54
4.4 Sikap Lansia tentang Posyandu Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat
Tahun 2016 ............................................................................... 55
4.5 Jarak Lansia tentang Posyandu Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat
Tahun 2016 ............................................................................... 58
4.6 Dukungan Keluarga Lansia tentang Posyandu Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan
Kabupaten Langkat Tahun 2016 ............................................... 59
4.7 Dukungan Petugas Kesehatan Lansia tentang Posyandu
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan
Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016 ................................. 60
4.8 Kebutuhan Kesehatan Lansia tentang Posyandu Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan
Kabupaten Langkat Tahun 2016 ............................................... 62
4.9 Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016 . 63

Universitas Sumatera Utara


4.10 Hubungan Umur Lansia dengan Pemanfaatan Posyandu
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan
Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016 ................................. 63
4.11 Hubungan Jenis Kelamin Lansia dengan Pemanfaatan
Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai
Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016 .............. 64
4.12 Hubungan Pengetahuan Lansia dengan Pemanfaatan
Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai
Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016.............. 65
4.13 Hubungan Sikap Lansia dengan Pemanfaatan Posyandu
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan
Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016 ................................. 66
4.14 Hubungan Jarak dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan
Kabupaten Langkat Tahun 2016 ............................................... 66
4.15 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan
Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai
Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016 .............. 67
4.16 Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan
Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016 . 68
4.17 Hubungan Kebutuhan Kesehatan dengan Pemanfaatan
Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai
Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016 .............. 69
4.18 Analisis Multivariat .................................................................. 69

BAB 5. PEMBAHASAN .................................................................................. 72


5.1 Pengaruh Sikap Lansia terhadap Pemanfaatan Posyandu
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan
Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016 ................................. 72
5.2 Pengaruh Dukungan Keluarga Lansia terhadap Posyandu
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan
Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016 ................................. 75
5.3 Pengaruh Dukungan Petugas Kesehatan Lansia terhadap
Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai
Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016 .............. 78

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 81


6.1. Kesimpulan ............................................................................... 81
6.2. Saran ......................................................................................... 81

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 85

LAMPIRAN ......................................................................................................... 89

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pengetahuan ..................................... 43

3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Sikap ................................................. 44

3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Jarak ................................................. 44

3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Dukungan Keluarga .......................... 45

3.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Dukungan Petugas Kesehatan .......... 45

3.6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Dukungan Kebutuhan Kesehatan ..... 46

4.1 Distribusi Karakteristik Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai


Tahun 2016 ................................................................................................ 53

4.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Pertanyaan Mengenai Pengetahuan


Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan
Kabupaten Langkat Tahun 2016 ............................................................... 54

4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas


Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016 ................. 55

4.4 Distribusi Frekuensi Jawaban mengenai Pertanyaan Sikap Lansia di


Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten
Langkat Tahun 2016 .................................................................................. 56

4.5 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Sikap Lansia di Wilayah Kerja


Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun
2016 ........................................................................................................... 57

Universitas Sumatera Utara


4.6 Distribusi Frekuensi Jawaban mengenai Pertanyaan Jarak ke Posyandu
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan
Kabupaten Langkat Tahun 2016 ............................................................... 58

4.7 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Tentang Jarak ke Posyandu Lansia di


Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten
Langkat Tahun 2016 .................................................................................. 58

4.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Mengenai Pertanyaan Dukungan


Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan
Kabupaten Langkat Tahun 2016 ............................................................... 59

4.9 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas


Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016 ................. 60

4.10 Distribusi Frekuensi Jawaban Mengenai Pertanyaan Dukungan Petugas


Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan
Kabupaten Langkat Tahun 2016 ............................................................... 61

4.11 Distribusi Frekuensi Dukungan Petugas Kesehatan di Wilayah Kerja


Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun
2016 ........................................................................................................... 61

4.12 Distribusi Frekuensi Jawaban Mengenai Pertanyaan Kebutuhan


Pelayanan Kesehatan di Posyandu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016 ................. 62

4.13 Distribusi Frekuensi Kebutuhan Pelayanan Kesehatan di Posyandu


Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan
Kabupaten Langkat Tahun 2016 ............................................................... 63

4.14 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja


Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun
2016 ........................................................................................................... 63

Universitas Sumatera Utara


4.15 Hubungan Umur Lansia dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten
Langkat Tahun 2016 .................................................................................. 64

4.16 Hubungan Jenis Kelamin Lansia dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia


di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten
Langkat Tahun 2016 .................................................................................. 65

4.17 Hubungan Pengetahuan Lansia dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia


di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten
Langkat Tahun 2016 .................................................................................. 65

4.18 Hubungan Sikap Lansia dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di


Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten
Langkat Tahun 2016 .................................................................................. 66

4.19 Hubungan Sikap Lansia dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di


Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten
Langkat Tahun 2016 .................................................................................. 67

4.20 Hubungan Dukungan Keluarga Lansia dengan Pemanfaatan Posyandu


Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan
Kabupaten Langkat Tahun 2016 ............................................................... 68

4.21 Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pemanfaatan


Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan
Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016 ................................................. 68

4.22 Hubungan Kebutuhan Kesehatan dengan Pemanfaatan Posyandu


Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan
Kabupaten Langkat Tahun 2016 ............................................................... 69

4.23 Hasil Analisis yang Memenuhi Asumsi Multivariat (Kandidat) ............... 70

4.24 Hasil Akhir Uji Regresi Logistik Berganda .............................................. 70

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Kerangka Teori Andersen 1975 + Teori Dever 1984 .................................. 37

2.2 Kerangka Konsep Penelitian........................................................................ 38

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman


1. Kuesioner Penelitian .................................................................................... 88

2. Master Data Penelitian ................................................................................. 93

3. Hasil Penelitian ............................................................................................ 96

4. Dokumentasi Setelah Penelitian .................................................................. 134

5. Surat Izin Penelitian ..................................................................................... 136

6. Surat Selesai Penelitian................................................................................ 137

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses menua (aging process) adalah akumulasi secara progresif dari

berbagai perubahan patofisiologi organ tubuh yang berlangsung seiring dengan

berlalunya waktu dan seiring dengan berlalunya waktu dan sering meningkatkan

terserang penyakit atau kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam

tubuh yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan selanjutnya

akan mempengaruhi kemampuan fisik secara keseluruhan (Suadirman, 2011).

Populasi lanjut usia di dunia akan bertambah dengan cepat di bandingkan

penduduk seluruhnya, maka relatif akan lebih besar di negara-negara sedang

berkembang seperti Indonesia. Populasi lanjut usia di Indonesia di proyeksikan antara

tahun 1990-2025 akan naik 414% suatu angka yang tertinggi diseluruh dunia (United

States Bureau of The Cencus dalam Darmojo dan Martono (2011).

Pada tahun 2005-2010 ini, jumlah penduduk usia lanjut diperkirakan akan

sama dengan jumlah anak balita, yaitu sekitar 19,3 juta jiwa (± 9%) dari keseluruhan

jumlah penduduk di Indonesia. Bahkan pada tahun 2020-2025 Indonesia diperkirakan

akan menduduki peringkat negara dengan struktur dan jumlah penduduk usia lanjut

setelah RRC, India dan Amerika serikat, dengan umur harapan hidup diatas 70 tahun.

Menurut perkiraan Biro Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2005, di Indnesia terdapat

18,283.107 penduduk usia lanjut. Jumlah ini akan melonjak hingga ± 33 juta jiwa

Universitas Sumatera Utara


usia lanjut (12% dari total penduduk) pada tahun 2020 dengan umur harapan hidup ±

70 tahun (Hasrat dan Rosmina, 2010).

Menjadi tua merupakan proses yang alami yang akan dihadapi manusia, dan

ini juga merupakan tahap yang paling krusial di dalam kehidupan. Pada tahap ini

secara alami lansia mengalami penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial

yang saling berinteraksi satu sama lain sehingga menimbulkan penurunan fungsi.

Penurunan fungsi tersebut menjadi penyebab munculnya berbagai persoalan pada

lansia dan orang lain yang hidup di sekitarnya. Proses menua juga mempengaruhi

keadaan psikologis seseorang seperti perubahan emosi menjadi mudah tersinggung,

depresi, rasa cemas yang dialami seseorang dalam merespon perubahan fisik yang

terjadi pada dirinya (Proverawati, 2011).

Munculnya populasi dalam jumlah besar secara mendadak akan memberikan

implikasi besar dalam dunia kesehatan, dimana pada tahap lansia individu banyak

mengalami perubahan, baik secara biologis, psikologis, maupun sosial khususnya

kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya (Titus,

2012). Menurut Darmojo dan Martono (2011), menjelaskan psikososial lansia antara

lain merasa kesepian (pria 19,8%, wanita 20,8%), tanda-tanda depresi berturut-turut

4,3% dan 42% menunjukkan kelakuan atau tabiat buruk (7,3% dan 3,7%) cepat

marah, irritable (17,2% dan 7,1%).

Banyaknya populasi lansia harus juga diikuti dengan kegiatan yang

mengupayakan agar lansia bisa tetap sehat dan bugar. Salah satu upaya yang

dilakukan puskesmas yang dilakukan secara menyeluruh dan terpadu meliputi

Universitas Sumatera Utara


peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan yang dilaksanakan dalam

bentuk Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) lansia yang diselenggarakan oleh

masyarakat untuk masyarakat secara rutin tiap bulannya. Posyandu Lansia adalah

suatu wadah pelayanan kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) untuk

melayani penduduk lansia, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan

oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM) lintas sektor

pemerintah dan non pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain dengan

menitikberatkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Disamping

pelayanan kesehatan. Posyandu Lansia juga memberikan pelayanan sosial, agama,

pendidikan, keterampilan, olahraga, seni budaya, dan pelayanan lain yang dibutuhkan

para lansia dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan

kesehatan dan kesejahteraan. Selain itu posyandu lansia membantu memacu lansia

agar dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi diri.

Pembinaan Lansia di Indonesia dilaksanakan berdasarkan peraturan

perundang-undangan sebagai landasan menentukan kebijaksanaan pembinaan sesuai

dengan UU RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan UU No 13/1998 Tentang

Kesejahteraan Lansia yang menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan yang

dimaksudkan adalah untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan

kemampuan lansia, agar kondisi fisik, mental, dan sosialnya dapat berfungsi secara

wajar. Pelayanan kesehatan bagi lanjut usia sebagaimana dimaksud dilaksanakan

melalui peningkatan: penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan lanjut usia,

upaya penyembuhan (kuratif), yang diperluas pada bidang pelayanan geriatrik/

Universitas Sumatera Utara


gerontologik, pengembangan lembaga perawatan lanjut usia (UU RI No.36 tahun

2009).

Berdasarkan Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) tahun 2011 secara nasional

persentase puskesmas yang memiliki posyandu lansia adalah 78,8%. Provinsi dengan

persentase puskesmas tertinggi yang memiliki posyandu lansia adalah Provinsi DI

Yogyakarta (100%) diikuti Jawa Tengah (97,1%) dan Jawa Timur (95,2%).

Sedangkan persentase terendah ada di Papua (15%), Papua Barat (18,2%) dan

Sulawesi Barat (22,2%). Bila dilihat dari lokasi, persentase puskesmas di perkotaan

yang memiliki posyandu lansia 80,9%, sementara di pedesaan 78,3%

(Kemenkes, 2012).

Fenomena dilapangan menunjukkan fakta dimana posyandu lansia ternyata

hanya ramai pada awal pendirian saja, selanjutnya lansia yang memanfaatkan

posyandu semakin berkurang (Komnas Lansia, 2010). Menurut WHO pada tahun

2012 presentase lansia dunia 9,11 % rata–rata kunjungan di posyandu lansia untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan hanya 4 % dan Ini di buktikan dari hasil penelitian

di kota Surabaya kunjungan oleh lansia sakit sebanyak 17,9 % dan lansia tidak sakit

2,1%.

Posyandu lansia merupakan tempat pelayanan kesehatan untuk masyarakat

usia lanjut (usila) di suatu wilayah tertentu. Namun pemanfaatan posyandu lansia

masih sangat jauh dari target yaitu sebesar 90%. Beberapa penelitian menyatakan

bahwa pemanfaatan posyandu lansia masih dibawah 65% dengan persentase terendah

yaitu 13,2% (Faiza, 2012).

Universitas Sumatera Utara


Kegiatan posyandu lansia sangat diharapkan dapat memberikan kemudahan

bagi lansia dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, sehingga kualitas hidup

masyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan baik. Seharusnya para lansia

memanfaatkan adanya posyandu tersebut dengan baik, agar kesehatan para lansia

dapat terpelihara dan terpantau secara optimal. Namun pada kenyataannya tidak

semua lansia memanfaatkan adanya kegiatan posyandu tersebut. Ada beberapa faktor

yang memengaruhi pemanfaatan posyandu lansia antara lain umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap petugas kesehatan, jarak rumah, dukungan

keluarga (Handayani 2012 ; Sulistyorini 2010).

Berdasarkan penelitian dari Frans Juniardi (2013) bahwa ada beberapa faktor

yang menyebabkan rendahnya kunjungan lansia ke posyandu lansia. Faktor-faktor

tersebut yaitu pengetahuan lansia, jarak rumah dengan lokasi posyandu, sarana dan

prasarana yang kurang memadai, kurangnya informasi tentang posyandu lansia,

ekonomi dan penghasilan, kurangnya dukungan keluarga, sikap dan perilaku lansia

yang tertutup, dan adanya fasilitas lain yang diberikan pemerintah.

Umur lansia juga berpengaruh dengan pemanfaatan posyandu lansia.

Seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis hasil penelitian

Fitriasih (2010) tentang Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Posyandu Lansia

Puskesmas Semuli Raya Kabupaten Lampung Utara diperoleh bahwa yang lebih

banyak memanfaatkan posyandu lansia adalah lansia yang berumur 60-68 tahun.

Pendidikan merupakan salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi

pemanfaatan posyandu lansia oleh lansia. Hasil penelitian Kurniasari Tahun 2013

Universitas Sumatera Utara


menunjukkan hasil bahwa adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan

motivasi lansia berkunjung ke Posyandu Lansia di Desa Dadirejo Kecamatan Tirto

Kabupaten Pekalongan. Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah

menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan fisik karena penurunan daya

tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu

berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia.

Pengetahuan yang rendah tentang manfaat posyandu lansia dapat menjadi

kendala bagi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia. Penelitian yang

dilakukan oleh Viena Vicktoria (2015) bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara pengetahuan lansia terhadap pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja

Puskesmas Teling Atas Kota Manado. Penelitian Zarniyeti (2010) memperoleh

bahwa adanya hubungan antara sikap dengan pemanfaatan posyandu lansia di

wilayah kota Pariaman.

Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan

lansia untuk mengikuti kegiatan Posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator

kuat bagi lansia apabila selalu menyempatkan diri untuk mendampingi atau

mengantar lansia ke Posyandu. Hasil penelitian yang dilakukan Sapta (2014)

menyatakan terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan

posyandu lansia di Kota Pekanbaru. Petugas kesehatan merupakan faktor terpenting

dalam mempengaruhi perubahan perilaku. Peran puskesmas atau petugas kesehatan

dalam kegiatan posyandu adalah sebagai fasilitator dan lebih memberdayakan

masyarakat dalam kegiatan posyandu. Hasil penelitian yang dilakukan Sapta (2014)

Universitas Sumatera Utara


menyatakan terdapat hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan

pemanfaatan posyandu lansia di Kota Pekanbaru.

Posyandu lansia yang aktif di wilayah kerja Puskesmas Securai Kecamatan

Babalan Kabupaten Langkat sebanyak 2 posyandu yaitu Posyandu Lansia Teluk

Meku dan Posyandu Lansia Pelawi Selatan. Jumlah kunjungan Posyandu Teluk Meku

Tahun 2015 pada bulan April 32 orang, bulan Mei turun menjadi 19 orang, bulan Juni

turun menjadi 15 orang, bulan Juli jumlah kunjungan naik menjadi 28 orang, bulan

Agustus kunjungan sebanyak 29 orang. Target posyandu di wilayah kerja Puskesmas

Securai sebesar 90%, tetapi cakupan yang dicapai hanya 1,4%.

Jumlah kunjungan Posyandu Pelawi Selatan pada bulan April 7 orang, bulan

Mei naik menjadi 9 orang, bulan Juni turun menjadi 7 orang, bulan Juli jumlah

kunjungan 7 orang, bulan Agustus kunjungan sebanyak 7 orang. Pemanfaatan

posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten

Langkat sangat rendah, jika dirata-ratakan tiap bulannya hanya 16 orang lansia yang

mengikuti posyandu, padahal jumlah lansia di wilayah kerja puskesmas ini sebanyak

1144 orang lansia. Persentase pemanfaatan posyandu pada wilayah kerja Puskesmas

Securai hanya 1,4%.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada 10 lansia yang aktif

mengikuti posyandu lansia alasan mereka aktif mengikuti posyandu antara lain

karena sakit (100%), sambung obat (100%), adanya pemeriksaan kesehatan (100%),

karena tidak jauh dari rumah (100%), dan karena petugas kesehatan (40%).

Wawancara juga dilakukan kepada 10 lansia yang tidak pernah mengikuti posyandu

Universitas Sumatera Utara


lansia alasan mereka karena susah bergerak (20%), tidak mengetahui manfaat

berkunjung ke posyandu lansia (70%), kurang percaya kepada posyandu lansia dan

lebih memilih berkunjung ke puskesmas (30%), tidak ada yang menemani lansia

berkunjungan ke posyandu (40%), dan keinginan lansia untuk langsung dikunjungi ke

rumah oleh petugas kesehatan (30%). Tidak tercapainya target kunjungan lansia ke

posyandu lansia membuat peneliti tertarik untuk menganalisis tentang faktor-faktor

yang memengaruhi lansia terhadap pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja

Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka rumusan masalah dan

penelitian adalah apa saja faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan posyandu

lansia di wilayah kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat

Tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor usia, jenis

kelamin, pengetahuan, sikap, jarak, dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan

dan kebutuhan terhadap pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas

Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara


1.4 Hipotesis

Terdapat pengaruh usia, jenis kelamin, pengetahuan, sikap, jarak, dukungan

keluarga, dukungan petugas kesehatan, dan kebutuhan kesehatan terhadap

pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Securai Kecamatan

Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Memberikan masukan bagi Pelayanan Sosial Lansia Wilayah Kabupaten

Langkat khususnya Kecamatan Babalan dalam meningkatkan pelayanan

terhadap lansia yang berkaitan dengan posyandu lansia

2. Bagi petugas kesehatan untuk dapat meningkatkan pembinaan kader dan

pelayanan kesehatan lansia

3. Penelitian ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah keilmuan dan

pengembangan pengetahuan tentang posyandu lansia

4. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian

mengenai pemanfaatan posyandu pada lansia

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Perilaku adalah respon individu terhadap stimulus atau suatu tindakan yang

dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi, dan tujuan baik didasari

maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi

(Wawan dan Dewi , 2010).

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis,

tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau

aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh

pihak luar (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010), merumuskan

bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus

terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner

ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2010) :

10

Universitas Sumatera Utara


1. Perilaku tertutup (convert behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini

masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang

terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati

secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.

Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau

praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Menurut Levey dan Loomba (1973), yang dimaksud dengan pelayanan

kesehatan adalah setiap upaya yang dilaksanakan secara sendiri atau bersama-sama

dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah,

mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok dan

masyarakat. Donabedian dalam Dever (1984), pemanfaatan pelayanan kesehatan

adalah interaksi antara konsumen dengan provider (penyedia pelayanan).

Pemanfaatan pelayanan kesehatan erat hubungannya dengan kapan seseorang

memerlukan pelayanan kesehatan dan seberapa jauh efektifitas pelayanan tersebut.

Hubungan antara keinginan sehat dan pernyataan akan pelayanan kesehatan hanya

kelihatannya saja sederhana, tetapi sebenarnya sangat kompleks.

Universitas Sumatera Utara


2.1.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan dan
Posyandu Lansia

Donabedian dalam Dever (1984), ada beberapa faktor- faktor yang dapat

memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan, yaitu:

1. Faktor Sosiokultural

a. Teknologi

Kemajuan teknologi dapat memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan,

dimana kemajuan dibidang teknologi disatu sisi dapat meningkatkan pemanfaatan

pelayanan kesehatan seperti transplantasi organ, penemuan organ-organ artifisial,

serta kemajuan dibidang radiologi. Sedangkan disisi lain kemajuan teknologi dapat

menurunkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, sebagai contoh dengan ditemukannya

berbagai vaksin untuk pencegahan penyakit menular akan mengurangi pemanfaatan

pelayanan kesehatan.

b. Norma dan nilai yang ada di masyarakat.

Norma, nilai sosial dan keyakinan yang ada di masyarakat akan memengaruhi

seseorang dalam bertindak, termasuk dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.

2. Faktor Organisasional

a. Ketersediaan Sumber Daya

Suatu sumber daya tersedia apabila sumber daya itu ada atau bisa didapat,

tanpa mempertimbangkan sulit ataupun mudahnya penggunaannya. Suatu pelayanan

hanya bisa digunakan apabila jasa tersebut tersedia.

Universitas Sumatera Utara


b. Akses Geografis

Akses geografis dimaksudkan pada faktor-faktor yang berhubungan dengan

tempat yang memfasilitasinya atau menghambat pemanfaatan, ini ada hubungan

antara lokasi suplai dan lokasi klien, yang dapat diukur dengan jarak waktu tempuh,

atau biaya tempuh. Hubungan antara akses geografis dan volume dari pelayanan

tergantung dari jenis pelayanan dan jenis sumber daya yang ada. Peningkatan akses

yang dipengaruhi oleh berkurangnya jarak, waktu tempuh ataupun biaya tempuh

mungkin mengakibatkan peningkatan pelayanan yang berhubungan dengan keluhan-

keluhan ringan. Dengan kata lain, pemakaian pelayanan preventif lebih banyak

dihubungkan dengan akses geografis dari pada pemakaian pelayanan kuratif sebagai

mana pemanfaatan pelayanan umum bila dibandingkan dengan pelayanan spesialis.

Semakin parah suatu penyakit atau keluhan, dan semakin canggih atau semakin

khusus sumber daya dari pelayanan, semakin berkurang pentingnya atau berkurang

kuatnya hubungan antara akses geografis dan volume pemanfaatan pelayanan.

Menurut Nurhayati (2012) jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah

menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan fisik karena penurunan daya

tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu

berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia

merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus

menimbulkan kelelahan atau masalah yang serius maka hal ini dapat mendorong

minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian

keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi menghadiri

Universitas Sumatera Utara


posyandu lansia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ficky (2015) menyatakan

bahwa ada pengaruh jarak terhadap minat lansia dalam mengikuti posyandu lansia

diwilayah puskesmas Buko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.

c. Akses Sosial

Akses sosial terdiri atas dua dimensi, yaitu dapat diterima dan terjangkau.

Dapat diterima mengarah kepada faktor psikologis, sosial, dan faktor budaya,

sedangkan terjangkau mengarah kepada faktor ekonomi. Konsumen

memperhitungkan sikap dan karakteristik yang ada pada provider seperti etnis, jenis

kelamin, umur, ras, dan hubungan keagamaan. Kebudayaan mempengaruhi seseorang

untuk mengikuti pola-pola perilaku tertentu yang telah dibuat orang lain. Setiap

kelompok masyarakat memiliki tradisi, kebiasaan dan budaya yang unik dan akan

berpengaruh kepada cara berfikir (cara memandang sesuatu), cara bersikap, cara

berperilaku yang beriorentasi pada ilmu pengetahuan dalam menghadapi masalah

kesehatan agar sehat dan tepat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Norma-

norma itu mengenai kebiasaan-kebiasaan hidup, adat istiadat dan tradisi-tradisi hidup

yang dipakai turun-temurun (Soekanto, 2005) artinya kebiasaan berperilaku hidup

sehat sudah merupakan tradisi yang melekat pada sekelompok orang yang berlaku

secara turun temurun. Hasil penelitian Sigalingging dkk menyatakan kebiasaan/

tradisi mempunyai pengaruh signifikan terhadap pemanfaatan posyandu lansia. Hasil

penelitian Ganda Sigalingging, dkk (2006) menyatakan kebiasaan (p=<0,05)

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan posyandu lansia.

Pendapat Geersten (1998) mengatakan kuatnya tradisi keluarga memengaruhi

Universitas Sumatera Utara


pemanfaatan pelayanan kesehatan. Pola-pola tingkah laku yang sudah terlembagakan

dalam masyarakat akan mendorong kepada bentuk karakteristik tingkah laku yang

sama, kesamaan ini mendorong kepada tipe kepribadian dasar keluarga lansia dalam

memilih pelayanan kesehatan yang sesuai dengan nilai yang dianut karena itu perlu

pendekatan multi disiplin mengingat berbagai isu yang berhubungan dengan lansia

perlu menyiapkan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan lansia.

d. Karakteristik dari stuktur perawatan dan proses

Praktek pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, praktek dokter tunggal,

praktek dokter bersama, grup praktek dokter spesialis atau yang lainnya membuat

pola pemanfaatan yang berbeda.

3. Faktor yang berhubungan dengan konsumen

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah interaksi antara konsumen dengan

provider (penyedia pelayanan). Tingkat kesakitan atau kebutuhan yang dirasakan

oleh konsumen berhubungan langsung dengan pengunaan atau permintaan terhadap

pelayanan kesehatan. Kebutuhan, terdiri atas kebutuhan yang dirasakan (perceived

need) dan diagnosa klinis (evaluated need). Kebutuhan yang dirasakan (perceived

need) ini dipengaruhi oleh:

a. Faktor Sosiodemografis yang terdiri dari umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa,

status perkawinan, jumlah keluarga, dan status sosial ekonomi (pendidikan,

pekerjaan, penghasilan). Karena Umur adalah masa hidup seseorang dalam tahun

dengan pembulatan ke bawah atau umur pada waktu ulang tahun yang terakhir.

Universitas Sumatera Utara


Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik

dan psikologis. Seperti yang dikemukakan dari hasil penelitian Fitriasih (2010)

tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia Puskesmas Semuli

Raya Kabupaten Lampung Utara diperoleh bahwa yang lebih banyak

memanfaatkan posyandu lansia adalah lansia yang berumur 60-68 tahun.

Penelitian Rosyid (2009), dengan judul: “Faktor-faktor yang Memengaruhi

Kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia di RW VII Kelurahan Wonokusumo

Kecamatan Semampir Surabaya”. Hasil dari pengaruh jenis kelamin terhadap

kunjungan lansia di RW VII Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir

Surabaya pada Bulan Juli 2009 menunjukkan kunjungan 1 bulan 1 kali yaitu

berjenis kelamin perempuan sebanyak 23 orang (75,9%), dan sebagian kecil

adalah kunjungan 1 bulan 2 kali yaitu berjenis kelamin laki-laki sebanyak 4

orang (13,2%).

b. Faktor Sosiopsikologis terdiri dari persepsi dan kepercayaan terhadap pelayanan

medis atau dokter. Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor

sosiopsikologis. Kepercayaan di sini tidak ada hubungannya dengan hal-hal yang

gaib, tetapi hanyalah keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kepercayaan

sering dapat bersifat rasional atau irasional. Menurut teori Andersen

mengemukakan bahwa pola pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh

individu-individu dari berbagai kelompok usia, yang berbeda menurut jenis serta

frekuensi kejadian penyakit, oleh keluarga yang berbeda menurut struktur dan

Universitas Sumatera Utara


gaya hidup, fisik, lingkungan sosial dan pola perilaku; dan oleh variasi

kepercayaan mengenai keberhasilan pelayanan medis.

4. Faktor yang berhubungan dengan produsen.

Faktor yang berhubungan dengan produsen, yaitu faktor ekonomi konsumen

tidak sepenuhnya memiliki referensi yang cukup akan pelayanan yang diterima,

sehingga mereka menyerahkan hal ini sepenuhnya ketangan provider. Karakteristik

provider, yaitu tipe pelayanan kesehatan, petugas, serta fasilitas yang dimiliki oleh

pelayanan kesehatan yang bersangkutan.

Teori lain yang telah mencoba mengungkap determinan perilaku yang

berhubungan dengan kesehatan adalah teori Lawrence Green (1980) dalam buku

Notoatmodjo (2010) bahwa perilaku dibentuk dari tiga faktor yaitu :

1. Faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor predisposisi merupakan faktor-faktor yang mempermudah terjadinya

perilaku seseorang yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-

nilai, persepsi.

2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors) yaitu faktor-faktor yang

memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-

sarana kesehatan.

3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yaitu faktor-faktor yang

mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan, perilaku masyarakat, keluarga dan tokoh masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Notoatmodjo (2010) pendidikan adalah segala upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau

masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku

pendidikan. Anderson & Zaidi di dalam jurnal penelitian Handayani D. E (2012)

menyatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor predisposisi yang

mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh individu. Status pendidikan

berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan karena status pendidikan

akan memengaruhi kesadaran dan pengetahuan tentang kesehatan. Sehingga promosi

tentang diadakannya posyandu lansia perlu digalakkan oleh petugas kesehatan.

Hasil penelitian Kurniasari Tahun 2013 menunjukkan hasil bahwa adanya

hubungan antara tingkat pendidikan dengan motivasi lansia berkunjung ke Posyandu

Lansia di Desa Dadirejo Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan, dengan kekuatan

hubungan sedang. Penelitian Handayani D. E (2012) yang menyatakan ada hubungan

antara pendidikan dengan pemanfaatan posbindu lansia dengan kekuatan hubungan

sedang (ρ value = 0,01, OR = 0,36). Selain itu pengetahuan lansia akan manfaat

posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-

harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan

penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau

masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan

lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat

mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu

lansia (Sulistyorini,2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Viena Vicktoria

Universitas Sumatera Utara


(2015) disimpulkan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan

Posyandu.

Dilihat dari OR (Odds Ratio) menunjukkan bahwa pengetahuan dengan

pemanfaatan Posyandu bahwa pengetahuan yang baik kemungkinan membuat

responden baik dalam memanfaatkan posyandu sebanyak 5,9 kali lebih besar

dibandingkan pengetahuan yang kurang baik.

1. Sikap Lansia

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau objek, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan. Penelitian Zarniyeti (2010) memperoleh bahwa adanya hubungan

antara sikap dengan pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kota Pariaman. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Viena Vicktoria (2015) disimpulkan terdapat

hubungan antara sikap dengan pemanfaatan Posyandu. Dilihat dari OR (Odds Ratio)

menunjukkan bahwa sikap yang baik kemungkinan membuat responden baik dalam

memanfaatkan posyandu sebanyak 6,1 kali lebih besar dibandingkan sikap yang

kurang baik.

2. Promosi Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2010) promosi kesehatan pada hakekatnya ialah suatu

kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok,

atau individu dengan harapan masyarakat, kelompok, atau individu dapat

memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik, sehingga pengetahuan

tersebut dapat berpengaruh terhadap perilaku keaktifan hadir di posyandu lansia,

Universitas Sumatera Utara


sehingga status kesehatan lansia bisa terpantau. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Sumirat (2010) menyatakan bahwa pemberian promosi kesehatan tentang posyandu

lansia dapat meningkatkan keaktifan lansia di posyandu. Hal ini ditunjukkan dari

peningkatan rata-rata kehadiran dari sebelum diberi promosi kesehatan dan setelah

diberi promosi kesehatan yaitu dari 1,33 menjadi 3,75. Dan peningkatan nilai

probabilitas anggota aktif sebelum dan sesudah diberi promosi kesehatan dari 0

menjadi 0,208.

3. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan

lansia untuk mengikuti kegiatan Posyandu Lansia. Keluarga bisa menjadi motivator

kuat bagi lansia apabila selalu menyempatkan diri untuk mendampingi atau

mengantar lansia ke Posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal Posyandu dan

berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia. Dukungan

keluarga menjadi suatu aspek pemberdayaan lansia terhadap perkembangan aktivitas.

Selain itu juga dapat meningkatkan keinginan untuk mengetahui dan menggunakan

seseuatu hal yang masih dianggap baru ataupun hal-hal yang jarang dilakukan oleh

lansia tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan Sapta (2014) menyatakan terdapat

hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan lansia di Kota Pekanbaru.

Hasil penelitian ini ternyata mendukung hasil penelitian beberapa peneliti

terdahulu. Kresnawati dan Kartinah (2012) meneliti hubungan dukungan keluarga

dengan keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan di Posyandu Lansia Desa Gonilan

Kecamatan Kartasura. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat dukungan

Universitas Sumatera Utara


keluarga yang kurang terdapat 15 responden (18,8%) memiliki keaktifan yang tidak

aktif dan 4 responden (5,0%) memiliki keaktifan yang aktif. Pada tingkat dukungan

keluarga yang cukup terdapat 8 responden (10,0%) memiliki keaktifan yang tidak

aktif dan 25 responden (31,2%) memiliki keaktifan yang aktif. Pada dukungan

keluarga yang baik terdapat 8 responden (10,0%) memiliki keaktifan yang tidak aktif

dan 20 responden (25,0%) memiliki keaktifan yang aktif.

4. Dukungan Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan merupakan faktor terpenting dalam memengaruhi

perubahan perilaku. Dengan adanya promosi kesehatan yang dilakukan oleh petugas

kesehatan maka masyarakat lebih terdorong dan tertarik sehingga cenderung dalam

mengubah tingkah lakunya. Dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dapat

dilakukan dengan cara health promotion (promosi kesehatan). Promosi kesehatan

sendiri dapat dilakukan dengan cara pelatihan pelatihan pada masyarakat,

mentransformasikan pengetahuan pengetahuan dan memberikan dukungan pada

masyarakat. Peran puskesmas atau petugas kesehatan dalam kegiatan posyandu

adalah sebagai fasilitator dan lebih memberdayakan masyarakat dalam kegiatan

posyandu. Hasil penelitian yang dilakukan Sapta (2014) menyatakan terdapat

hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan pemanfaatan posyandu lansia

di Kota Pekanbaru.

Hasil penelitian yang dilakukan Pujiyono (2009) yang membuktikan bahwa

ada hubungan peranan petugas kesehatan dengan pemanfaatan posyandu lansia.

Universitas Sumatera Utara


2.2 Pengertian Lanjut Usia (Lansia)

Proses menua atau aging adalah suatu proses alami pada semua makhluk

hidup. Dalam pasal 1 ayat 2 UU No. 13 tahun 1998 dinyatakan bahwa yang dimaksud

dengan lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas. Lanjut usia adalah

istilah untuk tahap akhir dari proses penuaan yang berarti seseorang telah melalui tiga

tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Mubarak, 2006).

Menurut ilmu Gerontologi, lanjut usia bukanlah suatu penyakit, melainkan

suatu masa atau tahap hidup manusia yang merupakan kelanjutan dari usia dewasa

dan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu

yang mencapai usia lanjut tersebut (Nugroho, 2008). Secara biologis penduduk lanjut

usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yakni

ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap

serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya

perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Jika ditinjau

secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada

sebagai sumberdaya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak

lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa

kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga

dan masyarakat (BKKBN, 2011).

2.2.1 Proses Menua

Menurut Constantindes (1994) dalam Nugroho (2008) mengatakan bahwa

proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan

Universitas Sumatera Utara


kjaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi

normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaikinya

kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara

alamiah dimulai sejak lahir dan setiap individu tidak sama cepatnya. Menua bukan

status penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam

menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Dengan begitu manusia

secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk

makin banyak distorsi metabolik dan stuktural yang disebut sebagai penyakit

degeneratif seperti, hipertensi, aterosklerosis, diabetes mellitus dan kanker yang akan

menyebabkan kita menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang dramatik

seperti strok, infark miokard, koma asidosis, metastasis kanker dan sebagainya

(Martono & Darmojo, 2011).

2.2.2 Batasan Usia Lansia

Menurut Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009, lansia adalah

seseorang yang usianya 60 tahun keatas dan mengalami perubahan biologis, fisik, dan

sosial.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2006) dalam Fatmah (2010) batasan

lansia antara lain :

1. Virilitas (prasenium), yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan

kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)

2. Usia lanjut dini (senescen), yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia

lanjut dini (usia 60-64 tahun)

Universitas Sumatera Utara


3. Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif, yaitu usia

di atas 65 tahun.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lanjut usia meliputi:

1. Usia pertengahan (Middle Age) adalah orang yang berusia 45-59 tahun.

2. Usia Lanjut (Elderly) adalah orang yang berusia 60-74 tahun.

3. Usia Lanjut Tua (Old) adalah orang yang berusia 75-90 tahun.

4. Usia Sangat Tua (Very Old) adalah orang yang berusia > 90 tahun.

2.2.3 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia

Menurut Maryam Siti, dkk, (2008), perubahan yang terjadi pada lanjut usia adalah :

1. Perubahan fisik

a. Sel

Lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukuranya, berkurangnya jumlah cairan

tubuh dan berkurangnya cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler,

menurunnya proporsi protein di otak, otot ginjal darah, dan hati, jumlah sel otak

menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel, otak menjadi atrofi, beratnya

berkurang 5 – 10%.

b. Sistem persarafan

Berat otak menurun 10 – 20% (setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam

setiap harinya), cepatnya menurun hubungan persarafan, lambat dalam responden

waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres, mengecilnya syaraf panca indra

(berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciuman

Universitas Sumatera Utara


dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan

terhadap dingin), kurang sensitive terhadap sentuhan.

c. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran)

Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam terutama

terhadap bunyi suara atau nada–nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit

mengerti kata–kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran timpani

menjadi atrofi menyebabkan otot seklerosis, terjadinya pengumpulan serumen dapat

mengeras karena meningkatnya keratin, kemampuan mendengar bertambah menurun

pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stres.

d. Sistem penglihatan

Sfingter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon terhadap sinar kornea

lebih terbentuk sferis (bola), lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi

katarak menyebabkan gangguan penglihatan, meningkatnya ambang pengamatan

sinar,daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya

gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang (berkurang luas

pandang).

e. Sistem kardiovaskuler

Elastisitas dinding aorta menurun, katup jatung menebal dan menjadi kaku

kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20

tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan

elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk

oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa

Universitas Sumatera Utara


menyebabkan tekanan darah menurun 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak

diastolis ± 70 mmHg, sedangkan diastolis normal ± 90 mmHg).

f. Sistem pengaturan temperatur tubuh

Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat,

yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor yang

mempengaruhinya. Sebagai akibat sering ditemui temperatur tubuh menurun

(hipotermia) secara fisiologik ± 35°C ini akibat metabolisme yang menurun,

keterbatasan refleks menggigil dan tidak memproduksi panas yang banyak sehingga

terjadi rendahnya aktifitas otot.

g. Sistem respirasi

Otot–otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku menurunnya

aktifitas dari sillia, paru–paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,

menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman

bernafas menurun kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan

menurun seiring dengan pertambahan usia.

h. Sistem gastrointestinal

Kehilangan gigi penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa

terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan

gizi yang buruk, indera pengecap menurun adanya iritasi yang kronis dari selaput

lendir, atropi indra pengecap (±80%).

Universitas Sumatera Utara


i. Sistem reproduksi

Menciutnya ovari dan uterus, atrofi payudara, pada laki–laki testis masih

dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur–

angsur, dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi

kesehatan baik) yaitu kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia,

hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan kemampuan seksual,

tidak perlu cemas karena merupakan perubahan alami, selaput lendir vagina menurun,

permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali

dan terjadi perubahan–perubahan warna.

j. Sistem gastrourinaria

Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui

urine darah ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut

nefron (tepatnya diglomerulus), kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran

darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus akibatnya berkurangnya

kemampuan mengkonsentrasikan urin.

k. Sistem endokrin

Produksi dari hampir semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan

sekresinya tidak berubah, pertumbuhan hormon ada tetapi tidak rendah dan hanya ada

didalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH,

menurunnya aktifitas tiroid, menurunnya BMR (basal metabolicrate), dan

menurunnya daya pertukaran zat, menurunnya produksi aldosteron, menurunnya

sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen, dan testosteron.

Universitas Sumatera Utara


2. Perubahan mental

Faktor–faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu perubahan fisik

khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas),

dan lingkungan. Kenangan (memory) terdiri dari kenangan jangka panjang(berjam–

jam sampai berhari–hari yang lalu mencakup beberapa perubahan), dan kenangan

jangka pendek atau seketika (0-10 menit, kenangan buruk).

3. Perubahan psikologis Lanjut usia akan mengalami perubahan–perubahan

psikososial seperti :

a. Pensiun, nilai seseorang sering diukur produktifitasnya, identitas dikaitkan

dengan peranan dalam pekerjaan. Lansia yang mengalami pensiun akan

mengalami rangkaian kehilangan yaitu finansial (income berkurang), status

(dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan segala

fasilitasnya), teman/kenalan atau relasi, dan pekerjaan atau kegiatan.

b. Merasakan atau sadar akan kematian (sence of awareness ofmortality)

3. Perubahan Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economicderivation)

meningkatkan biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya

pengobatan.

2.3 Posyandu Lansia

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut

disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat

dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Sementara menurut Pedoman

Universitas Sumatera Utara


Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia, Komisi Nasional Lanjut Usia (2010) disebutkan

bahwa Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan

kepada lanjut usia di masyarakat, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya

dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas

sektor pemerintah dan non pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan

menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Disamping

pelayanan kesehatan, di Posyandu lanjut usia juga dapat diberikan pelayanan sosial,

agama, pendidikan, keterampilan, olahraga dan seni budaya serta pelayanan lain yang

dibutuhkan para lanjut usia dalam rangka meningkatkan kualitas hidup melalui

peningkatan kesehatan dan kesejahteraan mereka. Selain itu mereka dapat beraktifitas

dan mengembangkan potensi diri.

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya

Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

bersama masyarakat guna memberdayakan masyarakat dengan menitikberatkan

pelayanan pada upaya promotif dan preventif. Pemberdayaan masyarakat dalam

menumbuh kembangkan posyandu lansia merupakan upaya fasilitas agar masyarakat

mengenal masalah yang dihadapi, merencanakan dan melakukan upaya

pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat sesuai situasi, kondisi

kebutuhan setempat (Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2007).

Kementerian Kesehatan (2010) menyatakan Posyandu lansia adalah pos

pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu, yang sudah

disepakati dan digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan

Universitas Sumatera Utara


pelayanan kesehatan dan merupakan kebijakan pemerintah untuk pengembangan

pelayanan kesehatan bagi lanjut usia yang penyelenggaraannya melalui program

puskesmas dengan melibatkan peran serta lanjut usia, keluarga, tokoh masyarakat dan

organisasi sosial. Posyandu lanjut usia merupakan perwujudan pelaksanaan program

pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lanjut

usia, sebagai suatu forum komunikasi dalam bentuk peran serta masyarakat usia

lanjut, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya,

dalam upaya peningkatan tingkat kesehatan secara optimal (Artinawati, 2014). Dasar

pembentukan posyandu lanjut usia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, terutama lanjut usia.

2.3.1 Tujuan Posyandu Lansia

Tujuan umum dari Posyandu lanjut usia adalah meningkatkan kesejahteraan

lansia melalui kegiatan posyandu lanjut usia yang mandiri dalam masyarakat.

Tujuan khususnya, meliputi:

1. Meningkatkan kesadaran para usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya.

2. Meningkatkan kemampuan dan peran serta keluarga dan masyarakat dalam

menghayati dan mengatasi kesehatan usia lanjut.

3. Meningkatkan jenis dan jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut.

4. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.

Menurut Azizah (2011) tujuan pembentukan dan pelayanan posyandu lansia

adalah :

Universitas Sumatera Utara


1. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga

terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia

2. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta

dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara

masyarakat lansia.

3. Meningkatkan kesadaran pada lansia untuk mengenali masalah kesehatan dirinya

sendiri dan bertindak untuk mengatasi masalah tersebut terbatas kemampuan

yang ada dan meminta pertolongan keluarga atau petugas jika diperlukan.

4. Meningkatkan mutu derajat kesehatan lansia. Meningkatkan pengetahuan, sikap

dan perilaku positif dari lansia.

2.3.2 Manfaat Posyandu Lansia

Menurut Azizah (2011), manfaat posyandu lansia antara lain:

1. Meningkatkan status kesehatan lansia

2. Meningkatkan kemandirian pada lansia

3. Memperlambat aging proses

4. Deteksi dini gangguan kesehatan pada lansia

5. Meningkatkan harapan hidup

Alasan pentingnya posyandu lansia karena kerentanannya terhadap gangguan

kesehatan. Gangguan kesehatan pada organ reproduksi, seperti osteoporosis dan

kanker leher rahim (pada lansia perempuan) dan gangguan kelenjar prostat dan

gangguan seksual serta impotensi (pada lansia laki-laki merupakan masalah tersendiri

dan berdampak pada kualitas hidup lansia).

Universitas Sumatera Utara


2.3.3 Kegiatan Posyandu Lansia

Kegiatan posyandu lansia meliputi kegiatan pelayanan kesehatan dan kegiatan

lain yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia. Bentuk pelayanan

pada posyandu lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional,

yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui

lebih awal penyakit yang diderita atau ancaman masalah kesehatan yang dialami

lansia.

Beberapa kegiatan pada posyandu lansia menurut Departemen Kesehatan RI

(2010) adalah :

1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam

kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat

tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.

2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental

emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.

3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi

badan dan dicatat pada grafik Indeks Massa Tubuh (IMT).

4. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta

penghitungan denyut nadi selama satu menit.

5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat.

Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit

gula(diabetes mellitus).

Universitas Sumatera Utara


6. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal

adanya penyakit ginjal.

7. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan

kelainan pada pemeriksaan butir-butir diatas.

8. Penyuluhan Kesehatan, biasa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam

rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah

kesehatan yang dihadapi oleh individu dan kelompok usia lanjut.

9. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang

tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat. Selain itu

banyak juga posyandu lansia yang mengadakan kegiatan tambahan seperti senam

lansia, pengajian, membuat kerajinan ataupun kegiatan silaturahmi antar lansia.

Kegiatan seperti ini tergantung dari kreasi kader posyandu yang bertujuan untuk

membuat lansia beraktivitas kembali dan berdisiplin diri.

2.3.4 Upaya Kegiatan Posyandu Lansia

Pelaksanaan kegiatan kesehatan usia lanjut secara umum mencakup kegiatan

pelayanan yang berbentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif

termasuk rujukannya.

1. Kegiatan Promotif

Meningkatkan semangat hidup bagi lansia agar mereka tetap dihargai dan tetap

berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Upaya promotif

dapat berupa kegiatan penyuluhan.

Universitas Sumatera Utara


2. Kegiatan Preventif

Upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit maupun

kompilikasi penyakit yang disebabkan oleh proses penuaan. Upaya preventif

dapat berupa kegiatan pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk

menemukan secara dini penyakit-penyakit pada lansia.

3. Kegiatan Kuratif

Upaya yang dilakukan adalah pengobatan dan perawatan bagi usila yang sakit

dan dapat dilakukan melalui fasilitas pelayanan seperti puskesmas pembantu,

puskesmas dan dokter praktek swasta.

4. Kegiatan Rehabilitatif

Upaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun. Upaya ini dapat berupa

memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang penggunaan berbagai

alat bantu, mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat

mental penderita.

5. Kegiatan Rujukan

Upaya yang dilakukan untuk mendapatkan pelayanan kuratif dan rehabilitatif

yang memadai dan tepat waktu sesuai kebutuhan. Upaya dapat dilakukan secara

vertikal dari tingkat pelayanan dasar ke tingkat pelayanan spesialistik di rumah

sakit secara horizontal ke sesama tingkat pelayanan yang mempunyai sarana

yang lebih lengkap.

Universitas Sumatera Utara


2.3.5 Penyelenggaraan Posyandu Lansia

Penyelenggaraan posyandu lansia pada hakikatnya dilaksanakan dalam 1

(satu) bulan kegiatan, baik pada hari buka posyandu maupun di luar hari buka

posyandu sekurang-kurangnya satu hari dalam sebulan. Hari dan waktu yang dipilih,

sesuai dengan hasil kesepakatan. Apabila diperlukan, hari buka posyandu dapat lebih

dari satu kali dalam sebulan (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2007).

Tempat penyelengaran kegiatan posyandu lansia sebaiknya berada pada

lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Tempat penyelengaraan tersebut dapat

di salah satu rumah warga, halaman rumah, balai desa/kelurahan, balai

RW/RT/dusun, salah satu kios di pasar, salah satu ruangan perkantoran atau tempat

khusus yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat yang dapat disebut dengan

nama “Wisma Posyandu” atau sebutan lainnya (Depkes Provinsi Sumatera

Utara,2007). memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap lansia,

mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan adalah 3 sektor 5

tahapan (5 meja) sebagai berikut :

1. Tahap pertama : pendaftaran anggota posyandu lansia sebelum pelaksanaan

pelayanan.

2. Tahap kedua : pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan lansia serta

penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.

3. Tahap ketiga : pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan

pemeriksaan status mental.

4. Tahap keempat : pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana)

Universitas Sumatera Utara


5. Tahap kelima : pemberian penyuluhan dan konseling (Depkes RI, 2003)

2.3.6 Tingkat Perkembangan Posyandu Lansia

Tingkat perkembangan kegiatan posyandu lansia dapat digolongkan menjadi 4

(empat) tingkatan yaitu :

1. Posyandu lansia Pratama adalah posyandu yang belum mantap, kegiatan yang

terbatas dan tidak rutin setiap bulan dengan frekuensi < 8 kali. Jumlah kader aktif

terbatas serta masih memerlukan dukungan dana dari pemerintah.

2. Posyandu lansia Madya adalah posyandu yang telah berkembang dan

melaksanakan kegiatan 3 sektor setiap bulan (paling sedikit 8 kali setahun)

jumlah kader aktif lebih dari 3 dengan cakupan program < 50% serta masih

memerlukan dukungan dana dari pemerintah.

3. Posyandu lansia Purnama adalah posyandu yang sudah mantap melaksanakan

kegiatan secara lengkap paling sedikit 10 kali setahun, dengan beberapa kegiatan

tambahan di luar kesehatan dan cakupan yang lebih tinggi (>60 %).

4. Posyandu lansia Mandiri adalah Posyandu Purnama dengan kegiatan tambahan

yang beragam dan telah mampu membiayai kegiatannya dengan dana sendiri

(Depkes RI, 2003).

2.4 Landasan Teori

Konsep pemanfaatan pelayanan posyandu lansia sebagai sarana pelayanan

kesehatan mengacu teori Andersen (1975) dalam Notoatmodjo (2010) bahwa faktor-

faktor yang memengaruhi pencarian pelayanan kesehatan dapat digolongkan ke

dalam 3 bagian yaitu (a) faktor predisposisi yang menggambarkan karakteristik

Universitas Sumatera Utara


pasien yang mempunyai kecenderungan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan

terdiri dari demografi, struktur sosial, kepercayaan, (b) faktor pemungkin (enabling

factor) yang terdiri dari kualitas pelayanan kesehatan, jarak pelayanan, status sosial

ekonomi dan (c) kebutuhan pelayanan (need) yaitu keadaan status kesehatan

seseorang menimbulkan suatu kebutuhan yang dirasakan dan membuat seseorang

mengambil keputusan untuk mencari pertolongan kesehatan dan keputusan untuk

memanfaatkan pelayanan kesehatan merupakan kombinasi dari kebutuhan normatif

dengan kebutuhan yang dirasakan, karena untuk konsumsi pelayanan kesehatan.

Andersen (1975) mengemukakan suatu model perilaku seseorang terhadap

pemanfaatan pelayanan kesehatan dan dikombinasikan dengan teori Dever (1984)

adalah sebagai berikut:

Predisposing Enabling Need Health Service

Family Perceived Faktor Sosiokultural


Demographic
Resources (Symtoms (Teknologi,Norma)
(Age, Sex)
(Income, Diagnose)
Health
insurance) Faktor
Social Organisasional
structure Evaluated (Ketersediaan
(Ethniccity, (symtoms, sumberdaya,
beliefe, Community
Diagnose Akses georafis,
occupation Resources
( Health Akses sosial,
of head family Karakteristik dari
Facility and
Personal struktur perawatan &
Health Service proses)

Faktor Konsumen
(sosiodemografis,
Sosiopsikologis

Faktor Produsen

Gambar 2.1 Kerangka Teori Andersen 1975 + Teori Dever 1984

Universitas Sumatera Utara


2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor Predisposing
- Umur
- Jenis Kelamin
- Pengetahuan
- Sikap

Faktor Enabling
- Dukungan keluarga
- Dukungan Petugas Pemanfaatan
Kesehatan Posyandu Lansia

Faktor Kebutuhan

Faktor Jarak

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel yang dianalisis dalam kerangka konsep meliputi variabel independen

umur, jenis kelamin, pengetahuan sikap, dukungan keluarga, dukungan petugas

kesehatan, kebutuhan dan jarak, sedangkan variabel dependen yaitu pemanfatan

posyandu lansia.

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian metode kuantitatif merupakan penelitian analitik dengan

pendekatan potong lintang (cross sectional) dimana proses pengambilan data

dilakukan dalam waktu bersamaan (Sugiyono, 2013), yang bertujuan menganalisis

tentang faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan posyandu lansia meliputi: usia,

jenis kelamin, pengetahuan, sikap, jarak dukungan keluarga, dukungan petugas

kesehatan dan kebutuhan di wilayah kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan

Kabupaten Langkat.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah kerja di wilayah kerja Puskesmas

Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat. Adapun alasan pengambilan lokasi

ini adalah karena belum pernah dilakukan penelitian tentang pemanfaatan posyandu

lansia, dan di wilayah kerja puskesmas tersebut masih belum mencapai target

kunjungan lansia ke posyandu lansia.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai dengan pengajuan judul, survei lokasi

penelitian, mempersiapkan proposal, konsultasi proposal, seminar proposal dan

penelitian, dilakukan pada bulan Februari sampai Juli 2016.

39

Universitas Sumatera Utara


3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang berada di wilayah

kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat yang berjumlah

1144 orang (Data Puskesmas Securai, 2015).

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi. Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar

sampel untuk uji hipotesis proporsi populasi tunggal sebagai berikut : (Lemeshow,

1997)

2
Z1 / 2 P0 1 P0 Z1 Pa 1 Pa
n= 2
Pa Po

Keterangan :

n = Besar sampel minimal

z1- /2
= Nilai deviasi standar pada 5 % = 1,96

z1- = Nilai deviasi standar pada 10 % = 1,282

Po = Proporsi lansia yang memanfaatkan posyandu lansia 1,4% (0,014) (Data

Puskesmas Securai, 2015)

Pa = Proporsi lansia yang memanfaatkan posyandu lansia yang diharapkan 5%

= 0,05

n = 129,70 (Besar sampel minimal)

Universitas Sumatera Utara


Sampel penelitian ini sebanyak 130 orang menggunakan teknik pengambilan

acak sederhana dengan cara C-Survey.

Kriteria inklusi pemilihan sampel adalah sebagai berikut :

a. Seluruh lansia yang berumur ≥ 60 tahun yang berada di diwilayah kerja

Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat

b. Tercatat sebagai penduduk pada wilayah kerja Puskesmas Securai Kecamatan

Babalan Kabupaten Langkat minimal 1 tahun

c. Bersedia menjadi responden

d. Responden kooperatif, bisa membaca, mendengar dan berbicara

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan oleh tenaga pengumpul data (enumotaror) sebanyak 5

orang. Agar data yang dikumpulkan lebih akurat dan sesuai dengan yang diinginkan

oleh penulis, maka sebelum melakukan pengumpulan data enumerator tersebut

dilatih terlebih dahulu tentang cara-cara pengisian kuesioner dan cara pengumpulan

data.

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti dari

sumber datanya dengan cara wawancara langsung kepada responden dengan

berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, dengan

penjelasan kuesioner secara lengkap sebagai acuan pewawancara dalam melakukan

wawancara.

Universitas Sumatera Utara


3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan maupun dokumen-dokumen

resmi lainnya terutama data di Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten

Langkat yang digunakan untuk membantu analisis terhadap data primer yang

diperoleh.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner yang dirancang sedemikian rupa agar relevan dengan tujuan penelitian,

untuk itu kuesioner di uji coba untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.

Ujicoba dilakukan kepada 30 orang lansia pada lokasi yang menyerupai karakteristik

wilayah penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pangkalan Berandan untuk melihat

validitas dan realiabilitas data.

a. Uji Validitas

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai

yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahan suatu alat ukur dengan cara

mengukur korelasi antara variabel atau item. Kelayakan menggunakan instrumen

yang akan dipakai untuk penelitian diperlukan uji validitas dan reliabilitas. Uji

validitas dengan mengukur korelasi antar item variabel menggunakan rumus teknik

korelasi Pearson Product Moment (r), dengan ketentuan nilai koefisien korelasi

>0,361 (valid) (Hidayat, 2010).

Universitas Sumatera Utara


b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

ukur dapat di percaya dan dapat diandalkan. Uji reliabilitas ini menggunakan

koefisien cronbach alpha, apabila nilai cronbachalpha> 0,60, maka alat ukur

tersebut reliabel (Hidayat, 2010).

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pengetahuan

Pertanyaan n Corrected item-Total Correlation Keterangan


Pengetahuan 1 30 0.469 Valid
Pengetahuan 2 30 0.429 Valid
Pengetahuan 3 30 0.584 Valid
Pengetahuan 4 30 0.549 Valid
Pengetahuan 5 30 0.470 Valid
Pengetahuan 6 30 0.429 Valid
Pengetahuan 7 30 0.430 Valid
Pengetahuan 8 30 0.531 Valid
Cronbach’s Alpha = 0,783

Pada Tabel 3.1 di atas diperoleh bahwa dari seluruh variabel pengetahuan

sebanyak 8 pernyataan mempunyai nilai Corrected Item-Total Correlation > 0,361

(r-tabel) dengan nilai Cronbach Alpha 0,783, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh

pernyataan variabel pengetahuan valid dan reliabel.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Sikap

Pertanyaan n Corrected item-Total Correlation Keterangan


Sikap 1 30 0.881 Valid
Sikap 2 30 0.424 Valid
Sikap 3 30 0.860 Valid
Sikap 4 30 0.725 Valid
Sikap 5 30 0.667 Valid
Sikap 6 30 0.561 Valid
Sikap 7 30 0.779 Valid
Sikap 8 30 0.701 Valid
Sikap 9 30 0.482 Valid
Sikap 10 30 0.567 Valid
Sikap 11 30 0.880 Valid
Sikap 12 30 0.718 Valid
Cronbach’s Alpha = 0,914

Pada Tabel 3.2 di atas diperoleh bahwa dari seluruh variabel sikap sebanyak

12 pernyataan mempunyai nilai Corrected Item-Total Correlation > 0,361 (r-tabel)

dengan nilai Cronbach Alpha 0,914, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh

pernyataan variabel sikap valid dan reliabel.

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Jarak

Pertanyaan n Corrected item-Total Correlation Keterangan


Jarak 1 30 0.582 Valid
Jarak 2 30 0.523 Valid
Jarak 3 30 0.705 Valid
Cronbach’s Alpha = 0,768

Pada Tabel 3.1 di atas diperoleh bahwa dari seluruh variabel pengetahuan

sebanyak 3 pernyataan mempunyai nilai Corrected Item-Total Correlation > 0,361

(r-tabel) dengan nilai Cronbach Alpha 0,768, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh

pernyataan variabel jarak valid dan reliabel.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Dukungan Keluarga

Pertanyaan n Corrected item-Total Correlation Keterangan


Keluarga 1 30 0.417 Valid
Keluarga 2 30 0.669 Valid
Keluarga 3 30 0.465 Valid
Keluarga 4 30 0.603 Valid
Keluarga 5 30 0.412 Valid
Keluarga 6 30 0.615 Valid
Keluarga 7 30 0.475 Valid
Keluarga 8 30 0.531 Valid
Cronbach’s Alpha = 0,809

Pada Tabel 3.4 di atas diperoleh bahwa dari seluruh variabel keluarga

sebanyak 8 pernyataan mempunyai nilai Corrected Item-Total Correlation > 0,361

(r-tabel) dengan nilai Cronbach Alpha 0,809, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh

pernyataan variabel dukungan keluarga valid dan reliabel.

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Dukungan Petugas Kesehatan

Pertanyaan n Corrected item-Total Correlation Keterangan


Petugas 1 30 0.502 Valid
Petugas 2 30 0.430 Valid
Petugas 3 30 0.538 Valid
Petugas 4 30 0.659 Valid
Petugas 5 30 0.457 Valid
Petugas 6 30 0.550 Valid
Petugas 7 30 0.613 Valid
Cronbach’s Alpha = 0,802

Pada Tabel 3.5 di atas diperoleh bahwa dari seluruh variabel petugas

kesehatan sebanyak 7 pernyataan mempunyai nilai Corrected Item-Total

Correlation > 0,361 (r-tabel) dengan nilai Cronbach Alpha 0,802, maka dapat

disimpulkan bahwa seluruh pernyataan variabel petugas kesehatan valid dan reliabel.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Dukungan Kebutuhan Kesehatan

Pertanyaan n Corrected item-Total Correlation Keterangan


Petugas 1 30 0.807 Valid
Petugas 2 30 0.593 Valid
Petugas 3 30 0.807 Valid
Petugas 4 30 0.315 Valid
Cronbach’s Alpha = 0,819

Pada Tabel 3.6 di atas diperoleh bahwa dari seluruh variabel petugas

kesehatan sebanyak 4 pernyataan mempunyai nilai Corrected Item-Total

Correlation > 0,361 (r-tabel) dengan nilai Cronbach Alpha 0,819, maka dapat

disimpulkan bahwa seluruh pernyataan variabel kebutuhan kesehatan valid dan

reliabel.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel

Variabel penelitian terdiri dari variabel independen yaitu usia, jenis kelamin,

pengetahuan, sikap, tradisi, jarak, dukungan keluarga dan dukungan petugas

kesehatan variabel dependen yaitu pemanfatan posyandu lansia.

3.5.2 Definisi Operasional

1. Usia adalah lama waktu hidup lanjut usia yang dihitung dari sejak lahir sampai

ulang tahun terakhir yang dihitung berdasarkan tahun.

2. Jenis Kelamin adalah ciri yang membedakan lanjut usia antara laki-laki dengan

perempuan.

Universitas Sumatera Utara


3. Pengetahuan adalah pemahaman atau hal-hal yang diketahui lansia tentang

kegiatan dan manfaat posyandu lansia.

4. Sikap adalah penilaian atau tanggapan lansia terhadap kegiatan dan manfaat yang

didapatkan dari pelayanan kesehatan di posyandu lansia.

5. Jarak adalah jauhnya perjalanan yang harus ditempuh lansia untuk mencapai

posyandu lansia.

6. Dukungan keluarga adalah peran dan dukungan dari anggota keluarga yang

dirasakan lansia untuk memanfaatkan posyandu lansia.

7. Dukungan petugas kesehatan adalah dukungan petugas kesehatan/kader dalam

memberikan pelayanan kesehatan di posyandu lansia dan memberikan dorongan

atau motivasi untuk datang ke posyandu lansia.

8. Kebutuhan adalah alasan lansia mengenai pengobatan dan pemeriksaan untuk

memanfaatkan pelayanan posyandu lansia

9. Pemanfaatan posyandu lansia adalah tindakan lansia untuk memanfaatkan

pelayanan posyandu lansia paling sedikit sebanyak 6 kali dalam setahun.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Variabel Independen

Pengukuran variabel bebas meliputi usia, jenis kelamin, tradisi, pengetahuan,

sikap, jarak, dukungan keluarga dan dukungan petugas kesehatan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


1. Usia adalah lama waktu hidup lanjut usia yang dihitung dari sejak lahir sampai

ulang tahun terakhir yang dihitung berdasarkan tahun, berdasarkan skala ordinal

umur dibagi atas :

0 = 60-74 tahun

1 = > 74 tahun

Skala: Ordinal

2. Jenis kelamin adalah ciri yang membedakan lanjut usia antara laki-laki dengan

perempuan, berdasarkan skala ordinal jenis kelamin dibagi atas :

0 = Laki-laki

1 = Perempuan

Skala : Nominal

3. Pengetahuan, diukur melalui 8 pertanyaan yang diajukan kepada responden

dengan memilih jawaban pilihan berganda dengan alternatif jawaban salah diberi

skor 0 dan benar diberi skor 1. Dikategorikan menjadi 2 (baik, tidak baik) dengan

skor sebagai berikut

0 = Tidak baik, jika responden menjawab dengan skor 0-5 ( skor< 75%)

1 = Baik, jika responden menjawab dengan skor 6-8 (skor ≥ 75%)

Skala : Ordinal

4. Sikap, diukur melalui 12 pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan

memilih jawaban pilihan berganda dengan alternatif jawaban pada pernyataan

positif sangat setuju = 4, setuju = 3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1,

sedangakan pada pernyataan negatif sangat setuju = 1, setuju = 2, tidak setuju =

Universitas Sumatera Utara


3, sangat tidak setuju = 4. Dikategorikan menjadi 2 (tidak baik, baik) dengan skor

sebagai berikut

0 = Tidak baik, jika responden menjawab dengan skor 12-32 (skor < 75%)

1 = Baik, jika responden menjawab dengan skor 33-48 (skor ≥ 75%)

Skala : Ordinal

5. Jarak, diukur melalui 3 pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan

memilih jawaban pilihan berganda dengan alternatif jawaban ya = 1 dan tidak =

0. Dikategorikan menjadi 2 (jauh dan dekat) dengan skor sebagai berikut:

0 = Jauh, jika responden menjawab dengan skor 0-1( skor<50%)

1 = Dekat, jika responden menjawab dengan skor 2-3 (skor ≥ 50%)

Skala : Ordinal

6. Dukungan keluarga, diukur melalui 8 pertanyaan yang diajukan kepada

responden dengan memilih jawaban pilihan berganda dengan alternatif jawaban

ya = 1 dan tidak = 0. Dikategorikan menjadi 2 (tidak dukung dan mendukung)

dengan skor sebagai berikut:

0 = Tidak mendukung, jika responden menjawab dengan skor 0-5 ( skor< 75%)

1 = Mendukung, jika responden menjawab dengan skor 6-8 (skor ≥ 75%)

Skala : Ordinal

7. Dukungan petugas kesehatan, diukur melalui 7 pertanyaan yang diajukan kepada

responden dengan memilih jawaban pilihan berganda dengan alternatif jawaban

ya = 1 dan tidak = 0. Dikategorikan menjadi 2 (tidak dukung dan mendukung)

dengan skor sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


0 = Tidak mendukung, jika responden menjawab dengan skor 0-4 ( skor< 75%)

1 = Mendukung, jika responden menjawab dengan skor 5-7 (skor ≥ 75%)

Skala : Ordinal

8. Kebutuhan, diukur 4 pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan

memilih jawaban pilihan berganda dengan alternatif jawaban ya = 1 dan tidak =

0. Dikategorikan menjadi 2 (tidak dukung dan mendukung) dengan skor sebagai

berikut:

0 = Tidak butuh, jika responden menjawab dengan skor 0-2( skor< 75%)

1 = Membutuhkan, jika responden menjawab dengan skor 3-4 (skor ≥ 75%)

Skala : Ordinal

3.6.2 Variabel Dependen (Pemanfaatan Posyandu Lansia)

Untuk mengetahui pemanfaatan posyandu lansia di dasarkan pada skala

nominal dapat dilihat dari :

1 = Tidak memanfaatkan apabila responden tidak datang ke posyandu dalam satu

tahun terakhir < 6 kali (< 50% kunjungan)

0 = Memanfaatkan, apabila responden datang ke posyandu dalam satu tahun

terakhir ≥ 6 kali (≥ 50% kunjungan)

Skala : Ordinal

Universitas Sumatera Utara


3.7 Metode Analisis Data

Pengolahan data akan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Analisis Univariat yaitu analisis yang menitikberatkan kepada penggambaran atau

deskripsi data yang diperoleh, mengambarkan distribusi frekuensi dari masing-

masing variabel independen dan dependen.

2. Analisis Bivariat yaitu untuk melihat ada tidaknya hubungan umur, jenis kelamin,

pengetahuan, sikap, jarak, dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan dan

kebutuhan terhadap pemanfaatan posyandu lansia dengan menggunakan Chi-

Square

3. Analisis Multivariat merupakan analisis lanjutan untuk mengetahui ada atau

tidaknya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen secara

bersama-sama dengan menggunakan analisis regresi logistik.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Puskesmas Securai terletak di Jalan Tanjung Pura – Pangkalan Berandan, Psr

1 Desa Securai Utara, Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat. Puskesmas Securai

melayani masyarakat di 4 desa, yaitu : Desa Securai Utara dengan 6 dusun yaitu

Dusun Pasar Lebar, Dusun Bukit 1, Dusun Bukit Gajah, Dusun Bukit Sentang, Dusun

Tuah Juhar, dan Dusun Paya bedi. Desa Securai Selatan dengan 9 dusun yaitu Dusun

Alur Rejo, Dusun Alur Hitam, Dusun Sendayan 1, Dusun Sendayan 2, Dusun

Kampung Jawa, Dusun Paluh Piye, Dusun pasar 20, Dusun Sukamulya dan Dusun

Gang Pasir. Desa Pelawi Selatan dengan 4 dusun yaitu Dusun Sukamulia, Dusun

Pelawi Darat, Dusun Pelawi Dalam,dan Dusun Pelawi Seberang. Desa Teluk Meku

dengan 7 dusun yaitu Dusun I, Dusun II Km 84, Dusun III Teluk Meku Tengah,

Dusun IV Pasar Lintang, Dusun V Medan Dua, Dusun VI Turing, dan Dusun VII

Paluh Sipat. Wilayah kerja Puskesmas Securai berbatasan dengan : Sebelah Utara

berbatasan dengan Kelurahan Berandan Timur dan Kecamatan Sei Lepan, Sebelah

Timur berbatasan dengan Kecamatan Gebang, Sebelah Selatan berbatasan dengan

Kecamatan Gebang dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Pelawi Utara

dan Kecamatan Sei Lepan. Luas wilayah Puskesmas Securai Kecamatan Babalan

50,21 Km2 yang secara topografi dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu :

Pesisir pantai ketinggian 0-4 meter dari permukaan laut, dataran rendah dengan

52

Universitas Sumatera Utara


ketinggian 4-30 meter dari permukaan laut dan dataran tinggi ketinggian 30-1200

meter dari permukaan laut (Profil Puskesmas Securai, 2013).

Pelayanan Kesehatan lanjut usia melalui Posyandu Lansia adalah salah satu

upaya dari program pengembangan di Puskesmas Securai. Puskesmas Securai

melaksanakan posyandu Lansia di 4 desa. Adapun tujuan dilaksanakannya Posyandu

Lansia adalah untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dengan meningkatkan

derajat kesehatannya. Pada posyandu lansia dilakukan kegiatan pemeriksaan

kesehatan rutin seperti pengukuran tekanan darah, penimbangan berat badan dan

pemberian obat-obatan pada lansia yang sakit. Selain itu kunjungan lansia sakit yang

tidak dapat berkunjung ke posyandu lansia juga merupakan bagian dari upaya

pelayanan kesehatan lanjut usia di Puskesmas Securai.

4.2 Karakteristik Lansia

Pada penelitian ini, karakteristik lansia yang dilihat meliputi umur dan jenis

kelamin. Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa berdasarkan umur, proporsi

umur responden mayoritas pada < 70 tahun sebesar 84,6%. Jenis kelamin mayoritas

perempuan sebesar 56,2%. Mayoritas lansia tidak bekerja sebesar 62,3%, sedangkan

tempat tinggal lansia mayoritas bersama anak sebesar 73,1%.

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai


Tahun 2016

Karakteristik n %
Umur
< 70 tahun 110 84.6
≥ 70 tahun 20 15.4
Jenis Kelamin
Perempuan 73 56.2
Laki-laki 57 43.8

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1 (Lanjutan)

Karakteristik n %
Pekerjaan
Pensiunan 9 6,9
Petani 26 20,0
Tidak bekerja 81 62,3
Wiraswasta 14 10,8
Tempat tinggal
Sendiri 7 5,4
Bersama Cucu 28 21,5
Bersama Anak 95 73,1
Total 130 100,0

4.3 Pengetahuan Lansia tentang Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas


Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 130 responden dengan

menanyakan pengetahuan tentang posyandu lansia, menunjukkan bahwa pertanyaan

yang paling banyak dijawab benar adalah posyandu lansia sebaiknya dikunjungi

(pertanyaan nomor 6) sebanyak 81 orang (62,3%) dan yang paling banyak dijawab

salah adalah pengertian posyandu lansia (pertanyaan nomor 1) sebanyak 113 orang

(86,9%), secara jelas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Pertanyaan Mengenai Pengetahuan


Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan
Kabupaten Langkat Tahun 2016

Benar Salah
No Pernyataan
n % n %
1. Pengertian posyandu lansia 17 13,1 113 86,9
2. Tujuan diadakan posyandu lansia 42 32,3 88 67,7
3. Manfaat yang diperoleh bila mengikuti
64 49,2 66 50,8
posyandu lansia secara rutin
4. Umur berapa seseorang diperbolehkan datang
70 53,8 60 46,2
ke posyandu lansia

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.2 (Lanjutan)

Benar Salah
No Pernyataan
n % n %
5. Kapan jadwal kegiatan posyandu lansia
59 45,4 71 54,6
diadakan
6. Posyandu lansia sebaiknya dikunjungi 81 62,3 49 37,7
7. Penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan untuk pemeriksaan gizi dapat 68 52,3 62 47,7
dilakukan di posyandu lansia
8. Untuk apa dilakukan pengukuran tekanan darah
79 60,8 51 39,2
pada saat kegiatan posyadu lansia berlangsung

Pengetahuan lansia tentang posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas

Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat diperoleh bahwa lansia yang

berpengetahuan tidak baik sebanyak 104 orang (80,0%) dan yang baik sebanyak 26

orang (20,0%).

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Lansia di Wilayah Kerja


Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat
Tahun 2016

Pengetahuan Jumlah (n) Persentase (%)


Tidak Baik 104 80,0
Baik 26 20,0
Jumlah 130 100,0

4.4 Sikap Lansia tentang Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas


Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 130 orang responden

dengan menanyakan sikap lansia menunjukkan bahwa yang paling banyak responden

menyatakan sangat setuju bahwa mengikuti posyandu lansia dapat bersosialisasi

dengan teman sesama lansia, posyandu lansia merupakan tempat yang paling mudah

untuk mendapatkan pengobatan, dan pemeriksaan kesehatan di posyandu belum

Universitas Sumatera Utara


lengkap masing-masing sebanyak 5 orang (3,8%), paling banyak menjawab setuju

bahwa saya akan datang posyandu jika dijemput oleh petugas kesehatan dan saya

akan datang posyandu lansia, jika dokter datang masing-masing sebanyak 88 orang

(67,7%) dan mayoritas menyatakan tidak setuju bahwa kegiatan posyandu lansia

bermanfaat dalam menjaga kesehatan saya sebanyak 84 orang (64,6%) dan paling

banyak menyatakan sangat tidak setuju posyandu lansia harus menyediakan dokter

pada saat kegiatan berlangsung sebanyak 3 orang (3,1%).

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Jawaban mengenai Pertanyaan Sikap Lansia di


Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat
Tahun 2016

Sangat
Sangat Tidak
Setuju Tidak
No Keterangan Setuju Setuju
Setuju
n % n % n % n %
1 Kegiatan posyandu lansia
bermanfaat dalam 3 2,3 43 33,1 84 64,6 0 0,0
menjaga kesehatan saya
2 Saya akan datang
posyandu jika dijemput 1 0,8 88 67,7 41 31,5 0 0,0
oleh petugas kesehatan
3 Posyandu lansia diadakan
0 0,0 73 56,2 57 43,8 0 0,0
satu kali sebulan
4 Saya akan datang
posyandu lansia, jika 2 1,5 88 67,7 40 30,8 0 0,0
dokter datang
5 Pemeriksaan kesehatan di
posyandu merupakan hal
4 3,1 66 50,8 60 46,2 0 0,0
yang penting bagi
kesehatan saya
6 Kegiatan posyandu lansia
hanya membuang-buang 0 0,0 84 64,6 43 33,1 3 2,3
waktu saya

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.4 (Lanjutan)

Sangat
Sangat Tidak
Setuju Tidak
No Keterangan Setuju Setuju
Setuju
n % n % n % n %
7 Posyandu lansia
merupakan tempat yang
5 3,8 49 37,7 76 58,5 0 0,0
paling mudah untuk
mendapatkan pengobatan
8 Dengan mengikuti
posyandu lansia, saya
dapat bersosialisasi 5 3,8 47 36,2 78 60,0 0 0,0
dengan teman sesama
lansia
9 Menurut saya, posyandu
lansia harus menyediakan
0 0,0 57 43,8 69 53,1 4 3,1
dokter pada saat kegiatan
berlangsung.
10 Menurut saya,
pemeriksaan kesehatan di 5 3,8 65 50,0 60 46,2 0 0,0
Posyandu belum lengkap
11 Menurut saya, obat yang
disediakan di Posyandu 3 2,3 60 46,2 67 51,5 0 0,0
belum lengkap
12 Saya akan datang ke
posyandu lansia, jika
0 0,0 79 60,8 51 39,2 0 0,0
petugas kesehatan yang
saya sukai datang

Sikap lansia tentang posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Securai

Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat diperoleh bahwa lansia yang tidak baik

sebanyak 122 orang (93,8%) dan yang baik sebanyak 8 orang (6,2%).

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Sikap Lansia di Wilayah Kerja


Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016

Sikap Jumlah (n) Persentase (%)


Tidak Baik 122 93,8
Baik 8 6,2
Jumlah 130 100,0

Universitas Sumatera Utara


4.5 Jarak Lansia tentang Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 130 responden dengan

menanyakan jarak posyandu lansia, menunjukkan bahwa pertanyaan yang paling

banyak dijawab ya adalah sarana transportasi dari tempat tinggal Bapak/ Ibu ke

tempat posyandu lansia mudah didapat sebanyak 98 orang (75,4%), secara jelas

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Jawaban Mengenai Pertanyaan Jarak ke


Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan
Kabupaten Langkat Tahun 2016

Tidak Ya
No Pernyataan
n % n %
1. Waktu yang diperlukan dari tempat tinggal
69 53.1 61 46.9
bapak/ibu ke posyandu lansia sebentar
2. Tempat posyandu lansia dapat ditempuh dengan
69 53.1 61 46.9
berjalan kaki
3. Sarana transportasi dari tempat tinggal Bapak/
32 24.6 98 75.4
Ibu ke tempat posyandu lansia mudah didapat

Jarak tempuh lansia tentang posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas

Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat diperoleh bahwa lansia yang

jaraknya jauh sebanyak 70 orang (53,8%) dan yang dekat sebanyak 60 orang (46,2%).

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pertanyaan tentang Jarak ke Posyandu Lansia


di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat
Tahun 2016

Jarak Jumlah (n) Persentase (%)


Jauh 70 53,8
Dekat 60 46,2
Jumlah 130 100,0

Universitas Sumatera Utara


4.6 Dukungan Keluarga Lansia tentang Posyandu Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 130 responden dengan

menanyakan dukungan keluarga, menunjukkan bahwa pertanyaan yang paling banyak

dijawab ya adalah keluarga bersedia menemani pada saat Bapak/Ibu menyatakan

akan mengikuti kegiatan posyandu lansia didapat sebanyak 79 orang (60,8%) dan

paling banyak yang menjawab tidak adalah pernyataan keluarga melarang bapak/ibu

mengikuti posyandu lansia sebanyak 92 orang (70,8%)secara jelas dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut :

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Mengenai Pertanyaan Dukungan


Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten
Langkat Tahun 2016

Tidak Ya
No Pernyataan
n % n %
1. Keluarga Bapak/Ibu mengetahui informasi
89 68,5 41 31,5
tentang adanya kegiatan posyandu lansia
2. Keluarga melarang bapak/ibu mengikuti
92 70,8 38 29,2
posyandu lansia
3. Keluarga bapak/ibu memberikan informasi
yang berhubungan dengan kegiatan posyandu 82 63,1 48 36,9
lansia
4. Keluarga bapak/ibu tidak mengetahui jadwal
79 60,8 51 39,2
pelaksanaan kegiatan posyandu lansia
5. Keluarga selalu mengingatkan jadwal kegiatan
78 60,0 52 40,0
posyandu
6. Apakah keluarga Bapak/Ibu memberitahukan
tempat-tempat dilaksanakan posyandu lansia 81 62,3 49 37,7
kepada Bapak/Ibu
7. Apakah keluarga bersedia menemani pada saat
Bapak/Ibu menyatakan akan mengikuti 51 39,2 79 60,8
kegiatan posyandu lansia
8. Keluarga menyarankan bapak/ibu
59 45,4 71 54,6
memeriksakan kesehatan di posyandu lansia

Universitas Sumatera Utara


Dukungan keluarga tentang posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas

Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat diperoleh bahwa lansia yang kurang

didukung keluarga 99 orang (76,2%) dan yang mendukung lansia adalah sebanyak

31 orang (23,8%).

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga di Wilayah Kerja


Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016

Dukungan Keluarga Jumlah (n) Persentase (%)


Kurang 99 76,2
Didukung 31 23,8
Jumlah 130 100,0

4.7 Dukungan Petugas Kesehatan Lansia tentang Posyandu Lansia di Wilayah


Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun
2016

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 130 responden dengan

menanyakan dukungan petugas kesehatan menunjukkan bahwa pertanyaan yang

paling banyak dijawab ya adalah petugas kesehatan/kader posyandu selalu ramah

didapat sebanyak 90 orang (69,2%) dan paling banyak yang menjawab tidak adalah

pernyataan petugas kesehatan/kader selalu memotivasi saya untuk datang ke

posyandu lansia sebanyak 61 orang (46,9%) secara jelas dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Jawaban Mengenai Pertanyaan Dukungan
Petugas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan
Kabupaten Langkat Tahun 2016

Tidak Ya
No Pernyataan
n % n %
1. Kader mengajak Bapak/ Ibu untuk datang ke
55 42,3 75 57,7
posyandu
2. Kader menjelaskan manfaat posyandu lansia 59 45,4 71 54,6
3. Kader memberi tahu jadwal pelaksanaan
55 42,3 75 57,7
posyandu kepada Bapak/ Ibu
4. Kader memberitahu tempat pelaksanaan
58 44,6 72 55,4
posyandu kepada Bapak/ Ibu
5. Petugas kesehatan/kader posyandu selalu
40 30,8 90 69,2
Ramah
6. Petugas kesehatan/kader
memberitahu kegiatan apa saja yang ada di 58 44,6 72 55,4
posyandu lansia
7. Petugas kesehatan/kader selalu memotivasi
saya untuk datang ke posyandu lansia 61 46,9 69 53,1

Dukungan petugas kesehatan tentang posyandu lansia di wilayah kerja

Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat diperoleh bahwa lansia

yang kurang didukung petugas kesehatan sebanyak 79 orang (60,8%) dan yang

mendukung lansia adalah sebanyak 51 orang (39,2%).

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Dukungan Petugas Kesehatan di Wilayah


Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat
Tahun 2016

Dukungan Petugas
Jumlah (n) Persentase (%)
Kesehatan
Kurang 79 60,8
Didukung 51 39,2
Jumlah 130 100,0

Universitas Sumatera Utara


4.8 Kebutuhan Kesehatan Lansia tentang Posyandu Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 130 responden dengan

menanyakan kebutuhan kesehatan menunjukkan bahwa pertanyaan yang paling

banyak dijawab ya adalah saya datang ke posyandu lansia karena ingin berobat

sebanyak 79 orang (60,8%) dan paling banyak yang menjawab tidak adalah saya

datang ke posyandu lansia karena ingin konsultasi tentang kesehatan saya dengan

petugas kesehatan sebanyak 66 orang (50,8%) secara jelas dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut :

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Jawaban Mengenai Pertanyaan Kebutuhan


Pelayanan Kesehatan di Posyandu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai
Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016

Tidak Ya
No Pernyataan
n % n %
1. Saya akan datang ke posyandu lansia karena
56 43,1 74 56,9
saya sering sakit
2. Saya datang ke posyandu lansia karena saya
58 44,6 72 55,4
ingin periksa kesehatan
3. Saya datang ke posyandu lansia karena ingin
51 39,2 79 60,8
berobat
4. Saya datang ke posyandu lansia karena ingin
konsultasi tentang kesehatan saya dengan 66 50,8 64 49,2
petugas kesehatan

Kebutuhan kesehatan tentang posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas

Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat diperoleh bahwa lansia yang kurang

butuh kesehatan sebanyak 76 orang (58,5%) dan yang butuh posyandu adalah

sebanyak 54 orang (41,5%), secara jelas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Kebutuhan Pelayanan Kesehatan di Posyandu
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten
Langkat Tahun 2016

Kebutuhan Kesehatan Jumlah (n) Persentase (%)


Tidak 76 58,5
Ya 54 41,5
Jumlah 130 100,0

4.9 Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai


Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016

Pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Securai Kecamatan

Babalan Kabupaten Langkat diperoleh bahwa lansia mayoritas tidak memanfaatkan

posyandu lansia sebanyak 115 orang (88,5%) dan yang memanfaatkan posyandu

lansia sebanyak 15 orang (11,5%)

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah


Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016

Pemanfaatan Posyandu
Jumlah (n) Persentase (%)
Lansia
Kurang 115 88,5
Didukung 15 11,5
Jumlah 130 100,0

4.10 Hubungan Umur Lansia dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah


Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun
2016

Berdasarkan hasil penelitian hubungan umur dengan pemanfaatan Posyandu

Lansia menunjukkan bahwa dari 110 orang yang berumur < 70 tahun terdapat 12

orang (10,9%) yang memanfaatkan posyandu lansia dan yang tidak memanfaatkan

posyandu sebanyak 98 orang (89,1%), sedangkan dari 20 orang yang berumur ≥ 70

tahun terdapat 3 orang (15,0%) yang memanfaatkan Posyandu Lansia dan yang tidak

Universitas Sumatera Utara


memanfaatkan posyandu sebanyak 17 orang (85,0%). Hasil uji Chi-Square

menunjukkan bahwa nilai p=0,598 >0,05 yang artinya tidak ada hubungan yang

signifikan antara umur dengan pemanfaatan posyandu lansia.

Tabel 4.15 Hubungan Umur Lansia dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di


Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat
Tahun 2016

Pemanfaatan Posyandu Lansia


Jumlah
Umur Tidak Ya p.
n % n % n %
< 70 tahun 98 89,1 12 10,9 110 100,0
0,598
≥ 70 tahun 17 85,0 17 85,0 20 100,0

4.11 Hubungan Jenis Kelamin Lansia dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di


Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten
Langkat Tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian hubungan jenis kelamin dengan pemanfaatan

Posyandu Lansia menunjukkan bahwa dari 73 orang yang berjenis kelamin

perempuan terdapat 9 orang (12,3%) yang memanfaatan posyandu lansia dan yang

tidak memanfaatkan posyandu sebanyak 64 orang (87,7%), sedangkan dari 57 orang

yang berjenis kelamin laki-laki terdapat 6 orang (10,5%) yang memanfaatkan

posyandu lansia dan yang tidak memanfaatkan posyandu sebanyak 51 orang (89,5%).

Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa nilai p=0,750>0,05 yang artinya tidak ada

hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan pemanfaatan posyandu lansia.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.16 Hubungan Jenis Kelamin Lansia dengan Pemanfaatan Posyandu
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten
Langkat Tahun 2016

Pemanfaatan Posyandu Lansia


Jenis Jumlah
Tidak Ya p.
Kelamin
n % n % n %
Perempuan 64 87,7 9 12,3 73 100,0
0,750
Laki-laki 51 89,5 6 10,5 57 100,0

4.12 Hubungan Pengetahuan Lansia dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di


Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten
Langkat Tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian hubungan pengetahuan dengan pemanfaatan

Posyandu Lansia menunjukkan bahwa dari 104 orang yang pengetahuan tidak baik

terdapat 11 orang (10,6%) yang memanfaatkan posyandu lansia dan yang tidak

memanfaatkan posyandu sebanyak 93 orang (89,4%), sedangkan dari 26 orang yang

pengetahuan baik terdapat 4 orang (15,4%) yang memanfaatkan posyandu lansia dan

yang tidak memanfaatkan posyandu sebanyak 22 orang (84,6%). Hasil uji Chi-Square

menunjukkan bahwa nilai p=0,493 >0,05 yang artinya tidak ada hubungan yang

signifikan antara pengetahuan dengan pemanfaatan posyandu lansia.

Tabel 4.17 Hubungan Pengetahuan Lansia dengan Pemanfaatan Posyandu


Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan
Kabupaten Langkat Tahun 2016

Pemanfaatan Posyandu Lansia


Jumlah
Pengetahuan Tidak Ya p.
n % n % n %
Tidak 93 89,4 11 10,6 104 100,0
0,493
Baik 22 84,6 4 15,4 26 100,0

Universitas Sumatera Utara


4.13 Hubungan Sikap Lansia dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun
2016

Berdasarkan hasil penelitian hubungan sikap dengan pemanfaatan Posyandu

Lansia menunjukkan bahwa dari 122 orang yang sikap tidak baik terdapat 11 orang

(9,0%) yang memanfaatan posyandu lansia dan yang tidak memanfaatkan posyandu

sebanyak 111 orang (91,0%), sedangkan dari 8 orang yang sikap baik terdapat 4

orang (50,0%) yang memanfaatan posyandu lansia dan yang tidak memanfaatan

posyandu sebanyak 4 orang (50,0%). Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa nilai

p<0,0001 <0,05 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan

pemanfaatan posyandu lansia.

Tabel 4.18 Hubungan Sikap Lansia dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di


Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat
Tahun 2016

Pemanfaatan Posyandu Lansia


Jumlah
Sikap Tidak Ya p.
n % n % n %
Tidak baik 111 91,0 11 9,0 122 100,0
<0,0001
Baik 4 50,0 4 50,0 8 100,0

4.14 Hubungan Jarak dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja


Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian hubungan jarak dengan pemanfaatan posyandu

lansia menunjukkan bahwa dari 70 orang yang jarak jauh terdapat 5 orang (7,1%)

yang memanfaatkan posyandu lansia dan yang tidak memanfaatkan posyandu

sebanyak 65 orang (92,9%), sedangkan dari 60 orang yang jarak dekat terdapat 10

orang (16,7%) yang memanfaatkan posyandu lansia dan yang tidak memanfaatkan

Universitas Sumatera Utara


posyandu sebanyak 50 orang (83,3%). Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa nilai

p=0,090 >0,05 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara jarak dengan

pemanfaatan posyandu lansia.

Tabel 4.19 Hubungan Sikap Lansia dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di


Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat
Tahun 2016

Pemanfaatan Posyandu Lansia


Jumlah
Jarak Tidak Ya p.
n % n % n %
Jauh 65 92,9 5 7,1 70 100,0
0,090
Dekat 50 83,3 10 16,7 60 100,0

4.15 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di


Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten
Langkat Tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian hubungan dukungan keluarga dengan

pemanfaatan posyandu lansia menunjukkan bahwa dari 99 orang yang dukungan

keluarga tidak baik terdapat 6 orang (6,1%) yang memanfaatkan posyandu lansia dan

yang tidak memanfaatkan posyandu sebanyak 93 orang (93,9%), sedangkan dari 31

orang yang dukungan yang baik terdapat 9 orang (29,0%) yang memanfaatkan

posyandu lansia dan yang tidak memanfaatkan posyandu sebanyak 22 orang (71,0%).

Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa nilai p=0,000 <0,05 yang artinya ada

hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan posyandu

lansia.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.20 Hubungan Dukungan Keluarga Lansia dengan Pemanfaatan
Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan
Kabupaten Langkat Tahun 2016

Pemanfaatan Posyandu Lansia


Dukungan Jumlah
Tidak Ya p.
Keluarga
n % n % n %
Tidak baik 93 93,9 6 6,1 99 100,0
0,000
Baik 22 71,0 9 29,0 31 100,0

4.16 Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pemanfaatan Posyandu


Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan
Kabupaten Langkat Tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian hubungan dukungan petugas kesehatan dengan

pemanfaatan posyandu lansia menunjukkan bahwa dari 79 orang yang dukungan

petugas kesehatan tidak baik terdapat 5 orang (6,3%) yang memanfaatkan posyandu

lansia dan yang tidak memanfaatkan posyandu sebanyak 74 orang (93,7%),

sedangkan dari 51 orang yang dukungan yang baik terdapat 10 orang (19,6%) yang

memanfaatkan posyandu lansia dan yang tidak memanfaatkan posyandu sebanyak 41

orang (80,4%). Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa nilai p=0,021<0,05 yang

artinya ada hubungan yang signifikan antara dukungan petugas kesehatan dengan

pemanfaatan posyandu lansia.

Tabel 4.21 Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pemanfaatan


Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan
Kabupaten Langkat Tahun 2016

Pemanfaatan Posyandu Lansia


Dukungan Jumlah
Tidak Ya p.
Keluarga
n % n % n %
Tidak baik 74 93,7 5 6,3 79 100,0
0,021
Baik 41 80,4 10 19,6 51 100,0

Universitas Sumatera Utara


4.17 Hubungan Kebutuhan Kesehatan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten
Langkat Tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian hubungan kebutuhan kesehatan dengan

pemanfaatan posyandu lansia menunjukkan bahwa dari 76 orang yang tidak butuh

terdapat 7 orang (9,2%) yang memanfaatkan posyandu lansia dan yang tidak

memanfaatkan posyandu sebanyak 69 orang (90,8%), sedangkan dari 54 orang yang

dukungan yang baik terdapat 8 orang (14,8%) yang memanfaatkan posyandu lansia

dan yang tidak memanfaatkan posyandu sebanyak 46 orang (80,4%). Hasil uji Chi-

Square menunjukkan bahwa nilai p=0,324 >0,05 yang artinya tidak ada hubungan

yang signifikan antara kebutuhan kesehatan dengan pemanfaatan posyandu lansia.

Tabel 4.22 Hubungan Kebutuhan Kesehatan dengan Pemanfaatan Posyandu


Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan
Kabupaten Langkat Tahun 2016

Pemanfaatan Posyandu Lansia


Kebutuhan Jumlah
Tidak Ya p.
Kesehatan
n % n % n %
Tidak butuh 69 90,8 7 9,2 76 100,0
0,324
Butuh 46 85,2 8 14,8 54 100,0

4.18 Analisis Multivariat

Untuk menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu

lansia menggunakan uji regresi logistik ganda (multiple logistic regression). Regresi

logistik ganda untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel bebas terhadap

variabel terikat kategorik yang bersifat dikotomi atau binary. Variabel yang

dimasukkan dalam model prediksi regresi logistik ganda adalah variabel yang

mempunyai nilai p<0,25 pada analisis bivariatnya.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.23 Hasil Analisis yang Memenuhi Asumsi Multivariat (Kandidat)

Variabel P
Sikap 0,0001*
Jarak 0,090
Dukungan keluarga 0,0001*
Dukungan petugas 0,021*
Keterangan : * variabel yang memenuhi syarat

Variabel yang memiliki nilai probabilitas (p) lebih kecil dari 0,25 adalah

variable sikap, jarak, dukungan keluarga dan dukungan petugas. Selanjutnya seluruh

variabel tersebut dengan metode Backward LR dimasukkan secara bersama-sama

kemudian variabel yang nilai p>0,05 akan dikeluarkan secara otomatis dari komputer

sehingga dapat variabel yang berpengaruh. Variabel yang terpilih dalam model akhir

regresi logistik ganda dapat dilihat pada Tabel 4.23 berikut :

Tabel 4.24 Hasil Akhir Uji Regresi Logistik Berganda

Variabel B Sig. Exp (B)


Sikap 2.638 0.007 13.986
Dukungan keluarga 1.512 0.015 4.534
Dukungan petugas 1.514 0.032 4.543
Konstanta -3.702 - -

Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa sikap berpengaruh terhadap

pemanfaatan posyandu lansiadengan nilai p=0,007. sikap memiliki nilai Exp (B) =

13,986 artinya lansia yang memiliki sikap yang baik memiliki peluang memanfaatkan

posyandu lansia sebesar 13,986 kali lebih besar dibanding dengan lansia yang

bersikap tidak baik.

Ada pengaruh dukungan keluarga terhadap pemanfaatan posyandu lansia

dengan nilai p=0,015. Dukungan keluarga memiliki nilai Exp (B) = 4,534 artinya

Universitas Sumatera Utara


lansia yang memiliki dukungan keluarga yang baik memiliki peluang memanfaatkan

posyandu lansia sebesar 4,534 kali lebih besar dibanding dengan lansia yang

dukungan keluarga tidak baik. Dukungan petugas kesehatan terhadap pemanfaatan

posyandu lansia dengan nilai p=0,032. Dukungan petugas kesehatan memiliki nilai

Exp (B) = 4,543 artinya lansia yang memiliki dukungan petugas kesehatan yang baik

memiliki peluang memanfaatkan posyandu lansiasebesar 4,543 kali lebih besar

dibanding dengan lansia yang dukungan petugas kesehatan tidak baik.

Nilai Percentage Correct diperoleh sebesar 91,5 yang artinya variabel sikap,

dukungan keluarga dan dukungan petugas kesehatan menjelaskan pengaruhnya

terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai

Kecamatan Babalan sebesar 91,5%, sedangkan sisanya sebesar 8,5% dipengaruhi

oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam variabel penelitian ini.

Model persamaan regresi logistik berganda yang dapat memprediksi

pemanfaatan posyandu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan

Babalan adalah sebagai berikut:

1
p( y ) ( 3, 702 2 ,, 368( X 1 ) 1, 512( X 2 ) 1, 514( X 3 ))
1 e

Keterangan:

P : Probabilitas Pemanfaatan lansia

X1 : Sikap lansia, koefisien regresi 2,638

X2 : Dukungan keluarga, koefisien regresi 1,512

X3 : Dukungan petugas kesehatan, koefisien regresi 1,514

a : Konstanta -3,702

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Sikap Lansia terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di


Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten
Langkat Tahun 2016

Sikap lansia tentang posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Securai

Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat diperoleh bahwa mayoritas sikap lansia yang

tidak baik sebanyak 122 orang (93,8%). Lansia mayoritas menyatakan sikap tidak

baik menganggap bahwa adanya kegiatan posyandu lansia sebenarnya kurang

bermanfaat dalam menjaga kesehatan lansia, lansia juga menyatakan mereka lebih

suka jika langsung didatangi oleh petugas kesehatan untuk diperiksa kesehatannya,

dengan alasan jarak posyandu dengan tempat tinggal berjauhan, sudah mengalami

kesulitan berjalan, dan tidak ada keluarga yang mengantar ke posyandu bahkan ada

keluarga yang beranggapan bahwa posyandu lansia hanyalah ditujukan bagi lansia

yang perekonomiannya menengah ke bawah. Lansia juga beranggapan bahwa

sangatlah penting dokter selalu datang pada saat posyandu berlangsung, tapi

kenyataan menurut lansia mereka datang hanya menjumpai kader dan petugas dari

puskesmas saja, dokter tidak rutin turut serta dalam pelaksanaan posyandu lansia.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh sikap terhadap pemanfaatan

posyandu lansia. Lansia yang memiliki sikap yang baik memiliki peluang

memanfaatkan posyandu lansia sebesar 13,986 kali lebih besar dibanding dengan

lansia yang bersikap tidak baik. Kurang baiknya sikap lansia terhadap posyandu

72

Universitas Sumatera Utara


lansia menyebabkan lansia tidak ingin memanfaatkan posyandu hal ini dilihat dari

kegiatan yang rutin diadakan setiap bulannya, tidak mengalami banyak perubahan

peningkatan jumlah kunjungan pemanfaatan posyandu lansia, baik dari jenis

pelayanan, maupun jumlah peserta yang datang ke posyandu lansia. Lansia tentunya

tetap menginginkan bahwa pelayanan posyandu dan jenis pelayanan posyandu lansia

dapat bertambah banyak variasinya. Kegiatan-kegiatan di posyandu lansia dianggap

monoton, seperti pemeriksaan tekanan darah, penimbangan berat badan dan

pengobatan dari petugas kesehatan apabila responden mengeluh sakit.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Henniwati

(2008) yang berjudul Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan

posyandu lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Aceh timur. Hasil

penelitian menujukkan bahwa sikap, peranan kader, jarak, kualitas pelayanan

mempengaruhi responden dalam pemanfaatan pelayanan posyandu lanjut usia di

wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Aceh timur. Hasil penelitian hasil penelitian ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mengko (2015) disimpulkan ada

hubungan antara sikap dengan pemanfaatan posyandu. Dilihat dari OR (Odds Ratio)

menunjukkan bahwa sikap yang baik kemungkinan membuat responden baik dalam

memanfaatkan posyandu sebanyak 6,1 kali lebih besar dibandingkan sikap yang

kurang baik.

Lansia yang memiliki sikap yang baik menjadikan responden aktif datang ke

posyandu lansia dalam pemanfaatan posyandu lansia dibanding dengan responden

memiliki sikap yang cukup atau kurang baik terhadap pemanfaatan posyandu lansia

Universitas Sumatera Utara


yang meliputi beberapa tahapan yaitu, menerima, merespon, menghargai dan

bertanggungjawab. Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas

merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti dan

memanfaatkan pelayanan kesehatan di posyandu lansia. Dengan sikap yang baik

tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan

di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu

cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan

kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu

dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.

Sikap lansia terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Indonesia juga masih

belum positif, mereka menganggap bahwa menjadi tua/lansia merupakan hal biasa

dan tidak perlu menjalani pemeriksaan apapun. Dukungan keluarga sangat

dibutuhkan dalam pemanfaatan posyandu lansia sebab dengan motivasi dan bantuan

keluarga tentunya para lansia akan lebih mudah dalam memanfaatkan pelayanan

kesehatan bagi lansia yang telah disediakan. Untuk menciptakan posyandu lansia

yang berkualitas tentunya dibutuhkan kader posyandu lansia yang berkualitas juga

yaitu yang mampu mengajak usila agar memanfaatkan posyandu lansia (Henniwati

2008)

Universitas Sumatera Utara


5.2 Pengaruh Dukungan Keluarga Lansia terhadap Posyandu Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten
Langkat Tahun 2016

Hasil penelitian menunjukkan dukungan keluarga tentang posyandu lansia di

wilayah kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat diperoleh

bahwa lansia yang kurang didukung keluarga 99 orang (76,2%). Hal ini

dimungkinkan dikarenakan keluarga tidak mengetahui informasi tentang kegiatan

posyandu lansia dan manfaat posyandu lansia sehingga kurang memotivasi lansia

untuk mengikuti kegitan rutin ini. Selain itu dapat juga karena keluarga tidak

memahami tujuan pelayanan kesehatan di posyandu lansia yang sebenarnya.

Kurangnya dukungan sosial dapat terjadi dari anggota keluarga seperti anak, istri

ataupun suami yang tinggal bersama lansia. Kurangnya dukungan ini terjadi karena

anak menganggap bahwa kegiatan posyandu kurang bermanfaat. Anak responden

berpendapat bahwa lebih baik orang tua jika melakukan pemeriksaan kesehatan

datang ke rumah sakit atau dokter karena pemahaman mereka posyandu lansia

hanyalah wadah pengobatan umum saja. Selain itu baik anak mempunyai kesibukan

tersendiri sehingga tidak dapat menyediakan waktu khusus untuk menemani dan

mendampingi orangtuanya mengikuti posyandu lansia. Adanya kesibukan pada

anggota keluarga akan mempengaruhi dalam bentuk dukungan sosial. Dimana

responden yang datang ke posyandu tidak diantar oleh anggota keluarga.

Hasil penelitian didapatkan ada pengaruh dukungan keluarga terhadap

pemanfaatan posyandu lansia. Lansia yang memiliki dukungan keluarga yang baik

memiliki peluang memanfaatkan posyandu lansia sebesar 4,534 kali lebih besar

Universitas Sumatera Utara


dibanding dengan lansia yang dukungan keluarga tidak baik. Adanya dukungan

keluarga terhadap lansia dapat menyebabkan ketenangan batin dan perasaan senang

dalam diri lansia. Selain itu dengan adanya dukungan keluarga berdampak pada

kemudahan lansia untuk mengikuti kegiatan di posyandu lansia.

Hal ini didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dwi

Handayani dkk (2012) yang berjudul “Hubungan dukungan keluarga dengan

kepatuhan lansia dalam mengikuti Posyandu lansia di Posyandu Lansia Jetis Desa

Kraja Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo” penelitian tersebut menunjukkan dari

100 responden yang diteliti ada 60 responden (60%) yang memiliki dukungan rendah.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jamalinah

(2013) yang berjudul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan

posyandu lansia di Desa Mon Ara Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur

Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013” hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa ada

pengaruh dukungan keluarga terhadap minat lansia dalam mengikuti posyandu,

dengan nilai p-value 0,001. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Mengko (2015) dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,000 dengan

demikian probabilitas (signifikansi) lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05), maka ada

hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan posyandu. Dilihat dari OR

(Odds Ratio) menunjukkan bahwa ada dukungan dari keluarga kemungkinan

membuat responden baik dalam memanfaatkan posyandu sebanyak 7,3 kali lebih

besar dibandingkan tidak ada dukungan keluarga.

Universitas Sumatera Utara


Friedman berpendapat dalam Mahmudi (2010) dukungan keluarga adalah

sikap tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Sikap

mendukung oleh anggota keluarga ditandai dengan sikap mendukung dan

memberikan pertolongan dan bantuan kapan pun disiapkan. Dukungan keluarga

merupakan bantuan yang dapat diberikan kepada keluarga lain berupa barang, jasa,

informasi dan nasehat yang mana membuat penerima dukungan akan merasa di

sayangi, dihargai, dan tentram.

Keberadaan anggota keluarga memainkan peranan penting dalam mencegah

atau paling tidak menunda lansia dengan sakit kronis ke lembaga perawatan.

Besarnya pelayanan yang diberikan oleh keluarga dapat berkisar mulai dari bantuan

minimal misalnya pengecekan secara berkala hingga pelayanan purna waktu yang

lebih kompleks. Namun pada penelitian ini didapat hubungan yang tidak signifikan

bermakna antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan posyandu lansia hal ini

disebabkan besarnya keterlibatan dan sifat pelayanan yang diberikan keluarga

tergantung pada banyak faktor lainnya seperti sumber-sumber ekonomi, struktur

keluarga, kualitas hubungan, kebutuhan lainnya dan tenaga yang tersedia. Banyak

lansia yang tidak mendapat dukungan keluarga karena kurangnya sumber daya dan

waktu yang harus disiapkan dalam mendukung pemanfaatan posyandu lansia,

mengingat banyak lansia yang datang harus dengan pendampingan anggota keluarga.

Dukungan interaksi sosial ini dapat dilakukan keluarga melalui sikap dan

perilaku keluarga seperti tetap menghargai lansia sebagai bagian dari keluarga,

mendorong lansia untuk mengikuti kegiatan yang mendukung terhadap

Universitas Sumatera Utara


perkembangan seperti kegiatan pengajian, kelompok arisan lansia, posyandu lansia

maupun kegiatan sosial lainnya yang ada di lingkungannya. Dukungan keluarga

sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti

kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila

selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu,

mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi

segala permasalahan bersama lansia melalui konseling.

5.3 Pengaruh Dukungan Petugas Kesehatan Lansia terhadap Posyandu Lansia


di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten
Langkat Tahun 2016

Dukungan petugas kesehatan merupakan dukungan sosial dalam bentuk

dukungan informatif dan promotif dimana perasaan subyek bahwa lingkungan

memberikan keterangan yang cukup jelas mengenai hal-hal yang diketahui dan terjadi

di sekitarnya. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan dibidang

kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya

kesehatan, tenaga kesehatan yang dimaksud adalah bidan, perawat, dokter, tenaga –

tenaga lapangan lainya serta kader–kader kesehatan yang diperbantukan di posyandu

(Kepmenkes RI, 2005).

Hasil penelitian didapatkan dukungan petugas kesehatan tentang posyandu

lansia di wilayah kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat

diperoleh bahwa mayoritas lansia yang kurang didukung petugas kesehatan sebanyak

Universitas Sumatera Utara


79 orang (60,8%). Dukungan petugas kesehatan berpengaruh terhadap pemanfaatan

posyandu lansia dengan nilai. Dukungan petugas kesehatan memiliki nilai Exp (B) =

4,543 artinya lansia yang memiliki dukungan petugas kesehatan yang baik memiliki

peluang memanfaatkan posyandu lansia sebesar 4,543 kali lebih besar dibanding

dengan lansia yang dukungan petugas kesehatan tidak baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hasil penelitian Wahono Hesthi

(2010) menyatakan Variabel peran kader mempuyai nilai signifikansi p-value =

0,012, dengan demikian disimpulkan bahwa faktor peran kader mempengaruhi

pemanfaatan posyandu lansia di Desa Gantungan Makam Haji Sukoharjo. Nilai Exp

(B) = 1,183 mempunyai arti bahwa peran kader yang baik menjadikan responden

aktif datang ke posyandu lansia dalam pemanfaatan posyandu lansia dibanding

dengan peran kader memiliki cukup atau kurang baik. Hasil penelitian Pujiyono

(2009) yang membuktikan bahwa ada hubungan peranan petugas kesehatan dengan

pemanfaatan posyandu lansia.

Kemampuan petugas kesehatan baik ditinjau dari pendidikan dan

pengetahuan harus dapat diaktualisasikan secara baik seperti dalam pemberian

motivasi terhadap lansia agar mau untuk datang ke posyandu pada jadwal berikutnya,

petugas kesehatan harus mampu memberikan manfaat dari posyandu lansia sehingga

dapat mempengaruhi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu.

Peran puskesmas atau petugas kesehatan dalam kegiatan posyandu adalah

sebagai fasilitator dan lebih memberdayakan masyarakat dalam kegiatan posyandu.

Kegiatan posyandu dikatakan meningkat jika peran serta masyarakat semakin tinggi

Universitas Sumatera Utara


yang terwujud dalam cakupan program kesehatan. Berdasarkan hal diatas,

direkomendasikan bahwa setiap petugas kesehatan harus memberikan dukungan

kepada lansia untuk memanfaatkan Posyandu Lansia. Oleh karena itu disarankan agar

memotivasi petugas kesehatan memberikan informasi kepada setiap lansia yang

berkunjung ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya dan keluarganya tentang

manfaat Posyandu Lansia.

Posyandu Lansia di wilayah kerja Puskesmas Securai ada 4 lokasi antara lain

di Desa Securai Utara di Dusun Bukit 1, Desa Securai Selatan di Dusun Sendayan 1,

Desa Pelawi Selatan di Pelawi Darat, Desa Teluk Meku di Dusun Medan 2

dilaksanakan setiap bulannya sekali di tanggal 15 dan 16 pada setiap bulannya.

Pemberian informasi pelaksanaan Posyandu dilakukan di perwiridan, posyandu balita

bulanan, pertemuan refreshing kader triwulan dan pada arisan kader PKK setiap

bulannya. Pemberian informasi juga dilakukan pada saat home visite lansia sakit,

dimana jika ada lansia sakit maka dikunjungi oleh pihak Nakes dari puskesmas.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Terdapat Pengaruh Sikap Lansia terhadap pemanfaatan Posyandu Lansia di

Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun

2016, Kurangnya sikap baik lansia terhadap pelaksanaan kegiatan di posyandu

lansia menyebabkan lansia malas untuk memanfaatkan posyandu lansia setiap

bulannya.

2. Terdapat Pengaruh dukungan keluarga terhadap pemanfaatan Posyandu Lansia di

Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun

2016, dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan

lansia untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan di posyandu lansia.

3. Terdapat Pengaruh dukungan petugas kesehatan terhadap pemanfaatan Posyandu

Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten

Langkat Tahun 2016, peran puskesmas atau petugas kesehatan dalam kegiatan

posyandu adalah sebagai fasilitator dan lebih memberdayakan masyarakat dalam

kegiatan posyandu.

6.2 Saran

1. Diharapkan kepada keluarga lansia untuk dapat memotivasi lansia untuk

mengikuti kegiatan Posyandu dengan mengingatkan jadwal posyandu lansia,

mengantar lansia, dan menemani lansia dalam mengikuti posyandu. Puskesmas

81

Universitas Sumatera Utara


sebagai fasilitator upaya kesehatan lansia juga dapat memberi penyuluhan pada

warga masyarakat yang memiliki anggota keluarga berusia lanjut tentang program

pelayanan kesehatan lansia di posyandu lansia. Dengan demikian, keluarga yang

memiliki orangtua yang berusia lanjut dapat mengantarkan orangtuanya ke

posyandu lansia.

2. Diharapkan kepada Petugas kesehatan untuk meningkatkan kinerja pelayanan

kesehatan lansia dengan cara menambah pengetahuan dan keahlian di bidang

pelayanan kesehatan lansia di posyandu lansia melalui pelatihan, seminar atau

diklat bagi petugas kesehatan yang mengelola program kesehatan lansia. Selain

daripada peningkatan pengetahuan, diharapkan juga agar petugas kesehatan lansia

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan sikap ramah dan etika yang

baik sehingga membuat lansia nyaman dan selalu ingin hadir pada setiap

pelaksaaan posyandu lansia. Senyum, sapa dan sikap ramah petugas kesehatan

yang melayani lansia adalah salah satu cara untuk mengubah pandangan untuk

lebih baik tentang pemanfaatan posyandu lansia.

3. Diharapkan agar puskesmas menjadi fasilitator untuk pemberdayaan kader

posyandu lansia dan mengupayakan kegiatan pelatihan dan penambahan

pengetahuan bagi kader posyandu tentang pelayanan kesehatan di posyandu lansia

sehinggga kader lebih aktif untuk melaksanakan posyandu lansia.

4. Disarankan agar puskesmas membuat suatu inovasi baru pada pelaksanan

posyandu lansia agar kegiatan diposyandu lansia tidak monoton dan dapat lebih

aktif serta menarik. Misalnya dengan pemberian makanan tambahan pada lansia ,

Universitas Sumatera Utara


senam lansia atau konseling rutin bagi lansia yang memiliki masalah kesehatan

atau psikososial saat pelaksanaan posyandu lansia setiap bulannya. Selain itu,

dapat juga di upayakan untuk membentuk kelompok diskusi dan konseling yang

terdiri dari beberapa lansia yang memiliki keluhan atau permasalahan dalam

kehidupannya sehari-hari. Kelompok diskusi konseling ini dapat membantu lansia

dalam memecahkan permasalahan psikososialnya dalam suasana yang berbeda.

5. Disarankan musyawarah desa dapat meninjau ulang lokasi posyandu lansia yang

sudah ada agar tempat pelaksanaan kegiatan posyandu berada di tempat yang

strategis dan mudah di jangkau. Untuk hal tersebut dibutuhkan kesepakatan dalam

rapat desa, yang diikuti seluruh warga untuk dapat bermusyawarah dalam

penentuan lokasi posyandu. Sehingga lokasi posyandu tersebut mudah

dikunjungi oleh warga usia lanjut yang akan mengikuti kegiatan posyandu lansia.

6. Diharapkan pada Puskesmas dan pemerintahan desa agar bekerjasama dalam

menyediakan fasilitas sarana dan prasarana untuk pelaksanaan kegiatan posyandu

lansia maupun kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan lainnya.

7. Diharapkan pada petugas puskesmas dapat mengikutsertakan norma-norma

agama dan adat yang ada dalam masyarakat dan melibatkan pihak-pihak terkait

sebagai bentuk sikap dukungan sosial keluarga dan peran serta masyarakat pada

pelayanan kesehatan lansia khususnya kegiatan posyandu lansia.

8. Diharapkan petugas kesehatan dari puskesmas melakukan sosialisasi ulang dalam

bentuk pendekatan secara persuasif pada lansia dan keluarganya yang memiliki

sikap tidak baik terhadap upaya kegiatan posyandu lansia yang sudah ada

Universitas Sumatera Utara


sehingga dapat mengubah persepsi lansia dan keluarganya tentang manfaat

posyandu lansia.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Artinawati, Sri. 2014. Asuhan Keperawatan Gerontik. Penerbit IN MEDIA. Bogor.

Azizah, M. L. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Depkes RI. 2003. Klarifikasi Lansia. Jakarta: Dinas Kesehatan Republik Indonesia.

Dever, Alan, 1984. Epidemiology In Health Service Management, An Aspen


Publication, Rocville Maryland.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2007. Profil Pembinaan Kelompok Usia
Lanjut di Sumatera Utara. Medan.

BKKBN. 2011. Lansia. Jakarta: Diakses pada 12 Maret 2016 http://www.bkkbn.go.id

Darmojo dan Martono. 2011. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta : FKUI.

Dwi, Sapta. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Posyandu


Lansia di Kota Pekanbaru. Jurnal: Stikes Pekanbaru.

Faiza, Y. 2012. Pemanfaatan Posyandu Lansia. Jurnal: Poltekkes Palembang.

Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Ficky, Fadli. 2015. Faktor yang Mempengaruhi Minta Lansia dalam Mengikuti
Posyandu Lansia di Wilayah Puskesmas Buko Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara. Jurnal: Universitas Negeri Gorontalo.

Fitriasih, N. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan


Pelayanan Kesehatan di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas
Semuli Raya Kabupaten Lampung Utara Tahun 2010. Skripsi: FKM UI

Frans Juniardi. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Kunjungan


Lansia Ke Posyandu Lansia di Puskesmas Batang Beruh Kecamatan
Sidikalang Kabupaten Dairi. Jurnal Universitas Sumatera Utara.

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga teori dan Praktik Ed.5.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

85

Universitas Sumatera Utara


Handayani, Dwi & Wahyuni. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Kepatuhan Lansia dalam Mengikuti Posyandu Lansia di Posyandu Lansia
Jetis Desa Krajan Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo. Gaster, Vol.9
No.1 Februari 2012.

Hasrat dan Rosmina, (2010). Dikutip dalam http://health.kompas.com/read


/2012/11/09/05293061/Dunia.Menua.Dengan.Cepat. Diunduh 12 Maret
2016

Henniwati (2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan


Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh
timur. Universitas Sumatera Utara.

Hidayat A.A., 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif, Jakarta :


Heath Books

Jamalinah (2013). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Posyandu


Lansia di Desa Mon Ara Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur
Kabupaten Pidie Jaya. Jurnal: U’budiyah Banda Aceh.

Kementerian Kesehatan. Laporan Nasional Riset Fasilitas Kesehatan 2011, Badan


Litbang Kesehatan, Jakarta, 2012.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia Bagi
Petugas Kesehatan. Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Komisi Nasional Lanjut Usia. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009. Jakarta: Komnas
Nasional Lanjut Usia; 2010.

Kresnawati, I. dan Kartinah. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Keaktifan


Lansia (Lanjut Usia) dalam Mengikuti Kegiatan di Posyandu Lansia Desa
Gonilan Kecamatan Kartasura. Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Kurniasari, L. 2013. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan, Tingkat Pendidikan dan


Status Pekerjaan dengan Motivasi Lansia Berkunjung ke Posyandu Lansia
di Desa Dadirejo Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan. Skripsi: Stikes
Muhamaddiyah Pekalongan.

Levey, Samuel, N. Paul Loomba. 1973. Health Care Administration : “A Managerial


Perspective.

Mubarak, Wahit Iqbal, 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta : CV


Sagung Seto.

Universitas Sumatera Utara


Naucie dan Wiwi. 2011. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Lansia Mengenai
Posbindu di Rw 07 Desa Kertawangi Kecamatan Cisarua Kabupaten
Bandung Barat Tahun 2011. Bandung: Jurnal kesehatan Kartika.

Notoatmodjo,S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Edisi-3. Jakarta:EGC.

Nurhayati. K. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lansia dalam Pemanfaatan


Pos Binaan Terpadu (Posbindu). UR : Naskah Asli Tidak Dipublikasikan.

Proverawati, A. 2011. Menopause dan Sindrom Premenopause. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Pujiyono. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Posyandu


Lansia di Desa Jetis Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan.
Program Studi Magister Promosi Kesehatan Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro Semarang.

Rosyid, Fahrun, Uliyah, Musrifatul., & Hasanah, Uswatun. (2009). Faktor-faktor


yang Mempengaruhi Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di RW. VII
Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir Surabaya. Journal From
UM Surabaya. Vol.5 No.1 Februari 2010.

Sapta. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia


di Kota Pekanbaru. Pekanbaru: Jurnal Stikes Payung Negeri Pekanbaru
Vol 1 No.2 Hal 42-47

Sigalingging,G. 2011. Pengaruh Sosial Budaya dan Sosial Ekonomi Keluarga Lansia
dalam Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Darussalam Medan. Tesis FKM USU, Medan.

Siti, Maryam R, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Penangannya. Jakarta:
Salemba Medica.

Soekanto, Soerjono. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Suadirman, S.P. 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Universitas Sumatera Utara


Sulistyorini. (2010). Posyandu dan Desa Siaga. Yogyakarta : Nuha Medika.

Titus. 2012. Gambaran Perilaku Lansia terhadap Kecemasan di Panti Sosial Tresna
Werdah Theodora Makasar. Jurnal: FKM Unhas Makasar.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

Viena Vicktoria Mengko, G.D. Kandou dan R.G.A. Massie. 2015. Pemanfaatan
Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Teling Atas Kota Manado.
Jurnal: FKM Universitas Sam Ratulangi Manado.

Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.

Wahono Hesthi. 2010 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan


Posyandu lansia di Gantungan Makam Haji. Skripsi. Fak. Ilmu Kesehatan
Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Zarniyeti. 2011. Analisi Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan


Posyandu Lansia oleh Lanjut Usia (>60 tahun) di Wilayah Kota Pariaman
Sumatera Barat tahun 2011. Skripsi FKM UI, Depok.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Kode :
Tgl/Waktu :

1. Umur : .................... Tahun

2. Jenis kelamin
 Laki-laki
 Perempuan

3. Pendidikan………………………..

4. Pekerjaan………………………….

5. Lansia tinggal serumah bersama :


a. Tinggal sendiri
b. Tinggal bersama anak
c. Tinggal bersama cucunya
d. Dan lain-lain, sebutkan ......................................................................................

Tingkat Pengetahuan

1. Apa yang dimaksud dengan posyandu lansia ?


a. Tempat pembinaan kesehatan lansia untuk meningkatkan kesehatan,
kemampuan untuk mandiri, produktif dan berperan aktif yang dilakukan
setiap bulannya
b. Tempat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan berupa penimbangan berat
badan dan pengukuran tekanan darah
c. Tempat pengobatan untuk lansia yang sakit

2. Apa tujuan diadakannya posyandu lansia?


a. Untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk
mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna
b. Untuk meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat
c. Sebagai program kerja Puskesmas

3. Apa manfaat yang diperoleh bila mengikuti posyandu lansia secara rutin?
a. Status kesehatan lansia selalu terpantau dan mendapatkan pelayanan
kesehatan dasar sehingga kualitas hidup lansia tetap terjaga dengan baik dan
optimal
b. Dapat mendeteksi secara awal penyakit yang diderita lansia
c. Semakin akrab dengan sesama lansia

Universitas Sumatera Utara


4. Umur berapa seseorang diperbolehkan datang ke posyandu lansia?
a. Kelompok pra lansia (45-59 tahun) dan lansia (60 tahun ke atas)
b. Lansia (60 tahun ke atas)
c. Lansia yang sakit

5. Kapan jadwal kegiatan posyandu lansia diadakan ?


a. Sekali dalam sebulan
b. Sekali dalam seminggu
c. Bila ada hari libur besar

6. Posyandu lansia sebaiknya dikunjungi ?


a. Secara berkesinambungan setiap bulan
b. Bila lansia sakit dan ada waktu senggang
c. Bila dirasa perlu oleh lansia

7. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan untuk pemeriksaan gizi
dapat dilakukan di posyandu lansia?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

8. Untuk apa dilakukan pengukuran tekanan darah pada saat kegiatan posyadu
lansia berlangsung ?
a. Untuk mengetahui status kesehatan lansia dan memantau tekanan darah
lansia
b. Untuk mengetahui apakah lansia terkena hipertensi
c. Untuk data pelengkap bagi petugas kesehatan

Universitas Sumatera Utara


Sikap
Petunjuk :
Berilah tanda checklist (√) pada pernyataan di bawah ini
Sikap tentang Posyandu Lansia:

Sangat
Sangat Tidak
No Pernyataan Setuju Tidak
Setuju Setuju
Setuju
1 Kegiatan posyandu lansia
bermanfaat dalam menjaga
kesehatan saya
2 Saya akan datang posyandu jika
dijemput oleh petugas kesehatan
3 Posyandu lansia diadakan satu kali
sebulan
4 Saya akan datang posyandu lansia,
jika dokter datang
5 Pemeriksaan kesehatan di posyandu
merupakan hal yang penting bagi
kesehatan saya
6 Kegiatan posyandu lansia hanya
membuang-buang waktu saya
7 Posyandu lansia merupakan tempat
yang paling mudah untuk
mendapatkan pengobatan
8 Dengan mengikuti posyandu lansia,
saya dapat bersosialisasi dengan
teman sesama lansia
9 Menurut saya, posyandu lansia
harus menyediakan dokter pada saat
kegiatan berlangsung.
10 Menurut saya, pemeriksaan
kesehatan di Posyandu belum
lengkap
11 Menurut saya, obat yang disediakan
di Posyandu belum lengkap
12 Saya akan datang ke posyandu
lansia, jika petugas kesehatan yang
saya sukai datang

Universitas Sumatera Utara


Jarak

Berilah tanda checklist (√) padapernyataan di bawah ini

No Pernyataan Ya Tidak
1 Waktu yang diperlukan dari tempat tinggal
bapak/ibu ke posyandu lansia sebentar
2 Tempat posyandu lansia dapat ditempuh dengan
berjalan kaki?
3 Sarana transportasi dari tempat tinggal Bapak/ Ibu
ke tempat posyandu lansia mudah didapat?

Dukungan keluarga

Berilah tanda checklist (√) padapernyataan di bawah ini

No Pernyataan Ya Tidak
1 Keluarga Bapak/Ibu mengetahui informasi tentang
adanya kegiatan posyandu lansia
2 Keluarga melarang bapak/ibu mengikuti posyandu
lansia
3 Keluarga bapak/ibu memberikan informasi yang
berhubungan dengan kegiatan posyandu lansia
4 Keluarga bapak/ibu tidak mengetahui jadwal
pelaksanaan kegiatan posyandu lansia
5 Keluarga selalu mengingatkan jadwal kegiatan
posyandu
6 Apakah keluarga Bapak/Ibu memberitahukan
tempat-tempat dilaksanakan posyandu lansia
kepada Bapak/Ibu
7 Apakah keluarga bersedia menemani pada saat
Bapak/Ibu menyatakan akan mengikuti kegiatan
posyandu lansia
8 Keluarga menyarankan bapak/ibu memeriksakan
kesehatan di posyandu lansia

Universitas Sumatera Utara


Dukungan Petugas Kesehatan

Berilah tanda checklist (√) padapernyataan di bawah ini

No Pernyataan Ya Tidak
1 Kader mengajak Bapak/ Ibu untuk datang ke
posyandu
2 Kader menjelaskan manfaat posyandu lansia
3 Kader memberi tahu jadwal pelaksanaan
posyandu kepada Bapak/ Ibu
4 Kader memberitahu tempat pelaksanaan posyandu
kepada Bapak/ Ibu
5 Petugas kesehatan/kader posyandu selalu
ramah
6 Petugas kesehatan/kader
memberitahu kegiatan apa saja yang ada di
posyandu lansia
7 Petugas kesehatan/kader selalu memotivasi
saya untuk datang ke posyandu lansia

Faktor Kebutuhan

Berilah tanda checklist (√) padapernyataan di bawah ini

No Pernyataan Ya Tidak
1 Saya akan datang ke posyandu lansia karena saya
sering sakit
2 Saya datang ke posyandu lansia karena saya ingin
periksa kesehatan
3 Saya datang ke posyandu lansia karena ingin
berobat
4 Saya datang ke posyandu lansia karena ingin
konsultasi tentang kesehatan saya dengan petugas
kesehatan

Pemanfaatan Posyandu Lansia

1. Dalam setahun ini berapa kali Bapak/ Ibu memanfaatkan posyandu lansia?.........
2. Jika tidak pernah mengikuti posyandu lansia, apa alasan bapak/ibu tidak
mengikuti posyandu lansia?

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Master Data Penelitian
94

Universitas Sumatera Utara


95
Universitas Sumatera Utara
96
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Hasil Penelitian

Reliability PENGETAHUAN TAHAP 1


Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.785 10

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
p1 .60 .498 30
p2 .53 .507 30
p3 .43 .504 30
p4 .43 .504 30
p5 .47 .507 30
p6 .53 .507 30
p7 .53 .507 30
p8 .50 .509 30
p9 .57 .504 30
p10 .57 .504 30

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if


Deleted Item Deleted Correlation Item Deleted
p1 4.57 7.151 .487 .762
p2 4.63 7.137 .480 .763
p3 4.73 6.823 .615 .746
p4 4.73 7.168 .472 .764
p5 4.70 7.114 .489 .762
p6 4.63 7.275 .425 .770
p7 4.63 7.620 .292 .786
p8 4.67 7.471 .347 .780
p9 4.60 7.076 .509 .760
p10 4.60 7.283 .426 .770

Universitas Sumatera Utara


Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
5.17 8.695 2.949 10

Reliability PENEGTAHUAN TAHAP II


Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.783 8

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
p1 .60 .498 30
p2 .53 .507 30
p3 .43 .504 30
p4 .43 .504 30
p5 .47 .507 30
p6 .53 .507 30
p9 .57 .504 30
p10 .57 .504 30

Universitas Sumatera Utara


Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
p1 3.53 5.154 .469 .762
p2 3.60 5.214 .429 .769
p3 3.70 4.907 .584 .743
p4 3.70 4.976 .549 .749
p5 3.67 5.126 .470 .762
p6 3.60 5.214 .429 .769
p9 3.57 5.220 .430 .768
p10 3.57 5.013 .531 .752

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
4.13 6.464 2.543 8

Reliability SIKAP 1

Scale: ALL VARIABLES

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.882 15

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
s1 3.2333 .43018 30
s2 3.0000 .69481 30
s3 2.6333 .80872 30
s4 2.4333 .56832 30
s5 2.6667 .75810 30
s6 3.1333 .43417 30
s7 2.7667 .72793 30
s8 2.8333 .64772 30
s9 2.8333 .83391 30
s10 3.1667 .37905 30
s11 3.4667 .50742 30

Universitas Sumatera Utara


s12 3.1000 .75886 30
s13 2.6333 .80872 30
s14 3.1333 .34575 30
s15 3.5333 .68145 30

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
s1 41.3333 31.057 .887 .866
s2 41.5667 31.978 .386 .882
s3 41.9333 27.651 .845 .858
s4 42.1333 36.947 -.257 .904
s5 41.9000 28.990 .727 .865
s6 41.4333 31.978 .678 .872
s7 41.8000 30.372 .572 .873
s8 41.7333 32.616 .332 .884
s9 41.7333 27.857 .789 .862
s10 41.4000 32.524 .654 .874
s11 41.1000 32.300 .509 .877
s12 41.4667 30.533 .523 .876
s13 41.9333 27.582 .855 .858
s14 41.4333 32.668 .685 .874
s15 41.0333 32.654 .305 .886

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
44.5667 35.495 5.95780 15

Universitas Sumatera Utara


Reliability SIKAP 2

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.914 12

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
s1 3.2333 .43018 30
s2 3.0000 .69481 30
s3 2.6333 .80872 30
s5 2.6667 .75810 30
s6 3.1333 .43417 30
s7 2.7667 .72793 30
s9 2.8333 .83391 30
s10 3.1667 .37905 30
s11 3.4667 .50742 30
s12 3.1000 .75886 30
s13 2.6333 .80872 30
s14 3.1333 .34575 30

Universitas Sumatera Utara


Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
s1 32.5333 27.154 .881 .902
s2 32.7667 27.702 .424 .918
s3 33.1333 23.844 .860 .897
s5 33.1000 25.197 .725 .904
s6 32.6333 28.033 .667 .909
s7 33.0000 26.552 .561 .912
s9 32.9333 24.202 .779 .902
s10 32.6000 28.317 .701 .909
s11 32.3000 28.424 .482 .914
s12 32.6667 26.299 .567 .912
s13 33.1333 23.706 .880 .896
s14 32.6333 28.516 .718 .909

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
35.7667 31.289 5.59361 12

Reliability Jarak Tahap 1

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


.768 3

Universitas Sumatera Utara


Item Statistics
Mean Std. Deviation N
j1 .4333 .50401 30
j2 .4667 .50742 30
j3 .5667 .50401 30

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
j1 1.0333 .792 .582 .708
j2 1.0000 .828 .523 .772
j3 .9000 .714 .705 .567

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


1.4667 1.568 1.25212 3

Reliability Dukungan Keluarga 1


Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


.791 10

Universitas Sumatera Utara


Item Statistics

Mean Std. Deviation N


d1 .5333 .50742 30
d2 .5667 .50401 30
d3 .5667 .50401 30
d4 .5000 .50855 30
d5 .7333 .44978 30
d6 .5333 .50742 30
d7 .7000 .46609 30
d8 .4333 .50401 30
d9 .5333 .50742 30
d10 .5667 .50401 30

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
d1 5.1333 7.016 .484 .771
d2 5.1000 6.783 .586 .758
d3 5.1000 7.128 .443 .776
d4 5.1667 6.902 .529 .765
d5 4.9333 7.168 .500 .770
d6 5.1333 6.878 .541 .764
d7 4.9667 6.999 .551 .763
d8 5.2333 7.771 .196 .805
d9 5.1333 7.499 .294 .794
d10 5.1000 6.921 .528 .765

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
5.6667 8.575 2.92826 10

Universitas Sumatera Utara


Reliability Dukungan Keluarga 2

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.809 8

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
d1 .5333 .50742 30
d2 .5667 .50401 30
d3 .5667 .50401 30
d4 .5000 .50855 30
d5 .7333 .44978 30
d6 .5333 .50742 30
d7 .7000 .46609 30
d10 .5667 .50401 30

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
d1 4.1667 5.454 .417 .804
d2 4.1333 4.947 .669 .765
d3 4.1333 5.361 .465 .796
d4 4.2000 5.062 .603 .776
d5 3.9667 5.620 .412 .803
d6 4.1667 5.040 .615 .774
d7 4.0000 5.448 .475 .795
d10 4.1333 5.223 .531 .787

Universitas Sumatera Utara


Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
4.7000 6.700 2.58844 8

Reliability Petugas Kesehatan 1

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


.797 10

Item Statistics

Mean Std. Deviation N


k1 .5000 .50855 30
k2 .5000 .50855 30
k3 .5000 .50855 30
k4 .5000 .50855 30
k5 .5333 .50742 30
k6 .6333 .49013 30
k7 .5667 .50401 30
k8 .5333 .50742 30
k9 .5000 .50855 30
k10 .5333 .50742 30

Universitas Sumatera Utara


Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
k1 4.8000 7.545 .444 .782
k2 4.8000 7.476 .471 .779
k3 4.8000 7.890 .314 .797
k4 4.8000 7.200 .581 .765
k5 4.7667 7.840 .333 .795
k6 4.6667 7.126 .641 .759
k7 4.7333 7.375 .517 .773
k8 4.7667 7.220 .575 .766
k9 4.8000 7.407 .498 .775
k10 4.7667 7.840 .333 .795

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


5.3000 9.045 3.00746 10

Reliability PETUGAS KESEHATAN II

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


.802 7

Universitas Sumatera Utara


Item Statistics
Mean Std. Deviation N
k1 .5000 .50855 30
k2 .5000 .50855 30
k4 .5000 .50855 30
k6 .6333 .49013 30
k7 .5667 .50401 30
k8 .5333 .50742 30
k9 .5000 .50855 30

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
k1 3.2333 4.392 .502 .783
k2 3.2333 4.530 .430 .795
k4 3.2333 4.323 .538 .776
k6 3.1000 4.162 .659 .754
k7 3.1667 4.489 .457 .790
k8 3.2000 4.303 .550 .774
k9 3.2333 4.185 .613 .762

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
3.7333 5.720 2.39156 7

Reliability Kebutuhan kesehatan 1

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Universitas Sumatera Utara


Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


.819 5

Item Statistics

Mean Std. Deviation N


t1 .6667 .47946 30
t2 .8333 .37905 30
t3 .6667 .47946 30
t4 .2667 .44978 30
t5 .8333 .37905 30

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha


Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
t1 2.6000 1.559 .807 .718
t2 2.4333 1.978 .593 .790
t3 2.6000 1.559 .807 .718
t4 3.0000 2.138 .315 .867
t5 2.4333 1.978 .593 .790

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


3.2667 2.754 1.65952 5

Reliability Kebutuhan Kesehatan 2


Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Universitas Sumatera Utara


Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


.867 4

Item Statistics

Mean Std. Deviation N


t1 .6667 .47946 30
t2 .8333 .37905 30
t3 .6667 .47946 30
t5 .8333 .37905 30

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha


Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
t1 2.3333 1.126 .768 .811
t2 2.1667 1.385 .683 .846
t3 2.3333 1.126 .768 .811
t5 2.1667 1.385 .683 .846

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
3.0000 2.138 1.46217 4

Frequency Table
Umur Katagori
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 70 tahun 110 84.6 84.6 84.6
> 70 tahun 20 15.4 15.4 100.0
Total 130 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid perempuan 73 56.2 56.2 56.2
laki-laki 57 43.8 43.8 100.0
Total 130 100.0 100.0

Pengetahuan
p1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid salah 113 86.9 86.9 86.9
benar 17 13.1 13.1 100.0
Total 130 100.0 100.0

p2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid salah 88 67.7 67.7 67.7
benar 42 32.3 32.3 100.0
Total 130 100.0 100.0

p3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid salah 66 50.8 50.8 50.8
benar 64 49.2 49.2 100.0
Total 130 100.0 100.0

p4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid salah 60 46.2 46.2 46.2
benar 70 53.8 53.8 100.0
Total 130 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


p5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid salah 71 54.6 54.6 54.6
benar 59 45.4 45.4 100.0
Total 130 100.0 100.0

p6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid salah 49 37.7 37.7 37.7
benar 81 62.3 62.3 100.0
Total 130 100.0 100.0

p7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid salah 62 47.7 47.7 47.7
benar 68 52.3 52.3 100.0
Total 130 100.0 100.0

p8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid salah 51 39.2 39.2 39.2
benar 79 60.8 60.8 100.0
Total 130 100.0 100.0

Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 104 80.0 80.0 80.0
baik 26 20.0 20.0 100.0
Total 130 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Sikap
s1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 84 64.6 64.6 64.6
setuju 43 33.1 33.1 97.7
sangat setuju 3 2.3 2.3 100.0
Total 130 100.0 100.0

s2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid setuju 88 67.7 67.7 67.7
tidak setuju 41 31.5 31.5 99.2
Sangat setuju 1 .8 .8 100.0
Total 130 100.0 100.0

s3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 57 43.8 43.8 43.8
setuju 73 56.2 56.2 100.0
Total 130 100.0 100.0

s4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid setuju 88 67.7 67.7 67.7
tidak setuju 40 30.8 30.8 98.5
sangat tidak setuju 2 1.5 1.5 100.0
Total 130 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


s5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 60 46.2 46.2 46.2
setuju 66 50.8 50.8 96.9
sangat setuju 4 3.1 3.1 100.0
Total 130 100.0 100.0

s6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid setuju 84 64.6 64.6 64.6
tidak setuju 43 33.1 33.1 97.7
sangat tidak setuju 3 2.3 2.3 100.0
Total 130 100.0 100.0

s7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 76 58.5 58.5 58.5
setuju 49 37.7 37.7 96.2
sangat setuju 5 3.8 3.8 100.0
Total 130 100.0 100.0

s8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 78 60.0 60.0 60.0
setuju 47 36.2 36.2 96.2
sangat setuju 5 3.8 3.8 100.0
Total 130 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


s9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid setuju 57 43.8 43.8 43.8
tidak setuju 69 53.1 53.1 96.9
sangat tidak setuju 4 3.1 3.1 100.0
Total 130 100.0 100.0

s10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid setuju 65 50.0 50.0 50.0
tidak setuju 60 46.2 46.2 96.2
sangat tidak setuju 5 3.8 3.8 100.0
Total 130 100.0 100.0

s11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid setuju 60 46.2 46.2 46.2
tidak setuju 67 51.5 51.5 97.7
sangat tidak setuju 3 2.3 2.3 100.0
Total 130 100.0 100.0

s12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid setuju 79 60.8 60.8 60.8
tidak setuju 51 39.2 39.2 100.0
Total 130 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 122 93.8 93.8 93.8
baik 8 6.2 6.2 100.0
Total 130 100.0 100.0

Jarak

j1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 69 53.1 53.1 53.1
ya 61 46.9 46.9 100.0
Total 130 100.0 100.0

j2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 69 53.1 53.1 53.1
ya 61 46.9 46.9 100.0
Total 130 100.0 100.0

j3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 32 24.6 24.6 24.6
ya 98 75.4 75.4 100.0
Total 130 100.0 100.0

jkat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid jauh 70 53.8 53.8 53.8
dekat 60 46.2 46.2 100.0
Total 130 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Dukungan Keluarga

d1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 89 68.5 68.5 68.5
ya 41 31.5 31.5 100.0
Total 130 100.0 100.0

d2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 38 29.2 29.2 29.2
tidak 92 70.8 70.8 100.0
Total 130 100.0 100.0

d3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 82 63.1 63.1 63.1
ya 48 36.9 36.9 100.0
Total 130 100.0 100.0

d4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 79 60.8 60.8 60.8
ya 51 39.2 39.2 100.0
Total 130 100.0 100.0

d5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 78 60.0 60.0 60.0
ya 52 40.0 40.0 100.0
Total 130 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


d6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 81 62.3 62.3 62.3
ya 49 37.7 37.7 100.0
Total 130 100.0 100.0

d7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 51 39.2 39.2 39.2
ya 79 60.8 60.8 100.0
Total 130 100.0 100.0

d8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 59 45.4 45.4 45.4
ya 71 54.6 54.6 100.0
Total 130 100.0 100.0

dkat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 99 76.2 76.2 76.2
didukung 31 23.8 23.8 100.0
Total 130 100.0 100.0

Dukunag Petugas Kesehatan


t1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 55 42.3 42.3 42.3
ya 75 57.7 57.7 100.0
Total 130 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


t2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 59 45.4 45.4 45.4
ya 71 54.6 54.6 100.0
Total 130 100.0 100.0

t3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 55 42.3 42.3 42.3
ya 75 57.7 57.7 100.0
Total 130 100.0 100.0

t4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 58 44.6 44.6 44.6
ya 72 55.4 55.4 100.0
Total 130 100.0 100.0

t5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 40 30.8 30.8 30.8
ya 90 69.2 69.2 100.0
Total 130 100.0 100.0

t6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 58 44.6 44.6 44.6
ya 72 55.4 55.4 100.0
Total 130 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


t7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 61 46.9 46.9 46.9
ya 69 53.1 53.1 100.0
Total 130 100.0 100.0

tkat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 79 60.8 60.8 60.8
didukung 51 39.2 39.2 100.0
Total 130 100.0 100.0

Kebutuhan Kesehatan
k1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 56 43.1 43.1 43.1
ya 74 56.9 56.9 100.0
Total 130 100.0 100.0

k2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 58 44.6 44.6 44.6
ya 72 55.4 55.4 100.0
Total 130 100.0 100.0

k3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 51 39.2 39.2 39.2
ya 79 60.8 60.8 100.0
Total 130 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


k4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 66 50.8 50.8 50.8
ya 64 49.2 49.2 100.0
Total 130 100.0 100.0

kkat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 76 58.5 58.5 58.5
butuh 54 41.5 41.5 100.0
Total 130 100.0 100.0

Memanfaatan
Mkat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak memanfaatkan
115 88.5 88.5 88.5

memanfaatkan 15 11.5 11.5 100.0


Total 130 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


BIVARIAT

Umur Katagori * Mkat

Crosstab
Mkat
tidak
memanfaatka memanfaatka
n n Total
Umur < 70 tahun Count 98 12 110
Katagori
% within Umur
89.1% 10.9% 100.0%
Katagori
% within Mkat 85.2% 80.0% 84.6%
% of Total 75.4% 9.2% 84.6%
> 70 tahun Count 17 3 20
% within Umur
85.0% 15.0% 100.0%
Katagori
% within Mkat 14.8% 20.0% 15.4%
% of Total 13.1% 2.3% 15.4%
Total Count 115 15 130
% within Umur
88.5% 11.5% 100.0%
Katagori
% within Mkat 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 88.5% 11.5% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .277a 1 .598
b
Continuity Correction .021 1 .884
Likelihood Ratio .260 1 .610
Fisher's Exact Test .702 .415
Linear-by-Linear
.275 1 .600
Association
N of Valid Casesb 130
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
2.31.
b. Computed only for a 2x2
table

Universitas Sumatera Utara


Jenis Kelamin * Mkat

Crosstab
Mkat
tidak
memanfaatk memanfaatk
an an Total
Jenis perempuan Count 64 9 73
Kelamin % within Jenis
87.7% 12.3% 100.0%
Kelamin
% within Mkat 55.7% 60.0% 56.2%
% of Total 49.2% 6.9% 56.2%
laki-laki Count 51 6 57
% within Jenis
89.5% 10.5% 100.0%
Kelamin
% within Mkat 44.3% 40.0% 43.8%
% of Total 39.2% 4.6% 43.8%
Total Count 115 15 130
% within Jenis
88.5% 11.5% 100.0%
Kelamin
% within Mkat 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 88.5% 11.5% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .102a 1 .750
b
Continuity Correction .002 1 .966
Likelihood Ratio .103 1 .749
Fisher's Exact Test .790 .487
Linear-by-Linear
.101 1 .751
Association
N of Valid Casesb 130
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
6.58.
b. Computed only for a 2x2
table

Universitas Sumatera Utara


Pengetahuan * Mkat

Crosstab
Mkat
tidak
memanfaatka memanfaatka
n n Total
Pengetahuan kurang Count 93 11 104
% within
89.4% 10.6% 100.0%
Pengetahuan
% within Mkat 80.9% 73.3% 80.0%
% of Total 71.5% 8.5% 80.0%
baik Count 22 4 26
% within
84.6% 15.4% 100.0%
Pengetahuan
% within Mkat 19.1% 26.7% 20.0%
% of Total 16.9% 3.1% 20.0%
Total Count 115 15 130
% within
88.5% 11.5% 100.0%
Pengetahuan
% within Mkat 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 88.5% 11.5% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .471a 1 .493
b
Continuity Correction .118 1 .731
Likelihood Ratio .442 1 .506
Fisher's Exact Test .499 .348
Linear-by-Linear
.467 1 .494
Association
N of Valid Casesb 130
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
3.00.
b. Computed only for a 2x2
table

Universitas Sumatera Utara


Sikap * Mkat

Crosstab
Mkat
tidak
memanfaatkan memanfaatkan Total
Sikap kurang Count 111 11 122
% within Sikap 91.0% 9.0% 100.0%
% within Mkat 96.5% 73.3% 93.8%
% of Total 85.4% 8.5% 93.8%
baik Count 4 4 8
% within Sikap 50.0% 50.0% 100.0%
% within Mkat 3.5% 26.7% 6.2%
% of Total 3.1% 3.1% 6.2%
Total Count 115 15 130
% within Sikap 88.5% 11.5% 100.0%
% within Mkat 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 88.5% 11.5% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 12.354a 1 .000
b
Continuity Correction 8.666 1 .003
Likelihood Ratio 7.981 1 .005
Fisher's Exact Test .006 .006
Linear-by-Linear
12.259 1 .000
Association
N of Valid Casesb 130
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
.92.
b. Computed only for a 2x2
table

Universitas Sumatera Utara


jkat * Mkat

Crosstab
Mkat
tidak
memanfaatkan memanfaatkan Total
jkat jauh Count 65 5 70
% within jkat 92.9% 7.1% 100.0%
% within Mkat 56.5% 33.3% 53.8%
% of Total 50.0% 3.8% 53.8%
dekat Count 50 10 60
% within jkat 83.3% 16.7% 100.0%
% within Mkat 43.5% 66.7% 46.2%
% of Total 38.5% 7.7% 46.2%
Total Count 115 15 130
% within jkat 88.5% 11.5% 100.0%
% within Mkat 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 88.5% 11.5% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 2.871a 1 .090
b
Continuity Correction 2.014 1 .156
Likelihood Ratio 2.891 1 .089
Fisher's Exact Test .105 .078
Linear-by-Linear
2.849 1 .091
Association
N of Valid Casesb 130
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
6.92.
b. Computed only for a 2x2
table

Universitas Sumatera Utara


dkat * Mkat

Crosstab
Mkat

tidak
memanfaatkan memanfaatkan Total
dkat kurang Count 93 6 99
% within dkat 93.9% 6.1% 100.0%
% within Mkat 80.9% 40.0% 76.2%
% of Total 71.5% 4.6% 76.2%
didukung Count 22 9 31
% within dkat 71.0% 29.0% 100.0%
% within Mkat 19.1% 60.0% 23.8%
% of Total 16.9% 6.9% 23.8%
Total Count 115 15 130
% within dkat 88.5% 11.5% 100.0%
% within Mkat 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 88.5% 11.5% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 12.205a 1 .000
Continuity Correctionb 10.058 1 .002
Likelihood Ratio 10.363 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .002
Linear-by-Linear
12.111 1 .001
Association
N of Valid Casesb 130
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
3.58.
b. Computed only for a 2x2
table

Universitas Sumatera Utara


tkat * Mkat

Crosstab
Mkat

tidak
memanfaatkan memanfaatkan Total
tkat kurang Count 74 5 79
% within tkat 93.7% 6.3% 100.0%
% within Mkat 64.3% 33.3% 60.8%
% of Total 56.9% 3.8% 60.8%
didukung Count 41 10 51
% within tkat 80.4% 19.6% 100.0%
% within Mkat 35.7% 66.7% 39.2%
% of Total 31.5% 7.7% 39.2%
Total Count 115 15 130
% within tkat 88.5% 11.5% 100.0%
% within Mkat 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 88.5% 11.5% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 5.354a 1 .021
b
Continuity Correction 4.132 1 .042
Likelihood Ratio 5.225 1 .022
Fisher's Exact Test .026 .022
Linear-by-Linear
5.313 1 .021
Association
N of Valid Casesb 130
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
5.88.
b. Computed only for a 2x2
table

Universitas Sumatera Utara


kkat * Mkat

kkat * Mkat Crosstabulation


Mkat
tidak
memanfaatkan memanfaatkan Total
kkat kurang Count 69 7 76
% within kkat 90.8% 9.2% 100.0%
% within Mkat 60.0% 46.7% 58.5%
% of Total 53.1% 5.4% 58.5%
butuh Count 46 8 54
% within kkat 85.2% 14.8% 100.0%
% within Mkat 40.0% 53.3% 41.5%
% of Total 35.4% 6.2% 41.5%
Total Count 115 15 130
% within kkat 88.5% 11.5% 100.0%
% within Mkat 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 88.5% 11.5% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .971a 1 .324
b
Continuity Correction .500 1 .480
Likelihood Ratio .957 1 .328
Fisher's Exact Test .406 .238
Linear-by-Linear
.964 1 .326
Association
N of Valid Casesb 130
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
6.23.
b. Computed only for a 2x2
table

Universitas Sumatera Utara


MULTIVARIAT

Logistic Regression

Case Processing Summary


Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 130 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 130 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 130 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding


Original Value Internal Value
tidak memanfaatkan 0
memanfaatkan 1
Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b
Predicted
Mkat
tidak Percentage
Observed memanfaatkan memanfaatkan Correct
Step 0 Mkat tidak memanfaatkan 115 0 100.0
memanfaatkan 15 0 .0
Overall Percentage 88.5
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -2.037 .275 55.053 1 .000 .130

Universitas Sumatera Utara


Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables skat 12.354 1 .000
jkat 2.871 1 .090
dkat 12.205 1 .000
tkat 5.354 1 .021
Overall Statistics 27.132 4 .000

Block 1: Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio)

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step 1 Step 23.009 4 .000
Block 23.009 4 .000
Model 23.009 4 .000
a
Step 2 Step -1.637 1 .201
Block 21.372 3 .000
Model 21.372 3 .000
a. A negative Chi-squares value indicates that the Chi-squares value has decreased
from the previous step.

Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
a
1 69.974 .162 .317
2 71.611a .152 .297
a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed
by less than .001.

Universitas Sumatera Utara


Classification Tablea
Predicted
Mkat

tidak Percentage
Observed memanfaatkan memanfaatkan Correct
Step 1 Mkat tidak memanfaatkan 115 0 100.0
memanfaatkan 11 4 26.7
Overall Percentage 91.5
Step 2 Mkat tidak memanfaatkan 115 0 100.0
memanfaatkan 11 4 26.7
Overall Percentage 91.5
a. The cut value is .500

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
a
Step 1 skat 2.623 .976 7.222 1 .007 13.771
jkat .834 .667 1.562 1 .211 2.302
dkat 1.536 .634 5.877 1 .015 4.648
tkat 1.348 .720 3.510 1 .061 3.851
Constant -4.095 .763 28.824 1 .000 .017
a
Step 2 skat 2.638 .978 7.278 1 .007 13.986
dkat 1.512 .624 5.860 1 .015 4.534
tkat 1.514 .706 4.591 1 .032 4.543
Constant -3.702 .655 31.899 1 .000 .025
a. Variable(s) entered on step 1: skat, jkat, dkat, tkat.

Universitas Sumatera Utara


Model if Term Removed
Model Log Change in -2 Sig. of the
Variable Likelihood Log Likelihood df Change
Step 1 skat -38.669 7.364 1 .007
jkat -35.806 1.637 1 .201
dkat -37.916 5.858 1 .016
tkat -36.950 3.926 1 .048
Step 2 skat -39.518 7.425 1 .006
dkat -38.712 5.814 1 .016
tkat -38.441 5.272 1 .022

Variables not in the Equation


Score df Sig.
a
Step 2 Variables jkat 1.613 1 .204
Overall Statistics 1.613 1 .204
a. Variable(s) removed on step 2: jkat.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai