Anda di halaman 1dari 19

HUBUNGAN PERSEPSI LANSIA TENTANG PERAN

KADER DENGAN INTENSITAS KUNJUNGAN KE


POSYANDU LANSIA DI DUSUN CABEAN
BUMIREJO LENDAH KULON PROGO
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
SIGIT MUTAQIN
1610201246

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
HUBUNGAN PERSEPSI LANSIA TENTANG PERAN
KADER DENGAN INTENSITAS KUNJUNGAN KE
POSYANDU LANSIA DI DUSUN CABEAN
BUMIREJO LENDAH KULON PROGO
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
SIGIT MUTAQIN
1610201246

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
HUBUNGAN PERSEPSI LANSIA TENTANG PERAN
KADER DENGAN INTENSITAS KUNJUNGAN KE
POSYANDU LANSIA DI DUSUN CABEAN
BUMIREJO LENDAH KULON PROGO
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar


Sarjana Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatandi Universitas
‘AisyiyahYogyakarta

Disusun oleh:
SIGIT MUTAQIN
1610201246

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
HUBUNGAN PERSEPSI LANSIA TENTANG PERAN KADER DENGAN
INTENSITAS KUNJUNGAN KE POSYANDU LANSIA DI DUSUN CABEAN
BUMIREJO LENDAH KULON PROGO
YOGYAKARTA 1
Sigit Mutaqin², Suri Salmiyati³

ABSTRAK
Latar Belakang: Lansia membutuhkan pendekatan holistic untuk berbagai masalah
kesehatan yang mempengaruhi kualitas kesehatan lansia itu sendiri karena ke kurang
aktifan dalam proses pelaksanaan posyandu lansia akan mempengaruhi intensitas
kunjungan ke posyandu lansia Cusun cabean Bumijero Kendah Kulon Progo
Yogyakarta. Persepsi positif dari lansia terhadap peran kader kesehatan memiliki
pengaruh positif terhadap efikasi diri dan kondisi emosi lansia. Lansia dengan tingkat
efikasi diri yang tinggi menunjukkan motivasi yang tinggi untuk mengunjungi
fasilitas kesehatan seperti posyandu lansia, masalah yang terjadi rendahnya intensitas
kunjungan ke posyandu lansia, hasil wawan cara lansia lansia mengatakan tidak
mengikuti posyandu karena tidak ada yang mengantar, pekerjaan, tidak ada informasi
dari kade, kader tidak di memberitahu tentang manfaat posyandu lansia dan posyandu
mengatakan hanya hadir di posyandu lansia 5-6 kali selama 1 tahun.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi lansia
tentang peran kader dengan intensitas kunjungan ke posyandu lansia di Dusun
Cabean Bumirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian
survey analitik korelatif. Sampel pada penelitian berjumlah 59 lansia yang diambil
dengan teknik simple random sampling. Persepsi lansia diukur dengan kuesioner dan
intensitas kunjungan keposyandu lansia diukur dengan presensi Kartu Menuju Sehat
(KMS). Teknik analisis menggunakan uji Kendall Tau.
Hasil: Sebanyak 55,9% responden memiliki persepsi yang baik tentang peran kader
dan sebanyak 49,2% responden memiliki intensitas kunjungan yang rendah di
posyandul ansia. Hasil analisa kendall tausebesar p-value 0,000 (<0,05) artinya
terdapat hubungan persepsi lansia tentang peran kader dengan intensitas kunjungan ke
posyandu lansia di Dusun Cabean Bumirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta.
Saran: Responden di posyandu lansia Dusun Cabean disarankan meningkatkan
intensitas kunjungan dan aktif keposyandu lansia untuk meningkatkan kesehatan
mereka.
Kata kunci : persepsi, perankader, intensitas kunjungan, posyandu, lansia
Kepustakaan : 30 buku (2004-2016), 8 artikel internet, 10 skripsi/tesis,
5 jurnal,
Jumlah halaman : xi, 77 halaman,6 tabel, 2 gambar,16 lampiran

1
Judul Skripsi
2
Mahasiswa PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
THE CORRELATION BETWEEN ELDERLY PERCEPTION ABOUT
CADRE’S ROLE AND VISITATION INTENCITY TO ELDERLY CARE
CENTER AT CABEAN BUMIREJO LENDAH KULON PROGO
YOGYAKARTA1
Sigit Mutaqin², Suri Salmiyati³

ABSTRACT
Background: Elderly need holistic approach to cover several health problems.
Positive perception of elderly to health cadres has positive impact toward self
efficacy and emotional condition of the elderly. Elderly with high self efficacy shows
high motivation to visit health facilities like elderly health care.
Objective: The objective of the study was to investigate the correlation between
elderly perception about cadre’s role and visitation intensity to elderly health care at
Cabean Bumirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta.
Method: The study employed quantitative method with analytic correlative survey.
The samples of the study were 59 elderly taken by simple random sampling
technique. Elderly perception was measured by questionnaire, and visitation intensity
to elderly health center was assessed by presentation of Helath Guidance Book.
Kendall Tau was used as the analysis technique of the study.
Result: There were 55.9% respondents having good perception to the role of cadre,
and 49.2% of them had low visitation intensity at elderly health center. The result of
Kendall Tau analysis obtained p-value 0.000 (<0.05) meaning that there was
correlation the correlation between elderly perception about cadre’s role and
visitation intensity to elderly health care at Cabean Bumirejo Lendah Kulon Progo
Yogyakarta.
Suggestion: It is expected that cadres of elderly health center at Cabean Village
increase their home visit and health promotion to elderly in order to increase
visitation intensity of elderly to elderly health center.
Keywords : perception, cadre’s role, visitation intensity, elderly health center,
elderly
References : 30 books (2004-2015), 8 internet articles, 10 theses, 5 journals
Page numbers : xi, 77 pages, 6 tables, 2 figures, 16 appendices

1
Research Title
2
Student of Nursing School, Health Sciences Faculty, ‘Aisyiyah University of Yogyakarta
3
Lecturer of Health Sciences Faculty, ‘Aisyiyah University of Yogyakarta
5

PENDAHULUAN masyarakat usia lanjut di suatu wilayah


Diperkirakan jumlah lansia di tertentu yang sudah disepakati, yang
Indonesia pada tahun 2020 adalah 28,8 digerakkan oleh masyarakat dimana
juta atau 11,34% dari seluruh populasi mereka bisa mendapatkan pelayanan
pada urutan 108 dunia untuk usia lansia di kesehatan (Ismawati dkk, 2010 masih
atas 60 ke atas, pada tahun 2050 di terjadi terkait pelaksanaan posyandu lansia
perediksikan akan mengalami peningkatan adalah masyarakat belum mengerti
yang sangat besar, menjadi sepuluh sepenuhnya tentang manfaat posyandu,
Negara yang jumlah lansia terbanyak, biasanya mereka malas mendatangi
yaitu berkisar 10 juta lansia (United posyandu yang diadakan setiap bulan
Nation, 2014). Masalah lansia meliputi (Aryati, 2007). Penelitian Maryatun
perubahan fisik antara lain penurunan sel, (2009) menunjukkan bahwa jumlah
perubahan sistem kardiovaskular, dan kunjungan lansia yang ke posyandu 90
penurunan respirasi. Perubahan sosial orang (36,8%) dari 244 orang lansia di
yang dialami lansia antara lain peran Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan
dalam keluarga, teman, masalah ekonomi Banyumanik Kota Semarang. Sedangkan
dan merasa dibuang atau diasingkan. Dari penelitian Hidayah (2014) di Posyandu
masalah tersebut maka akan menimbulkan Lansia Mawar Kelurahan Sukamaju Baru
berbagai penyakit yang dapat menyerang Kecamatan Tapos Kabupaten Depok
lansia (Maryam dkk, 2008). didapatkan data yaitu rata-rata kunjungan
Upaya untuk mengatasi masalah lansia kurang lebih hanya sebesar 8,5%
kesehatan pada lansia maka perlu adanya dari total lansia yang berjumlah 406 orang.
suatu pelayanan lansia. Pelayanan lansia Perilaku individu untuk berpartisipasi aktif
meliputi pelayanan yang berbasiskan pada dalam mengunjungi posyandu lansia
keluarga, masyarakat, dan lembaga dipengaruhi oleh beberapa faktor,
(Demartoto, 2007). Pemerintah diantaranya yaitu pendidikan,
mewujudkan program pengembangan pengetahuan, pekerjaan, keyakinan,
melalui pelayanan kesehatan bagi lansia dukungan keluarga, peran kader posyandu,
yaitu posyandu lansia. Posyandu lansia ketersediaan fasilitas kesehatan,
adalah pos pelayanan terpadu untuk lingkungan masyarakat dan kebijakan
6

pemerintah (Henniwati, 2008). Penelitian lansia mengatakan selama satu tahun


yang dilakukan Azisyah & Asih (2013) hanya mengunjungi posyandu lansia 5-6
diperoleh data sebanyak 80 responden kali . Petugs dari puskesmas yang kadang
(55,6%) mayoritas menyatakan kader tidak hadir pada saat dilakukan posyandu
kurang aktif. Sebanyak 88 responden lansia, 5 kader yang ada hanya 3 kader
(61,1%) menyatakan kurang puas terhadap yang aktif di posyandu lansia. Kader
posyandu lansia. Menurut Meilani dkk mengatakan bahwa tidak aktif posyandu
(2009) menyebutkan kader posyandu lansia karena sibuk dengan pekerjaan
mempunyai peran yang sangat penting lainnya dan sibuk mengurus posyandu
dalam pelayanan kesehatan (health balita. 2 lansia mengatakan tidak datang
provider) yang berada didekat kegiatan ke posyandu karena kader tidak
sasaran posyandu serta frekuensi tatap memberitahu tentang manfaat posyandu
muka, kader lebih sering daripada petugas lansia, 4 lansia mengatakan tidak datang
kesehatan lainnya. ke posyandu karena lupa dengan jadwal
Hasil studi pendahuluan yang telah posyandu, dan 2 lansia mengatakan
dilakukan oleh peneliti didapatkan data kurangnya sosialisasi dari kader tentang
bahwa kunjungan posyandu dari bulan waktu pelaksanaan posyandu lansia
Januari sampai November 2016 lansia Mencermati uraian di atas, dapat
yang aktif rata-rata sebanyak 28 (20%) dirumuskan masalah penelitian yaitu
dan lansia yang tidak aktif rata-rata apakah ada hubungan persepsi lansia
sebanyak 112 (80%). Hasil wawancara tentang peran kader dengan intensitas
langsung yang dilakukan pada tanggal 13 kunjungan ke posyandu lansia di Dusun
April 2017, bahwa jadwal posyandu lansia Cabean, Bumirejo, Lendah, Kulon Progo,
hanya diinformasikan lewat perkumpulan Yogyakarta.
ibu-ibu pkk secara lisan, A mengatakan METODE PENELITIAN
kegiatan posyandu membosankan karena Penelitian ini merupakan jenis
haya itu-itu saja dan tidak ada kegiatan penelitian kuantitatif dengan desain
lainnya, lansia mengatakan tidak ada yang penelitian survey analitik korelasi dengan
mengantar ke posyandu, lansia jugdan pendekatan waktu yang digunakan cross
tidak melalui undangan secara tertulis, sectional.
7

Populasi yang digunakan dalam penelitian persepsi lansia tentang peran kader dari 31
ini adalah semua lansia yang ada di item didapatkan 19 item pertanyaan
wilayah Posyandu Dusun Cabean, dinyatakan valid, dimana nilai r hitung
Bumirejo, Lendah, Kulon Progo, lebih besar dari r tabel sebesar 0,361. Item
Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini yang dinyatakan valid yaitu nomor 1, 4, 5,
berjumlah 143 lansia. Sampel Pada 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, , 25,
penelitian ini berjumlah 59 lansia yang di 26,27,28 dan 29. Item yang dinyatakan
ambil dengan teknik simple random tidak valid digugurkan dan tidak
sampling, sesuai kriteria inklusi dan disertakan sebagai kuesioner penelitian.
ekslusi selanjutnya di sesuaikan dengan HASIL PENELITIAN DAN
jumlahn yang di perlukan cara pengambil PEMBAHASAN
sampel dengan undian. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di
Lokasi penelitian di Dusun Cabean,
Posyandu Lansia Dusun Cabean,
Bumirejo, Lendah, Kulon Progo,
Bumirejo, Lendah, Kulon Progo,
Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian pada
Yogyakarta. Dusun Cabean yaitu RT 60,
bulan April 2017 yang dimulai dari
RT 63. Kegiatan Posyandu Lansia Dusun
pengumpulan data dengan metode
Cabean diadakan sebulan sekali setiap
dokumentasi dan menggunakan kuesioner.
tanggal 11 pada pukul 09.00 WIB.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
Kegiatan yang dilakukan di Posyandu
adalah alat ukur berupa Kartu Menuju
Lansia Dusun Cabean meliputi
Sehat (KMS) dan kuesioner. Instrumen
pendaftaran, penimbangan lansia,
kuesioner sebelumnya diuji validitas dan
penyuluhan kesehatan, dan pemberian
reliabilitas untuk mendapatkan kuesioner
makanan tambahan. Jumlah kader
yang benar-benar valid dan reliabel. Uji
kesehatan yang melayani sebanyak 3
validitas menggunakan rumus korelasi
kader yang terdiri dari 1 kader di bagian
pearson product moment dan uji
pendaftaran dan penimbangan, 1 kader di
reliabilitas menggunakan rumus uji
bagian penyuluhan dan pemeriksaan
cronback’s alpha coefficient. Analisis data
kesehatan, dan 1 kader di bagian pengisian
menggunakan rumus korelasi kendall tau.
KMS dan pemberian makanan tambahan.
Hasil uji validitas untuk kuesioner
8

Sarana dan fasilitas yang dimiliki b. Jenis kelamin


Posyandu Lansia Dusun Cabean meliputi
Karakteristik responden berdasarkan jenis
alat penimbang berat badan, alat pengukur
kelamin disajikan dalam tabel 2, sebagai
tinggi badan, dan tensi untuk mengukur
berikut:
tekanan darah.
2. Karakteristik Responden Tabel 2. Distribusi Frekuensi
Karakteristik responden yang diamati Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
dalam penelitian ini meliputi usia, jenis di Posyandu Lansia Dusun Cabean.
kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan Jenis Frekuensi Presentase
tinggal bersama. Kelamin (%)
a. Usia Perempuan 39 69,5
Karakteristik responden berdasarkan usia Laki-laki 16 30,5

disajikan dalam tabel 1, sebagai berikut: Total 59 100

Tabel 1. Distribusi
Frekuensi Sumber: Data Primer 2017
Responden Berdasarkan Usia di
Posyandu Lansia Dusun Cabean. Pada tabel 2 dapat dilihat berdasarkan jenis

Usia Frekuensi Presentase kelamin menunjukkan sebagian besar


(%) berjenis kelamin perempuan sebanyak
60-74 tahun 41 69, 69,5% responden, dan berjenis kelamin
75-83 tahun 18 30,5 laki-laki sebanyak 30,5% responden.
Total 59 100 c. Pendidikan

Sumber: Data Primer 2017 Karakteristik responden berdasarkan


pendidikan disajikan dalam tabel 3,
Pada tabel 1 dapat dilihat berdasarkan usia
sebagai berikut:
menunjukkan sebagian besar (69,5%)
responden berasal dari rentang usia 60-74 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden
tahun, dan sebanyak 30,5% responden Berdasarkan Pendidikan di Posyandu
berusia 75-89 tahun. Lansia Dusun Cabean.
9

Pendidikan Frekuensi Presentase Tabel 4 dapat dilihat bahwa berdasarkan


(%) pekerjaan menunjukkan sebagian besar
SD 52 88,1 responden bekerja sebanyak 89,8% dan
SMP 4 6,8 tidak bekerja sebanyak 10,2% responden.
SMA 2 3,4
e. Tinggal Bersama
S1 1 1,7
Total 59 100 Karakteristik responden berdasarkan
tinggal bersama disajikan dalam tabel 5,
Sumber: Data Primer 2017
sebagai berikut:
Pada tabel 3 dapat dilihat berdasarkan
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden
pendidikan menunjukkan sebagian besar
Berdasarkan Tinggal Bersama di
dengan pendidikan terakhir SD sebanyak
Posyandu Lansia Dusun Cabean.
88,1% responden, berpendidikan SLTP
Tinggal Frekuensi Presentase
sebanyak 6,8% responden, berpendidikan
Bersama (%)
SLTA sebanyak 3,4% responden, dan
Saudara 4 6,8
berpendidikan S1 sebanyak 1,7% Pasangan 19 32,2
responden. Anak 36 61,1
d. Pekerjaan Total 59 100

Karakteristik responden berdasarkan Sumber: Data Primer 2017


pekerjaan disajikan dalam tabel 4, sebagai
Tabel 5 dapat dilihat bahwa berdasarkan
berikut:
karakteristik responden tinggal bersama
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden menunjukkan sebagian besar tinggal
Berdasarkan Pekerjaan di Posyandu bersama dengan anak sebanyak 61,1%
Lansia Dusun Cabean. responden, tinggal bersama dengan
Pekerjaan Frekuensi Presentase pasangan sebanyak 32,2% responden, dan
(%) tinggal bersama dengan saudara sebanyak
Bekerja 53 89,8 6,8% responden.
Tidak Bekerja 6 10,2
3. Persepsi Lansia tentang Peran Kader
Total 59 100
di Posyandu Lansia Dusun Cabean,
Sumber: Data Primer 2017 Kulon Progo
10

Persepsi lansia tentang peran kader Tabel 7. Intensitas Kunjungan Lansia


disajikan dalam tabel 6 sebagai berikut: Intensitas Frekuensi Presentase
Kunjungan (%)
Tabel 6. Persepsi Lansia tentang Peran
Tinggi 20 33,9
Kader Sedang 10 16,9
Persepsi Frekuensi Presentase Rendah 29 49,2
Lansia (%) Total 59 100
Persepsi baik 33 55,9
Persepsi cukup 22 37,3 Sumber: Data Primer 2017
Persepsi kurang 4 6,8
Berdasarkan tabel. 7 bahwa Presentase
Total 59 100
intensitas kunjungan sebagian besar 49,2%
Sumber: Data Primer 2017 responden memiliki intensitas kunjungan
yang rendah ke posyandu lansia. Adapun
Berdasarkan tabel 6 bahwa Presentase
sebesar 33,9% responden diketahui
persepsi lansia sebagian besar 55,9%
memiliki intensitas kunjungan yang tinggi
responden diketahui memiliki persepsi
ke posyandu lansia dan 16,9% responden
yang baik tentang peran kader posyandu
lainnya diketahui memiliki intensitas
lansia. Adapun 37,3% responden diketahui
kunjungan yang sedang ke posyandu
memiliki persepsi yang cukup tentang
lansia.
peran kader posyandu lansia dan hanya
6,8% responden saja yang diketahui
memiliki persepsi kurang tentang peran
kader posyandu lansia.
4. Intensitas Kunjungan di Posyandu
Lansia Dusun Cabean, Kulon Progo

Intensitas kunjungan lansia disajikan dalam


tabel.7 sebagai berikut:
11

5.Hasil Pengujian
tentang peran kader bahkan diketahui
Tabel. 8 Hasil Uji Kendall Tau Tabulasi
memiliki frekuensi kunjungan yang
Silang Persepsi Lansia Tentang Peran
rendah.
Kader Dengan Intensitas Kunjungan
Lansia Hasil pengujian hipotesis dengan uji
Kendall Tau yang menghasilkan nilai
Perse Kunjungan Lansia Signif
psi
Total signifikan di bawah 0,05 yang
Tinggi Sedang Rendah ikansi
Lans mengindikasikan bahwa hipotesis
ia f % f % F % f % (p) alternatif pada penelitian ini dapat
Baik 20 60,6 8 24,2 5 15,2 33 100 diterima. Berarti dapat disimpulkan
adanya hubungan yang signifikan antara
Cuku 0 0 2 9,1 21 90,9 33, 100
p 7 persepsi lansia tentang peran kader dengan
intensitas kunjungan di Posyandu Lansia
Kura 0 0 0 0 4 100 4 100 0,000
ng Dusun Cabean.

Juml 20 33,9 10 16,9 29 49,2 59 100 PEMBAHASAN


ah
(n) Hasil penelitian menemukan adanya
hubungan yang signifikan antara persepsi
Sumber: Data Primer 2017
lansia tentang peran kader dengan
Pada tabel. 8 terlihat bahwa pada intensitas kunjungan di Posyandu Lansia
kelompok responden yang memiliki Dusun Cabean. Kecenderungan yang ada
persepsi baik terhadap peran kader, adalah responden yang memiliki persepsi
sebagian besar atau 60,6% responden baik tentang peran kader cenderung
diketahui memiliki frekuensi kunjungan memiliki frekuensi kunjungan yang tinggi.
yang tinggi. Sementara itu pada kelompok Sementara itu, responden yang memiliki
responden yang memiliki persepsi cukup persepsi yang cukup atau kurang
tentang peran kader, sebagian besar atau cenderung memiliki frekuensi kunjungan
90,9% responden diketahui memiliki yang rendah.
frekuensi kunjungan yang rendah. Seluruh Hasil penelitian ini sejalan dengan
responden yang memiliki persepsi kurang hasil penelitian Juniardi (2013) di
12

Puskesmas Batang Beruh yang lansia akan puas, apabila kurang dari
menemukan bahwa lansia cenderung harapan maka masyarakat tidak puas, serta
memiliki sifat tertutup sehingga apabila melebihi harapan maka
pendekatan yang perlu diberikan oleh masyarakat amat puas. Interaksi antara
kader kesehatan untuk meningkatkan petugas kesehatan dan pasien yang baik
intensitas kunjungan ke posyandu adalah dapat menanamkan kepercayaan dan
pendekatan personal. Selain itu Lestari kredibilitas dengan cara: menghargai,
dkk. (2011) dalam penelitiannya di menjaga rahasia, menghormati, responsif,
Posyandu Tamantirto Bantul juga dan memberikan perhatian. Apabila
menemukan bahwa persepsi lansia hubungan antar manusia baik, maka
terhadap kader kesehatan merupakan salah konseling dapat lebih efektif. Hubungan
satu faktor yang berperan terhadap antar manusia yang kurang baik akan
keaktifan kunjungan lansia ke posyandu. mengurangi efektifitas dari kompetensi
Disebutkan bahwa lansia yang memiliki teknis pelayanan kesehatan. Pasien yang
persepsi baik terhadap kader memiliki diperlakukan kurang baik cenderung untuk
peluang 6,5 kali lebih tinggi untuk aktif mengabaikan saran dan nasehat petugas
berkunjung ke posyandu. kesehatan atau tidak mau berobat ke
Adanya hubungan antara persepsi tempat tersebut.
lansia tentang peran kader dengan Pada penelitian ini persepsi yang
intensitas kunjungan lansia di posyandu cukup ternyata tidak dapat menjamin
lansia pada penelitian ini juga sesuai adanya kecenderungan frekuensi
dengan teori layanan kesehatan Wiyono kunjungan yang sedang. Responden yang
(2006). Teori layanan kesehatan memiliki persepsi cukup atau kurang
mengemukakan bahwa pelayanan ternyata tetap cenderung memiliki
kesehatan yang bermutu ditinjau dari frekuensi kunjungan yang rendah. Hal ini
sudut pandang pasien dan masyarakat disebabkan karena dari seluruh tinjauan
berarti suatu empati, respek, dan tanggap indikator persepsi lansia terhadap peran
akan kebutuhannya. Apabila pelayanan kader, indikator yang mendapatkan
kesehatan sebanding dengan harapan, penilaian baik dari sebagian besar
maka pelanggan dalam hal ini adalah responden justru ada pada indikator
13

pendekatan dan indikator pencatatan. Dalam teori kepercayaan (health


Sementara itu indikator yang menyangkut belief) juga diungkapkan bahwa industri
hubungan personal yaitu indikator peran jasa kesehatan mensyaratkan adanya
kader sebagai penggerak masyarakat, kepercayaan mutual dari kedua pihak,
indikator peran kader sebagai pelaksana yakni penyedia dan pemakai jasa.
kegiatan dan indikator peran kader dalam Kepercayaan pemakai jasa dimulai dari
melakukan survey justru mendapatkan adanya persepsi yang baik dari pemakai
penilaian buruk dari sebagian besar jasa dalam hal ini lansia terhadap kader
responden. kesehatan sebagai penyedia jasa. Pemakai
Hal ini sesuai dengan teori yang jasa sebagai pihak tidak berdaya
dikemukakan oleh Wiyono (2006) (vulnerable) dengan demikian secara
mengenai kebutuhan interaksi antara sukarela akan mengikuti anjuran dari
petugas kesehatan dan pasien untuk penyedia jasa karena adanya unsur trust
menciptakan hubungan saling percaya. yang besar (Rosentock dalam Noorkasiani
Interaksi antara petugas kesehatan dan dkk., 2010).
pasien yang baik dapat menanamkan
SIMPULAN DAN SARAN
kepercayaan dan kredibilitas dengan cara:
menghargai, menjaga rahasia, Simpulan
menghormati, responsif, dan memberikan 1. Sebagian besar (55,9%) lansia memiliki

perhatian. Apabila hubungan antar persepsi yang baik tentang peran kader di

manusia baik, maka konseling dapat lebih Posyandu Lansia Dusun Degolan,
Bumirejo, Lendah, Kulon Progo,
efektif. Hubungan antar manusia yang
Yogyakarta.
kurang baik akan mengurangi efektifitas
2. Sebagian besar (49,2%) lansia memiliki
dari kompetensi teknis pelayanan
intensitas kunjungan yang rendah di
kesehatan. Pasien yang diperlakukan
Posyandu Lansia Dusun Degolan,
kurang baik cenderung untuk Bumirejo, Lendah, Kulon Progo,
mengabaikan saran dan nasehat petugas Yogyakarta.
kesehatan atau tidak mau berobat ke 3. Ada hubungan antara persepsi lansia
tempat tersebut. tentang peran kader dengan intensitas
kunjungan yang rendah di Posyandu Lansia
14

Dusun Degolan, Bumirejo, Lendah, Kulon 3. Bagi peneliti selanjutnya


Progo, Yogyakarta (𝑝 = 0,000; 𝑝 < 0,05). Peneliti lain disarankan untuk
mengendalikan variabel pengganggu
Saran yang belum dikendalikan pada
penelitian ini untuk memperdalam
Saran yang dapat diberikan oleh
hasil penelitian dan peneliti
peneliti terkait dengan hasil penelitian
disarankan untuk melakukan
ini adalah sebagai berikut
penelitian dengan semua responden
1. Bagi lansia
dikumpulkan di salah satu tempat,
Responden disarankan untuk
agar waktunya lebih efektif.
meningkatkan kunjungan ke
posyandu lansia dan secara aktif Daftar Pustaka
bertanya mengenai hasil pengisian
Aryati. (2007). Hubungan Antara
KMS saat posyandu sehingga
Pengetahuan Dan sikap Lansia
pembicaraan dapat tercipta dari
Terhadap Pemanfaatan Posyandu
kedua arah.
Lansia. Skripsi Dipublikasikan.
2. Bagi kader posyandu lansia
Universitas Muhammadiyah
Kader kesehatan di posyandu lansia
Surakarta.
disarankan untuk meningkatkan
home visit dan meningkatkan Azisyah & Asih. (2013). Hubungan
perilaku penyuluhan serta promosi Keaktifan Kader Posyandu Lanjut
kesehatan pada lansia. Hal tersebut Usia (Lansia) Terhadap Tingkat
dapat dilakukan dengan melibatkan Kepuasan Lansia Di Posyandu
kader kesehatan dari masyarakat Lansia Wilayah Kerja Puskesmas
ataupun organisasi nir laba seperti Kesesi I Desa Sidosari Kecamatan
lembaga swadaya masyarakat yang Kesesi Kabupaten Pekalongan.
bergerak di bidang kesehatan untuk Skripsi ini tidak dipublikasikan.
membantu memberikan penyuluhan STIKES Muhammadiyah
dan promosi kesehatan saat Pekajangan, Pekalongan.
posyandu untuk mengatasi
Demartoto,A. (2007). Pelayanan Sosial
keterbatasan tenaga kader kesehatan.
Non Panti Bagi Lansia Suatu Kajian
15

Sosiologis. Surakarta: Sebelas Maret Berperan Terhadap Keaktifan


University press. Kunjungan Lansia ke Posyandu:
Studi Kasus di Desa Tamantirto
Henniwati. (2008). Faktor-Faktor Yang
Kecamatan Kasihan Kabupaten
Mempengaruhi Pemanfaatan
Bantul Provinsi DIY. Mitra Medika
Pelayanan Posyandu Lanjut Usia Di
Indonesiana 45(2): 74-82.
Wilayah Kerja Puskesmas
Kabupaten Aceh Timur. Skripsi Maryam, S., Mia Fatma, E., Rosidawati,
dipublikasikan. Universitas A.J dan Irwan, B. (2008). Mengenal
Sumatera Utara. Lanjut Usia Dan Perawatannya.
Jakarta : Salemba Medika.
Hidayah, R. (2015). Gambaran Persepsi
Lansia Tentang Tugas Kader Di Meilani, N., Setiyawati, N dan Estiwidani,
Posyandu Lansia Mawar Kelurahan D. (2009). Kebidanan Komunitas.
Sukamaju Baru Kecamatan Tapos. Yogyakarta: Fitra Maya.
Skripsi Dipublikasikan. Universitas
Noorkasiani, Haryati, Ismail, R. (2010).
Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Sosiologi Keperawatan. Jakarta:
Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Ismawati., Sandra, P dan Atikah, P.
United Nations (2015). World Population
(2010). Posyandu Dan Desa Siaga
Ageing 2015.
Panduan Untuk Bidan Dan Kader.
http://www..un.org/en/development/
Yogyakarta: Nuha Medika.
desa/population/publications/pdf/age
Juniardi, F. (2013). Faktor-faktor yang ing/WPA2015. Diambil pada
Mempengaruhi Rendahnya tanggal 2 Febuari 2018.
Kunjungan Lansia ke Posyandu
Wiyono, D. 2006. Pendekatan Mutu dan
Lansia di Puskesmas Batang Beruh
Kepuasan Pelanggan Dalam
Kecamatan Sidikalang Kabupaten
Pelayanan Keseatan: Manajemen
Dairi. Welfare State 2(1): 1-7.
Mutu Pelayanan Kesehatan.
Lestari, P., Hadisaputro, S., Pranarka, K. Airlangga University Press,
2011. Beberapa Faktor yang Surabaya.
16

Anda mungkin juga menyukai