Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lansia.

Semua individu mengikuti pola perkembangan dengan pasti dan dapat

diramalkan. Setiap masa yang dilalui merupakan tahap-tahap yang saling

berkaitan dan tidak dapat diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal

perkembangan individu akan memberikan pengaruh terhadap tahap-tahap

selanjutnya. Salah satu tahap yang akan dilalui oleh individu tersebut adalah masa

lanjut usia atau lansia (Hurlock, 2012).

Permensos RI Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelayanan Sosial

Lansia menyebutkan bahwa pelayanan sosial lansia adalah upaya yang ditujukan

untuk membantu lansia dalam memulihkan dan mengembangkan fungsi sosialnya.

Pelayanan sosial lansia ini meliputi kegiatan pelayanan dalam panti dan luar panti;

perlindungan; dan pengembangan kelembagaan sosial lansia. Secara garis besar

program-program pelayanan dan pemberdayaan lansia antara lain: pelayanan

dalam panti, program pendampingan sosial lansia melalui perawatan di rumah

(home care), program asistensi sosial lanjut usia telantar (ASLUT), pelayanan

sosial kedaruratan bagi lansia, program family support lansia, day care services,

pengembangan kawasan ramah lansia, dan program lansia tangguh.

Untuk mencapai masa tua yang bahagia serta meningkatkan kualitas

hidupnya, lansia membutuhkan dukungan dari orang terdekat yaitu keluarga.

1
2

Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan

kesehatannya. Sehingga perilaku keluarga dalam kesehatan akan mempengaruhi

kesehatan anggota keluarganya termasuk lansia yang ada di dalam keluarga

tersebut (Kemenkes RI, 2017).

Untuk menghasilkan penduduk lanjut usia yang sehat tidaklah mudah dan

memerlukan kerja sama para pihak, antara lain: lansia itu sendiri, keluarga,

masyarakat, pemerintah, organisasi dan pemerhati kesejahteraan serta profesi

dibidang kesehatan yang lebih penting adalah peran aktif dari lansia sendiri dan

keluarga dalam melaksanakan perilaku hidup sehat. Seiring dengan semakin

meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan

yaitu mengadakan pelayanan kesehatan untuk lansia. Pelayanan kesehatan di

tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat

dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah

Sakit (Simanullang, 2012).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018, di seluruh dunia

saat ini, jumlah lanjut usia pada tahun 2018 lebih dari 629 juta jiwa, dan pada

tahun 2025 diproyeksikan jumlah lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar. Bahkan

Biro Sensus Amerika Serikat memperkirakan Indonesia akan mengalami

pertambahan warga lanjut usia terbesar didunia pada tahun 2025, yaitu sebesar

414 % (WHO, 2018).

Dalam waktu hampir lima dekade, persentase lansia Indonesia meningkat

sekitar dua kali lipat (1971-2017), yakni menjadi 8,97 persen (23,4 juta) di mana

lansia perempuan sekitar satu persen lebih banyak dibandingkan lansia laki-laki
3

(9,47 persen banding 8,48 persen). Selain itu, lansia Indonesia didominasi oleh

kelompok umur 60-69 tahun (lansia muda) yang persentasenya mencapai 5,65

persen dari penduduk Indonesia, sisanya diisi oleh kelompok umur 70-79 tahun

(lansia madya) dan 80+ (lansia tua). Pada tahun ini sudah ada lima provinsi yang

memiliki struktur penduduk tua di mana penduduk lansianya sudah mencapai 10

persen, yaitu : DI Yogyakarta (13,90 persen), Jawa Tengah (12,46 persen), Jawa

Timur (12,16 persen), Bali (10,79 persen) dan Sulawesi Barat (10,37 persen)

(BPS, 2017).

Menurut Data Badan Pusat Statistik (2018), menyebutkan bahwa jumlah

lansia di Indonesia mencapai 20,04 juta orang atau sekitar 8,05% dari seluruh

penduduk Indonesia. Proporsi jumlah lansia di Jawa Tengah terus meningkat,

pada tahun 2010 jumlah lansia mencapai 3,35 juta jiwa atau 10,34% dari seluruh

penduduk Provinsi Jawa Tengah kemudian naik menjadi 3,45 juta jiwa atau

10,55% pada tahun 2011. Dan berdasarkan hasil Angka Proyeksi Penduduk tahun

2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat menjadi 3,83 juta jiwa

atau sebesar 11,43%.

Berdasarkan hasil Badan Pusat Statistik tahun 2019, secara umum jumlah

penduduk lansia di provinsi Aceh mengacu pada batasan usia 65 tahun yang

banyak diterapkan secara internasional, maka di Aceh kelompok penduduk

berusia 65 tahun keatas yang pada tahun 2015 sebesar 3,2% dari total populasi

telah meningkat menjadi 3,8% pada tahun 2016 dan 4,7% pada tahun 2017, pada

tahun 2018 sebesar 7,79% dan diperkirakan pada tahun 2020 akan mencapai

11,7% (BPS, 2019).


4

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara tahun 2014

jumlah penduduk lansia mencapai 6.2% dari total penduduk, sementara tahun

2015 meningkat menjadi 6.3% dari total jumlah penduduk Kabupaten Bireuen

(Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara, 2017).

Senam lansia ini telah dilakukan di berbagai daerah sebagai program

posyandu lansia untuk meningkatkan kebugaran lansia, bahkan pemerintah

semakin menggalakkan senam lansia ini dengan mengadakan senam lansia

bersama-sama disertai dengan pemeriksaan kesehatan gratis dan perlombaan

senam bugar lansia yang di tujukan untuk menarik minat lansia terhadap senam

lansia dan peningkatan kesadaran terhadap kualitas kesehatan lansia, meskipun

telah diberikan informasi tentang senam lansia oleh kader posyandu. Namun

masih banyak tingkat kepatuhan lansia terhadap senam lansia yang rendah hal itu

dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain dukungan keluarga (Nugroho, 2010).

Patuh dan tidaknya lansia dalam melakukan senam lansia dapat dilihat dari

frekuensi senam yang dilakukan dalam setiap pekan. Menurut syarat yang harus

dipenuhi dalam latihan fisik salah satunya adalah frekuensi yang dilakukan selama

1 kali dalam satu minggu. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya

kepatuhan lanjut usia dalam melaksanakan senam lanjut usia adalah faktor

individu lanjut usia, kemampuan lanjut usia, faktor umur lanjut usia. Faktor

dukungan keluarga yang diberikan sangat baik kepada lanjut usia dalam

kepatuhan lanjut usia dalam melaksanakan senam lansia, dukungan keluarga dapat

berupa instrumental, informasi, penghargaan dan emosional (Zainal, 2010).


5

Hasil penelitian Zaenal (2017), didapatkan hasil bahwa pada tingkat

dukungan keluarga kurang terdapat 8 responden (73%) memiliki kepatuhan tidak

patuh, selanjutnya 2 responden (18%) kurang patuh, dan 1 responden (9%) patuh.

Pada tingkat dukungan keluarga cukup terdapat 1 responden (3%) memiliki

kepatuhan tidak patuh, selanjutnya 28 responden (88%) kurang patuh, dan 3

responden (9%) patuh. Sedangkan pada tingkat dukungan keluarga baik terdapat 1

responden (14%) memiliki kepatuhan tidak patuh, selanjutnya 2 responden (29%)

kurang patuh, dan 4 responden (56%) patuh.

Berdasarkan studi pendahuluan di Posyandu Gampong Krueng Manyang

Kecamatan Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara senam lansia dilakukan

seminggu satu kali setiap hari jum’at pagi jam 07.00-09.00. Dari data yang di

peroleh peneliti, melalui wawancara dengan kader bahwa jumlah lansia yang

tercatat di posyandu sebanyak 37 lansia. Adapun kegiatan yang ada di posyandu

antara lain penimbangan berat badan, pemeriksaan kesehatan, penyuluhan tentang

kesehatan. Dari beberapa keluarga lansia yang diwawancarai mengatakan bahwa

15 keluarga kurang mendukung lansia dalam mengikuti senam lansia, dikarenakan

keluarga lansia sudah terlalu sibuk dengan pekerjaanya sendiri, terbukti dari lansia

yang hadir mengikuti senam lansia hanya sekitar 9 dari jumlah lansia yang ada.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan

Dalam Melaksanakan Senam Lansia di Posyandu Gampong Krueng

Manyang Kecamatan Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara”.


6

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan penelitian terkait diatas maka peneliti

ingin mengetahui apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan

dalam melaksanakan senam lansia di Posyandu Gampong Krueng Manyang

Kecamatan Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan dalam

melaksanakan senam lansia di Posyandu Gampong Krueng Manyang Kecamatan

Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui dukungan emosional dengan kepatuhan dalam

melaksanakan senam lansia di Posyandu Gampong Krueng Manyang

Kecamatan Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara.

2. Untuk mengetahui dukungan informasi dengan kepatuhan dalam melaksanakan

senam lansia di Posyandu Gampong Krueng Manyang Kecamatan Kuta

Makmur Kabupaten Aceh Utara.

3. Untuk mengetahui dukungan instrumental dengan kepatuhan dalam

melaksanakan senam lansia di Posyandu Gampong Krueng Manyang

Kecamatan Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara.


7

4. Untuk mengetahui dukungan penghargaan dengan kepatuhan dalam

melaksanakan senam lansia di Posyandu Gampong Krueng Manyang

Kecamatan Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan peneliti tentang hubungan

dukungan keluarga dengan kepatuhan dalam melaksanakan senam lansia.

2. Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan dapat menambah pengetahuan

lansia tentang hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan dalam

melaksanakan senam lansia.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan untuk

referensi bagi pembacanya dan dapat digunakan sebagai bahan tambahan ilmu

pengetahuan tentang hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan dalam

melaksanakan senam lansia.

4. Bagi Penelitian Lanjutan

Sebagai bahan referensi atau perbandingan dengan variabel lain seperti

pengetahuan dan tingkat kepatuhan lansia, bagi peneliti lain selanjutnya yang

melakukan penelitian dengan topik yang sama ditempat yang berbeda

mengenai hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan dalam

melaksanakan senam lansia.

Anda mungkin juga menyukai