Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala infeksi
atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang
memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan
menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun
penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun
penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam
(membaran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV,
seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan
dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfuse darah,
jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau
menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Pertama kali HIV ditemukan pada hewan simpanse yang diduga sebagai sumber
infeksi ke tubuh manusia, pertama virus ini bernama Simian Immunodefeciency Virus
yang bermutasi menjadi Human Immunodefeciency Virus (HIV) saat manusia
memburu hewan ini untuk dijadikan pangan. Di indonesia HIV pertama kali dilaporkan
di Bali bulan April 1987 terjadi pada orang berkebangsaan belanda, sejak pertama kali
ditemukan di indonesia pada tahun 2011 kasus HIV/AIDS sudah tersebar di 368 dari
498 kabupaten/kota kasus HIV/AIDS sudah meningkat secara signifikan.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta
jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu
epidemic paling menghancurkan pada sejarah. Di Indonesia menurut laporan kasus
kumulatif HIV/AIDS sampai 31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP&PL,
Kemenkes RI tanggal 29 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah
menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri
atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kematian. Angka ini tidak
mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah
membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000-130.000.

1
Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan Indis, yang
percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.

2. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep teori HIV AIDS dan asuhan keperawatan pada pasien penderita
HIV AIDS?

3. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi AIDS
b. Untuk mengetahui etiologi AIDS
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada klien AIDS
d. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien HIV AIDS

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KONSEP DASAR HIV/AIDS
1. Definisi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS.
HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang memasukan materi genetiknya ke
dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara infeksi dengan cara yang berbeda (retro),
yaitu dari RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah,
membentuk pro virus dan kemudian melakukan replikasi.

2. Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus
(HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1.
Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2
dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk
memudahkan keduanya disebut HIV.

3. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah sel-sel yang
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe,
limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lewat
pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu
antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human
Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan
banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam
usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan
pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-
stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus
dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper
tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam
tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan
sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing,

3
mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit,
memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi
sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan
memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T
penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap
tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini,
jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai
sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Ketika sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur
oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan
menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang
didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah,
atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.

4. Gambaran Klinis
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya
adalah seperti dibawah ini:
1) Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk,
nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak
jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.
2) Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala
seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur
pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.
3) Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome,
yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan
pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai
Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada
sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah
kurang bertenaga.
4) System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang
mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak

4
kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung
(Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki,
reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
5) System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar air
(herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit
yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami
infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit
lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
6) Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami
penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka
pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka
wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah
penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic
dikenal sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa
haid yang tidak teratur (abnormal).

5. Pemeriksaan Penunjang/Data Penunjang


1) Tes untuk diagnosa infeksi HIV:
- ELISA
- Western blot
- P24 antigen test
- Kultur HIV
2) Tes untuk deteksi gangguan system imun.
- Hematokrit.
- LED
- CD4 limfosit
- Rasio CD4/CD limfosit
- Serum mikroglobulin B2
- Hemoglobulin

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan HIV/AIDS terdiri dari pengobatan, perawatan/rehabilitasi dan
edukasi.

5
a) Pengobatan
Obat-obatan yang dapat digunakan pada penderita HIV antara lain:
1) Obat Retrovirus
e. Zidovudine (AZT)
Berfungsi sebagai terapi pertama anti retrovirus. Pemakaian obat ini dapat
menguntungkan diantaranya yaitu Dapat memperpanjang masa hidup (1-2
tahun), mengurangi frekuensi dan berat infeksi oportunistik, menunda
progresivitas penyakit, memperbaiki kualitas hidup pasien, mengurangi
resiko penularan perinatal, mengurangi kadar Ag p24 dalam serum dan
cairan spinal. Efek samping zidovudine adalah: sakit kepala, nausea,
anemia, neutropenia, malaise, fatique, agitasi, insomnia, muntah dan rasa
tidak enak diperut. Setelah pemakaian jangka panjang dapat timbul
miopati. Dosis yang se006Barang dipakai 200mg po tid, dan dosis
diturunkan menjadi 100mg po tid bila ada tanda-tanda toksik.
f. Didanosine ( ddl ), Videx
Merupakan terapi kedua untuk yang terapi intoleransi terhadap AZT, atau
bisa sebagai kombinasi dengan AZT bila ternyata ada kemungkinan respon
terhadap AZT menurun. Untuk menunda infeksi oportunistik respon
terhadap AZT menurun. Untuk menunda infeksi oportunistik pada ARC
dan asimtomatik hasilnya lebih baik daripada AZT. Efek samping:
neuropati perifer, pankreatitis (7%), nausea, diare.Dosis: 200mg po bid
( untuk BB >60kg), 125mg po bid (untuk BB < 60kg) Mulanya hanya
dipakai untuk kombinasi denganAZT. Secara invitro merupakan obat yang
paling kuat, tapi efek samping terjadinya neuropati ( 17-31%) dan
pankreatitis. Dosis : 0,75mg po tid.
2) Obat-obat untuk infeksi oportunistik
1. Pemberian profiklaktik untuk PCP dimulai bila cCD4, 250 mm/mm3.
Dengan kotrimokzasol dua kali/minggu. Dosis 2 tablet, atau dengan
aerosol pentamidine 300mg, dan dapsone atau fansidar.
2. Prokfilaksis untuk TBC dimulai bila PDD>=5mm, dan pasien anergik.
Dipakai INH 300mg po qd dengan vit.b6, atau rifampisin 600mg po qd
bila intolerans INH.

6
3. Profilaksis untuk MAI (mycobacterium avium intracelulare), bila CD4 ,
200/mm3, dengan frukanazol po q minggu, bila pernah menderita oral
kandidiasis, sebelumnya.
4. Belum direkomendasikan untuk profilaksis kandidiasis, karena cepat
timbul resistensi obat disamping biaya juga mahal.
3) Obat untuk kanker sekunder
Pada dasarnya sama dengan penanganan pada pasien non HIV. Untuk
Sakorma Kaposi, KS soliter:radiasi, dan untuk KS multipel:kemoterapi.
Untuk limfoma maligna: sesuai dengan penanganan limfoma paa pasien non
HIV.
4) Pengobatan simtomatik supportif
Obat-obatan simtomatis dan terapi suportif sring harus diberikan pada
seseorang yang telah menderita ADIS, antara lain yang sering yaitu:
analgetik, tranquiller minor, vitamin, dan transfusi darah.
b) Rehabilitasi
Rehabilitas ditujukan pada pengidap atau pasien AIDS dan keluarga atau orang
terdekat, dengan melakukan konseling yang bertujuan untuk:
1. Memberikan dukungan mental-psikologis
2. Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak berisiko
tinggi menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang berisiko.
3. Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa
mempertahankan kondisi tubuh yang baik.
4. Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang berkaitan
dengan penyakitnya, antara lain bagaimana mengutarakan masalah-masalah
pribadi dan sensitif kepada keluarga dan orang terdekat.
c) Edukasi
Edukasi pada masalah HIV/AIDS bertujuan untuk mendidik pasien dan
keluarganya tentang bagaimana menghadapi hidup bersama AIDS, kemungkinan
diskriminasi masyaratak sekitar, bagaimana tanggung jawab keluarga, teman
dekat atau masyarakat lain. Pendidikan juga diberikan tentang hidup sehat,
mengatur diet, menghindari kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan, antara
lain: rokok, minuman keras. Narkotik, dsb.

7
7. Komplikasi

a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat. Kandidiasis oral ditandai
oleh bercak-bercak putih seperti krim dalam rongga mulut. Jika tidak diobati,
kandidiasis oral akan berlanjut mengeni esophagus dan lambung. Tanda dan
gejala yang menyertai mencakup keluhan menelan yang sulit dan rasa sakit di
balik sternum (nyeri retrosternal).
Neurologik
• Ensefalopati HIV atau disebut pula sebagai kompleks dimensia AIDS (ADC;
AIDS dementia complex). Manifestasi dini mencakup gangguan daya ingat,
sakit kepala, kesulitan berkonsentrasi, konfusi progresif, perlambatan
psikomotorik, apatis dan ataksia. stadium lanjut mencakup gangguan kognitif
global, kelambatan dalam respon verbal, gangguan efektif seperti pandangan
yang kosong, hiperefleksi paraparesis spastic, psikosis, halusinasi, tremor,
inkontinensia, dan kematian.
• Meningitis kriptokokus ditandai oleh gejala seperti demam, sakit kepala,
malaise, kaku kuduk, mual, muntah, perubahan status mental dan kejang-kejang.
diagnosis ditegakkan dengan analisis cairan serebospinal.
b. Gastrointestinal
Wasting syndrome kini diikutsertakan dalam definisi kasus yang
diperbarui untuk penyakit AIDS. Kriteria diagnostiknya mencakup penurunan
BB > 10% dari BB awal, diare yang kronis selama lebih dari 30 hari atau
kelemahan yang kronis, dan demam yang kambuhan atau menetap tanpa adanya
penyakit lain yang dapat menjelaskan gejala ini.
- Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma,
dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsorbsi, dan dehidrasi.
- Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam
atritis.
- Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal
yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rektal,
gatal-gatal dan diare.

8
c. Respirasi
Pneumocystic Carinii. Gejala napas yang pendek, sesak nafas (dispnea),
batuk-batuk, nyeri dada, hipoksia, keletihan dan demam akan menyertai pelbagi
infeksi oportunis, seperti yang disebabkan oleh Mycobacterium Intracellulare
(MAI), cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides.
d. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis
karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,
gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis. Infeksi oportunis seperti herpes
zoster dan herpes simpleks akan disertai dengan pembentukan vesikel yang nyeri
dan merusak integritas kulit. moluskum kontangiosum merupakan infeksi virus
yang ditandai oleh pembentukan plak yang disertai deformitas. dermatitis
sosoreika akan disertai ruam yang difus, bersisik dengan indurasi yang mengenai
kulit kepala serta wajah.penderita AIDS juga dapat memperlihatkan folikulitis
menyeluruh yang disertai dengan kulit yang kering dan mengelupas atau dengan
dermatitis atopik seperti ekzema dan psoriasis.
e. Sensorik
- Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata : retinitis
sitomegalovirus berefek kebutaan
- Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran
dengan efek nyeri yang berhubungan dengan mielopati, meningitis,
sitomegalovirus dan reaksi-reaksi obat.

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, umur, tempat dan tanggal lahir
b. Riwayat
Test HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-obatan
c. Keadaan Umum
Pucat, kelaparan
d. Gejala Subjektif
Demam kronik dengan atau tanpa mengigil, keringat malam hari berulang kali, lemah,
lelah, anoreksia
e. Psikososial
Kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup

9
f. Status Mental
Marah atau pasrah, depresi , ide bunuh diri, halusinasi
g. HEENT
Nyeri perorbital, sakit kepala, edema muka, mulut kering
h. Neurologis
Gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang,
paraplegia
i. Muskoloskletal
Focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL
j. Kardiovaskular
Takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness
k. Pernapasan
Dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot bantu pernapasan, batuk
produktif atau non produktif.
l. GI
Intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare, inkontinensia,
perut kram, hepatosplenomegali, kuning
m. Gu
Lesi atau eksudat pada genital,
n. Integument
Kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif

2. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup
yang beresiko.
2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya
infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,
malnutrisi, kelelahan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
5. Diare berhubungan dengan infeksi GI

10
6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang
orang dicintai.

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional
criteria hasil
Resiko tinggi Pasien akan bebas 1. Monitor tanda- Untuk pengobatan dini
infeksi infeksi tanda infeksi baru. Mencegah pasien
berhubungan oportunistik dan 2. gunakan teknik terpapar oleh kuman
dengan komplikasinya aseptik pada setiap patogen yang diperoleh
imunosupresi, dengan kriteria tak tindakan invasif. di rumah sakit.
malnutrisi dan ada tanda-tanda Cuci tangan
pola hidup yang infeksi baru, lab sebelum Mencegah
beresiko. tidak ada infeksi meberikan bertambahnya infeksi
oportunis, tanda tindakan.
vital dalam batas 3. Anjurkan pasien
normal, tidak ada metoda mencegah Meyakinkan diagnosis
luka atau eksudat. terpapar terhadap akurat dan pengobatan
lingkungan yang
patogen. Mempertahankan kadar
darah yang terapeutik
4. Kumpulkan
spesimen untuk
tes lab sesuai
order.

5. Atur pemberian
antiinfeksi sesuai
order

Resiko tinggi Infeksi HIV tidak 1. Anjurkan pasien Pasien dan keluarga
infeksi (kontak ditransmisikan, atau orang penting mau dan memerlukan
pasien) tim kesehatan lainnya metode informasikan ini
berhubungan memperhatikan mencegah
dengan infeksi universal transmisi HIV dan
HIV, adanya precautions kuman patogen
infeksi dengan kriteriaa lainnya. Mencegah transimisi
nonopportunisitik kontak pasien dan 2. Gunakan darah infeksi HIV ke orang
yang dapat tim kesehatan dan cairan tubuh lain
ditransmisikan. tidak terpapar precaution bial
HIV, tidak merawat pasien.
terinfeksi patogen Gunakan masker
lain seperti TBC. bila perlu.

Intolerans Pasien 1. Monitor respon Respon bervariasi dari


aktivitas berpartisipasi fisiologis hari ke hari

11
berhubungan dalam kegiatan, terhadap aktivitas
dengan dengan kriteria
kelemahan, bebas dyspnea dan 2. Berikan bantuan Mengurangi kebutuhan
pertukaran takikardi selama perawatan yang energi
oksigen, aktivitas. pasien sendiri
malnutrisi, tidak mampu
kelelahan. Ekstra istirahat perlu
jika karena
3. Jadwalkan meningkatkan
perawatan pasien kebutuhan metabolik
sehingga tidak
mengganggu
isitirahat.

Perubahan nutrisiPasien mempunyai 1. Monitor Intake menurun


kurang dari
intake kalori dan kemampuan dihubungkan dengan
kebutuhan tubuh protein yang mengunyah dan nyeri tenggorokan dan
berhubungan adekuat untuk menelan. mulut
dengan intake
memenuhi 2. Monitor BB, Menentukan data dasar
yang kurang,kebutuhan intake dan ouput Mengurangi muntah
meningkatnya metaboliknya 3. Atur antiemetik Meyakinkan bahwa
kebutuhan dengan kriteria sesuai order makanan sesuai dengan
metabolic, dan
mual dan muntah 4. Rencanakan diet keinginan pasien
menurunnya dikontrol, pasien dengan pasien
absorbsi zat gizi.
makan TKTP, dan orang
serum albumin dan penting lainnya.
protein dalam
batas n ormal, BB
mendekati seperti
sebelum sakit.
Diare Pasien merasa 1. Kaji konsistensi Mendeteksi adanya
berhubungan nyaman dan dan frekuensi darah dalam feses
dengan infeksi mengnontrol diare, feses dan adanya
GI komplikasi darah. Hipermotiliti mumnya
minimal dengan dengan diare
kriteria perut 2. Auskultasi bunyi
lunak, tidak usus Mengurangi motilitas
tegang, feses lunak usus, yang pelan,
dan warna normal, 3. Atur agen emperburuk perforasi
kram perut hilang, antimotilitas dan pada intestinal
psilium
(Metamucil) Untuk menghilangkan
sesuai order distensi

4.
Berikan ointment
A dan D, vaselin
atau zinc oside
Tidak efektif Keluarga atau 1. Kaji koping Memulai suatu
koping keluarga orang penting lain keluarga terhadap hubungan dalam

12
berhubungan mempertahankan sakit pasein dan bekerja secara
dengan cemas suport sistem dan perawatannya konstruktif dengan
tentang keadaan adaptasi terhadap keluarga.
yang orang perubahan akan 2. Biarkan keluarga Mereka tak menyadari
dicintai. kebutuhannya mengungkapkana bahwa mereka
dengan kriteria perasaan secara berbicara secara bebas
pasien dan verbal
keluarga Menghilangkan
berinteraksi 3. Ajarkan kepada kecemasan tentang
dengan cara yang keluaraga tentang transmisi melalui
konstruktif penyakit dan kontak sederhana.
transmisinya.

13
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
a. Data Demografi
Nama klien : Tn Y
Umur : 38 th
Diagnosa Medik : HIV - AIDS
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
Status perkawinan : Duda
Status pendidikan : Sarjana Pendidikan

b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing,
dan diare. Pasien mengalami berat badan menurun derastis dari 60 kg menjadi
54 kg
2) Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di alaminya saat
ini.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang mengalami
penyakit yang sedang di derita pasien.
4) Keluhan waktu di data
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 November 2014 ditemukan
benjolan pada leher.

c. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas/istirahat
a) Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya,
progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.
b) Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis terhadap
aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernafasan.

14
2) Integritas ego
1) Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan (keluarga,
pekerjan, gaya hidup,dll), mengkuatirkan penampilan (menurunyya berat
badan,dd), mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya,putus asa, tidak
berguna, rasa bersalah, dan depresi.
2) Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku marah,
menangis, kontak mata yang kurang.
3) Eliminasi
1) Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa disertai kram
abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
2) Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare pekat yang
sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal. Perubahan
dalam jumlah, warna, sdan karakteristik urine.

4) Makanan/cairan
1) Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan,
mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan. penurunan berat
badan yang progresif.
2) Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising usus
hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya selaput puih
dan perubahan warna, edema.
5) Hygiene
1) Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan dalam
banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri.
6) Neurosensori
1) Gejala : pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental, kehilangan
ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi masalah, tidak mampu
mrngingat/ konsentrasi menurun.kelemahan otot, tremor, dan perubahan
ketajaman penglihatan. Kebas, kasemutan pada ekstremiats(kaki
menunjukkan perubahan paling awal).
2) Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau mental sampai
demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran menurun, apatis,
retardasi psikomotor/respon lambat. Ide paranoid, ansietas yang berkembang

15
bebas, harapan yang tidak realistis. Timbul reflek tidak normal, menurunnya
kekuatan otot, dan gaya berjalan ataksia.tremor pada motorik kasar/halus,
menurunnya motorik fokalis. Hemoragi retina dan eksudat.
7) Nyeri/kenyamanan
1) Gejala : nyeri umum /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit kepala, nyeri
dada pleuritis.
2) Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan.
Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang, gerak otot
melindungi yang sakit.

8) Pernapasan
1) Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk (mulai
dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum. Bendungan atau
sesak pada dada.
2) Tanda : Tacipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi napas
adventius. Sputum :kuning
9) Interaksi social
1) Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan
karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk
mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan/kehilangan
pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat ataupun pasangan yang meninggal
karena AIDS. Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak
mampu membuat rencana.
2) Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas yang tak
terorganisasi.

d. Hasil Lab
1) Jumlah limfosit CD4 100 yang normal berkisar antara 500 dan 1.600.
2) LISA ( +)
3) Western Blot (+)

16
2. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d output yang berlebihan
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat
c. Infeksi b.d adanya virus HIV-AIDS

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Resiko tinggi Setelah dilakukan Mandiri :
terhadap tindakan 2. Pantau TTV, 1. Indicator dari volume
kekurangan keperawatan selama termasuk CVP cairan sirkulasi
volume cairan 1 x 24 jam bila terpasang.
b.d output yang diharapkan : Catat
berlebihan  Diare (-) hipertensi,
 Demam (-) termasuk 2. Meningkatkan
 Pasien tidak perubahan kebutuhan
mudah lelah postural. metabolism dan
 TTV : diaphoresis yang
TD: 120/80 3. Catat berlebihan yang
N: 80x/menit peningkatan dihubungkan
S: 37 C suhu dan durasi dengan demam
RR : 20x/menit demam. dalam
 berat badan Berikan meningkatkan
pasien naik dari kompres hangat cairan tak kasat
54 kg menjadi sesuai indikasi. mata
54+ kg Pertahankan
 BAB / diare (-) pakaian tetap
 pasien tidak kering. 3. Indicator tidak
terlihat pucat Pertahankan langsung dari status
 sianosis (-) kenyamanan cairan.
 pasien tidak suhu
pingsan lingkungan. 4. Mempertahankan
 umlah dan keseimbangan
warna urin 4. Kaji turgor cairan, mengurangi
normal kulit, rasa haus, dan
 anoreksia (-) membrane melembabkan
 Turgor kulit baik mukosa, dan membrane mukosa.
/ lembab rasa haus.
1. Mungkin diperlukan
5. Pantau untuk mendukung /
pemasukan oral memperbesar
dan volume sirkulasi,
memasukka terutama jika
cairan pemasukan oral tak
sedikitnya 2500 adekuat,
ml/hari. mual/muntah terus

17
menerus.
2. Bermanfaat dalam
Kolaborasi : memperkirakan
1. Berikan cairan / kebutuhan cairan
elektrolit melalui 3. Membantu
selang pemberi mengurangi demam
makanan / IV dan respons hiper
metabolism,
menurunkan
2. Pantau hasil kehilangan cairan
pem. LAB sesuai tak kasat mata.
indikasi, mis.. :
HB/HT
3. Antipiretik, mis..
: asetaminofen

2 Perubahan Setelah dilakukan Mandiri : 1. Lesi mulut,


nutrisi kurang tindakan 1. Kaji kemampuan tenggorok, dan
dari kebutuhan keperawatan selama untuk esophagus dapat
tubuh b.d 3 x 24 jam, mengunyah, menyebabkan
intake yang diharpkan : merasakan, dan disfagia, penurunan
tidak adekuat  Pasien tidak menelan. kemampuan pasien
mudah lelah untuk mengolah
 Pasien tidak makanan dan
letih 2. Timbang berat mengurangi
 Pasien tidak lesu badan sesuai keinginan untuk
 Nafsu makan kebutuhan. makan.
bertambah, porsi Evaluasi berat 2. Indicator kebutuhan
makan habis badan dalam hal nutrisi / pemasukan
 Pasien dapat adanya berat yang adekuat.
menverna badan yang tidak Catatan : karena
makanan dengan sesuai. Gunakan adanya penekanan
baik serangkaian system imun, maka
 Berat badan naik pengukuran berat beberapa tes darah
dari 54 kg badan dan yang umumnya
menjadi 54+ kg antropometrik. digunakan untuk
 pasien tidak 3. Dorong aktivitas menguji status
terlihat pucat fisik sebanyak nutrisi menjadi tidak
 pasien tidak mungkin berguna.
sianosis 3. Dapat meningkatkan
 pasien tidak 4. Catat pemasukan nafsu makan dan
anoreksia kalori perasaan sehat
4. Mengidentifikasi
Kolaborasi : kebutuhan terhadap
suplemen atau
alternative metode
pemberian makanan
1. Pertahankan
status puasa jika 1. Mungkin diperlukan
di indikasikan untuk menurunkan
muntah
2. Suplemen 2. Kekurangan vitamin
vitamin. terjadi akibat
penurunan

18
pemasukan
makanan dan/atau
kegagalan
mengunyah dan
absorpsi dalam
system gi
3 Infeksi b.d Setelah dilakukan Mandiri : 1. Untuk pengobatan
adanya virus tindakan 1. Monitor tanda- dini mencegah
HIV-AIDS keperawatan selama tanda infeksi pasien terpapar oleh
3 x 24 jam, baru. kuman patogen yang
diharapkan : diperoleh di rumah
 Demam (-) 2. Gunakan teknik sakit.
 Pusing (-) aseptik pada 2. Mencegah
 rasa terbakar setiap tindakan bertambahnya
pada kaki hilang invasif. Cuci infeksi
 nyeri dada tangan sebelum
pleuritis (-) meberikan
 TTV tindakan. 3. Mencegah
TD: 120/80 2. Berikan bertambahnya
N: 80x/menit lingkungan yang infeksi
S: 37 C bersih dan
RR : 20x/menit berventilasi baik.
 benjolan di Periksa
daerah leher (-) pengunjung / staf
 Lesi (-) terhadap tanda
 Kejang (-) infeksi dan 1. Dilakukan untuk
 Dipsnea (-) pertahankan mengidentifikasi
 nyeri panggul (-) kewaspadaan penyebab demam,
 nyeri abdomen sesuai indikasi diagnose infeksi
(-) organism, atau
 tremor (-) Kolaborasi : untuk menentukan
1. Periksa kultur / metode perawatan
sensitivitas lesi, yang sesuai
darah, urine dan 2. Menghambat proses
sputum infeksi. Obat-obatan
lainnya ditargetkan
untuk
2. Berikan meningkatkan
antibiotic fungsi imun.
antijamur / agen Meskipun tidak ada
antimikroba, obat yang tepat, zat
missal : seperti AZT
trimetroprim ditujukan untuk
(bactrim, septra), menghalangi enzim
nistatin yang
(mycostatin), memungkinkan
ketokonazol, virus memasuki
pentamidin atau material genetis sel
AZT/retrovir T4 sehingga dapat
memperlambat
perkembangan
penyakit

19
4. Implementasi Dan Evaluasi
No
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Dx
1 1. Memantau TTV, termasuk CVP bila S :
terpasang. mencatat hipertensi,  Pasien mengatakan sudah tidak
termasuk perubahan postural. diare lagi.
Hasil : indicator dari volume cairan  Pasien mengatakan sudah tidak
sirkulasi normal demam
 Pasien mengatakan sudah tidak
2. Mencatat peningkatan suhu dan durasi tidak mudah lelah
demam. memberikan kompres hangat O :
sesuai indikasi. mempertahankan  Diare (-)
pakaian tetap kering. mempertahankan  Demam (-)
kenyamanan suhu lingkungan.  Pasien tidak mudah lelah
Hasil : meningkatkan kebutuhan  Pasien tidak berkeringat malam hari
metabolisme TTV :
TD : 120/80
3. Mengkaji turgor kulit, membrane N : 80x/menit
mukosa, dan rasa haus. S : 37 C
Hasil : turgor kulit dan membrane RR : 20x/menit
mukosa baik / lembab  berat badan pasien naik dari 54 kg
menjadi 54.5 kg
3. Memantau pemasukan oral dan  BAB /diare (-)
memasukka cairan sedikitnya 2500  pasien tidak terlihat pucat
ml/hari.  sianosis (-)
Hasil : mempertahankan keseimbangan  pasien tidak pingsan
cairan, mengurangi rasa haus, dan  umlah dan warna urin normal
melembabkan membrane mukosa.  anoreksia (-)
 Turgor kulit baik / lembab
4. Memberikan cairan / elektrolit melalui A : masalah kekurangan volume cairan
selang pemberi makanan / IV tubuh sudah teratasi
hasil : memperbesar volume sirkulasi, P : intervensi dihentikan
pasien tidak anoreksia

5. Memantau hasil pem. LAB sesuai


indikasi, mis.. : HB/HT
hasil : kebutuhan cairan adekuat

6. Memberikan Antipiretik, mis.. :


asetaminofen
hasil : membantu mengurangi demam
dan respons hiper metabolism,
menurunkan kehilangan cairan tak
kasat mata

2 1. Mengkaji kemampuan untuk S :


mengunyah, merasakan, dan menelan.  Pasien tidak mengeluh lemah lagi
Hasil : pasien dapat mengunyah dan O :
mencerna makanan dengan baik, dan  Pasien tidak mudah lelah
dapat menelan  Pasien tidak letih
 Pasien tidak lesu

20
2. Menimbang berat badan sesuai  Nafsu makan bertambah, porsi makan
kebutuhan. Evaluasi berat badan dalam habis
hal adanya berat badan yang tidak  Pasien dapat menverna makanan
sesuai. Gunakan serangkaian dengan baik
pengukuran berat badan dan  Berat badan naik dari 54 kg menjadi
antropometrik. 54.5 kg
Hasil : berat badan kembali normal,  pasien tidak terlihat pucat
kenaikan berat badan dari 54 kg  pasien tidak sianosis
menjadi 54.5 kg  pasien tidak anoreksia
3. Mendorong aktivitas fisik sebanyak A : masalah perubahan nutrisi kurang dari
fisik mungkin kebutuhan tubuh sudah teratasi sebagian.
Hasil : nafsu makan meningkat, dan P : Lanjutkan intervensi No 2 mandiri dan 2
pasien menjadi lebih sehat kolaborasi
4. Mencatat pemasukan kalori
Hasil : kebutuhan kalori untuk tubuh
terpenuhi
5. Mempertahankan status puasa jika di
indikasikan
Hasil : muntah berkurang
6. Memberikan suplemen vitamin.
Hasil : kebutuhan vitamin untuk tubuh
terpenuhi

3 1. Memonitor tanda-tanda infeksi baru. S : Pasien mengatakan sudah tidak demam


Hasil : pasien tidak terpapar oleh lagi.
infeksi kuman pathogen di RS O:
2. Menggunakan teknik actrim pada setiap  Demam (-)
tindakan actrim. Cuci tangan sebelum  Pusing (-)
meberikan tindakan.  Rasa terbakar pada kaki hilang
Hasil : tidak terjadi infeksi  Nyeri dada pleuritis (-)
3. Memberikan lingkungan yang bersih  Pasien sudah tidak berkeringat malam
dan berventilasi baik. Periksa hari
pengunjung / staf terhadap tanda infeksi
dan pertahankan kewaspadaan sesuai TTV :
indikasi TD: 120/80
Hasil : tidak terjadi penambahan infeksi N: 80x/menit
yg lebih parah S: 370 C
4. Memeriksa kultur / sensitivitas lesi, RR : 20x/menit
darah, urine dan sputum  benjolan di daerah leher (-)
Hasil : mengurangi demam dan tidak  Lesi (-)
terjadi pertumbuhan kuman pathogen  Kejang (-)
penyebab infeksi  Dipsnea (-)
 nyeri panggul (-)
5. Memberikan antibiotic antijamur /
 nyeri abdomen (-)
agen antimikroba, missal : trimetroprim
 tremor (-)
(actrim, septra), nistatin (mycostatin),
A : masalah infeksi sudah teratasi
ketokonazol, pentamidin atau
P : intervensi dihentikan
AZT/retrovir
Hasil : meningkatkan fungsi imun dan
tidak terjadi infeksi

21
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang disebut
sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada umumnya yaitu
berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegal-pegal di badan),
pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Pada sebagian orang, infeksi dapat berat disertai
kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya akan menghilang dalam beberapa mingggu.
Dalam penyususnan kasus harus dipertimbangkan dengan kesenjangan teori.
2. Saran
a. Bagi Mahasiswa

Dalam penyusunan makalah dan pemecahan kasus kelompok sudah berusaha


semaksimal mungkin. Namun jika ada saran yang bersifat perbaikan kelompok sangat
senang menerima masukan tersebut.

b. Bagi Intitusi Pendidikan

Dalam penyusunan makalah kelompok melakukan konsultasi dengan pihak Bapak /


Ibu dosen yang bersangkutan. Saran yang Bapak / Ibu dosen berikan sangat membantu
untuk perbaikan makalah dan pemecahan kasus.

22
DAFTAR PUSTAKA

Djoerban Z, Djauzi S. 2009. HIV/AIDS di Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi V. Editor: SUdoyo AW, SetyohadiB, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Jakarta:
Puat Penerbitan IPD FAKUI.

Nasronudin. 2007. Penyakit Infeksi di Indonesia Solusi Kini dan Mendatang. Surabaya:
Airlangga.

Rampengan dan Laurentz. 1995.Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua. EGC:
Jakarta.
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Sudarth ed. 8. Jakarta: ECG.
Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius
Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis Proses –
Proses Penyakit . Jakarta : EGC
Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa :
I Made Kariasa dan Ni Made S. Jakarta: ECG

23

Anda mungkin juga menyukai