Anda di halaman 1dari 23

TUGAS

ASUHAN KEPEAWATAN PASIEN DENGAN AIDS

OLEH
Ayu Ambalangi
Maria G. Ohoiwutun
Merci O. Erupley

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN MALUKU
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TUAL
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
HIV/AIDS

1.1 Definisi HIV/AIDS


Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
gejala penyakit yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency
Virus (HIV). Virus dapat ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah,
cairan vagina, cairan sperma, cairan Air Susu Ibu. Virus tersebut merusak
system kekebalan tubuh manusia dengan mengakibatkan turunnya atau
hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi.
Human Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan
AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas
menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut T.
Limfosit atau “sel T-4” atau disebut juga “sel CD – 4”

1.2 Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human
immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983
sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan
lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus
kurang pathogen dibandingkan dengan HIV Maka untuk memudahkan
keduanya disebut HIV.

1.3 Patofisiologi
Tubuh mempunyai suatu mekanisme untuk membasmi suatu infeksi
dari benda asing, misalnya : virus, bakteri, bahan kimia, dan jaringan asing
dari binatang maupun manusia lain. Mekanisme ini disebut sebagai tanggap
kebal (immune response) yang terdiri dari 2 proses yang kompleks yaitu :
Kekebalan humoral dan kekebalan cell-mediated. Virus AIDS (HIV)
mempunyai cara tersendiri sehingga dapat menghindari mekanisme
pertahanan tubuh. “ber-aksi” bahkan kemudian dilumpuhkan.
Virus AIDS (HIV) masuk ke dalam tubuh seseorang dalam keadaan
bebas atau berada di dalam sel limfosit. Virus ini memasuki tubuh dan
terutama menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4. Sel-sel CD4-positif
(CD4+) mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4 helper. Saat virus
memasuki tubuh, benda asing ini segera dikenal oleh sel T helper (T4), tetapi
begitu sel T helper menempel pada benda asing tersebut, reseptor sel T helper
.tidak berdaya; bahkan HIV bisa pindah dari sel induk ke dalam sel T helper
tersebut. Jadi, sebelum sel T helper dapat mengenal benda asing HIV, ia lebih
dahulu sudah dilumpuhkan. HIV kemudian mengubah fungsi reseptor di
permukaan sel T helper sehingga reseptor ini dapat menempel dan melebur ke
sembarang sel lainnya sekaligus memindahkan HIV. Sesudah terikat dengan
membran sel T4 helper, HIV akan menginjeksikan dua utas benang RNA
yang identik ke dalam sel T4 helper.
Dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reverse
transcriptase, HIV akan melakukan pemrograman ulang materi genetik dari
sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA (DNA utas-
ganda). DNA ini akan disatukan ke dalam nukleus sel T4 sebagai sebuah
provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen.
Fungsi T helper dalam mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilumpuhkan, genom dari HIV ¬ proviral DNA ¬ dibentuk dan diintegrasikan
pada DNA sel T helper sehingga menumpang ikut berkembang biak sesuai
dengan perkembangan biakan sel T helper. Sampai suatu saat ada mekanisme
pencetus (mungkin karena infeksi virus lain) maka HIV akan aktif
membentuk RNA, ke luar dari T helper dan menyerang sel lainnya untuk
menimbulkan penyakit AIDS. Karena sel T helper sudah lumpuh maka tidak
ada mekanisme pembentukan sel T killer, sel B dan sel fagosit lainnya.
Kelumpuhan mekanisme kekebalan inilah yang disebut AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) atau Sindroma Kegagalan Kekebalan.

1.4 Manifestasi Klinis


Menurut WHO:
1.      Gejala mayor
        Penurunan BB ≥ 10%
        Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan
        Diare kronis
        Tuberkulosis
2.      Gejala minor
        Koordinasi orofaringeal
        Batuk menetap lebih dari 1 bulan
        Kelemahan tubuh
        Berkeringat malam
        Hilang nafsu makan
        Infeksi kulit generalisata
        Limfodenopati
        Herpes zoster
        Infeksi herpes simplek kronis
        Pneumonia
        Sarkoma kaposi

1.5 Komplikasi
1.      Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia
oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
2.      Neurologik
        kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan
isolasi social.
        Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit
kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
        Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan
maranik endokarditis.
        Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
3.      Gastrointestinal
        Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi
        Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat
illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik,demam atritis.
        Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit,
nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
4.      Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas
pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
5.      Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis
karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek
nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
6.      Sensorik
        Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
        Pendengaran : otitis eksternal akut

1.6 Pemeriksaan Diagnostik


1.      Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
-          ELISA
-          Western blot
-          P24 antigen test
-          Kultur HIV
2.      Tes untuk deteksi gangguan system imun.
-          Hematokrit.
-          LED
-          CD4 limfosit
-          Rasio CD4/CD limfosit
-          Serum mikroglobulin B2
-          Hemoglobulin 

1.7 Penatalaksanaan
1.      Respon biologis / aspek fisik
a.       Universal precaution
1)      Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh
2)      Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
3)      Dekontaminasi cairan tubuh pasien
4)      Memakai alat kedokteran sekali pakai atau mensterilisasi semua
alat kedokteran yang dipakai
5)      Memelihara kebersihan tempat pelayanan kesehatan
6)      Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara
benar dan aman

b.      Peran perawat dalam pemberian ARV


Tujuan terapi ARV:
1)      Menghentikan replikasi HIV
2)      Memulihkan system imun dan mengurangi terjadinya infeksi
opurtunistik
3)      Memperbaiki kualitas hidup
4)      Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV
c.       Pemberian nutrisi
Pasien dengan HIV – AIDS harus mengkonsumsi suplemen atau nutrisi
tambahan bertujuan untuk beban HIV – AIDS tidak bertambah akibat
defisiensi vitamin dan mineral
d.      Aktivitas dan istirahat
Respon adaptif psikologis
1)      Pikiran positif tentang dirinya
2)      Mengontrol diri sendiri
3)      Rasionalisasi
4)      Teknik perilaku
Respon sosial
1)      Dukungan emosional
2)      Dukungan penghargaan
3)      Dukungan instrumental
4)      Dukungan informative
Respon spiritual
1)      Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap
kesembuhan
2)      Padai mengambil hikmah
3)      Kestabilan hati
Resiko epidemiologis infeksi HIV sistomatik
1)      Perilaku beresiko epidemiologis
2)      Hubungan seksual dengan mitra seksual resiko tinggi tanpa
menggunakan kondom
3)      Pecandu narkotik suntikan
4)      Hubungan seksual yang tidak aman
                           i.      Memiliki banyak mitra seksual
                          ii.      Mitra seksual yang diketahui pasien HIV / AIDS
                          iii.     Mitra seksual di daerah dengan prevalensi HIV / AIDS yang
tinggi
                          iv.     Homoseksual
5)      Pekerjaan dan pelanggan tempat hiburan seperti: panti pijat,
diskotik, karaoke atau tempat prostitusi terselubung
6)      Mempunyai riwayat infeksi menular seksual (IMS)
7)      Riwayat menerima transfusi darah berulang
8)      Riwayat perlukaan kulit, tato, tindik atau sirkumsisi dengan alat
yang tidak steril.
BAB II
DATA FOKUS PENGKAJIAN

1.      Aktivitas / istirahat


Gejala: Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya,
progresi kelelahan / malaise, Perubahan pola tidur
Tanda: Kelemahan otot, menurunnya massa otot
Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi
jantung, pernapasan
2.      Sirkulasi
Gejala: Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan lama
pada cedera (jarang terjadi)
Tanda: Takikardia, perubahan TD postural, Menurunnya volume nadi perifer,
Pucat atau sianosis: perpanjangan kapiler
3.      Integritas ego
Gejala: Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, mis: dukungan
keluarga, hubungan dengan orang lain
Penghasilan, gaya hidup tertentu dan stres spiritual
Mengkuatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat dan menurunnya BB
Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa
bersalah
Kehilangan kontrol diri dan depresi

Tanda: Mengingkari, cemas, defresi, takut, menarik diri


Perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata kurang
Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama
4.      Eliminasi
Gejala: Diare yang intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa
disertai kram abdominal, Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda: Feces dengan atau tanpa disertai mukus dan marah, Diare pekat yang
sering
Nyeri tekan abdominal, Lesi atau abses rectal, personal, Perubahan dalam
jumlah, warna dan karakteristik urin
5.      Makanan / cairan
Gejala: Anoreksia, perubahan dalam kemampuan mengenali makanan / mual /
muntah
Disfagia, nyeri retrostenal saat menelan
Penurunan berat bada: perawakan kurus, menurunnya lemak subkutan / massa
otot, turgor kulit buruk, Lesi pada rongga mulut, adanya selaputnya putih dan
perubahan warna
Kesehatan gigi / gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal
Edema (umum, dependen)
6.      Higiene
Gejala: Tidak dapat menyelesaikan aktivitas
Tanda: Memperlihatkan penampila yang kurang rapi, Kekurangan dalam
banyak atau perawatan diri, aktivitas perawatan diri
7.      Neurosensori
Gejala: Pusing, pening / sakit kepala, perubahan status mental. Kehilangan
ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi masalah, tidak mampu
mengingat dan konsentrasi menurun, Kerusakan sensasi atau indera posisi dan
getaran
Klemahan otot, tremor dan perubahan ketajaman penglihatan
Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukkan perubahan
paling awal)
Tanda:
Perubahan status mental dan rentang antara kacau mental sampai dimensia,
lupa, konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, retardasi
psikomotor / respon melambat
Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis
Timbul refleksi tidak normal, menurunnya kekuatan otot dan gaya berjalan
ataksia
Tremor pada motorik kasar / halus, menurunnya motorik
Vocalis: hemi paresis; kejang
Hemoragi retina dan eksudat
8.      Nyeri / kenyamanan
Gejala:
Nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki
Sakit kepala (keterlibatan ssp)
Nyeri dada pleuritis
Tanda:
Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan
Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan / pincang
Gerak otot melindungi bagian yang sakit
9.      Pernapasan
Gejala:
Isksering, menetap
Napas pendek yang progresif
Batuk (sedang sampai parah), produktif / non produktif sputum (tanda awal
dari adanya PCP mungkin batuk spasmodic saat napas dalam)
Bendungan atau sesak dada
Tanda:
Takipnea, distres pernapasan
Perubahan pada bunyi napas / bunyi napas adventisius
Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum)

10.  Keamanan
Gejala:
Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses penyembuhannya
Riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau berulang (mis: hemofilia,
operasi vaskuler mayor, insiden traumatis)
Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut
Riwayat / berulangnya infeksi dengan PHS
Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermitten / memuncak;
berkeringat malam
Tanda:
Perubahan integritas kulit: terpotong, ruam mis: ekzema, eksantem, psoriasis,
perubahan warna / ukuran mola; mudah terjadi memar yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya
Rektum, luka-luka perianal atau abses
Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada 2 area tubuh atau lebih
(mis: leher, ketiak, paha)
Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan
11.  Seksualitas
Gejala:
Riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual dengan
pasangan yang positif HIV, pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang
tidak terlindung dan seks anal
Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks
Penggunaan kondom yang tidak konsisten
Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap
virus pada wanita yang diperkirakan dapat karena peningkatan kekurangan
(pribilitas vagina)
Tanda:
Kehamilan atau resiko terhadap hamil
12.  Genetalia:
Manifestasi kulit (mis: herpes, kulit); rabas
13.  Interaksi sosial
Gejala:
Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis: kehilangan kerabat / orang
terdekat, teman, pendukung, rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang
lain, takut akan penolakan / kehilangan pendapatan
Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang meninggal
akibat AIDS
Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat
rencana
Tanda:
Perubahan pada interaksi keluarga / orang terdekat
Aktivitas yang tidak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan
14.  Penyuluhan / pembelajaran
Gejala:
Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku beresiko tinggi
(mis: seksual ataupun penggunaan obat-obatan IV)
Penggunaan / penyalahgunaan obat-obatan IV, saat ini merokok,
penyalahgunaan alkohol
15.  Pertimbangan rencana pemulangan:
Memerlukan bantuan keuangan, obat-obatan / tindakan, perawatan kulit / luka,
peralatan / bahan; trasportasi, belanja makanan dan persiapan perawatan diri,
prosedur keperawatan teknis, tugas perawatan / pemeliharaan rumah,
perawatan anak, perubahan fasilitas hidup.

Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
imunologis HIV / AIDS adalah:
1.      Resiko tinggi terhadap infeksi b/d pertahanan primer tidak efektif
2.      Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan yang
berlebihan, diare berat
3.      Resiko tinggi terhadap tidak efektifnya pola nafas b/d ketidakseimbangan
muscular
4.      Resiko tinggi terhadap perubahan faktor pembekuan b/d penurunan
absorpsi Vitamin K
5.      Perubahan nutrisi kurang dari tubuh b/d perubahan pada kemampuan
untuk mencerna d/d penurunan berat badan
6.      Nyeri kronik b/d inflamasi d/d keluhan nyeri
7.      Kerusakan integritas kulit b/d defisit imunologi d/d lesi kulit
8.      Perubahan membran mukosa oral b/d defisit imunologi d/d candidiasis
9.      Kelelahan b/d perubahan produksi energi metabolisme d/d kekurangan
energi
10.  Perubahan proses pikir b/d hipoksemia d/d perubahan lapang perhatian
11.  Ansietas b/d ancaman pada konsep pribadi d/d peningkatan tegangan
12.  Isolasi sosial b/d perubahan status kesehatan d/d perasaan ditolak
13.  Ketidakberdayaan b/d perubahan pada bentuk tubuh d/d bergantung pada
orang lain untuk perawatan
14.  Kurang pengetahuan mengenai penyakit b/d tidak mengenal sumber
informasi d/d permintaan informasi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN PASIEN AIDS

2.1 Pengkajian
A.    Identitas pasien.
1. Nama :Tn. D
2. Umur : 37 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Suku/bangsa : Banten/Indonesia.
5. Agama : Kristen Katholik
6. Status perkawinan : Belum kawin
7. Pendidikan/pekerjaan : SMA Makasar
8. Bahasa yang digunakan : Indonesia
9. Alamat : Jl. Garuda

B.    Alasan masuk rumah sakit


1. Alasan dirawat : mencret sejak 1 bulan yang lalu, malam keringat
dingin dan kadang demam serta tubuh terasa lemah.
2. Keluhan utama : Diare tak terkontrol tanpa merasakan sakit perut
penyebab tidak diketahui, dengan faktor yang memperberat adalah
bila bergerak dan usaha yang dilakukan adalah diam.

C. Riwayat kesehatan
2.1 Riwayat kesehatan sebelum sakit ini :
pasien sebelumnya tidak pernah sakit serius kecuali batuk dan
pilek.
2.2 Riwayat kesehatan sekarang :
sejak 12 tahun, yang lalu pasien mengkonsumsi obat putaw dengan
cara suntik. Karena menggunakan obat terlarang akhirnya
dikucilkan oleh saudara-saudaranya. Klien memakai obat karena
merasa terpukul akibat ditinggal menginggal ibunya. Sejak 1 bulan
yang lalu klin mencret-mencret 3-5 kali sehari. Sejak 15 hari yang
lalu mencretnya makin keras dan tak terkontrol. Klien tgl 10-1-
2016, memeriksakan diri ke UGD RSUD nabire.
2.3 Riwayat kesehatan keluarga :
Kedua orang tua sudah meninggal, tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama atau PMS. Tidak ada penyakit
bawaan dalam keluarga klien.
2.2 Pengkajian Kasus Kelolaan
A. ktivitas hidup sehari – hari

Aktivitas sehari- Pre-masuk rumah Di rumah sakit


hari sakit
A.       Makan dan
minum Pola makan tidak teratur, Pola makan 3 kali/hari
1.      Nutrisi tetapi tidak ada napsu bubur, namun tidak ada
makan, terutama jika napsu makan, nyeri saat
sudah memakai obat. menelan, makan hanya
2.      Minum Minum air putih dengan 1/2 porsi.
jumlah tidak tentu Minum air putih 2-3
kadang minuman keras. gelas dan teh hangat 2-3
gelas.
B.        Eliminasi Mencret 5 X/hari,, Mencret dengan
seperti lendir, tidak frekuensi 5-7 X/hari,
bercampur darah dan encer, tidak ada isi tanpa
berbau. BAK 2 X hari diikuti sakit perut dan
dan tidak ada kelainan. BAK 2 X/hari serta tidak
ada kelainan.
C. Istirahat dan Pasien tidak bisa Pasien istirahat di tempat
tidur istirahat dan tidur tidur saja. Pasien tidak
karena terus keluar bisa istirahat dan tidur
memcret serta perasaan karena terus keluar
tidak menentu akibat mencret serta perasaan
tidak dapat putaw sejak tidak menentu akibat
20 hari. tidak dapat putaw sejak
20 hari.
D. Aktivitas Pasien sebagai guide Pasien mengatakan tidak
freelance sejak sebulan bisa melakukan
tidak bekerja. aktivitasnya karena
lemah, merasa tidak
berdaya dan cepat lelah.
Pasien partial care.
E. Kebersihan diri Jarang dilakukan. Mandi dibantu petugas,
dan menggosok gigi
dilakukan di tempat
tidur. Hambatan dalam
melakukan kebersihan
diri adalah lemah .
F. Rekreasi Tidak ada, hanya dengan Hanya ingin bercerita
memakai putaw. dengan petugas.

B. Psikososial.
a. Psikologis :
pasien belum tahu penyakit yang dialaminya, klien hanya merasa
ditelantarkan oleh teman dan keluarganya. Klien punya kaka di
Bandung, tetapi sejak lama tidak berkomunikasi.Klien tidak percaya
dengan kondisinya sekarang. Mekanisme koping pasrah. Klien ingin
diperlakukan manusiawi. Klien pada tanggal 14-1-2002 bermaksud
melakukan bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari lantai II akibat
merasa tidak berguna lagi.
b. Sosial :
sejak 12 tahun sudah berkomunikasi dengan keluarga sejak ayah dan
ibunya meninggal, teman-temanya sebagian pemakai putaw yang
sekarang entah dimana.
c. Spiritual :
Pada waktu sehat sangat jarang ke Gereja. Klien minta didampingi
Pastur Jelanti dari Menara Kathedral Surabaya.

2.3 Pemeriksaan Fisik


TTV
Keadaan umum : Pasien tampak lemah, kurus, dan pucat
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 110/70 mmHg
N : 120 x/ mnt
R : 22 x/ mnt
SB : 37,8oC
BB : 40 kg

Head to toe :
 Kepala:
Bentuk bulat, dan ukuran normal, kulit kepala nampak kotor dan berbau,
Rambut ikal, nampak kurang bersih.
 Mata (penglihatan).
Ketajaman penglihatan dapat melihat, konjungtiva anemis, refleks cahaya
mata baik, tidak menggunakan alat bantu kacamata.
 Hidung (penciuman).
Bentuk dan posisi normal, tidak ada deviasi septum, epistaksis, rhinoroe,
peradangan mukosa dan polip. Fungsi penciuman normal.
 Telinga (pendengaran).
Serumen dan cairan, perdarahan dan otorhoe, peradangan, pemakaian alat
bantu, semuanya tidak ditemukan pada pasien. Ketajaman pendengaran
dan fungsi pendengaran normal.
 Mulut dan gigi.
Ada bau mulut, perdarahan dan peradangan tidak ada, ada karang
gigi/karies. Lidah bercak-bercak putih dan tidak hiperemik serta tidak ada
peradangan pada faring.
 Leher.
Kelenjar getah bening tidak membesar, dapat diraba, tekanan vena
jugularis tidak meningkat, dan tidak ada kaku kuduk/tengkuk.
 Thoraks.
Pada inspeksi dada simetris, bentuk dada normal. Auskultasi bunyi paru
normal. Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal. Tidak ada murmur.
 Abdomen.
Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati dan limpa tidak membesar, ada nyeri
tekan, perkusi bunyi redup, bising usus 14 X/menit.
 Repoduksi
Penis normal, lesi tidak ada.
 Ekstremitas
Klien masih mampu duduk berdiri dan berjalan sedikit, tetapi cepat lelah.
Ektremitas atas kanan terdapat tatoo dan pada tangan kiri tampak tanda
bekas suntikan.
 Integumen.
Kulit keriput, pucat, akral hangat.

2.4 Pemeriksaan Penunjang


A.    Laboratorium :
Tanggal 10-1 2016
Hb : 8,7
Leukosit : 8,8
Trombosit : 208
PCV : 0,25
Terapi : tanggal 14-1-2016
-          Diet TKTP
-          RL 14 X/mnt
-          Cotimoxazol : 2 X II tab
-          Corosorb : 3 X 1 tab
-          Valium : 3 X 1 tab
2.5 Klasifikasi Data
Data Subyektif Data Obyektif
 Pasien mengatakan lemah, cepat  Keadaan umum :
lelah, bila melaukan aktivitas, Pasien tampak lemah, kurus,
terbatas. dan pucat
 Pasien mengatakan kadang Kesadaran : Compos
demam. Mentis
 Pasien mengatakan tidak ada TD : 110/70
nafsu makan, saat menelan sakit, mmHg
mengatakan tidak bisa N : 120 x/ mnt
menghabiskan porsi yang R : 22 x/ mnt
disiapkan SB : 37,8oC
 Pasien mengatakan diare sejak 1  BB : 40 kg Turgor masih
bulan yang lalu, mengatakan baik, inkontinensia alvi,
menceret 5-7 kali/hari, kadang BAB encer, membran
demam dan keringat pada malam mukosa kering, bising usus
hari, minum 2-3 gelas/hari meningkat 20 X/menit
 Klien merasa diasingkan oleh  Lemah, 4 hari tidak makan,
keluarga dan teman-temannya, mulut kotor, lemah,
klien tidak punya uang lagi, klien holitosis, lidah ada bercak-
merasa frustasi karena tidak bercak keputihan, Hb
punya teman dan merasa 8,7g/dl, pucat, konjungtiva
terisolasi. Minta dipanggilkan anemis
Pastur Jelantik dari Gereja
Katedral.
2.6 Analisa Data
Data Penyebab Masalah
Ds :
Pasien mengatakan
kadang demam
Do :
Keadaan umum : Pasien
tampak lemah, kurus,
dan pucat
Immunocompromised Resiko Infeksi
Kesadaran : Compos
Mentis
TD : 110/70 mmHg
N : 120 x/ mnt
R : 22 x/ mnt
SB : 38,oC

Ds :
Pasien mengatakan
diare sejak 1 bulan yang
lalu, mengatakan
menceret 5-7 kali/hari,
kadang demam dan
keringat pada malam Resiko tinggi terhadap
hari, minum 2-3 Diare intake cairan kekurangan volume
gelas/hari. cairan
Do :
Turgor masih baik,
inkontinensia alvi, BAB
encer, membran mukosa
kering, bising usus
meningkat 20 X/menit
Ds :
Pasien mengatakan
tidak ada nafsu makan,
saat menelan sakit,
mengatakan tidak bisa
menghabiskan porsi
yang disiapkan. Intake yang tidak Perubahan nutrisi
Do : adekuat kurang dari kebutuhan
Lemah, 4 hari tidak tubuh
makan, mulut kotor,
lemah, holitosis, lidah
ada bercak-bercak
keputihan, Hb 8,7g/dl,
pucat, konjungtiva
anemis
Ds :
Klien merasa
diasingkan oleh
keluarga dan teman-
temannya, klien tidak
punya uang lagi, klien
merasa frustasi karena
tidak punya teman dan
merasa terisolasi. Minta Harga diri rendah Resiko bunuh diri
dipanggilkan Pastur.
Do :
Mencoba melakukan
percobaan bunuh diri
tanggal 14-1-2016,
dengan berusaha
menceburkan diri dari
lantai II.

2.7 Diagnosa Keperawatan berdasarkan Prioritas


I. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan yang
berlebihan, diare berat
II. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak
adekuat
III. Resiko infeksi b/d immunocompromised
IV. Resiko bunuh diri b/d harga diri rendah
DIAGNOSA DAN INTERVENSI

No Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
. Tujuan Intervensi Rasional
1 Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan Keseimbangan cairan dan  Monitor tanda-tanda  Volume cairan deplesi
b/d kehilangan yang berlebihan, diare berat, elektrolit dipertahankan dehidrasi. merupakan komplikasi dan
ditandai dengan : dengan kriteria intake dapat dikoreksi.
Ds : seimbang output, turgor
Pasien mengatakan diare sejak 1 bulan yang lalu, normal, membran mukosa
mengatakan menceret 5-7 kali/hari, kadang demam lembab, kadar urine normal,
 Monitor intake dan ouput  Melihat kebutuhan cairan
dan keringat pada malam hari, minum 2-3 tidak diare setelh 3 hari yang masuk dan keluar.
gelas/hari. perawatan.  Anjurkan untuk minum
Do : peroral  Sebagai kompensasi akibat
Turgor masih baik, inkontinensia alvi, BAB encer, peningkatan output.
membran mukosa kering, bising usus meningkat 20
X/menit  Atur pemberian infus dan  Memenuhi kebutuhan intake
eletrolit : RL 20 tetes/menit. yang peroral yang tidak
terpenuhi.
 Kolaborasi pemberian
antidiare antimikroba  Mencegah kehilangan cairan
tubuh lewat diare (BAB).

2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Setelah satu 4 hari perawatan  Monitor kemampuan  Mengetahui jenis makanan
intake yang tidak adekuat ditandai dengan : pasien mempunyai intake mengunyah dan menelan. yang lebih cocok
Ds : kalori dan protein yang
Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan, saat adekuat untuk memenuhi
menelan sakit, mengatakan tidak bisa kebutuhan metaboliknya
 Monitor intake dan ouput.  Untuk membandingkan
menghabiskan porsi yang disiapkan. dengan kriteria pasien makan, kebutuhan dengan suplai
Do : serum albumin dan protein  Rencanakan diet dengan sehingga diharapkan tidak
terjadi kurang nutrisi
Lemah, 4 hari tidak makan, mulut kotor, lemah, dalam batas normal, pasien dan orang penting
holitosis, lidah ada bercak-bercak keputihan, Hb menghabiskan porsi yang lainnya.Anjurkan oral  Untuk mengurangi kotoran
8,7g/dl, pucat, konjungtiva anemis disiapkan, tidak nyeri saat hygiene sebelum makan. dalam mulut yang dapat
menelan, mulut bersih. menurunkan nafsu makan.
 Anjurkan untuk beri
makanan ringan sedikit tapi
sering.Timbang TB/BB  Untuk mengatasi penurunan
keluhan makan
3 Resiko infeksi b/d immunocompromised ditandai Pasien akan bebas infeksi  Monitor tanda-tanda infeksi  Untuk pengobatan dini
dengan : oportunistik dan baru.
Ds : komplikasinya dengan
Pasien mengatakan kadang demam kriteria tak ada tanda-tanda
Do : infeksi baru, lab tidak ada
 gunakan teknik aseptik pada  Mencegah pasien terpapar
Keadaan umum : Pasien tampak lemah, kurus, dan infeksi oportunis, tanda vital setiap tindakan invasif. Cuci oleh kuman patogen yang
pucat dalam batas normal, tidak ada tangan sebelum meberikan diperoleh di rumah sakit.
Kesadaran : Compos Mentis luka atau eksudat. tindakan.
TD : 110/70 mmHg  Mencegah bertambahnya
N : 120 x/ mnt  Anjurkan pasien metoda infeksi
R : 22 x/ mnt mencegah terpapar terhadap
SB : 37,8oC lingkungan yang patogen.  Mempertahankan kadar
darah yang terapeutik.
 Atur pemberian antiinfeksi
sesuai order
4 Resiko bunuh diri b/d harga diri rendah ditandai Setelah 4 hari klien tidak  .     Waspada pada setiap  Karena tanda tersebut
dengan : membahayakan dirinya ancaman bunuh diri sebagai tanda permintaan
Ds : sendiri secara fisik. tolong
Klien merasa diasingkan oleh keluarga dan teman-
temannya, klien tidak punya uang lagi, klien merasa
 Jauhkan semua benda
frustasi karena tidak punya teman dan merasa berbahaya dari lingkungan  Untuk mencegah
terisolasi. Minta dipanggilkan Pastur. klien penggunaan benda
Do : tersebut untuk tindakan
Mencoba melakukan percobaan bunuh diri tanggal  Observasi secara ketat bunuh diri
14-1-2016, dengan berusaha menceburkan diri dari
lantai II.  Untuk mencegah jika
 Observasi jika klien minum ditemukan gejala
obat perilaku bunuh diri

 Obat mengandung
 Komunikasikan kepedulian antidepresan dapat
perawat kepada klien. mengurangi perilaku
bunuh diri klien.
 Waspada jika tiba-tiba
menjadi tenang dan tampak  Untuk meningkatkan
tentram harga diri klien

 Dukung perilaku positif  Karena hal tersebut


klien. merupakan suatu cara
mengelabui petugas.

 Meningkatkan harga diri


klien
BAB V
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
penyakit yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus
(HIV). Virus dapat ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah,
cairan vagina, cairan sperma, cairan Air Susu Ibu. Virus tersebut merusak
system kekebalan tubuh manusia dengan mengakibatkan turunnya atau
hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi.

3.2 Saran
Untuk penderita diharapkan untuk selalu kontrol dengan teratur, selalu
konsultasi bila ada keluhan dan ketidaktahuan tentang penyakitnya.

Anda mungkin juga menyukai