Anda di halaman 1dari 23

HIV/AIDS

Oleh :

Fanny Kusdianti Nur Sya'bani


XII KPR 2/13
14941
Konsep Sistem Imunitas Tubuh
Manusia
Sistem Imun
• Tubuh manusia memiliki suatu sistem
pertahanan terhadap benda asing dan patogen
yang disebut sebagai sistem imun. Sistem imun
terdiri atas sistem imun alamiah atau non
spesifik (natural/innate/native) dan spesifik
(adaptive/acquired) keduanya memiliki
kelebihan dan kekurangan namun sebenarnya ke
dua sistem tersebut memiliki kerja sama yang
erat.
A. Sistem Imun non-Spesifik

Dalam mekanisme imunitas non spesifik


memiliki sifat selalu siap dan memiliki respon
langsung serta cepat terhadap adanya patogen
pada individu yang sehat. Bersifat tidak
spesifik karena tidak ditunjukkan terhadap
patogen atau mikroba tertentu, telah ada dan
berfungsi sejak lahir. Manifestasi respon imun
alamiah dapat berupa kulit, epitel mukosa,
selaput lendir, gerakan silia saluran nafas, batuk
dan bersin, lisozim, IgA, pH asam lambung.
B. Sistem Imun Spesifik

Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan


untuk mengenali benda yang dianggap asing. Benda
asing yang pertama kali muncul akan segera
dikenali dan terjadi sensitisasi sel-sel sistem imun
tersebut.Respon sistem imun spesifik lebih lambat
karena dibutuhkan sensitisasi oleh antigen namun
memiliki perlindungan lebih baik terhadap antigen
yang sama. Sistem imun ini diperankan oleh
Limfosit B dan Limfosit T yang berasal dari sel
progenitor limfoid.
a. Sistem imun spesifik humoral

Limfosit B atau sel B berperan dalam sistem imun


spesifik humoral yang akan menghasilkan antibodi yang
berasal dari sel B yang mengalami proliferasi dan
berdiferensiasi menjadi sel plasma. Fungsi utama
antibodi sebagai pertahanan terhadap infeksi
ekstraselular, virus dan bakteri serta menetralisasi
toksinnya.
Sel B memiliki reseptor yang spesifik untuk tiap-
tiap molekul antigen dan dapat dideteksi melalui
metode tertentu melalui marker seperti CD19, CD21
dan MHC II.
b. Sistem imun spesifik selular

Limfosit T berperan pada sistem imun


spesifik selular. Pada orang dewasa, sel T
dibentuk di sumsung tulang tetapi proliferasi
dan diferensiasinya terjadi di kelenjar timus.
Fungsi utama sistem imun spesifik selular adalah
pertahanan terhadap bakteri intraselular, virus,
jamur, parasit dan keganasan.
HIV/AIDS
Pengertian
• Acquired Inmune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah
sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul
karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV.
• Menurut beberapa ahli :
1. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang
seseorang dimana mengalami penurunan sistem imun
yang mendasar dan memiliki antibodi positif terhadap
HIV.
2. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu
yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV.
(Sylvia. 2009)
Tanda dan Gejala
• Panas lebih dari 1 bulan
• Batuk-batuk
• Sariawan dan nyeri menelan
• Badan menjadi sangat kurus
• Diare
• Sesak napas
• Pembesaran kelenjar getah bening
• Kesadaran menurun
• Penurunan ketajaman penglihatan
• Bercak ungu kehitaman di kulit
Etiologi
• AIDS disebabkan oleh HIV yaitu suatu retrovirus pada
manusia yang termasuk dalam keluarga lentivirus.
secara genetik HIV dibedakan menjadi dua, tetapi
berhubungan secara antigen, yaitu HIV-1 dan HIV-2.
Keduanya merupakan virus yang menginfeksi sel T-CD4
yang memiliki reseptor dengan afinitas tinggi untuk
HIV (Widyanto & Triwibowo, 2013).
• AIDS disebabkan oleh HIV yang dikenal dengan
retrovirus yang di tularkan oleh darah dan punya
afinitas yang kuat terhadap limfosit T. (Rendy &
Margareth, 2012).
Komplikasi
• Pneumonia pneumocytis (PCP)
• Tuberkulosis (TBC)
• Esofagitis
• Toksoplasmositis
• Diare
• Leukoensefalopati multivocal prigesif
• Kanker getah bening
• Kanker leher rahim (pada wanita penderita HIV)
Pemeriksaan Penunjang
• 1. Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan
kanker yang terkait dengan AIDS
• 2. Telusuri perilaku berisiko yang memungkinkan
penularan.
• 3. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi
oportunistik dan kanker terkait. Jangan lupa perubahan
kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan funduskopi
• 4. Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot
total, antibodi HIV, dan pemeriksaan Rontgen.
• Bila hasil pemeriksaan antibodi positif muka dihkukan
pemeriksaan jumlah CD4, protein purufied derivative
(PPD), serologi toksoplasma, serobgi sitomega B virus,
serobgi PMS, hepatitis, dan pap smear.
• Sedangkan pada pemeriksaan follow up diperiksa
jumlah CD4. Bila >500 maka pemeriksaan diulang tiap
6 bulan. Sedangkan bila jumlahnya 200-500 maka
diulang tiap 3-6 bulan, dan bila <200 diberikan
profilaksi pneumonia pneumocystis carinii. Pemberian
profilaksi INH tidak tergantung pada jumlah CD4.
• Perlu juga dilakukan pemeriksaan viral bad untuk
mengetahui awal pemberian obat antiretroviral dan
memantau hasil pengobatan.
Penatalaksanaan Medis
 Terapi :
1. Pengendalian Infeksi Oportunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan dan
pemulihan infeksi opurtunistik, masokomial atau
sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman
untuk mencegah kontaminasi bakteri dan
komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan
bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
2. Terapi AZT (Azido timidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral
AZT yang efektif terhadap AIDS. Obat ini menghambat
replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT
tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya >3.
Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan
sel T4 > 500 mm3.
3. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas
system imun dengan menghambat replikasi virus /
memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya.
Obat-obatan tersebut diantaranya adalah :
1. Didanosine
2. Ribavirin
3. Diedoxycytidine
4. Recombinant CD 4 dapat larut

4. Vaksin dan Rekonstruksi Virus


Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut
seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan
kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses
keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan
keberhasikan terapi AIDS.
 Diet
Penatakaksanaan diet untuk penderita AIDS adalah:
a. Tujuan Umum Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:
1. Memberikan intervensi giri secara cepat dengan
mempertimbangkan seluruh aspek dukungan giri pada
semua tahap dini penyakit infeksi HIV.
2. Mencapai dan mempertahankan berat badan
secara komposisi tubuh yang diharapkan terutama
jaringan otot (Lean Body Mass).
3. Memenuhi kebutuhan energy dan semua zat gizi.
4. Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet,
olahraga dan relaksasi
b. Tujuan Khusus Diet Penyakit HIV/AIDS adalah

1. Mengatasi jejak diare, intoleransi kaktosa, mual dan muntah.


2. Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian
yang terlihat pada: pasien dapat membedakan antara gejala
amreksia, perasaan kenyang, perubahan indra pengecap dan
kesulitan menelan
3. Mencapai dan mempertahankan berat badan normal
4. Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan terutama
jaringan otot
5. Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang
adekuat sesuai dengan kemampuan makan dan jenis terapi
yang dberikan
Cara Pencegahan
• Menghindari seks bebas
• Menggunakan pengaman saat melakukan hubungan seks
• Tidak bergonta-ganti pasangan
• Menjauhi narkoba
• Menjaga pergaulan
• Tidak bergantian saat menggunakan peralatan pribadi
(alat makan, alat mandi, dll)
• Selalu menjaga kebersihan dimanapun berada
Daftar Pustaka

• Almatsier, Sunita 2010. Penuntun Diet. Jakarta: PT.


Grameda Pustaka Utama
• Mansjoer. Arif. 2000.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:
Media Sculapius
• Price.Syvia A dan Lorraine M.Wilson .2009. Patofisiologis
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit . Jakarta : EGC
• Nursalam dan Ninuk Dian 2007. Asuhan Keperawatan pada
Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakata: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai