0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
22 tayangan22 halaman
1. AIDS disebabkan oleh virus HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan berbagai infeksi dan gangguan.
2. Infeksi HIV dapat tidak menimbulkan gejala selama bertahun-tahun, namun akan menurunkan kadar sel T4 dan menyebabkan berbagai komplikasi.
3. Diagnosis AIDS ditetapkan bila kadar sel T4 jatuh di bawah 200 atau muncul infeksi oportunistik parah.
1. AIDS disebabkan oleh virus HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan berbagai infeksi dan gangguan.
2. Infeksi HIV dapat tidak menimbulkan gejala selama bertahun-tahun, namun akan menurunkan kadar sel T4 dan menyebabkan berbagai komplikasi.
3. Diagnosis AIDS ditetapkan bila kadar sel T4 jatuh di bawah 200 atau muncul infeksi oportunistik parah.
1. AIDS disebabkan oleh virus HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan berbagai infeksi dan gangguan.
2. Infeksi HIV dapat tidak menimbulkan gejala selama bertahun-tahun, namun akan menurunkan kadar sel T4 dan menyebabkan berbagai komplikasi.
3. Diagnosis AIDS ditetapkan bila kadar sel T4 jatuh di bawah 200 atau muncul infeksi oportunistik parah.
Immunodeficiency Svndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome) sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.
HIV (Human Immunodeficiency
Virus) yaitu virus yang menurunkan kekebalan pada tubuh manusia. AIDS disebabkan oleh virus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV ) yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T. Seseorang yang terjangkit HIV dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimtomatik) selama bertahun-tahun. Selama ini jumlah sel T4 (tiroksin) dapat berkurang dari sekitar 1000 sel per ml darah sebelum infeksi menjadi sekitar 200 sampai 300 per darah 2-10 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar gejala infeksi misalnya infeksi jamur oportunistik atau timbulnya herpes zoster (cacar ular), muncul jumlah T4 kemudian menurun karena timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seseorang didiognosis mengidap AIDS apabila dihitung sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml, atau apabila terjadi infeksi oportunistik, kanker atau demensis AIDS. 1. Hubungan sosial seperti jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan peralatan makan dan minum. 2. Gigitan nyamuk. 3. Kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/jamban yang sama. 4. Tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Masa inkubasi/masa laten sangat tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing orang, rata-rata 5-10 tahun. Selama masa ini orang tidak memperlihatkan gejala-gejala, walaupun jumlah HIV semakin bertambah dan sel T4 semakin menururn. Semakin rendah jumlah sel T4, semakin rusak sistem kekebalan tubuh. 1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan 2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan 3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan 4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis 5. Dimensia/HIV ensefalopati 1. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan kondom 2. Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama 3. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik 4. Bayi yang ibunya positif HIV Gejala mirip flu termasuk dalam dernam ringan, nyeri badan, mengigil, dapat muncul beberapa minggu sampai bulan setelah infeksi. Selama periode laten orang yang terinfeksi HIV mungkin tidak memperlihatkan gejala atau pada sebagaian kasus mengalami limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening) persistem. Setelah terbentuk AIDS sering terjadi saluran nafas, oleh organisme oportunistik pneumoctis carinii. Obat-obat anti HIV ,misalnya azidotimidin (AZT) Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat-obat terlarang. Menghindari infeksi lain. Terapi untuk kanker dan infeksi spesifik. Belum ada penyembuhan bagi AIDS sehinggga pencegahan infeksi HIV perlu dilakukan. Pencegahan berarti tidak berkontak dengan cairan tubuh tercemar HIV karena mustahil diketahui sebelumnya apakah suatu cairan tubuh sudah tercemar oleh HIV. Asuhan keperawatan bagi penderita penyakit AIDS merupakan tantangan yang besar bagi perawat karena setiap sistem organ berpotensi untuk menjadi sasaran infeksi ataupun kanker. Disamping itu, penyakit ini akan dipersulit oleh komplikasi masalah emosional, sosial dan etika. Rencana keperawatan bagi penderita AIDS harus disusun secara individual untuk memenuhi kebutuhan masing-masing pasien.
1. Riwayat Penyakit. Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Umur kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat tertekan pada orang yang sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pengkajian keperawatan mencakup pengenalan faktor risiko yang potensial, termasuk praktek seksual beresiko dan penggunaan bius IV. Status fisik dan psikologis pasien harus dinilai. Semua faktor yang mempengaruhi fungsi sistem imun perlu digali dengan seksama. Status nutrisi dinilai dengan menanyakan riwayat diet dan mengalami faktor-faktor yang dapat mengganggu asupan oral seperti anoreksia, mual, vomitos. Nycri oral atau kesulitan menelan. Kulit dan membrane mukosa diinsfeksi setiap hari untuk menemukan tanda- tanda lesu, ulserasi atau infeksi. Rongga mulut diperiksa untuk memantau gejala kemerahan, ulseri dan adanya bercak-bercak putih. Tes Laboratorium Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Berdasarkan data-data hasil penilaian diagnosa keperawatan yang utama bagi penderita penyakit AIDS dapat mencakup keadaan berikut ini : 1. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhuhungan dengan penurunan asupan oral. 2. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan manifestasi HIV, ekskoriasi dan diare pada kulit. G. PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI
Sasaran bagi pasien mencakup : 1.pencapaian dan pemeliharaan intregitas kulit.
2.Perbaikan status nutrisi,
Kulit dan mukosa oral harus dinilai secara rutin untuk mendeteksi perubahan dalam penampakan, lokasi serta ukuran lesi dan menemukan bukti infeksi serta kerusakan kulit. Pasien dianjurkan agar sedapat mungkin mempertahankan keseimbangan istirahat dan mobilitas. Pasien yang immobile (tidak dapat bergerak) harus dibantu, untuk mengubah tubuhnya setiap 2 jam sekali. Status nutrisi dinilai dengan memantau berat badan. Asupan makanan dan kadar albumin. pasien juga dinilai untuk menemukan faktor faktor yang mengganggu asupan oral seperti anoreksia infeksi kandida pada mulut serta esophagus ; mual, muntah, nyeri,kelemahan dan keadaan mudah letih. Hasil yang diharapkan :