HIV AIDS
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3 :
Isnaniah 17S10224
Warlianto 17S10249
Istiqamah 17S10253
PRODI S1 GIZI
PENDAHULUAN
1.2 Masalah
1.2.1 Pengertian HIV AIDS ?
1.2.2 Patofisiologi HIV AIDS ?
1.2.3 Tanda & gejala HIV AIDS ?
1.2.4 Dampak terkena HIV AIDS ?
1.2.5 Terapi medis pada HIV AIDS ?
1.2.6 Penatalaksanaan diet, prinsip dan syarat diet, jenis diet?
1.2.7 Faktor risiko penyakit HIV AIDS ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Dapat mengetahui pengertian dari HIV AIDS
1.3.2 Dapat mengetahui pathofisiologi dari HIV AIDS
1.3.3 Dapat mengetahui tanda dan gejala dari HIV AIDS
1.3.4 Dapat mengetahui dampak terkena HIV AIDS
1.3.5 Dapat mengetahui terapi medis pada HIV AIDS
1.3.6 Dapat mengetahui penatalaksanaan diet,prinsip, syarat diet serta jenis diet
1.3.7 Dapat mengetahui resiko penyakit HIV AIDS
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Penyakit HIV/AIDS adalah penyakit yang disebabkan karena virus
yang tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus
(HIV). Virus ini merupakan partikel yang inert, dan setelah masuk dalam sel
target, virus ini baru bias berkembang terutama dalam sel lymposit T, karena
ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD4 Viurs ini tergolong
sensitive terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahri
dan mudah dimatikan dengan berbagai desinfektan seperti eter, aseton,
alcohol, jodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi relative resisten terhadap
radiasi dan sinar ultraviolet.
Penyebaran virus hanya terjadi jika melakukan hubungan seks yang
tidak aman dan bergantian jarum suntik saat menggunakan obat/narkotika.
Penyebaran yang lain diantaranya seks oral, memakai lalat bantuk seks
secara bersama-sama atau bergantian; transfusi darah dari orang yang
terinfeksi ; memakai jarum, suntikan, perlengkapan menyuntik lain yang
sudah terkontaminasi, misalnya spon dan kain pembersihnya serta penularan
dari ibu kepada bayi pada masa kehamilan, ketika melahirkan atau menyusui.
Virus HIV dikenal juga sebagai virus yang rapuh, karena tidak bias
bertahan lama di luar tubuh manusia. Virus ini hanya bisa tahan di dalam
cairan tubuh (cairan sperma, cairan vagina, cairan anus, darah, dan ASI) dari
orang yang terinfeksi dan tidak bisa menyebar keringat atau urin.
B. Patofisiologi
Virus HIV menyerang system immune dan system syaraf. Immunitas
adalah kemampuan tubuh melindungi dirinya dari berbagai serangan virus,
bakteri, polutan dan lain yang dari luar tubuh dan itu banyak, dan jika
imunitas tubuh rendah maka mudah sekali sakit terutama penyakit infeksi.
Virus HIV masuk ke dalam tubuh manusia dia langsung masuk ke dalam
darah dan langsung menyerang sel protein tertentu yaitu CD4 yang ada di
limposit. Limfosit adalah sumber utama kemampuan imunitas tubuh, yaitu
terlibat immunitas humoral yang diproduksi sel beta dan immunitas mediated
sel yang diproduksi oleh sel T. oleh karena itu ciri utama penderita HIV
adalah penurunan kadar CD4. Pada orang sehat, yang tidak terkena infeksi
kadar CD4 berkisar 500 sampai 1500 dalam setiap microliter darah.
Penurunan kadar CD4 mendukung penderita mudak terkena infeksi dan
kanker terntentu serta dapat menyerang syaraf yang akhirnya terjadi
kerusakan otak.
AIDS akan terjadi jika kadar CD4 kurang dari < 200 mm³ pada kondisi
ini tubuh sudah tidak mempunyai kemampuan untuk melawan infeksi
sehingga hampir seluruh bagian tubuh terinfekssi sehingga hamper seluruh
bagian tubuh terinfeksi. Hal ini lah yang ditakutkan, makanya pemberian
asuhan gizi dapat memperlambat virus ini berkembang agar tidak menjadi
AIDS. Waktu yang diperlukan HIV menjadi AIDS jika tanpa terapi apapun
rata-rata adalah 10 tahun.
Awal seorang terinfeksi HIV, dalam kurun wakttu 3 bulan lebih secara
klinis orang tersebut belum tampak sakit dan belum mengalami gangguan
organ maupun fungsi tubuh. Namun pemeriksaan serologi sudah menujukkan
ada penurunan nilai CD4 dan sudah dapat diketahui infeksi HIV. Ada 4
stadium klinis pada penyakit HIV/AIDS, yaitu stadium I, II, III, dan IV. Stadium
I atau akut menurut WHO yaitu tubuh sudah terinfeksi HIV dalam darah
menyebabkan, jumlah CD4 menurutun tetapi masih dalam batas nilai normal
sehingga tubuh masih bisa mengatasi infeksi-infeksi yang menyerang tubuh
sehingga pasien tidak tampak sakit, dan status gizinya masih sama seperti
sebelum terinfeksi.
Pada stadium II dan III sudah terjadi pengrusakan sel limfosit CD4+
dan terjadi penurunan jumlah CD4 yang menyebabkan bebas viru meningkat
sehingga terjadi gangguan metabolism, infeksi oportunistik (IO), dan statys
gizi menurun. Stadium IV dimana beban virus meingkat drastic kemudian nilai
CD4 menurun tajam terjadi pengrusakan CD4 dan virus HIV kemudian infeksi
opurtunistik (IO) bertambah, dan status gizi memburuk, terjadilah cacheksia
dan masuk dalam stadium AIDS.
Diet AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV,
yaitu kepada pasien dengan:
1. Infeksi HIV positif tanpa gejala.
2. Infeksi HIV dengan gejala (misalnya panas lama, batuk, diare,
kesulitan menelan, sariawan dan pembesaran kelenjar getah bening).
3. Infeksi HIV dengan gangguan saraf.
4. Infeksi HIV dengan TBC.
5. Infeksi HIV dengan kanker dan HIV Wasting Syndrome
Makanan diberikan melalui tiga cara yaitu oral, enteral (sonde dan
parenteral (infus).
H. Diet HIV/AIDS
Diet AIDS I
Diberikan kepada inveksi HIV dengan gejala panas tinggi, sariawan, kesulitan
makan, sesak nafas berat, diare akut, kesadaran menurun atau segera
setelah pasien dapat diberikan makan. Makanan berupa cairan dan bubur
susu. Diberikan selama beberapa hari kedepan salam porsi kecil setaip 3
jam.bila ada kesulitan menelan maka diberikan dalam bentuk sonde atau
dalam kombinasi makanan cair. Makanan sonde dapat dibuat sendiri atau
menggunakan makanan enteral komersial energi dan tinggi protein. Makanan
ini cukup tinggi energi, zat besi, tiamin dan vitamin C. bila dibutuhkan lebih
banyak energi dapat ditambahkan glukosa polimer (misal plyjoule).
Diet AIDS II
Diberikan perpindahan dari diet AIDS I setelah tahap akut tetrasi, diberikan
dalam bentuk saring atau cincang setiap 3 jam. makanan ini rendah nilai
gizinya. Untuk memenuhi energi zat gizi nya. Diberikan makanan enteral atau
sonde sebagai tambahan atau sebagai makanan utama.
Diet AIDS III
Diberikan perpindahan dari diet AIDS II kepada pasien HIV tanpa gejala,
dalam bentuk makanan lunak dan biasa. Diberikan dalam porsi kecil tapi
sering. Diet ini tinggi energi, protein, vitamin dan mineral. Apabila
kemampuan makanan melalui mulut terbatas dan terjadi penurunan berat
badan, maka dianjurkan pemberian makanan sonde sebagai makanan
tambahan atau makanan utama.
Bahan Makanan yang dianjurkan & tidak di anjurkan
Sumber karbohidrat Semua bahan makanan kecualiBahan makanan yang menimbulkan gas
yang menimbulkan gas. seperti ubi jalar.
Sumber protein Susu, telur, daging, ayam tidakDaging, kulit ayam dan ayam berlemak.
hewani berlemak dan ikan.
Sumber lemak Minyak, margarine, santan danSemua makanan yang mengandung lemak
kelapa dalam jumlah terbatas. tinggi (digoreng, bersantan tinggi).
1. Hubungan Seks
Hubungan seks baik vaginal, anal atau oral dengan pasangan yang terinfeksi
dapat menyebarkan HIV. Ini disebabkan oleh darah, air mani atau cairan
vagina yang terinfeksi masuk ke tubuh individu lain. Virus juga dapat masuk
melalui luka mulut atau cairan yang kadang-kadang berkembang di dubur
atau vagina selama aktivitas seksual.
2. Transfusi darah
Dalam beberapa kasus, virus dapat ditularkan melalui transfusi darah. Ini bisa
disebakan oleh penggunaan alat transfusi darah berulang atau tidak steril.
3. Jarum suntik
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Bregman E dan Buergel N dalam Nelms , Sucher K dan Long S. 2007. Nutrition therapy dan
Pathophysiology Desease of the respiratory system, p 725-730.
WHO. 20115. Asuhan Gizi di Puskesmas, Pedoman pelayanan gizi bagi petugas kesehatan
Kemenkes RI dan WHO Indonesia.
Lutz, C dan Przytulski K. 2010. Nutrition and Diet therapy Diet in HIV and AIDS, EDISI KE 5.
PP 476-487