PENDAHULUAN
1
jantung bawaan, dan gagal jantung. Penyebab utama penyakit
kardiovaskuler adalah merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan diet yang
tidak sehat. Merokok. Diet yang tidak sehat, dan aktivitas fisik yang kurang
meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Tekanan darah tinggi
tidak memiliki gejala, namun dapat menyebabkan serangan jantung dan
stroke. Lebih dari 80% kematian akibat penyakit kardiovaskuler terjadi di
Negara berpenghasilan renndah sampai menengah. Status ekonomi yang
ren dah meningkatkan paparan faktor risiko dan kerentanan terhadap
penyakit kardiovaskuler
2. Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Penyakit paru obstruktif kronis adalah penyakit pada saluran udara dan
struktur paru lainnya seperti asma dan alergi pernafasan, penyakit paru
obstruktif kronis, penyakit paru kerja (kerusakan paru akibat debu, uap atau
gas berbahaya yang terhirup pekerja di tempat kerja). Sleep apnea
syndroma dan hipertensi pulmonal. Pravelensi penyakit ini meningkat
dimana-mana, khususnya di kalangan anak-anak dan orang tua serta
meningkat di daerah dengan penghasilan rendah sampai menengah.
Penyakit pernafasan kronis sering kurang diperhatikan, underdiagnosed,
kurang diobati dan kurang dicegah. Factor risiko dari penyakit pernafasan
kronis adalah merokok (baik aktif maupun pasif), terpapar polusi
udara,paparan allergen,infeksi saluran pernafasan berulang pada anak,
serta debu kerja dan bahan kimia.
3. Diabetes Mellitus
Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan. Risiko kematian orang yang
menderita diabetes mellitus adalah dua kali lipat dibandingkan orang tanpa
diabetes mellitus. Ada dua tipe diabetes, yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan
diabetes mellitus tipe . diabetes mellitus tipe 1 ditandai dengan kurangnya
produksi insulin tanpa pemberian insulin harian, diabetes mellitus tipe 1
akan berakibat fatal. Diabetes mellitus tipe 2 disebabkan karena
penggunaan insulin yang tidak efektif, diabetes mellitus tipe 2 merupakan
90% tipe dari penderita diabetes di seluruh dunia, hal ini merupakan
dampak dari kelebihan berat badan dan kurangnya aktifitas
2
fisik.peningkatan kadar gula darah adalah efek dari diabetes yang tidak
terkontrol sehingga perlahan dapat merusak jantung, pembuluh darah,
mata, ginjal dan saraf sehingga memiliki implikasi yang buruk terhadap
kesehatan dan kualitas hidup.
4. Hipertensi
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan salah satu
penyakit yang paling sering muncul di Negara berkembang seperti
Indonesia. Dikenal sebagai pembunuh diam-diam karena jarang memiliki
gejala yang jelas. Kejadian hipertensi biasanya tidak memiliki tanda dan
gejala. Gejala yang sering muncul adalah sakit kepala, rasa panas di
tengkuk atau kepala berat. Namun gejala tersebut tidak bias dijadikan
patokan ada tidaknya hipertensi pada diri seseorang. Satu-satunya cara
untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan pengecakan tekanan
darah.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengaplikasikan proses asuhan gizi klinik pada
penyakit tidak menular sesuai dengan keadaan pasien.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menginplementasikan konsep dan prinsin Nutrition
Care Process
2. Mahasiswa mampu melakukan skrinning gizi pasien pada kasus
penyakit tidak menular
3. Mahasiswa mampu melakukan asesmen gizi pasien pada kasus
penyakit tidak menular
4. Mahasiswa mampu melakukan diagnosis gizi pasien pada kasus
penyakit tidak menular
5. Mahasiswa mampu merencanakan terapi diet pasien pada kasus
penyakit tidak menular
6. Mahasiswa mampu melakukan konseling diet sesuai permasalahan gizi
klien pada kasus penyakit tidak.
1.3 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
3
Laporan ini dapat menjadi sumber pemikiran baru yang digunakan
sebagai pedoman dalam konseling gizi dan penelitian-penelitan
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak
diantranya :
a. Bagi Mahasiswa/I
Laporan ini dapat dijadikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti
dalam menerapkan Ilmu Gizi Klinik. Diantaranya untuk mengetahui
manfaat penggunaan media dalam konseling gizi.
b. Bagi Puskesmas
Dapat memberikan gambaran tentang pengaruh konseling gizi
dengan menggunakan media terhadap pasien.
c. Bagi Pasien
Diharapkan laporan ini dapat menambah pengetahuan pasien dalam
mematuhi diet yang diberikan dan mengetahui makanan yang
dianjurkan dan tidak dianjurkan serta yang dibatasi sehingga patuh
terhadap diet yang sedang dijalani pasien.
4
BAB 2
ISI
2.2 Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yang
menetap. Tekanan sistolik adalah tekanan puncak yang tercapai pada waktu
jantung berkontraksi dan memompakan darah melalui arteri. Sedangkan tekanan
diastolik adalah tekanan pada waktu jatuh ke titik terendah saat jantung mengisi
darah kembali, atau disebut juga tekanan arteri di antara denyut jantung.
- Peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolic yang menetap
- Tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih
besar dari 90 mmHg
- Tekanan darah normal 120/80 mmHg
- Secara sederhana seseorang disebut hipertensi apabila tekanan darah sistolik
di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih besar dari 90 mmHg.
- Tekanan darah yang ideal adalah kurang dari 120/80 mmHg (NHLBI, 2006).
- Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah =
140/90 mmHg, batasan ini adalah untuk orang dewasa (di atas 18 tahun). Jika
terjadi kenaikan salah satu dari ukuran tekanan darah tersebut (atau dua-
duanya, sistol dan diastole), sudah dapat dikatakan terjadi hipertensi.
5
2. Patofisiologi Hipertensi
3. Klasifikasi Hipertensi
- Prehipertensi
Prehipertensi sering juga disebut hipertensi tahap awal, yaitu ketika hasil
pemeriksaan tekanan darah menunjukkan kenaikan tetapi belum masuk kategori
hipertensi. Prehipertensi ditandai dengan tekanan darah sistolik (angka atas)
adalah 120 mmHg-139 mmHg, dan diastolik (angka bawah) adalah 80 mmHg-89
mmHg. Prehipertensi adalah tanda peringatan bahwa Kamu mungkin akan
mengalami tekanan darah tinggi di masa mendatang. Prehipertensi ini dapat
ditemui pada usia 10-30 tahun. Penyebabnya biasanya peningkatkan curah
jantung.
- Hipertensi Tahap 1
Hipertensi tahap 1 umumnya dialami pada usia 20-40 tahun, ketika tekanan
darah antara 140/90 dan 159/99. Jika sudah diketahui hipertensi seperti ini,
maka harus dilakukan terapi.
6
- Hipertensi Tahap 2
Dikenal juga sebagai hipertensi tahap 2, yakni ditunjukkan dengan tekanan darah
160/100 atau lebih tinggi. Umumnya hipertensi yang sudah menetap ini diderita
orang mulai usia 30-50 tahun.
4. Penyebab Hipertensi
- Hipertensi Essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya
(90%)
- Hipertensi Sekunder penyebabnya dapat ditentukan (10%), antara lain kelainan
pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar
adrenal (hiperaldosteronisme) dll.
7
- Pada kebanyakan orang biasanya hipertensi tidak memperlihatkan gejala-
gejala. Gejala yang dimaksud di sini terutama berhubungan dengan efek
hipertensi pada beberapa organ tubuh seperti: otak, mata, jantung dan ginjal.
8
- Protein hewani : Otak, ginjal, lidah, sardine, daging, ikan, susu, dan telur yang
diawet dengan garam dapur seperti daging asap, ham, baco, dendeng, abon,
keju, ikan asin, ikan kaleng, kornet, ebi, udang kering, telur asin, telur pindang
- Protein nabati : Keju, kacang tanah dan semua kacang-kacangan dan hasilnya
yang dimasak dengan garam dapur dan ikalan natrium lain.
- Sayuran : Sayuran yang dimasak dan diawet dengan garam dapur dan ikatan
natrium lain, seperti sayuran dalam kaleng, sawi asin, asinan dan acar
- Buah-buahan : Buah-buahan yang dimasak dan diawet dengan garam dapur
dan ikatan natrium lain, seperti buah dalam kaleng
- Lemak : Margarine dan mentega biasa
- Minuman : Minuman ringan
- Bumbu : Garam dapur untuk diet garam rendah I, baking powder, soda kue,
vetsin dan bumbu-bumbu yang mengandung garam dapur seperti : kecap,
terasi, maggi, tomato kecap, petis dan taoco.
(sumber : Instalasi Gizi Perjan RCSM Dan AsDI. 2006)
9
- Selingan : Buah papaya ½ buah kecil, bakwan 1 potong dan tahu goreng 2
potong.
(pasien tidak makan malam karena ketiduran)
10
Tabel 2.2.2 Skrining penyakit Hipertensi
FORM SKRINNING PASIEN DEWASA
Nama/No.RM : Tn. M
Tanggal Lahir :-
Parameter Skor
1. Apakah pasien mengalami penurunan BB
yang tidak direncanakan/tidak diinginkan
dalam 6 bulan terakhir 0
a. Tidak ada pnurunan BB
b. Tidak yakin ada tanda baju menjadi 2
longgar
c. Jika ya, berapa penurunan BB tersebut
1-5 kg 1
6-10 kg 2
11-15 kg 3
>15 kg 4
Tidak tahu berapa kg 2
penurunannya
11
Tabel 2.2.3 Formulir Recall Pasien Hipertensi
5.3
2.9
Selinga Buah papaya Buah papaya ½ bh kcl 250 97.4 1.5 0.3 24.5
n Bakwan goreng Bakwan goreng 1 bh 100 539.9 5.3 40.5 39.2
Tahu goreng Tahu 2 bh 110 83.6 8.9 5.3 2.1
Minyak 2 sdm 10 100 0 10 0
Makan
Malam - - - - - - - -
12
Tabel 2.2.4 Formulir Asuhan Gizi Pasien Hipertensi
Lemak : 154,4 Gr 41 Gr
Lemak :
274,3 Gr 300 Gr
Karbohidrat : Karbohidrat :
Kesimpulan : berdasarkan data asupan pasien %asupan energi : 151% (lebih), protein : 125
% (lebih), lemak: 376% (lebih), KH : 91% (cukup).
Kurang : 70 – 80%
Cukup : 80 – 100%
Baik : 100 – 110%
Lebih :>110%
(Kemenkes,2013)
Riwayat Personal : Pasien dalam keadaan sadar, dengan keluhan sakit kepala, mual dan
muntah, pasien dan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit, pasien tidak memiliki alergi
makanan, pasien tinggal bersama seorang istri dan dua orang anak.
DIAGNOSIS / MASALAH GIZI
Intake :
NI-1.5 Kelebihan intake energi berkaitan dengan kurangnya pengetahuan tentang makanan
zat gizi ditandai dengan data riwayat nutrisi yaitu hasil recall menunjukkan asupan energi
13
sebesar 151%
NI-5.6.2 Kelebihan intake lemak berkaitan dengan kurangnya pengetahuan tentang yang
berhubungan dengan makanan dan nutrisi ditandai data riwayat nutrisi yaitu sering makan-
makanan tinggi lemak hingga asupan lemak mencapai 376%
NI-5.7.2 Kelebihan intake protein berkaitan dengan kurangnya pengetahuan tentang yang
berhubungan dengan makanan dan nutrisi ditandai data riwayat nutrisi yaitu intake protein
total lebih besar daripada kebutuhan yaitu 125%
Clinic :
NC-3.3 Berat badan lebih/overweight berkaitan dengan kelebihan intake energi ditandai
dengan data antropometri yaitu IMT 45 kg/m2 dan data riwayat nutrisi yaitu makan porsi
besar dan intake energi yang berlebihan.
Behaviour :
NB-1.1 Pengetahuan yang kurang berkaitan dengan makanan dan zat gizi ber kaitan dengan
kurangnya informasi ditandai dengan riwayat pola makan yang salah yaitu suka makanan
lemak, seperti gorengan
NB-1.2 Kepercayaan/sikap yang salah mengenai makanan atau zat gizi berkaitan dengan
kebiasaan makan tidak untuk memenuhi kebutuhan zat gizi/ pola makan asal kenyang
ditandai dengan data riwayat nutrisi yaitu ketagihan/kesukaan terhadap gorengan.
INTERVENSI GIZI
A. Tujuan Intervensi :
Mengurangi rasa mual
Mencapai pola makan sesuai dengan pedoman gizi seimbang
Mencapai berat badan ideal/normal
Mencapai status gizi normal
Memberikan edukasi untuk gizi seimbang
Diet garam rendah II
14
D. Konseling Gizi
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Waktu : 15 menit
Tempat : PKM Sungai Besar
Tujuan :
Memberikan pengetahuan terkait kebutuhan gizi sehari
Memberikan informasi tentang penyakit hipertensi dan diet rendah garam
Memberikan pengetahuan tentang makanan yang dianjurkan dan dibatasi
Memperbaiki pola makan yang salah menuju lebih baik
Materi :
Penyakit hipertensi dan diet garam rendah
Makanan yang dianjurkan dan dibatasi
Pedoman gizi seimbang
Isi piringku
15
MONITORING DAN EVALUASI
16
kaitan dengan kurangnya informasi
ditandai dengan riwayat pola makan yang
salah yaitu suka makanan lemak, seperti
gorengan
NB-1.2 Kepercayaan/sikap yang salah
mengenai makanan atau zat gizi berkaitan
dengan kebiasaan makan tidak untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi/ pola makan
asal kenyang ditandai dengan data riwayat
nutrisi yaitu ketagihan/kesukaan terhadap
gorengan.
17
2.3 Gagal Jantung
Jantung adalah otot yang terbagi menjadi empat ruang. Dua ruang terletak di
bagian atas, yaitu atrium (serambi) kanan dan kiri. Sedangkan dua ruang lagi
terletak di bagian bawah, yaitu ventrikel (bilik) kanan dan kiri. Antara ruang kanan
dan kiri dipisahkan oleh dinding otot (septum) yang berfungsi mencegah
tercampurnya darah yang kaya oksigen dengan darah yang miskin oksigen.
Fungsi utama jantung adalah mengalirkan darah kaya oksigen ke seluruh bagian
tubuh. Setelah seluruh organ tubuh menggunakan oksigen dalam darah, darah
yang miskin oksigen tersebut kembali ke jantung (atrium kanan), untuk diteruskan
ke ventrikel kanan melalui katup trikuspid. Sesudah darah memenuhi ventrikel
kanan, katup trikuspid akan menutup guna mencegah darah kembali ke atrium
kanan. Kemudian, saat ventrikel kanan berkontraksi, darah miskin oksigen akan
keluar dari jantung melalui katup pulmonal dan arteri pulmonal, lalu dibawa ke
paru-paru untuk diisi dengan oksigen.
Darah yang telah diperkaya oksigen tadi, kemudian dibawa ke atrium kiri melalui
vena pulmonal. Saat atrium kiri berkontraksi, darah akan diteruskan ke ventrikel kiri
melalui katup mitral. Setelah ventrikel kiri dipenuhi darah, katup mitral akan
menutup untuk mencegah darah kembali ke atrium kiri. Kemudian, ventrikel kiri
akan berkontraksi, dan darah akan dialirkan ke seluruh tubuh melalui katup aorta.
Siklus peredaran darah tersebut akan terus berulang.
2. Patofisiologi
Penurunan curah jantung pada gagal jantung mengaktifkan serangkaian
adaptasi kompensasi yang dimaksudkan untuk mempertahankan homeostasis
kardiovaskuler. Salah satu adaptasi terpenting adalah aktivasi system saraf
simpatik, yang terjadi pada awal gagal jantung. Aktivasi system saraf simpatik
pada gagal jantung disertai dengan penarikan tonus parasimpatis. meskipun
18
gangguan ini dalam kontrol otonom pada awalnya dikaitkan dengan hilangnya
penghambatan masukan dari arteri atau refleks baroreseptor kardiopulmoner,
terdapat bukti bahwa refleks rangsang juga dapat berpartisipasi dalam
ketidakseimbangan otonom yang terjadi pada gagal jantung. dalam kondisi
normal masukan penghambatan dari “tekanan tinggi” sinus karotis dan
baroreceptor arcus aorta dan “tekanan rendah” mechanoreceptor
cardiopulmonary adalah inhibitor utama aliran simpatis, sedangkan debit dari
kemoreseptor perifer nonbaroreflex dan otot “metaboreseptor” adalah input
rangsang utama outflow simpatik. Pada gagal jantung, penghambat masukan
dari baroreseptor dan mekanoreseptor menurun dan rangsangan pemasukan
meningkat, maka ada peningkatan dalam aktivitas saraf simpatik, dengan
hilangnya resultan dari variabilitas denyut jantung dan peningkatan resistensi
pembuluh darah perifer.
Berbeda dengan sistem saraf simpatik, komponen dari sistem renin-
angiotensin diaktifkan beberapa saat kemudian pada gagal jantung. mekanisme
untuk aktivasi RAS dalam gagal jantung mencakup hipoperfusi ginjal,
penurunan natrium terfiltrasi mencapai makula densa di tubulus distal, dan
meningkatnya stimulasi simpatis ginjal, yang menyebabkan peningkatan
pelepasan renin dari aparatus juxtaglomerular. Renin memotong empat asam
amino dari sirkulasi angiotensinogen, yang disintesis dalam hepar, untuk
membentuk angiotensin I. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) memotong
dua asam amino dari angiotensin I untuk membentuk angiotensin II. Mayoritas
(90%) dari aktivitas ACE dalam tubuh terdapat dalam jaringan, sedangkan 10%
sisanya terdapat dalam bentuk terlarut (ikatan non membran) dalam interstitium
jantung dan dinding pembuluh darah. Angiotensin II mengerahkan efeknya
dengan mengikat gabungan dua reseptor G-Protein angiotensin yang disebut
tipe 1 (AT 1) dan angiotensin tipe 2 (AT 2). Reseptor angiotensin yang dominan
dalam pembuluh darah adalah reseptor AT1. Aktivasi reseptor AT1
menyebabkan vasokonstriksi, pertumbuhan sel, sekresi aldosteron, dan
pelepasan katekolamin, sedangkan aktivasi reseptor AT2 menyebabkan
vasodilatasi, penghambatan pertumbuhan sel, natriuresis, dan pelepasan
bradikinin. Angiotensin II memiliki beberapa tindakan penting untuk
mempertahankan sirkulasi homeostasis jangka pendek. Namun, ekspresi
berkepanjangan dari angiotensin II dapat menyebabkan fibrosis jantung, ginjal,
19
dan organ lainnya. Angiotensin II dapat juga memperburuk aktivasi
neurohormonal dengan meningkatkan pelepasan norepinefrin dari ujung saraf
simpatik, serta merangsang zona glomerulosa korteks adrenal untuk
memproduksi aldosteron. Aldosteron menyediakan dukungan jangka pendek ke
dalam sirkulasi dengan melakukan reabsorbsi natrium dalam pertukaran
dengan kalium di tubulus distal. Aldosterone dapat menimbulkan disfungsi sel
endotel, disfungsi baroreseptor, dan menghambat uptake norepinefrin, salah
satu atau semua dari kelainan tersebut dapat memperburuk gagal jantung.
Stimulasi sistem renin-angiotensin-aldosteron menyebabkan peningkatan
konsentrasi renin, angiotensin II plasma, dan aldosteron. Angiotensin II adalah
vasokonstriktor kuat dari ginjal (arteriol eferen) dan sirkulasi sistemik, di mana
ia merangsang pelepasan noradrenalin dari terminal saraf simpatis,
menghambat tonus vagus, dan mempromosikan pelepasan aldosteron. Hal ini
menyebabkan retensi natrium dan air dan peningkatan ekskresi kalium. Selain
itu, angiotensin II memiliki efek penting pada miosit jantung dan dapat
menyebabkan disfungsi endotel yang diamati pada gagal jantung kronis.
a. Diagnosis Normal
Jantung normal merupakan kondisi dimana jantung bekerja secara normal
untuk memompa darah dan menyuplai oksigen keseluruh tubuh.
20
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan
sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen. Hal ini mengakibatkan peregangan
ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk
dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan
menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang singkat
dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa dengan
kuat (Udjianti, 2010).
b. Kurang Aktivitas
Tidak cukup aktivitas fisik mengakibatkan penyakit jantung, hal ini juga dapat
meningkatkan kemungkinan memiliki kondisi medis lain yang merupakan faktor
resiko, termasuk obesitas, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes.
c. Obesitas
21
Obesitas adalah kelebihan lemak tubuh. Obesitas dikaitkan dengan kadar
kolesterol dan trigliserida yang lebih tinggi dan menurunkan kadar kolesterol
"baik". Selain penyakit jantung, obesitas juga bisa menyebabkan tekanan darah
tinggi dan diabetes.
d. Alkohol
Konsumsi alkohol bisa menaikkan kadar tekanan darah dan beresiko terkena
penyakit jantung. Ini juga meningkatkan kadar trigliserida, suatu bentuk
kolesterol, yang bisa mengeraskan arteri.
e. Merokok
Merokok dapat merusak jantung dan pembuluh darah, yang meningkatkan
resiko kondisi jantung seperti aterosklerosis dan serangan jantung. Selain itu,
nikotin meningkatkan tekanan darah, dan karbon monoksida mengurangi
jumlah oksigen yang dibawa oleh darah. Paparan asap rokok orang lain dapat
meningkatkan resiko penyakit jantung bahkan untuk bukan perokok.
g. Diabetes
Diabetes mellitus juga meningkatkan resiko penyakit jantung. Tubuh
membutuhkan glukosa (gula) untuk energi. Insulin adalah hormon yang dibuat
di pankreas yang membantu memindahkan glukosa dari makanan yang ke sel
tubuh. Jika menderita diabetes, tubuh tidak cukup membuat insulin, tidak dapat
menggunakan insulin sendiri dengan baik. Diabetes menyebabkan gula
terbentuk di dalam darah. Resiko kematian akibat penyakit jantung bagi orang
22
dewasa dengan diabetes adalah dua sampai empat kali lebih tinggi daripada
orang dewasa yang tidak menderita diabetes.
i. Usia
Resiko penyakit jantung meningkat seiring bertambahnya usia.
Gejala penyakit jantung sangat beragam, tergantung kepada jenis kondisi yang
dialami. Sejumlah gejala yang dapat muncul pada penyakit jantung, antara lain:
23
Tangan dan kaki terasa dingin.
Sianosis atau warna kulit yang membiru.
Pembengkakan pada tungkai, lengan, perut, atau sekitar mata.
Pusing.
Pingsan atau terasa ingin pingsan.
Demam.
Ruam kulit.
24
sebagai Diet Jantung 4 Garam Rendah. Diet ini cukup energi dan zat gizi
lain, kecuali kalsium.
25
Pasien jantung harus cermat memilih makanan. Para ahli gizi menyarankan
pasien jantung untuk mengonsumsi makanan yang sehat untuk meringankan
kerja jantung. Pasien jantung biasanya perlu menjalani diet khusus agar
makanan yang dikonsumsi tidak memberatkan kerja jantung.
Ahli gizi biasanya akan menyarankan untuk makan lebih banyak ikan karena
merupakan sumber protein dan kaya akan asam lemak omega 3 yang baik
untuk jantung. Asam lemak omega 3 berperan mengurangi risiko terkena
serangan jantung dan stroke.
- Makanan cepat saji
- Daging olahan
- Makanan yang digoreng
- Permen
- Margarin
- Pizza
- Soda
26
2.3.1 Kasus Gagal Jantung
Ny.AM berusia 64 th seorang ibu rumah tangga, pasien tinggal dengan suami dan tiga
orang anak, berat badan 68 kg dan tinggi badan 150 cm. Datang ke puskesmas
tanggal 13 februari 2020 dengan keluhan sesak nafas, mual, muntah, kehilangan nafsu
makan. Pasien sendiri tidak memiliki riwayat penyakit dan tidak ada memiliki riwayat
penyakit keluarga. Pasien dalam kondisi sadar, Pasien tidak memiliki alergi terhadap
makanan dan suka makan makanan yang digoreng dan berlemak, hasil recall pasien:
Pagi : Nasi kuning ½ bks dengan lauk telur bumbu merah, teh manis 1 gelas kecil,
Siang: Nasi putih 2 ctg, ikan patin goreng, sayur asem 2 sdm, air putih 1 gelas, Malam:
Nasi putih 1 ctg dikasih kecap manis, ayam goreng 1 ptg, tempe goreng 1 ptg, air putih
1 gelas.
- Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Respirasi : 24x/menit
Nadi : 100x/menit
Suhu : 37ºc
- Pemeriksaan Biokimia
Hemoglobin : 9,2 gr/dl
Kolesterol : 180 mg/dl
Trigliserida : 95 mg/dl
27
2.3.2 Gagal Jantung
Kesimpulan :
Total skor ≤ 2 : dilakukan asuhan gizi diet umum (standar makanan umum RS)
Total skor ≥ 2 : dilakukan asuhan gizi diet khusus (standar makanan khusus
RS)
Dilengkapi dalam 24 jam pertama pasien masuk ruang rawat
28
2.3.3 Formulir Recall Pasien Gagal Jantung
29
2.3.4 Formulir Asuhan Gizi Pasien Gagal Jantung
123 Gr 270 Gr
Karbohidrat : Karbohidrat :
30
protein : 60% (defisit), lemak: 110% (baik), KH : 45% (defisit).
Kurang : 70 – 80
Cukup : 80 – 100%
Baik : 100 – 110%
Lebih :>110%
(Kemenkes,2013)
Riwayat Personal : Pasien dalam keadaan sadar, dengan keluhan sesak nafas,
mual, muntah dan kehilangan nafsu makan, pasien dan keluarga tidak memiliki
riwayat penyakit, pasien tidak memiliki alergi makanan, pasien tinggal bersama
seorang suami dan tiga orang anak.
DIAGNOSIS / MASALAH GIZI
Intake :
NI-2.1 kekurangan intake makanan dan minuman oral berkaitan dengan kurangnya
pengetahuan terhadap kecukupan kebutuhan makanan dan minuman oral ditandai
dengan persentase asupan energi 60% (Defisit), protein 60% (Defisit), Karbohidrat
45% (Defisit)
Clinic :
NC-1.4 perubahan fungsi gastrointestinal yang berkaitan dengan gejala penyakit
jantung yang ditandai dengan sesak nafas, mual, muntah dan kehilangan nafsu
makan
NC-3.3 berat badan lebih/overweight berkaitan dengan aktifitas fisik kurang ditandai
dengan IMT >27 kg/m² yaitu 30,22 kg/m² (kelebihan berat badan tingkat berat)
Behaviour :
NB-1.2 Sikap yang salah mengenai makanan berkaitan dengan kebiasaan makanan
yang salah ditandai dengan pasien suka mengonsumsi makanan yang digoreng dan
berlemak
INTERVENSI GIZI
A. Tujuan Intervensi :
Mencapai status gizi normal
Mencapai berat badan ideal/normal
Memberikan asupan makan sesuai dengan kebutuhan tanpa membebani
kerja jantung
Meningkatkan motivasi pasien untuk dapat menjalankan pola hidup sehat
Mencapai kadar hb menjadi normal
Mencapai tekanan darah menjadi normal
31
Serat cukup untuk menghindari konstipasi
Cairan cukup, ± 2L/hari sesuai kebutuhan
Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit diberikan dalam
porsi kecil
Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan
tambahan berupa makanan enteral, parenteral, atau suplemen gizi
C. Perhitungan
4. BEE = 655,1 + (9,55 x BB) + (1,85 x TB) – (4,65 x usia)
= 655,1 + (9,55 x 68) + (1,85 x 150) - (6,8 x 64)
= 655,1 + 649,4 + 277,5 – 279,6
= 1.279,4
5. FA = 1,3
6. TEE = BEE + FA
= 1.279,4 + 1,3
= 1.663,22 Kkal
4. P = 15 % x 1.663,22 : 4 = 62,37 Gr
5. L = 20% x 1.663,22 : 9 = 36,96 Gr
6. KH = 65% x 1.663,22 : 4 = 270 Gr
D. Konseling Gizi
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Waktu : 15 menit
Tempat : PKM Sungai Besar
Tujuan :
Memberikan pengetahuan terkait kebutuhan gizi sehari
Memberikan informasi tentang penyakit jantung dan diet jantung 3
Memberikan pengetahuan tentang makanan yang dianjurkan dan
dibatasi
Memperbaiki pola makan yang salah menuju lebih baik
Materi :
Penyakit jantung dan diet jantung 3
Makanan yang dianjurkan dan dibatasi
Pedoman gizi seimbang
Isi piringku
32
MONITORING DAN EVALUASI
Behaviour :
NB-1.2 Sikap yang salah mengenai
makanan berkaitan dengan kebiasaan
makanan yang salah ditandai dengan
33
pasien suka mengonsumsi makanan
yang digoreng dan berlemak
34
2.4 Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
35
keadaan normal, radikal bebas dan antioksidan berada dalam keadaan
dan jumlah yang seimbang, sehingga bila terjadi perubahan pada kondisi
dan jumlah ini maka akan menyebabkan kerusakan di paru. Radikal
bebas mempunyai peranan besar menimbulkan kerusakan sel dan
menjadi dasar dari berbagai macam penyakit paru. Pajanan terhadap
faktor pencetus PPOK yaitu partikel noxius yang terhirup bersama
dengan udara akan memasuki saluran pernapasan dan mengendap
hingga terakumulasi. Partikel tersebut mengendap pada lapisan mukus
yang melapisi mukosa bronkus sehingga menghambat aktivitas silia.
Akibatnya pergerakan cairan yang melapisi mukosa berkurang dan
menimbulkan iritasi pada sel mukosa sehingga merangsang kelenjar
mukosa, kelenjar mukosa akan melebar dan terjadi hiperplasia sel goblet
sampai produksi mukus berlebih. Produksi mukus yang berlebihan
menimbulkan infeksi serta menghambat proses penyembuhan, keadaan
ini merupakan suatu siklus yang menyebabkan terjadinya hipersekresi
mukus. Manifestasi klinis yang terjadi adalah batuk kronis yang produktif.
Dampak lain yang ditimbulkan partikel tersebut dapat berupa rusaknya
dinding alveolus. Kerusakan yang terjadi berupa perforasi alveolus yang
kemudian mengakibatkan bersatunya alveoulus satu dan yang lain
membentuk abnormal largeairspace. Selain itu terjadinya modifikasi
fungsi anti-protease pada saluran pernafasan yang berfungsi untuk
menghambat neutrofil, menyebabkan timbulnya kerusakan jaringan
interstitial alveolus. Seiring terus berlangsungnya iritasi di saluran
pernafasan maka akan terjadi erosi epitel serta pembentukan jaringan
parut. Akan timbul juga metaplasia skuamosa dan penebalan lapisan
skuamosa yang menimbulkan stenosis dan obstruksi ireversibel dari
saluran nafas. Walaupun tidak menonjol seperti pada asma, pada PPOK
juga dapat terjadi hipertrofi otot polos dan hiperaktivitas bronkus yang
menyebabkan gangguan sirkulasi udara.6 7 Pada bronkitis kronik
terdapat pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel goblet,
inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi akibat fibrosis.
Pada emfisema ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus
terminal, disertai kerusakan dinding alveoli yang menyebabkan
berkurangnya daya regang elastis paru. Terdapat dua jenis emfisema
yang relevan terhadap PPOK, yaitu emfisema pan-asinar dan emfisema
36
sentri-asinar. Pada jenis pan-asinar kerusakan asinar bersifat difus dan
dihubungkan dengan proses penuaan serta pengurangan luas
permukaan alveolus. Pada jenis sentri-asinar kelainan terjadi pada
bronkiolus dan daerah perifer asinar, yang erat hubungannya dengan
asap rokok.1,4,
3. Klasifikasi PPOK
Derajat I : PPOK Ringan Gejala batuk kronik dan produksi sputum ada
tetapi tidak sering. Pada derajat ini pasien sering tidak menyadari bahwa
faal paru mulai menurun
Derajat II : PPOK Sedang Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas
dan kadang ditemukan gejala batuk dan produksi sputum.
Derajat III : PPOK Berat Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas,
rasa lelah dan serangan eksasernasi semakin sering dan berdampak
pada kualitas hidup pasien.
Derajat IV : PPOK Sangat Berat Gejala di atas ditambah tanda-tanda
gagal napas atau gagal jantung kanan dan ketergantungan oksigen.
4. Penyebab PPOK
Rokok.
Pajanan asap rokok pada perokok aktif maupun pasif merupakan faktor
utama yang dapat memicu PPOK, serta sejumlah penyakit pernapasan
lainnya. Bahan kimia berbahaya dalam rokok dapat merusak lapisan
paru-paru dan jalan napas. Diperkirakan, sekitar 20-30 persen perokok
aktif menderita PPOK. Menghentikan kebiasaan merokok dapat
mencegah kondisi PPOK bertambah parah.
Polusi udara
Misalnya asap kendaraan bermotor, debu, atau bahan kimia. Polusi udara
dapat menggangggu kerja paru-paru dan meningkatkan risiko penyakit
paru obstruktif kronis.
Usia
PPOK akan berkembang secara perlahan selama bertahun-tahun. Gejala
penyakit umumnya muncul di usia 40 tahunan.
Penyakit asma
Penderita penyakit asma, terutama yang merokok, rentan mengalami
penyakit paru obstruktif kronis.
Faktor keturunan
37
Jika memiliki anggota keluarga yang menderita PPOK, Anda juga
memiliki risiko untuk terkena penyakit yang sama. Selain itu, adanya
defisensi antitripsin alfa-1 juga dapat meningkatkan risiko
terjadinya PPOK. Antitripsin alfa-1 adalah zat yang melindungi paru-paru.
Defisiensi antitripsin alfa-1 dapat bermula pada usia di bawah 35 tahun,
terutama jika penderita gangguan ini juga merokok.
5. Tanda dan Gejala Klinis PPOK
Gejala PPOK awal sering kali tidak mudah untuk dikenali karena gejala
yang muncul adalah gejala ringan. Karena penyakit ini merupakan
penyakit progresif, gejala baru bisa menganggu apabila penyakit PPOK
telah bersarang di dalam tubuh.Ketika PPOK Anda telah mengalami
perkembangan selama bertahun-tahun, kondisi itu pada akhirnya akan
memengaruhi kualitas hidup dan aktivitas Anda sehari-hari. Disaat inilah
biasanya seseorang baru menyadari bahwa ada masalah penyakit paru
obstruktif kronik Gejala-gejala penyakit paru obstruktif kronik ini akan
muncul ketika sudah terjadi kerusakan yang signifikan pada paru-paru,
umumnya bertahun-tahun setelah paparan. Pengidap PPOK sering tidak
menyadari adanya penyakit ini. Karena itu, pengidapnya sering tidak
menyadari mengidap penyakit ini. Berikut ini adalah ciri ciri PPOK yang
bisa dikenali, di antaranya:
Batuk berdahak yang tidak kunjung sembuh.
Makin sering sesak napas dan tersengal-sengal, bahkan saat
melakukan aktivitas fisik yang ringan seperti memasak atau
mengenakan pakaian.
Mengi atau napas sesak dan berbunyi.
Nyeri dada.
Lemas.
Sering mengalami infeksi paru.
Penurunan berat badan.
38
terbaik adalah yang berasal dari daging, ikan, telur, unggas, kacang-
kacangan dan produk susu.
39
karbon dioksida dan paru-paru akan ditugaskan menghembuskan karbon
dioksida. Gantilah dengan jenis biji-bijian.
2. Susu Rendah Lemak:
Susu rendah lemak menawarkan protein, kalsium, vitamin D dan beberapa
lemak untuk memenuhi kebutuhan kalori untuk melewati hari. Dianjurkan
agar pasien COPD mengkonsumsi ini setiap hari untuk memenuhi
kebutuhan energinya.
3. Lemak sehat:
Pastikan untuk menambahkan lemak sehat ke makanan penderita PPOK.
Makanan yang mengandung lemak sehat ditemukan dalam kacang-
kacangan, telur, minyak zaitun, alpukat dan ikan air dingin berlemak.
4. Buah dan Sayuran:
Buah dan sayuran adalah suatu keharusan untuk diet sehat untuk
penderita masalah pernapasan. Makanan berserat tinggi ini memberi Anda
nutrisi penting, termasuk vitamin A, mineral dan antioksidan peradangan.
5. Kacang:
Kacang kaya akan Zinc, yang merupakan mineral penting untuk diet
PPOK. Penelitian menunjukkan bahwa mendapatkan Zinc yang cukup
akan membantu memperbaiki gejala PPOK. Selain itu, Anda harus
mengonsumsi makanan sehat berkalori tinggi seperti kacang dan mentega
kacang.
6. Makanan Kaya Protein:
Banyak orang dengan PPOK memiliki kekurangan protein dan bahkan
mungkin tidak mengetahuinya. Kurangnya protein dapat menyebabkan
hilangnya otot juga dikenal sebagai pemborosan otot, karena tubuh
mendapatkan proteinnya sendiri dari dalam tubuh.
7. Vitamin D:
Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan PPOK dan memperburuk
gejala COPD. Anda perlu memilih makanan yang mengandung Vitamin D
seperti ikan berlemak seperti salmon, mackerel dan tuna.
8. Hidrasi:
Kesulitan bernafas yang terkait dengan PPOK dapat membuat Anda
mengalami dehidrasi. Tetap terhidrasi dengan baik akan membantu
melonggarkan dahak, membuat lendir lebih mudah dikeluarkan.
40
9. Konsumsi Cemilan di Waktu Tertentu:
Anda perlu mendapatkan makanan berkalori tinggi dan berserat tinggi
sepanjang hari. Jadi, usahakan untuk mengonsumsi cemilan untuk
mendapatkan nutrisi yang Anda butuhkan, tanpa membebani paru-paru
Anda.
41
Jika Anda mengalami lebih banyak produksi dahak atau dahak yang
tebal, Anda harus membatasi jumlah susu dalam diet Anda. Ini termasuk
apapun yang terbuat dari susu, seperti yogurt, es krim, keju, mentega,
dan buttermilk.
42
Minuman berkafein, minuman manis dan minuman beralkohol
mengandung zat kimia yang membutuhkan banyak air dalam tubuh untuk
diproses. Akibatnya, jenis minuman ini justru bisa membuat tubuh
mengalami dehidrasi. Coklat juga memberikan efek yang sama pada
perut dan paru-paru.
2.4.1 Kasus
Tn. DK usia 61 tahun seorang pensiunan, berat badan 43 kg dan tinggi
badan 158 cm, dating ke Puskesmas Sungai Besar pada Tanggal 13
Februari 2020, dengan keluhan Batuk berdahak dan sesak nafas. Pasien
tidak memiliki riwayat dahulu dan tidak memiliki riwayat keluarga, pasien
mengalami tidak nafsu makan, pasien menyukai makan makanan yang
digoreng. Kondisi pasien dalam keadaan sadar, tensi 110/80 mmHg,
respirasi 13x/menit, Nadi 90x/menit, Suhu 37oC, IMT pasien kurang yaitu
17,22 kg/m2. Setelah dilakukan recall 24 jam di dapatkan hasil sbb :
Pagi : Nasi Putih, Telu ceplok, air putih
Siang : Nasi Putih, Tahu Goreng, sayur kecambah
43
Tabel 2.4.2 Skrinning Pasien PPOK
Kesimpulan :
Total skor ≤ 2 : dilakukan asuhan gizi diet umum (standar makanan umum RS)
Total skor ≥ 2 : dilakukan asuhan gizi diet khusus (standar makanan khusus RS)
Dilengkapi dalam 24 jam pertama pasien masuk ruang rawat
44
Tabel 2.4.3 Formulir Recall PPOK
45
Tabel 2.4.4 Formulir Asuhan Gizi PPOK
Riwayat Gizi:
Pola Makan: 2x makanan utama
Pagi : Nasi Putih, Telur Ceplok, Air putih
Siang : Nasi Putih, Tahu Goreng, Sayur kecamah
46
Asupan Gizi:
Kebutuhan :
Hasil Recall
Energi : 1.486.16 kkal
Energi : 718,3 kkal
Protein : 55,73 gr
Protein : 36,1 gr
Lemak : 33,02 gr
Lemak : 37,2 gr
Karbohidrat : 241,501 gr
Karbohidrat : 64,6 gr
Kesimpulan : berdasarkan data asupan pasien %asupan energi : 48,33% (defisit), protein : 64.77 % (defisit),
lemak: 112,65% (lebih), KH : 26,74% (defisit).
Kurang : 70 – 80%
Cukup : 80 – 100%
Baik : 100 – 110%
Lebih :>110%
(Kemenkes,2013)
Riwayat Personal:
pasien dalam keadaan sadar dengan keluhan Batuk berdahak dan sesak nafas, penurunan nafsu makan.
pasien dan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit, pasien tidak memilik alergi makanan.
Clinic:
(NC-3.1) Berat badan kurang berkaitan dengan intake energi kurang ditandai dengan data antropometri IMT <
18,5 yaitu 17,22
Behaviour:
47
INTERVENSI GIZI
A. Tujuan Intervensi:
1. Mencapai status gizi agar normal
2. Menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal
D. Konseling Gizi
Sasaran: Pasien dan Keluarga
Waktu: ± 15 menit
Tempat: PKM Sungai Besar
Tujuan: - Memberikan pengetahuan terkait kebutuhan gizi sehari
- Memberikan informasi tentang penyakit PPOK dan diet TKTP
- Memberikan pengetahuan tentang makanan yang dianjurkan dan dibatasi
- Memperbaiki pola makan yang salah menuju lebih baik
48
Metode: Menggunakan leaflet, diskusi Tanya jawab
Evaluasi: Mempertanyakan kembali apa yang sudah di sampaikan atau dijelaskan.
49
MONITORING DAN EVALUASI
50
Clinic:
(NC-3.1) Berat badan kurang berkaitan
dengan intake energi kurang ditandai
dengan data antropometri IMT < 18,5 yaitu
17,22
51
2.5 Diabetes Mellitus
1. Pengertian Diabetes Mellitus
Penyakit Diabetes Mellitus bukan merupakan suatu penyakit tunggal,
tetapi kelompok penyakit dengan beragam gangguan atau kelainan. Namun
penyakit DM memiliki satu karakteristik umum yaitu hiperglikemia akibat
kegagalan poduksi insulin, kerja dari insulin atau keduanya. Kondisi
hiperglikemia kronis berkorelasi dengan disfungsi organ dan kerusakannya,
bahkan berlanjut menjadi kegagalan banyak organ, terutama mata, ginjal,
saraf, jantung, dan pembuluh darah (Roth, 2011; Escott-Stump,Sylvia,2008)
Pengertian yang sama tentang definisi penyakit DM seperti yang
diuraikan di atas dijelaskan MMjuga oleh PERKENI (2015), bahwa penyakit
DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
keduanya.
2. Patofisiologi Diabetes Mellitus
Adanya resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta
pankreas untuk sekresi insulin merupakan kelainan dasar yang terjadi pada
penyakit DM tipe II. Liver dan sel beta pankreas, terdapat peran organ-organ
lain yang berkontribusi terhadap terjadinya gangguan toleransi glukosa pada
DM tipe II. Organ-organ tersebut dan perannya adalah jaringan lemak dengan
perannya meningkatkan lipolisis, gastrointestinal dengan defisiensi incretin,
sel alpha pankreas dengan terjadinya hiperglukagonemia, ginjal dengan
meningkatnya absorpsi glukosa, dan peran otak dengan terjadinya resistensi
insulin keseluruhan gangguan terkait kelainan peran organ tersebut
mengakibatkan kalinan metabolik yang terjadi pada pasien DM tipe II.
Berdasarkan kelainan dasar tersebut, maka pengelolaan penyakit DM harus
dikombinasikan untuk memperbaiki gangguan patogenesis tersebut
(PERKENI 2015).
3. Klasifikasi Diabetes Mellitus
- Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan indulin
karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh
hati.
52
- Diabetes tipe II terdapat masalah resistensi insulin dan gangguan insulin.
Normalnya insulin akan terikat oleh reseptor khusus pada permukaan sel,
sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut terjadi suatu
reaksi metabolisme glukosa dalam sel : Resistensi ini disertai penurunan
reaksi- reaksi intrasel, sehingga insulin tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan.
- Diabetes gestasional jenis ini terjadi pada wanita selama kehamilan yang
disebabkan oleh hormon yang di sekresikan plasenta dan menghambat
kerja insulin.
4. Penyebab Diabetes Mellitus
- Riwayat Keluarga
- Obesitas Atau Kegemukan
Kegemukan bisa menyebabkan tubuh seseorang mengalami resistensi
terhadap hormon insulin
- Usia Yang Semakin Bertambah
Usia diatas 40 tahun banyak organ-organ vital melemah dan tubuh mulai
mengalami kepekaan terhadap insulin. Bahkan pada wanita yang sudah
mengalami monopause punya kecendrungan untuk lebih tidak peka
terhadap hormon insulin
- Kurang Aktivitas Fisik
- Merokok
- Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol Tinggi
Batasi konsumsi kolesterol, tidak lebih dari 300mg/hari
- Stres Dalam Jangka Waktu Lama
Kondisi stres berat bisa mengganggu keseimbangan berbagai hormon
dalam tubuh termasuk produksi hormon insulin
- Hipertensi
- Kehamilan
Pada saat hamil, plasenta memproduksi hormon yang mengganggu
keseimbangan hormon inslin dan pada kasus tertentu memicu untuk sel
tubuh menjadi resisten terhadap hormon insuline. Kondisi ini akan
kembali normal setelah masa kehamilan atau pasca melahirkan. Namun
demikian menjadi sangat berisiko terhadap bayi yang dilahirkan untuk
medepan punya potensi diabetes mellitus
- Ras
53
Diperkirakan lebih 60% penderita berasal dari Asia
- Terlalu Sering Konsumsi Obat-obatan Kimia
Salah satu obat kimia sangat berpotensi sebagai penyebab diabetes
adalah THIAZIDE DIURETIK dan BETA BLOKER. Kedua jenis obat
tersebut sangat meningkatkan resiko terkena diabetes mellitus karena
bisa merusak pankreas
5. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
- Sumber karbohidrat
Beras, ubi, singkong, kentang, roti tawar, tepung terigu, sagu, dan tepung
singkong
- Sumber protein hewani
Daging sapi, ayam, ikan, telur, susu dan hasil olahanya
- Sayuran
54
Rendah kalium : seperti kangkung, sawi, wortel dan terong
- Buah-buahan
Rendah kalium : seperti jambu, kedondong, mangga, markisa, melon,
semangka, nangka, pir, salah dan sawo
- Bumbu
Semua jenis bumbu selain gula
55
IMT pasien sangat berlebih yaitu 30,72 kg/m2 . Setelah dilakukan recall 24 jam
didapatkan hasil sbb :
Pagi : Bubur 1 mangkuk sedang, Teh 1 gls
Selingan Siang : Tempe goreng 2 ptg , Air Putih 1 gls
Siang : Nasi 2 ctg, Ikan pindang 1 ekor sedang, sayur kangkung 1
ctg, Air Putih 1 gls
Selingan Sore : Pisang goreng 2 ptg, Teh 1 gls
Malam : Nasi 2 ctg, Ikan Mujair 1 ekor kecil, sayur bening 1 ctg, Air
Putih 1 gls
56
2.5.2 Skrinning Penyakit Diabetes Mellitus
SKRINNING PASIEN DEWASA
Nama/No.RM : Ny. J
Tanggal Lahir :
Tanggal Skrinning : 13 Februari 2020
Ruang Skrinning : Puskesmas Sungai Besar
Parameter Skor
1. Apakah pasien mengalami penurunan BB
yang tidak direncanakan/tidak diinginkan
dalam 6 bulan terakhir
d. Tidak ada penurunan BB 0
e. Tidak yakin ada tanda baju menjadi 2
longgar
f. Jika ya, berapa penurunan BB tersebut
1-5 kg
6-10 kg 1
11-15 kg 2
>15 kg 3
Tidak tahu berapa kg 4
penurunannya 2
2. Apakah asupan makan pasien berkurang
karena penurunan nafsu makan/kesulitan
menerima makanan ?
- Tidak 0
- Ya 1
3. Pasien dengan diagnosis kasus/kondisi 2
kasus (Diabetes Mellitus)
Total Skor 3
Di Rujuk ke Ahli Gizi Tidak ( ) Ya( √ )
Skor 0-1 : Risiko Malnutrisi Ringan
Skor 2-3 : Risiko Malnutrisi Sedang
Skor 4-5 : Risiko Malnutrisi Tinggi
Kesimpulan :
Total skor ≤ 2 : dilakukan asuhan gizi diet umum (standar makanan umum
RS)
Total skor ≥ 2 : dilakukan asuhan gizi diet khusus (standar makanan
khusus RS)
Dilengkapi dalam 24 jam pertama pasien masuk ruang rawat
57
2.5.3 Tabel Formulir Recall pasien Diabetes Melitus
Formulir Recall 24 jam
Nama Responden : Ny. J Tanggal Pelaksanaan : 13 Februari 2020
Waktu Menu Bahan Berat Asupan Zat Gizi
Makan Makanan URT Gram E P L KH
(Kkal) (Gram) (Gram) (Gram)
Makan Bubur Beras 1 250 182,2 3,3 0,3 40,0
Pagi nasi giling mgkk
Teh Daging 1 sdm 10 28,5 2,7 1,9 0,0
manis ayam 2 sdm
Wortel - 20 4,8 0,2 0,1 1,9
Gula pasir 1 sdm 13 50,3 0,0 0,0 13,0
Selingan Tempe Tempe 2 ptg 50 99,5 9,5 3,8 8,5
goreng
Air putih Minyak 1 sdt 5 43,1 0,0 5,0 0,0
kelapa
sawit
Makan Nasi putih Beras 2 ctg 200 260,0 4,8 0,4 57,2
Siang Ikan giling
pindang Ikan 1 ekor 35 39,2 7,5 0,8 0,0
goreng pindang
Oseng Kangkung 1 ikt 100 15,1 2,3 0,2 2,1
kangkung Minyak
Air putih kelapa
sawit 1 sdt 5 43,1 0,0 5,0 0,0
Selingan Pisang Pisang 2 bh 90 104,33 0,7 0,2 28,1
goreng kepok
Teh Tepung 5 sdm 50 182,0 5,2 0,5 38,2
manis terigu
Gula pasir 1 sdm 13 50,3 0,0 0,0 13,0
Minyak
kelapa 1 sdm 10 86,2 0,0 10,0 0,0
sawit
Makan Nasi putih Beras 2 ctg 200 260,0 4,8 0,4 57,2
Malam Ikan giling
mujair Ikan 1 ekor 30 25,2 5,5 0,2 0,0
goreng mujair
Sayur
58
being Minyak 1 sdt 5 43,1 0,0 5,0 0,0
Air putih kelapa S
Labu - 30 11,7 0,3 0,2 2,6
kuning
Kacang - 30 10,5 0,6 0,1 2,4
panjang
Bayam - 40 14,8 1,5 0,1 2,9
59
2.5.4 Formulir Asuhan Gizi pasien Diabetes Melitus
Biokimia:
GD Sewaktu 206 mg/dl (N : <100 mg/dl)
GD Puasa 206 mg/dl (N : <100 mg/dl)
Kesimpulan : Berdasarkan data biokimia kadar GDS dan GD Puasa yaitu tinggi
Klinik/Fisik:
TD : 155/100 mmHg (N : 120/80 mmHg)
Nadi : 97 x/menit (N : 90/110 x/menit)
Suhu : 36,6°C (N : 36 - 37°C)
Kesimpulan : Berdasarkan data fisik klinis pasien TD tinggi (Hipertensi) , Nadi normal dan Suhu normal
Riwayat Gizi:
Pola Makan: 3x makan utama dan 2x selingan
Dengan hasil recall makan sehari sbb :
Pagi : Bubur 1 mangkuk sedang, Teh 1 gls
Selingan Siang : Tempe goreng 2 ptg, Air Putih 1 gls
Siang : Nasi 2 ctg, Ikan pindang 1 ekor sedang, sayur kangkung 1 ctg, Air Putih 1 gls
Selingan Sore : Pisang goreng 2 ptg, Teh 1 gls
Malam : Nasi 2 ctg, Ikan Mujair 1 ekor kecil, sayur bening 1 ctg, Air Putih 1 gls
60
Asupan Gizi:
Hasil Recall Kebutuhan
Energi : 1.825 Kkal Energi : 1.956,5 Kkal
Protein : 45 Gr Protein : 73.36 Gr
Lemak : 23 Gr Lemak : 43.47 Gr
Karbohidrat : 339 Gr Karbohidrat : 317.93 Gr
Kesimpulan : berdasarkan data asupan pasien %asupan energi : 79.43% (kurang), protein : 66.38 % (defisit),
lemak: 78.44% (kurang), KH : 83.98% (cukup).
Kurang : 70 – 80%
Cukup : 80 – 100%
Baik : 100 – 110%
Lebih :>110%
(Kemenkes,2013)
Riwayat Personal: pasien dalam keadaan sadar dengan keluhan pusing berputar-putar, lemes, vertigo dan
rasa mangantuk, mual, penurunan nafsu makan pasien dan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit, pasien
tidak memilik alergi makanan.
DIAGNOSIS / MASALAH GIZI
Intake:
(NI-1.4) Kekurangan Intake Energi berkaitan dengan kurangnya ilmu pengetahuan terhadap makanan ditandai
dengan data riwayat nutrisi pasien yaitu persentase asupan dibandingkan kebutuhan energi sebesar 79,43%
(kurang)
(NI-5.6.1) Kekurangan Intake Lemak berkaitan dengan kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan
makanan dan nutrisi ditandai dengan data riwayat nutrisi pasien yaitu persentase asupan dibandingkan
kebutuhan lemak sebesar 78,44% (kurang)
(NI-5.7.1) Kekurangan Intake Protein berkaitan dengan kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan
makanan dan nutrisi ditandai dengan data riwayat nutrisi pasien yaitu persentase asupan dibandingkan
kebutuhan pasien sebesar 66,38% (defisit)
Clinic:
(NC-2.2) Perubahan Nilai Laboraturium Terkait Zat Gizi Khusus berkaitan dengan perubahan nilai biokimia
ditandai dengan data riwayat biokimia pasien yaitu GDS dan GDP 260 mg/dl (Tinggi) dan data riwayat nutrisi
pasien yaitu anoreksia dan nausea
(NC-3.3) Berat Badan Lebih/overweight berkaitan dengan aktivitas fisik kurang ditandai dengan data
antropometri IMT berlebih yaitu 30,72 kg/m 2
Behaviour:
NB-1.2 Kepercayaan/sikap yang salah mengenai makanan atau zat gizi berkaitan dengan kebiasaan makan
tidak untuk memenuhi kebutuhan zat gizi/ pola makan asal kenyang ditandai dengan data riwayat nutrisi yaitu
ketagihan/kesukaan terhadap gorengan
61
(NB-1.4) Kurangnya Kemampuan Memonitor Diri Sendiri beraitan dengan kurangnya pengetahuan mengenai
masalah-masalah gizi ditandai dengan data riwayat penyakit pasien yaitu diagnosa yang memerlukan kontrol
diri seperti diabeets mellitus dan obesitas
INTERVENSI GIZI
Tujuan Intervensi:
- Mengurangi rasa mual
- Mencapai kadar glukosa darah mendekati nprmal/terkontrol
- Mencapai tekanan darah mendekati normal
- Mengembalikan nafsu makan dan memperbaiki pola makan serta kebiasaan makan juga aktivitas
fisik sesuai dengan pedoman gizi seimbang
- Mencapai status gizi normal
- Mencapai berat badan ideal
62
Konseling Gizi
Sasaran: Pasien dan keluarga
Waktu: ± 15 menit
Tempat: PKM Sungai Besar
Tujuan: - Memberikan pengetahuan terkait kebutuhan gizi sehari
- Memberikan informasi tentang penyakit diabetes mellitus dan diet DM
- Memberikan pengetahuan tentang makanan yang dianjurkan dan dibatasi
- Memperbaiki pola makan yang salah menuju lebih baik
Materi: - Penyakit diabetes mellitus dan diet DM
- Makanan yang dianjurkan dan dibatasi
- Pedoman gizi seimbang
- Isi piringku
Metode: menggunakan leaflet diskusi dan tanya jawab
Evaluasi: Pasien memahami materi yang telah disampaikan dengan pasien dapat menjawab pertanyaan
yang diberikan setelah dilakukan penyuluhan.
Koordinasi dengan tim asuhan gizi
Tidak ada koordinasi dengan tim asuhan gizi
63
MONITORING DAN EVALUASI
64
kaitan dengan kurangnya informasi
ditandai dengan riwayat pola makan yang
salah yaitu suka makanan lemak, seperti
gorengan
NB-1.2 Kepercayaan/sikap yang salah
mengenai makanan atau zat gizi berkaitan
dengan kebiasaan makan tidak untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi/ pola makan
asal kenyang ditandai dengan data riwayat
nutrisi yaitu ketagihan/kesukaan terhadap
gorengan.
65
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
66
makanan dan zat gizi, NB-1.4 Kurangnya kemampuan memonitoring diri
sendiri. Diberikan diet DM.
3.2 Saran
1. Bagi Pasien
Diharapkan pasien dapat menerapkan pola makan yang baik, pola hidup
yang sehat dan mematuhi anjuran diet/konseling yang telah disampaikan.
2. Bagi Poli Gizi
Diharapkan perlu adanya konseling gizi dan penyuluhan mengenai gizi
seimbang kepada pasien.
67