Anda di halaman 1dari 67

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit tidak menular merupakan salah satu masalah kesehatan yang
menjadi perhatian nasional maupun global pada saat ini. Data WHO tahun
2008 menunjukan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi, 36 juta atau
hamper dua pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular. Di Negara
dengan tingkat ekonoi rendah sampai menengah, 29% kematian yang terjadi
pada penduduk berusia kurang dari 60 tahun disebabkan oleh PTM.
Penyakit tidak menular diketahui sebagai penyakit yang tidak dapat disebarkan
dari seseorang terhadap orang lain. Terdapat empat tipe utama penyakit tidak
menular yaitu penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan kronis,
diabetes, dan hipertensi.
Pola hidup modern telah mengubah sikap dan perilaku manusia,
termasuk pola makan, merokok, konsumsi alcohol serta obat-obatan sebagai
gaya hidup sehingga penderita degenerative (penyakit karena penurunan
fungsi organ tubuh) semakin meningkat dan mengancam kehidupan.
Penyakit tidak menular (PTM), dikenal juga sebagai penyakit kronis, tidak
ditularkan dari orang. Perkembangan penyakit tidak menular umumnya lambat
dan membutuhkan durasi yang panjang. Berdasarkan profil WHO mengenai
penyakit tidak menular di Asia Tenggaea, ada lima penyakit tidak menular
dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi, yaitu penykit kardiovaskuler,
kanker, penyakit pernapasan kronis, dan diabetes mellitus. Proporsi penyebab
kematian PTM pada orang-orang berusia kurang dari 70 tahun, penyebab
kematian terbesar adalah penyakit kardiovaskuler (39%), diikuti kanker (27%),
sedangkan penyakit pernapasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM lain
bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian serta 4% disebabkan oleh
diabetes mellitus.
1. Penyakit Kardiovaskuler
Secara global, penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian
nomor satu dan diproyeksikan akan tetap demikian. Penyakit kardiovaskuler
mencakup penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler, peningkatan
tekanan darah, penyakit arteri perifer, penyakit jantung rematik, penyakit

1
jantung bawaan, dan gagal jantung. Penyebab utama penyakit
kardiovaskuler adalah merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan diet yang
tidak sehat. Merokok. Diet yang tidak sehat, dan aktivitas fisik yang kurang
meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Tekanan darah tinggi
tidak memiliki gejala, namun dapat menyebabkan serangan jantung dan
stroke. Lebih dari 80% kematian akibat penyakit kardiovaskuler terjadi di
Negara berpenghasilan renndah sampai menengah. Status ekonomi yang
ren dah meningkatkan paparan faktor risiko dan kerentanan terhadap
penyakit kardiovaskuler
2. Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Penyakit paru obstruktif kronis adalah penyakit pada saluran udara dan
struktur paru lainnya seperti asma dan alergi pernafasan, penyakit paru
obstruktif kronis, penyakit paru kerja (kerusakan paru akibat debu, uap atau
gas berbahaya yang terhirup pekerja di tempat kerja). Sleep apnea
syndroma dan hipertensi pulmonal. Pravelensi penyakit ini meningkat
dimana-mana, khususnya di kalangan anak-anak dan orang tua serta
meningkat di daerah dengan penghasilan rendah sampai menengah.
Penyakit pernafasan kronis sering kurang diperhatikan, underdiagnosed,
kurang diobati dan kurang dicegah. Factor risiko dari penyakit pernafasan
kronis adalah merokok (baik aktif maupun pasif), terpapar polusi
udara,paparan allergen,infeksi saluran pernafasan berulang pada anak,
serta debu kerja dan bahan kimia.
3. Diabetes Mellitus
Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan. Risiko kematian orang yang
menderita diabetes mellitus adalah dua kali lipat dibandingkan orang tanpa
diabetes mellitus. Ada dua tipe diabetes, yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan
diabetes mellitus tipe . diabetes mellitus tipe 1 ditandai dengan kurangnya
produksi insulin tanpa pemberian insulin harian, diabetes mellitus tipe 1
akan berakibat fatal. Diabetes mellitus tipe 2 disebabkan karena
penggunaan insulin yang tidak efektif, diabetes mellitus tipe 2 merupakan
90% tipe dari penderita diabetes di seluruh dunia, hal ini merupakan
dampak dari kelebihan berat badan dan kurangnya aktifitas

2
fisik.peningkatan kadar gula darah adalah efek dari diabetes yang tidak
terkontrol sehingga perlahan dapat merusak jantung, pembuluh darah,
mata, ginjal dan saraf sehingga memiliki implikasi yang buruk terhadap
kesehatan dan kualitas hidup.
4. Hipertensi
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan salah satu
penyakit yang paling sering muncul di Negara berkembang seperti
Indonesia. Dikenal sebagai pembunuh diam-diam karena jarang memiliki
gejala yang jelas. Kejadian hipertensi biasanya tidak memiliki tanda dan
gejala. Gejala yang sering muncul adalah sakit kepala, rasa panas di
tengkuk atau kepala berat. Namun gejala tersebut tidak bias dijadikan
patokan ada tidaknya hipertensi pada diri seseorang. Satu-satunya cara
untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan pengecakan tekanan
darah.

1.2 Tujuan

a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengaplikasikan proses asuhan gizi klinik pada
penyakit tidak menular sesuai dengan keadaan pasien.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menginplementasikan konsep dan prinsin Nutrition
Care Process
2. Mahasiswa mampu melakukan skrinning gizi pasien pada kasus
penyakit tidak menular
3. Mahasiswa mampu melakukan asesmen gizi pasien pada kasus
penyakit tidak menular
4. Mahasiswa mampu melakukan diagnosis gizi pasien pada kasus
penyakit tidak menular
5. Mahasiswa mampu merencanakan terapi diet pasien pada kasus
penyakit tidak menular
6. Mahasiswa mampu melakukan konseling diet sesuai permasalahan gizi
klien pada kasus penyakit tidak.
1.3 Manfaat
1. Manfaat Teoritis

3
Laporan ini dapat menjadi sumber pemikiran baru yang digunakan
sebagai pedoman dalam konseling gizi dan penelitian-penelitan
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak
diantranya :
a. Bagi Mahasiswa/I
Laporan ini dapat dijadikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti
dalam menerapkan Ilmu Gizi Klinik. Diantaranya untuk mengetahui
manfaat penggunaan media dalam konseling gizi.
b. Bagi Puskesmas
Dapat memberikan gambaran tentang pengaruh konseling gizi
dengan menggunakan media terhadap pasien.
c. Bagi Pasien
Diharapkan laporan ini dapat menambah pengetahuan pasien dalam
mematuhi diet yang diberikan dan mengetahui makanan yang
dianjurkan dan tidak dianjurkan serta yang dibatasi sehingga patuh
terhadap diet yang sedang dijalani pasien.

4
BAB 2

ISI

2.1 Data Diri Pasien

NO NAMA USIA JENIS ALAMAT BB (KG) TB DIAGNOSA


(TH) KELAMIN (CM)

1 Tn. M 49 L Jl. Pinus 96 146 Hipertensi


Rahayu
2 Ny. AM 64 P Jl. Lestari 3 68 150 Gagal
BJB Jantung
3 Tn. DK 61 L Jl.Lestari 3 43 158 PPOK
4 Ny. J 48 P Gg. Katuri 65,5 146 Diabetes
Melitus

2.2 Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yang
menetap. Tekanan sistolik adalah tekanan puncak yang tercapai pada waktu
jantung berkontraksi dan memompakan darah melalui arteri. Sedangkan tekanan
diastolik adalah tekanan pada waktu jatuh ke titik terendah saat jantung mengisi
darah kembali, atau disebut juga tekanan arteri di antara denyut jantung.
- Peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolic yang menetap
- Tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih
besar dari 90 mmHg
- Tekanan darah normal 120/80 mmHg
- Secara sederhana seseorang disebut hipertensi apabila tekanan darah sistolik
di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih besar dari 90 mmHg.
- Tekanan darah yang ideal adalah kurang dari 120/80 mmHg (NHLBI, 2006).
- Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah =
140/90 mmHg, batasan ini adalah untuk orang dewasa (di atas 18 tahun). Jika
terjadi kenaikan salah satu dari ukuran tekanan darah tersebut (atau dua-
duanya, sistol dan diastole), sudah dapat dikatakan terjadi hipertensi.

5
2. Patofisiologi Hipertensi

Patofisiologi hipertensi secara alami diawali dari kenaikan tekanan darah


sesekali saja. Tanpa melakukan pemeriksaan tekanan darah, Kamu tidak akan
tahu kalau terjadi kenaikan tekanan darah. Naiknya tekanan darah yang kadang-
kadang ini, lama-kelamaan akan semakin sering dan kemudian
menetap, atau tidak bisa turun kembali. Awalnya, penderita hipertensi tidak
merasakan gejala. Jika pun ada gejala, biasanya tidak spesifik dan berubah-ubah.
Setelah penyakit berkembang menjadi hipertensi persisten (menetap), maka
patofisiologi hipertensi menjadi lebih rumit, di mana sudah melibatkan kerusakan
organ-organ lain di seluruh tubuh. Diawali dari kerusakan pembuluh-pembuluh
darah kecil karena hipertensi, diikuti pembuluh darah yang lebih besar seperti
arteri dan aorta. Keduanya adalah pembuluh utama di tubuh yang berukuran
besar, salah satunya yang membawa darah menuju dan meninggalkan
jantung. Kerusakan pembuluh darah kecil juga terjadi di seluruh organ tubuh
sehingga perlahan-lahan jantung, ginjal, retina, dan sistem saraf pusat akan
mengalami kerusakan.

3. Klasifikasi Hipertensi

- Prehipertensi
Prehipertensi sering juga disebut hipertensi tahap awal, yaitu ketika hasil
pemeriksaan tekanan darah menunjukkan kenaikan tetapi belum masuk kategori
hipertensi. Prehipertensi ditandai dengan tekanan darah sistolik (angka atas)
adalah 120 mmHg-139 mmHg, dan diastolik (angka bawah) adalah 80 mmHg-89
mmHg. Prehipertensi adalah tanda peringatan bahwa Kamu mungkin akan
mengalami tekanan darah tinggi di masa mendatang. Prehipertensi ini dapat
ditemui pada usia 10-30 tahun. Penyebabnya biasanya peningkatkan curah
jantung.

- Hipertensi Tahap 1
Hipertensi tahap 1 umumnya dialami pada usia 20-40 tahun, ketika tekanan
darah antara 140/90 dan 159/99. Jika sudah diketahui hipertensi seperti ini,
maka harus dilakukan terapi.

6
- Hipertensi Tahap 2
Dikenal juga sebagai hipertensi tahap 2, yakni ditunjukkan dengan tekanan darah
160/100 atau lebih tinggi. Umumnya hipertensi yang sudah menetap ini diderita
orang mulai usia 30-50 tahun.

- Hipertensi tingkat lanjut (komplikasi)


Ini adalah tahap akhir hipertensi ketika sudah terjadi komplikasi ke organ tubuh
lainnya baik ke pembuluh darah jantung, ginjal, mata, dan saraf. Usia rata-rata
mulai muncul gejala komplikasi adalah 40-60 tahun.

Klasifikasi Hipertensi menurut JNC - VII 2003


Kategori TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Pra-hipertensi 120 - 139 atau 80 - 89
Hipertensi 140 - 159 atau 90 - 99
tingkat 1
Hipertensi > 160 atau > 100
tingkat 2
Hipertensi Sistolik Terisolasi > 140 dan < 90

4. Penyebab Hipertensi
- Hipertensi Essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya
(90%)
- Hipertensi Sekunder penyebabnya dapat ditentukan (10%), antara lain kelainan
pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar
adrenal (hiperaldosteronisme) dll.

5. Tanda dan Gejala Hipertensi


- Hipertensi dikenal sebagai “silent killer” karena penderita sudah menderita
hipertensi tetapi dalam beberapa tahun belum merasakan gejala, penderita
baru menyadari setelah beberapa kali dilakukan pengukuran tekanan darah dan
ternyata tekanan darah tingginya menetap. Gejala umum yang biasa dirasakan
pada orang yang mengalami tekanan darah adalah: pusing, mual dan muntah,
sakit kepala biasanya di daerah tengkuk dan berlangsung terus menerus,
penglihatan kabur, cepat lelah, sesak nafas dan susah beristirahat.

7
- Pada kebanyakan orang biasanya hipertensi tidak memperlihatkan gejala-
gejala. Gejala yang dimaksud di sini terutama berhubungan dengan efek
hipertensi pada beberapa organ tubuh seperti: otak, mata, jantung dan ginjal.

6. Terapi Diet Pada Penderita Hipertensi


Prinsip terapi diet pada hipertensi :
- Makanan beraneka ragam mengikuti pola gizi seimbang
- Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita
- Jumlah garam disesuaikan dengan berat ringannya penyakit dan obat yang
diberikan

7. Bahan Makanan yang Dianjurkan bagi Penderita Hipertensi

- Karbohidrat : Beras, kentang, singkong


- Protein hewani : Telur (maksimal 1 butir/hari, daging dan ikan maksimal 100
gr/hari
- Protein nabati : Semua kacang-kacangan dah hasilnya yang diolah dan
dimasak tanpa garam dapur
- Sayuran : Semua sayuran segar, sayuran yang diawet tanpa garam dapur dan
natrium benzoate
- Buah-buahan : Semua buah-buahan segar, buah yang diawet tanpa garam
dapur dan natrium benzoate.
- Lemak : Minyak goreng, margarine, dan mentega tanpa garam
- Minuman : Teh, kopi
- Bumbu : Semua bumbu-bumbu kering yang tidak mengandung garam dapur
dan ikatan natrium lain. Garam dapur sesuai ketentuan untuk Diet Garam
Rendah II dan III
(sumber : Instalasi Gizi Perjan RCSM Dan AsDI. 2006)

8. Bahan Makanan yang Dihindari penderita Hipertensi


- Karbohidrat : Roti, biscuit dan kue-kue yang dimasak dengan garam dapur
dan/atau baking powder dan soda

8
- Protein hewani : Otak, ginjal, lidah, sardine, daging, ikan, susu, dan telur yang
diawet dengan garam dapur seperti daging asap, ham, baco, dendeng, abon,
keju, ikan asin, ikan kaleng, kornet, ebi, udang kering, telur asin, telur pindang
- Protein nabati : Keju, kacang tanah dan semua kacang-kacangan dan hasilnya
yang dimasak dengan garam dapur dan ikalan natrium lain.
- Sayuran : Sayuran yang dimasak dan diawet dengan garam dapur dan ikatan
natrium lain, seperti sayuran dalam kaleng, sawi asin, asinan dan acar
- Buah-buahan : Buah-buahan yang dimasak dan diawet dengan garam dapur
dan ikatan natrium lain, seperti buah dalam kaleng
- Lemak : Margarine dan mentega biasa
- Minuman : Minuman ringan
- Bumbu : Garam dapur untuk diet garam rendah I, baking powder, soda kue,
vetsin dan bumbu-bumbu yang mengandung garam dapur seperti : kecap,
terasi, maggi, tomato kecap, petis dan taoco.
(sumber : Instalasi Gizi Perjan RCSM Dan AsDI. 2006)

2.2.1 Kasus Hipertensi


Tn. M datang ke puskesmas dengan keluhan sakit kepala, mual dan muntah.
Pasien berusia 49 tahun dengan berat badan 96 kg dan tinggi badan 146 cm.
pasien tidak mengalami penurunan nafsu makan walau sedang sakit. Pasien
dalam kondisi sadar. Pasien bekerja sebagai wiraswasta dimana jam kerja
pasien 5-8 jam perhari tergantung shift yang didapat. Pasien tinggal bersama
seorang istri dan dua orang anak. Pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan
dan suka makan makanan yang direbus, diungkep juga lalapan dengan sambal.
Pada pemeriksaan klinis sebelumnya tensi pasien 160/80 mmHg dan saat
dilakuakan pemeriksaan yang terbaru tensi pasien 150/90 mmHg.
Pasien memiliki kebiasaan makan 3 kali makan utama dan 2 kali selingan
Dari hasil recall 24 jam didapatkan data asupan pasien saat dirumah yaitu :
- Pagi : Nasi putting 2 ½ centong, ikan haruan goreng 1 potong sedang ,
sambal tempe 5 sdm , teh manis 1 gelas
- Selingan : Bakwan 1 potong, tahu goreng 2 potong, teh manis 1 gelas
- Siang : Nasi putih 4 centong, ayam goreng bagian dada 1 potong, sayur
bening (bayam dan waluh) 1 mangkok

9
- Selingan : Buah papaya ½ buah kecil, bakwan 1 potong dan tahu goreng 2
potong.
(pasien tidak makan malam karena ketiduran)

10
Tabel 2.2.2 Skrining penyakit Hipertensi
FORM SKRINNING PASIEN DEWASA

Nama/No.RM : Tn. M

Tanggal Lahir :-

Tanggal Skrinning :13-02-2020

Parameter Skor
1. Apakah pasien mengalami penurunan BB
yang tidak direncanakan/tidak diinginkan
dalam 6 bulan terakhir 0
a. Tidak ada pnurunan BB
b. Tidak yakin ada tanda baju menjadi 2
longgar
c. Jika ya, berapa penurunan BB tersebut
 1-5 kg 1
 6-10 kg 2
 11-15 kg 3
 >15 kg 4
 Tidak tahu berapa kg 2
penurunannya

2. Apakah asupan makanan pasien


berkurang karena penurunan nafsu
makan/kasulitan menerima makanan ?
a. Tidak 0
b. Ya 1
3. Pasien dengan diagnosis kasus/kondisi
kasus 2
(DM,kemoterapi/hemodialisa/geriatric/imun
itas menurun/lain-lain sebutkan
Total Skor 2
Di Rujuk ke Ahli Gizi Ya
 Skor 0-1 : Risiko Malnutrisi Ringan Resiko malnutrisi sedang
 Skor 2-3 : Risiko Malnutrisi Sedang
 Skor 4-5 : Risiko Malnutrisi Tinggi
Kesimpulan :Berdasarkan hasil skrinning kasus 1 dengan total skor 2, pasien resiko
manutrisi sedang dan dirujuk ke ahli gizi.

11
Tabel 2.2.3 Formulir Recall Pasien Hipertensi

Formulir Recall 24 jam

Nama Responden : Tn. M Tanggal Pelaksanaan : 13-02-2020

Berat Asupan Zat Gizi


Waktu Menu Bahan
makan Makanan URT Gra E P L KH
m (kkal) (gr) (gr) (gr)
Makan Nasi putih Nasi putih 2 ½ ctg 180 234 4.3 0.4 51.5
Pagi Ikan goreng Ikan haruan 1 ptg 20 32.6 4.0 1.7 0.2
Minyak grg 1 sdm 5 50 0 5 0
Sambal tempe Tempe 5 sdm 75 149.3 14.3 5.8 12.8
Minyak grg 1 sdm 5 50 0 5 0
Teh manis Gula pasir 1 sdm 13 50.3 0 0 13
Selinga Bakwan goreng Bakwan goreng 1 bh 100 539.9 5.3 40.5 39.2
n Tahu goreng Tahu 2 bh 110 83.6 8.9 5.3 2.1
Minyak goreng 2 sdm 10 100 0 10 0
Teh manis Gula pasir 1 sdm 13 50.3 0 0 13
Makan Nasi putih Nasi putih 4 ctg 240 312 5.8 0.5 68.6
Siang Ayam Goreng Ayam bgn dada 1 ptg 100 284.9 26.9 18.9
Minyak goreng 1 sdm 5 43.1 0 0 0
Sayur bening Bayam Satu 60 23.4 0.5 0.4
Labu kuning Porsi 40 14.8 1.5 0.1 0

5.3

2.9

Selinga Buah papaya Buah papaya ½ bh kcl 250 97.4 1.5 0.3 24.5
n Bakwan goreng Bakwan goreng 1 bh 100 539.9 5.3 40.5 39.2
Tahu goreng Tahu 2 bh 110 83.6 8.9 5.3 2.1
Minyak 2 sdm 10 100 0 10 0
Makan
Malam - - - - - - - -

TOTAL 2.797,9 87.1 154.4 274.3


Pewawancara : Hasanah

12
Tabel 2.2.4 Formulir Asuhan Gizi Pasien Hipertensi

FORMULIR ASUHAN GIZI

Nama : Tn. M Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 49 th


Diagnosis Medis : Hipertensi
ASSESMEN / PENGKAJIAN GIZI
Antropometri: 𝐵𝐵(𝑘𝑔) 96
IMT(kg/m2) : (𝑚)2 : = 45 kg/m2 (N: 18-
𝑇𝐵 1,46 ²
Berat Badan (kg) : 96 kg
Tinggi Badan (cm) : 146 cm 25 kg/m2)
BBI : (TB – 100) x 10% (TB – 100)
: (146 – 100) x 10% (146 – 100) Kesimpulan:berdasarkan data
: 41,1 kg antropometri,IMT 45 kg/m2 dapat diketahui
bahwa status gizi pasien obesitas tingkat
berat.
Biokimia : -
Klinik/Fisik : -
TD : 150/90 mmHg N : 120/80mmHg
Kesimpulan : berdasarkan hasil data klinik/fisik pasien tekanan darah 150/80 mmHg dapat
diketahui bahwa pasien mengalami hipertensi tingkat 1.
RiwayatGizi :
PolaMakan : Pasien 3x makan utama dan 2x selingan
Dengan hasil recall makan sehari sbb :
Pagi : Nasi putih 2 ½ ctg, ikan haruan goreng 1 ptg, sambal tempe 5 sdm, teh manis 1 gls
Snack : Bakwan goreng 1 bh, tahu goreng 2 bh, teh manis 1 gls
Siang : Nasi putih 4 ctg, ayam goreng bagian dada 1 ptg, sayur bening (bayam, labu kuning)
1 mangkuk/porsi
Snack : buah papaya ½ bh kcl, bakwan goreng 1 bh, tahu goreng 2 bh
Malam : -
Hasil Recall Kebutuhan

Energi : 2.797,9 Kkal Energi : 1.850,38 Kkal

Protein : 87,1 Gr Protein : 69,38 Gr

Lemak : 154,4 Gr 41 Gr
Lemak :

274,3 Gr 300 Gr
Karbohidrat : Karbohidrat :

Kesimpulan : berdasarkan data asupan pasien %asupan energi : 151% (lebih), protein : 125
% (lebih), lemak: 376% (lebih), KH : 91% (cukup).
Kurang : 70 – 80%
Cukup : 80 – 100%
Baik : 100 – 110%
Lebih :>110%
(Kemenkes,2013)
Riwayat Personal : Pasien dalam keadaan sadar, dengan keluhan sakit kepala, mual dan
muntah, pasien dan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit, pasien tidak memiliki alergi
makanan, pasien tinggal bersama seorang istri dan dua orang anak.
DIAGNOSIS / MASALAH GIZI
Intake :
NI-1.5 Kelebihan intake energi berkaitan dengan kurangnya pengetahuan tentang makanan
zat gizi ditandai dengan data riwayat nutrisi yaitu hasil recall menunjukkan asupan energi

13
sebesar 151%
NI-5.6.2 Kelebihan intake lemak berkaitan dengan kurangnya pengetahuan tentang yang
berhubungan dengan makanan dan nutrisi ditandai data riwayat nutrisi yaitu sering makan-
makanan tinggi lemak hingga asupan lemak mencapai 376%
NI-5.7.2 Kelebihan intake protein berkaitan dengan kurangnya pengetahuan tentang yang
berhubungan dengan makanan dan nutrisi ditandai data riwayat nutrisi yaitu intake protein
total lebih besar daripada kebutuhan yaitu 125%
Clinic :
NC-3.3 Berat badan lebih/overweight berkaitan dengan kelebihan intake energi ditandai
dengan data antropometri yaitu IMT 45 kg/m2 dan data riwayat nutrisi yaitu makan porsi
besar dan intake energi yang berlebihan.
Behaviour :
NB-1.1 Pengetahuan yang kurang berkaitan dengan makanan dan zat gizi ber kaitan dengan
kurangnya informasi ditandai dengan riwayat pola makan yang salah yaitu suka makanan
lemak, seperti gorengan
NB-1.2 Kepercayaan/sikap yang salah mengenai makanan atau zat gizi berkaitan dengan
kebiasaan makan tidak untuk memenuhi kebutuhan zat gizi/ pola makan asal kenyang
ditandai dengan data riwayat nutrisi yaitu ketagihan/kesukaan terhadap gorengan.
INTERVENSI GIZI
A. Tujuan Intervensi :
 Mengurangi rasa mual
 Mencapai pola makan sesuai dengan pedoman gizi seimbang
 Mencapai berat badan ideal/normal
 Mencapai status gizi normal
 Memberikan edukasi untuk gizi seimbang
 Diet garam rendah II

B. Syarat atau Prinsip Diet


 Energi cukup, mencapai kebutuhan yaitu 1.850,38 kkal
 Protein cukup 15% dari kebutuhan yaitu 69,38 gr
 Lemak cukup 20% dari kebutuhan yaitu 41 gr
 Karbohidat cukup 65% dari kebutuhan yaitu 300 gr
 Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan pasien yaitu biasa
 Makanan diberikan secara oral.
 Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air
dan/atau hipertensi yaitu 600-800 mg Na
C. Perhitungan
1. BEE = 66 + (13,5 x BBI) + (5 x TB) – (6,8 x usia)
= 66 + (13,5 x 41,1) + (5 x 146) - (6,8 x 49)
= 66 + 558,9 + 730 – 33,2
= 1.321,7
2. FA = 1,4
3. TEE = BEE x FA
= 1.321,7 x 1,4
= 1.850,38 Kkal
4. P = 15 % x 1.850,38 : 4 = 69,38 Gr
5. L = 20% x 1.850,38 : 9 = 41 Gr
6. KH = 65% x 1.850,38 : 4 = 300 Gr

14
D. Konseling Gizi
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Waktu :  15 menit
Tempat : PKM Sungai Besar
Tujuan :
 Memberikan pengetahuan terkait kebutuhan gizi sehari
 Memberikan informasi tentang penyakit hipertensi dan diet rendah garam
 Memberikan pengetahuan tentang makanan yang dianjurkan dan dibatasi
 Memperbaiki pola makan yang salah menuju lebih baik
Materi :
 Penyakit hipertensi dan diet garam rendah
 Makanan yang dianjurkan dan dibatasi
 Pedoman gizi seimbang
 Isi piringku

Metode : Menggunakan leafleat diskusi dan tanya jawab


Evaluasi :Pasien memahami materi yang telah disampaikan dengan pasien
dapat menjawab pertanyaan yang diberikan setelah dilakukan
penyuluhan

E. Koordinasi dengan tim asuhan gizi


Tidak ada koordinasi dengan tim asuhan gizi

15
MONITORING DAN EVALUASI

DIAGNOSIS ANTROPOMETRI BIOKIMIA FISIK/ ASUPAN DIAGNOSIS GIZI EVALUASI / TANDAK


MEDIS kLINIK LANJUT
BB : 96 Kg - TD : E :2.797,9 kkal Intake : 1. Memberikan asupan
HIPERTENSI TB: 146 Cm 150/90 P : 87,1 gr NI-1.5 kelebihan intake energi berkaitan zat gizi sesuai kebutuhan
IMT : 45 Kg/m2 mmHg L : 154,4 gr dengan kurangnya pengetahuan tentang E :1.850,38 Kkal
BBI : 41,1 kg Kh : 274,3 gr makanan zat gizi ditandai dengan data P : 69,38 gr
riwayat nutrisi yaitu hasil recall L : 41 gr
menunjukkan asupan energi sebesar KH : 300 gr
149%
NI-5.6.2 kelebihan intake lemak berkaitan 2. Memberikan edukasi/
dengan kurangnya pengetahuan tentang Konsultasi Gizi tentang
yang berhubungan dengan makanan dan makanan yang dianjurkan
nutrisi ditandai data riwayat nutrisi yaitu dan tidak dianjurkan juga
sering makan-makanan tinggi lemak mengenai
hingga asupan lemak mencapai 376%
NI-5.7.2 kelebihan intake protein berkaitan 3. Mengontrol rutin
dengan kurangnya pengetahuan tentang tekanan darah
yang berhubungan dengan makanan dan
nutrisi ditandai data riwayat nutrisi yaitu
intake protein total lebih besar daripada
kebutuhan yaitu 124%
Clinic :
NC-3.3 Berat badan lebih/overweight
berkaitan dengan kelebihan intake energi
ditandai dengan data antropometri yaitu
IMT 45 kg/m2 dan data riwayat nutrisi yaitu
makan porsi besar dan intake energi yang
berlebihan.
Behaviour :
NB-1.1 Pengetahuan yang kurang
berkaitan dengan makanan dan zat gizi ber

16
kaitan dengan kurangnya informasi
ditandai dengan riwayat pola makan yang
salah yaitu suka makanan lemak, seperti
gorengan
NB-1.2 Kepercayaan/sikap yang salah
mengenai makanan atau zat gizi berkaitan
dengan kebiasaan makan tidak untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi/ pola makan
asal kenyang ditandai dengan data riwayat
nutrisi yaitu ketagihan/kesukaan terhadap
gorengan.

17
2.3 Gagal Jantung

1. Pengertian Penyakit Jantung

Penyakit jantung adalah kondisi ketika jantung mengalami gangguan. Bentuk


gangguan itu sendiri bisa bermacam-macam. Ada gangguan pada pembuluh darah
jantung, irama jantung, katup jantung, atau gangguan akibat bawaan lahir.

Jantung adalah otot yang terbagi menjadi empat ruang. Dua ruang terletak di
bagian atas, yaitu atrium (serambi) kanan dan kiri. Sedangkan dua ruang lagi
terletak di bagian bawah, yaitu ventrikel (bilik) kanan dan kiri. Antara ruang kanan
dan kiri dipisahkan oleh dinding otot (septum) yang berfungsi mencegah
tercampurnya darah yang kaya oksigen dengan darah yang miskin oksigen.

Fungsi utama jantung adalah mengalirkan darah kaya oksigen ke seluruh bagian
tubuh. Setelah seluruh organ tubuh menggunakan oksigen dalam darah, darah
yang miskin oksigen tersebut kembali ke jantung (atrium kanan), untuk diteruskan
ke ventrikel kanan melalui katup trikuspid. Sesudah darah memenuhi ventrikel
kanan, katup trikuspid akan menutup guna mencegah darah kembali ke atrium
kanan. Kemudian, saat ventrikel kanan berkontraksi, darah miskin oksigen akan
keluar dari jantung melalui katup pulmonal dan arteri pulmonal, lalu dibawa ke
paru-paru untuk diisi dengan oksigen.

Darah yang telah diperkaya oksigen tadi, kemudian dibawa ke atrium kiri melalui
vena pulmonal. Saat atrium kiri berkontraksi, darah akan diteruskan ke ventrikel kiri
melalui katup mitral. Setelah ventrikel kiri dipenuhi darah, katup mitral akan
menutup untuk mencegah darah kembali ke atrium kiri. Kemudian, ventrikel kiri
akan berkontraksi, dan darah akan dialirkan ke seluruh tubuh melalui katup aorta.
Siklus peredaran darah tersebut akan terus berulang.

2. Patofisiologi
Penurunan curah jantung pada gagal jantung mengaktifkan serangkaian
adaptasi kompensasi yang dimaksudkan untuk mempertahankan homeostasis
kardiovaskuler. Salah satu adaptasi terpenting adalah aktivasi system saraf
simpatik, yang terjadi pada awal gagal jantung. Aktivasi system saraf simpatik
pada gagal jantung disertai dengan penarikan tonus parasimpatis. meskipun

18
gangguan ini dalam kontrol otonom pada awalnya dikaitkan dengan hilangnya
penghambatan masukan dari arteri atau refleks baroreseptor kardiopulmoner,
terdapat bukti bahwa refleks rangsang juga dapat berpartisipasi dalam
ketidakseimbangan otonom yang terjadi pada gagal jantung. dalam kondisi
normal masukan penghambatan dari “tekanan tinggi” sinus karotis dan
baroreceptor arcus aorta dan “tekanan rendah” mechanoreceptor
cardiopulmonary adalah inhibitor utama aliran simpatis, sedangkan debit dari
kemoreseptor perifer nonbaroreflex dan otot “metaboreseptor” adalah input
rangsang utama outflow simpatik. Pada gagal jantung, penghambat masukan
dari baroreseptor dan mekanoreseptor menurun dan rangsangan pemasukan
meningkat, maka ada peningkatan dalam aktivitas saraf simpatik, dengan
hilangnya resultan dari variabilitas denyut jantung dan peningkatan resistensi
pembuluh darah perifer.
Berbeda dengan sistem saraf simpatik, komponen dari sistem renin-
angiotensin diaktifkan beberapa saat kemudian pada gagal jantung. mekanisme
untuk aktivasi RAS dalam gagal jantung mencakup hipoperfusi ginjal,
penurunan natrium terfiltrasi mencapai makula densa di tubulus distal, dan
meningkatnya stimulasi simpatis ginjal, yang menyebabkan peningkatan
pelepasan renin dari aparatus juxtaglomerular. Renin memotong empat asam
amino dari sirkulasi angiotensinogen, yang disintesis dalam hepar, untuk
membentuk angiotensin I. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) memotong
dua asam amino dari angiotensin I untuk membentuk angiotensin II. Mayoritas
(90%) dari aktivitas ACE dalam tubuh terdapat dalam jaringan, sedangkan 10%
sisanya terdapat dalam bentuk terlarut (ikatan non membran) dalam interstitium
jantung dan dinding pembuluh darah. Angiotensin II mengerahkan efeknya
dengan mengikat gabungan dua reseptor G-Protein angiotensin yang disebut
tipe 1 (AT 1) dan angiotensin tipe 2 (AT 2). Reseptor angiotensin yang dominan
dalam pembuluh darah adalah reseptor AT1. Aktivasi reseptor AT1
menyebabkan vasokonstriksi, pertumbuhan sel, sekresi aldosteron, dan
pelepasan katekolamin, sedangkan aktivasi reseptor AT2 menyebabkan
vasodilatasi, penghambatan pertumbuhan sel, natriuresis, dan pelepasan
bradikinin. Angiotensin II memiliki beberapa tindakan penting untuk
mempertahankan sirkulasi homeostasis jangka pendek. Namun, ekspresi
berkepanjangan dari angiotensin II dapat menyebabkan fibrosis jantung, ginjal,

19
dan organ lainnya. Angiotensin II dapat juga memperburuk aktivasi
neurohormonal dengan meningkatkan pelepasan norepinefrin dari ujung saraf
simpatik, serta merangsang zona glomerulosa korteks adrenal untuk
memproduksi aldosteron. Aldosteron menyediakan dukungan jangka pendek ke
dalam sirkulasi dengan melakukan reabsorbsi natrium dalam pertukaran
dengan kalium di tubulus distal. Aldosterone dapat menimbulkan disfungsi sel
endotel, disfungsi baroreseptor, dan menghambat uptake norepinefrin, salah
satu atau semua dari kelainan tersebut dapat memperburuk gagal jantung.
Stimulasi sistem renin-angiotensin-aldosteron menyebabkan peningkatan
konsentrasi renin, angiotensin II plasma, dan aldosteron. Angiotensin II adalah
vasokonstriktor kuat dari ginjal (arteriol eferen) dan sirkulasi sistemik, di mana
ia merangsang pelepasan noradrenalin dari terminal saraf simpatis,
menghambat tonus vagus, dan mempromosikan pelepasan aldosteron. Hal ini
menyebabkan retensi natrium dan air dan peningkatan ekskresi kalium. Selain
itu, angiotensin II memiliki efek penting pada miosit jantung dan dapat
menyebabkan disfungsi endotel yang diamati pada gagal jantung kronis.

3. Klasifikasi Penyakit Jantung

Berikut adalah penjelesan dari klasifikasi penyakit jantung.

a. Diagnosis Normal
Jantung normal merupakan kondisi dimana jantung bekerja secara normal
untuk memompa darah dan menyuplai oksigen keseluruh tubuh.

b. Diagnosis Hypertensive Heart Disease (HHD)


Hypertensive heart disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk
menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle
hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit
jantung kronis, yang disebabkan kerana peningkatan tekanan darah, baik
secara langsung maupun tidak langsung (theHeart.org, 2014).

c. Diagnosis Congestive Heart Failure (CHF)


Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung 7

20
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan
sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen. Hal ini mengakibatkan peregangan
ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk
dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan
menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang singkat
dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa dengan
kuat (Udjianti, 2010).

d. Diagnosis Angina Pectoris


Angina pectoris adalah istilah medis untuk nyeri dada atau ketidaknyamanan
akibat penyakit jantung koroner. Hal itu terjadi ketika otot jantung tidak
mendapat darah sebanyak yang dibutuhkan. Hal ini biasanya terjadi karena
satu atau lebih arteri jantung menyempit atau tersumbat, biasa juga disebut
iskemia (American Heart Association, 2016).

4. Penyebab Penyakit Jantung

Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention, 2015 faktor-faktor


penyebab penyakit jantung adalah sebagai berikut.

a. Diet Tidak Sehat


Diet lemak jenuh, dan kolesterol mengakibatkan penyakit jantung. Selain itu,
terlalu banyak garam (sodium) dalam makanan bisa menaikkan kadar tekanan
darah.

b. Kurang Aktivitas
Tidak cukup aktivitas fisik mengakibatkan penyakit jantung, hal ini juga dapat
meningkatkan kemungkinan memiliki kondisi medis lain yang merupakan faktor
resiko, termasuk obesitas, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes.

c. Obesitas

21
Obesitas adalah kelebihan lemak tubuh. Obesitas dikaitkan dengan kadar
kolesterol dan trigliserida yang lebih tinggi dan menurunkan kadar kolesterol
"baik". Selain penyakit jantung, obesitas juga bisa menyebabkan tekanan darah
tinggi dan diabetes.

d. Alkohol
Konsumsi alkohol bisa menaikkan kadar tekanan darah dan beresiko terkena
penyakit jantung. Ini juga meningkatkan kadar trigliserida, suatu bentuk
kolesterol, yang bisa mengeraskan arteri.

e. Merokok
Merokok dapat merusak jantung dan pembuluh darah, yang meningkatkan
resiko kondisi jantung seperti aterosklerosis dan serangan jantung. Selain itu,
nikotin meningkatkan tekanan darah, dan karbon monoksida mengurangi
jumlah oksigen yang dibawa oleh darah. Paparan asap rokok orang lain dapat
meningkatkan resiko penyakit jantung bahkan untuk bukan perokok.

f. Tekanan darah tinggi


Tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko utama penyakit jantung. Ini
adalah kondisi medis yang terjadi saat tekanan darah di arteri dan pembuluh
darah lainnya terlalu tinggi. Tekanan darah tinggi sering disebut "silent killer"
karena banyak orang tidak memperhatikan gejala sinyal darah tinggi.
Menurunkan tekanan darah dengan perubahan gaya hidup atau dengan
pengobatan bisa mengurangi resiko penyakit jantung dan serangan jantung.

g. Diabetes
Diabetes mellitus juga meningkatkan resiko penyakit jantung. Tubuh
membutuhkan glukosa (gula) untuk energi. Insulin adalah hormon yang dibuat
di pankreas yang membantu memindahkan glukosa dari makanan yang ke sel
tubuh. Jika menderita diabetes, tubuh tidak cukup membuat insulin, tidak dapat
menggunakan insulin sendiri dengan baik. Diabetes menyebabkan gula
terbentuk di dalam darah. Resiko kematian akibat penyakit jantung bagi orang

22
dewasa dengan diabetes adalah dua sampai empat kali lebih tinggi daripada
orang dewasa yang tidak menderita diabetes.

h. Genetika dan Riwayat Keluarga


Faktor genetik kemungkinan berperan dalam tekanan darah tinggi, penyakit
jantung, dan kondisi terkait lainnya. Namun, kemungkinan juga bahwa orang-
orang dengan riwayat penyakit jantung keluarga memiliki lingkungan yang
sama dan faktor potensial lainnya yang meningkatkan resikonya. Resiko
penyakit jantung bisa meningkat bahkan lebih bila faktor keturunan
dikombinasikan dengan pilihan gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok
dan makan makanan yang tidak sehat.

i. Usia
Resiko penyakit jantung meningkat seiring bertambahnya usia.

j. Ras atau etnisitas


Pada tahun 2013 penyakit jantung adalah penyebab utama kematian di
Amerika Serikat untuk kulit putih non-Hispanik, kulit hitam non-Hispanik, dan
Indian Amerika. Bagi orang Hispanik, dan orang Amerika Asia dan Kepulauan
Pasifik, penyakit jantung adalah yang kedua setelah kanker sebagai penyebab
kematian.

5. Tanda dan Gejala Penyakit Jantung

Gejala penyakit jantung sangat beragam, tergantung kepada jenis kondisi yang
dialami. Sejumlah gejala yang dapat muncul pada penyakit jantung, antara lain:

 Nyeri dada terasa seperti tertindih.


 Nyeri di leher, rahang, tenggorokan, punggung, dan lengan.
 Jantung berdebar atau detak jantung malah melambat.
 Perubahan pada irama jantung.
 Sesak napas.
 Batuk kering yang tidak membaik.
 Mudah lelah saat beraktivitas.

23
 Tangan dan kaki terasa dingin.
 Sianosis atau warna kulit yang membiru.
 Pembengkakan pada tungkai, lengan, perut, atau sekitar mata.
 Pusing.
 Pingsan atau terasa ingin pingsan.
 Demam.
 Ruam kulit.

6. Jenis Diet Penyakit Jantung


 Diet Jantung 1
Diet Jantung 1 diberikan pada pasien penyakit jantung akut seperti Myocard
Infarct (MCI) atau Dekompensasio Kordis berat. Diet diberikan berupa 1-1,5
liter cairan/hari selama 1-2 hari pertama bila pasien dapat menerimanya.
Diet ini sangat renadh energi dan semua zat gizi, sehingga sebaiknya hanya
diberikan selama 1-3 hari.
 Diet Jantung 2
Diet Jantung 2 diberikan dalam bentuk Makanan Saring atau Lunak. Diet
diberikan sebagai perpindahan dari Diet Jantung 1, atau setelah fase akut
dapat diatasi. Jika disetai hipertensi dan atau edema, diberikan sebagai Diet
Jantung 2 Garam Rendah Diet ini rendah energi, protein, kalsium, dan
tiamin.
 Diet Jantung 3
Diet Jantung 3 diberikan dalam bentuk Makanan Lunak atau Biasa. Diet
diberikan sebagai perpindahan dari Diet Jantung 2 atau kepada pasien
jantung dengan kondisi yang tidak terlalu berat. Jika disertai hipertensi dan
atau edema, diberikan sebagai Diet Jantung 3 Garam Rendah. Diet Jantung
3 Garam Rendah. Diet ini rendah energi dan kalsium, tetapi cukup zat gizi
lain,
 Diet Jantung 4
Diet Jantung 4 diberikan dalam bentuk Makanan Biasa. Diet diberikan
sebagai perpindahan dari Diet Jantung 3 atau kepada pasien jantung
dengan keadaan ringan. Jika disertai hipertensi dan atau edema, diberikan

24
sebagai Diet Jantung 4 Garam Rendah. Diet ini cukup energi dan zat gizi
lain, kecuali kalsium.

7. Bahan Makanan yang Dianjurkan bagi Penderita Jantung


Asupan karbohidrat, protein, dan lemak harus selalu ada di dalam makanan
harian untuk penderita jantung. Namun, penting untuk diingat jika penyakit
jantung erat kaitannya dengan berbagai penyakit lain, seperti penyakit ginjal,
diabetes, dan tekanan darah tinggi (hipertensi). Otomatis, pemilihan
makanannya pun tidak boleh sembarangan.
Dengan kata lain, sebaiknya sesuaikan kembali apakah terdapat faktor risiko
lain di samping penyakit jantung. Nah, untuk sumber karbohidrat bisa Anda
penuhi dari makanan yang kaya akan serat, vitamin, serta mineral di dalamnya.
Sedangkan untuk lemak, carilah sumber makanan yang baik untuk menunjang
kesehatan jantung. Misalnya buah alpukat, minyak zaitun, ikan laut, kacang
almond, kacang kenari (walnut), kacang merah, kacang hijau, biji-bijian, serta
minyak ikan.
Bagi Anda yang memiliki penyakit jantung, sebenarnya tidak ada anjuran
minuman khusus. Hanya saja, aturannya mungkin akan sedikit berbeda jika
Anda mengalami gagal jantung yang kerap disertai dengan pembengkakan
pada jantung, tangan, dan kaki. Dalam hal ini, jumlah minuman yang
dikonsumsi setiap harinya harus disesuaikan lagi dengan kondisi tubuh dan
kesehatan pasien.
Sebaliknya, hindari sumber makanan yang memang berbahaya untuk kondisi
jantung Anda. Jeroan, kulit ayam, dan lemak pada daging sapi merupakan
sumber makanan dengan kandungan lemak jenuh yang tinggi. Kesemua
makanan tersebut yang sebaiknya dihindari atau tidak boleh dimakan sama
sekali oleh penderita jantung.
Selain itu, aturan makanan untuk penderita jantung juga sebaiknya mengurangi
konsumsi makanan dan minuman kemasan yang biasanya memiliki kandungan
gula, garam, dan pengawet yang tinggi. Pasalnya, berbagai makanan dan
minuman tersebut umumnya mampu menaikkan tekanan darah, sehingga
nantinya berpengaruh terhadap fungsi jantung.

8. Bahan Makanan yang Dihindari bagi Penderita Jantung

25
Pasien jantung harus cermat memilih makanan. Para ahli gizi menyarankan
pasien jantung untuk mengonsumsi makanan yang sehat untuk meringankan
kerja jantung. Pasien jantung biasanya perlu menjalani diet khusus agar
makanan yang dikonsumsi tidak memberatkan kerja jantung.
Ahli gizi biasanya akan menyarankan untuk makan lebih banyak ikan karena
merupakan sumber protein dan kaya akan asam lemak omega 3 yang baik
untuk jantung. Asam lemak omega 3 berperan mengurangi risiko terkena
serangan jantung dan stroke.
- Makanan cepat saji
- Daging olahan
- Makanan yang digoreng
- Permen
- Margarin
- Pizza
- Soda

26
2.3.1 Kasus Gagal Jantung

Ny.AM berusia 64 th seorang ibu rumah tangga, pasien tinggal dengan suami dan tiga
orang anak, berat badan 68 kg dan tinggi badan 150 cm. Datang ke puskesmas
tanggal 13 februari 2020 dengan keluhan sesak nafas, mual, muntah, kehilangan nafsu
makan. Pasien sendiri tidak memiliki riwayat penyakit dan tidak ada memiliki riwayat
penyakit keluarga. Pasien dalam kondisi sadar, Pasien tidak memiliki alergi terhadap
makanan dan suka makan makanan yang digoreng dan berlemak, hasil recall pasien:
Pagi : Nasi kuning ½ bks dengan lauk telur bumbu merah, teh manis 1 gelas kecil,
Siang: Nasi putih 2 ctg, ikan patin goreng, sayur asem 2 sdm, air putih 1 gelas, Malam:
Nasi putih 1 ctg dikasih kecap manis, ayam goreng 1 ptg, tempe goreng 1 ptg, air putih
1 gelas.

Dengan hasil pemeriksaan sebagai berikut:

- Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Respirasi : 24x/menit
Nadi : 100x/menit
Suhu : 37ºc
- Pemeriksaan Biokimia
Hemoglobin : 9,2 gr/dl
Kolesterol : 180 mg/dl
Trigliserida : 95 mg/dl

27
2.3.2 Gagal Jantung

SKRINNING PASIEN DEWASA


Nama/No.RM :
Tanggal Lahir :
Tanggal Skrinning : 13 Februari 2020
Ruang Skrinning : Puskesmas Sungai Besar
Parameter Skor
1. Apakah pasien mengalami penurunan BB
yang tidak direncanakan/tidak diinginkan
dalam 6 bulan terakhir
a. Tidak ada penurunan BB 0
b. Tidak yakin ada tanda baju menjadi 2
longgar
c. Jika ya, berapa penurunan BB tersebut
 1-5 kg 1
 6-10 kg 2
 11-15 kg 3
 >15 kg 4
 Tidak tahu berapa kg 2
penurunannya
2. Apakah asupan makan pasien berkurang
karena penurunan nafsu makan/kesulitan
menerima makanan ?
a. Tidak 0
b. Ya 1
3. Pasien dengan diagnosis kasus/kondisi 2
kasus (Diabetes Mellitus)
Total Skor 3
Di Rujuk ke Ahli Gizi Tidak ( ) Ya( √ )
 Skor 0-1 : Risiko Malnutrisi Ringan
 Skor 2-3 : Risiko Malnutrisi Sedang
 Skor 4-5 : Risiko Malnutrisi Tinggi

Kesimpulan :
Total skor ≤ 2 : dilakukan asuhan gizi diet umum (standar makanan umum RS)
Total skor ≥ 2 : dilakukan asuhan gizi diet khusus (standar makanan khusus
RS)
Dilengkapi dalam 24 jam pertama pasien masuk ruang rawat

28
2.3.3 Formulir Recall Pasien Gagal Jantung

Formulir Recall 24 jam

Nama Responden : Ny. AM Tanggal Pelaksanaan : 13-02-2020

Berat Asupan Zat Gizi


Waktu Menu Bahan
URT Gr E P L KH
makan Makanan
am (kkal) (gr) (gr) (gr)
Makan Nasi kuning Nasi putih 2 ctg 10 130 2.4 0.2 28,6
Pagi Santan 100 ml 0 71 0.7 6.7 3.0
Telur bumbu Telur ayam 5 sdm 10 149.3 14.3 5.8 12.8
merah Tomat masak ½ bh 0 3.2 0.1 0 0.7
Gula merah 2 sdm 75 50.3 0 0 13
Cabe merah 3 bh 15 4.1 0.2 0 0.9
Cabe rawit 2 bh 20 15.9 0.6 0.9 2.8
Minyak 1 sdm 15 43.1 0 5.0 0
Teh manis 1 gls 5 12.9 0 0 3.2
kecil 5
10
0
Selinga
n
Makan Nasi putih Nasi putih 2 ctg 10 130 2.4 0.2 28.6
Siang Patin goreng Ikan patin 1 ptg 0 64 5.2 4.8 0
Sayur asem - 1 sdm 40 14.7 0.5 0.8 1.7
1 gls 30
Air putih
20
0
Selinga
n
Makan Nasi putih Nasi putih 2 ctg 10 130 2.4 0.2 28.6
Malam Ayam goreng Daging ayam 1 ptg 0 132.8 `10.5 9.2 1.5
Tempe goreng Tempe 1 ptg 40 88.5 4.3 6.7 3.8
Kecap manis Kecap 1 sdm 25 9.0 1.6 0 0.8
Air putih 15
TOTAL 1.008,2 37.9 40.7 123
Pewawancara : Maulana Rizaldi

29
2.3.4 Formulir Asuhan Gizi Pasien Gagal Jantung

FORMULIR ASUHAN GIZI

Nama : Ny.AM Jenis Kelamin : Usia : 64 th


Perempuan
Diagnosis Medis : Gagal Jantung
ASSESMEN / PENGKAJIAN GIZI
Antropometri: 𝐵𝐵(𝑘𝑔) 68
IMT(kg/m2) :𝑇𝐵 (𝑚)2 : 1,50 ² = 30,22 kg/m2
Berat Badan (kg) : 68 kg
Tinggi Badan (cm) : 150 cm (N: 18-25 kg/m2)
BBI : (TB – 100) x 10% (TB – 100)
: (150 – 100) x 10% (150 – 100) Kesimpulan:berdasarkan data
: 45 kg antropometri,IMT 30,22 kg/m2 dapat
diketahui bahwa status gizi pasien berat
badan lebih.
Biokimia : Hemoglobin = 9,2 gr/dl (N : 13,5 – 17,5 gr/dl)
Kolesterol = 180 mg/dl (N : <200 mg/dl)
Trigliserida = 95 mg/dl (N : 40-155 mg/dl)
Kesimpulan : Berdasarkan hasil biokimia kadar hb pasien rendah, dan untuk kadar
kolesterol dan trigliserida normal
Klinik/Fisik :
Kesan Umum : Sadar, lemas, gemuk
TD : 140/90 mmHg (N : 120/80mmHg)
Respirasi : 24x/menit (N : 20-24x/menit)
Nadi : 100x/menit (N : 90-110x/menit)
Suhu : 37ºc (N : 36-37ºc)
Kesimpulan : berdasarkan hasil data klinik/fisik pasien tekanan darah 140/90 mmHg
dapat diketahui bahwa pasien mengalami hipertensi.
RiwayatGizi :
PolaMakan : Pasien 3x makan utama tanpa selingan
Dengan hasil recall makan sehari sbb :
Pagi : Nasi kuning 2 ctg, telor bumbu merah 1 biji, teh manis 1 gls kecil
Snack : -
Siang : Nasi putih 2 ctg, patin goreng 1 ptg, sayur asem 1 sendok makan, air putih 1
gelas
Snack : -
Malam : Nasi putih 2 ctg pakai kecap, ayam goreng 1 ptg, tempe goreng 1 ptg,
Hasil Recall Kebutuhan

Energi : 1.008,2 Kkal Energi : 1.663,22 Kkal

Protein : 37,9 Gr Protein : 62,37 Gr

Lemak : 40,7 Gr 36,96 Gr


Lemak :

123 Gr 270 Gr
Karbohidrat : Karbohidrat :

Kesimpulan : berdasarkan data asupan pasien %asupan energi : 60% (defisit),

30
protein : 60% (defisit), lemak: 110% (baik), KH : 45% (defisit).
Kurang : 70 – 80
Cukup : 80 – 100%
Baik : 100 – 110%
Lebih :>110%
(Kemenkes,2013)
Riwayat Personal : Pasien dalam keadaan sadar, dengan keluhan sesak nafas,
mual, muntah dan kehilangan nafsu makan, pasien dan keluarga tidak memiliki
riwayat penyakit, pasien tidak memiliki alergi makanan, pasien tinggal bersama
seorang suami dan tiga orang anak.
DIAGNOSIS / MASALAH GIZI

Intake :
NI-2.1 kekurangan intake makanan dan minuman oral berkaitan dengan kurangnya
pengetahuan terhadap kecukupan kebutuhan makanan dan minuman oral ditandai
dengan persentase asupan energi 60% (Defisit), protein 60% (Defisit), Karbohidrat
45% (Defisit)
Clinic :
NC-1.4 perubahan fungsi gastrointestinal yang berkaitan dengan gejala penyakit
jantung yang ditandai dengan sesak nafas, mual, muntah dan kehilangan nafsu
makan
NC-3.3 berat badan lebih/overweight berkaitan dengan aktifitas fisik kurang ditandai
dengan IMT >27 kg/m² yaitu 30,22 kg/m² (kelebihan berat badan tingkat berat)
Behaviour :
NB-1.2 Sikap yang salah mengenai makanan berkaitan dengan kebiasaan makanan
yang salah ditandai dengan pasien suka mengonsumsi makanan yang digoreng dan
berlemak

INTERVENSI GIZI
A. Tujuan Intervensi :
 Mencapai status gizi normal
 Mencapai berat badan ideal/normal
 Memberikan asupan makan sesuai dengan kebutuhan tanpa membebani
kerja jantung
 Meningkatkan motivasi pasien untuk dapat menjalankan pola hidup sehat
 Mencapai kadar hb menjadi normal
 Mencapai tekanan darah menjadi normal

B. Syarat atau Prinsip Diet


 Diberikan asupan sesuai dengan kebutuhan
 Energi sesuai kebutuhan yaitu 1.663,22 kkal. Bila berat badan
lebih/kegemukan asupan energi sehat dikurangi secara bertahap
sebanyak 500 kkal dari kebutuhan energi normal hingga tercapai berat
badan normal
 Protein cukup yaitu 15% dari kebutuhan total yaitu 62,37 gr
 Lemak sedang yaitu 20% dari kebutuhan total yaitu 36,96 gr
 Karbohidrat cukup yaitu 65% dari kebutuhan total yaitu 270 gr
 Vitamin dan mineral cukup
 Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas

31
 Serat cukup untuk menghindari konstipasi
 Cairan cukup, ± 2L/hari sesuai kebutuhan
 Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit diberikan dalam
porsi kecil
 Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan
tambahan berupa makanan enteral, parenteral, atau suplemen gizi

C. Perhitungan
4. BEE = 655,1 + (9,55 x BB) + (1,85 x TB) – (4,65 x usia)
= 655,1 + (9,55 x 68) + (1,85 x 150) - (6,8 x 64)
= 655,1 + 649,4 + 277,5 – 279,6
= 1.279,4
5. FA = 1,3
6. TEE = BEE + FA
= 1.279,4 + 1,3
= 1.663,22 Kkal
4. P = 15 % x 1.663,22 : 4 = 62,37 Gr
5. L = 20% x 1.663,22 : 9 = 36,96 Gr
6. KH = 65% x 1.663,22 : 4 = 270 Gr

D. Konseling Gizi
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Waktu :  15 menit
Tempat : PKM Sungai Besar
Tujuan :
 Memberikan pengetahuan terkait kebutuhan gizi sehari
 Memberikan informasi tentang penyakit jantung dan diet jantung 3
 Memberikan pengetahuan tentang makanan yang dianjurkan dan
dibatasi
 Memperbaiki pola makan yang salah menuju lebih baik
Materi :
 Penyakit jantung dan diet jantung 3
 Makanan yang dianjurkan dan dibatasi
 Pedoman gizi seimbang
 Isi piringku

Metode : Menggunakan leafleat diskusi dan tanya jawab


Evaluasi :Pasien memahami materi yang telah disampaikan dengan
pasien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan setelah
dilakukan penyuluhan

E. Koordinasi dengan tim asuhan gizi


Tidak ada koordinasi dengan tim asuhan gizi

32
MONITORING DAN EVALUASI

DIAGNOSIS ANTROPOMETR BIOKIMIA FISIK/ ASUPAN DIAGNOSIS GIZI EVALUASI / TANDAK


MEDIS I kLINIK LANJUT
BB : 68 KG Hemoglobin TD E :1.008,2 Intake : 1. Memberikan asupan
Gagal TB: 150 CM = 9,2 gr/dl :140/90 kkal NI-2.1 kekurangan intake makanan zat gizi sesuai
Jantung IMT : 30,22 Kg/m2 (N : 13,5 – mmHg dan minuman oral berkaitan dengan kebutuhan
BBI : 45 kg 17,5 gr/dl) (N:120/80 P : 37,9 kurangnya pengetahuan terhadap E :1.663,22 Kkal
mmHg) gr kecukupan kebutuhan makanan dan P : 62,37 gr
Kolesterol minuman oral ditandai dengan L : 36,96 gr
= 180 mg/dl Respirasi: L : 40,7 gr persentase asupan energi 60% KH : 270 gr
(N : <200 24x/menit (Defisit), protein 60% (Defisit),
mg/dl) (N:20- Kh : 123 Karbohidrat 45% (Defisit) 2. Memberikan edukasi/
24x/menit) gr Konsultasi Gizi tentang
Trigliserida Clinic : makanan yang
= 95 mg/dl Nadi: NC-1.4 Perubahan fungsi dianjurkan dan tidak
(N : 40-155 100x/meni gastrointestinal yang berkaitan dengan dianjurkan juga
mg/dl) t (N:90- gejala penyakit jantung yang ditandai mengenai
110x/meni dengan sesak nafas, mual, muntah,
t) kehilangan nafsu makan
NC-3.3 berat badan lebih/overweight
Suhu: berkaitan dengan aktifitasi fisik kurang
37ºc (N : ditandai dengan IMT >27 kg/m² yaitu
36-37ºc) 30,22 kg/m² (kelebihan berat badan
tingkat berat)

Behaviour :
NB-1.2 Sikap yang salah mengenai
makanan berkaitan dengan kebiasaan
makanan yang salah ditandai dengan

33
pasien suka mengonsumsi makanan
yang digoreng dan berlemak

34
2.4 Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

1. Pengertian Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)


Secara definisi penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dapat
disebut sebagai penyakit kronis progresif pada paru yang ditandai oleh
adanya hambatan atau sumbatan aliran udara yang bersifat irreversible
atau reversible sebagian dan menimbulkan konsekuensi ekstrapulmoner
bermakna yang berkontribusi terhadap tingkat keparahan pasien.1 PPOK
biasanya berhubungan dengan respons inflamasi abnormal paru terhadap
partikel berbahaya dalam udara. PPOK merupakan suatu penyakit
multikomponen yang dicirikan oleh terjadinya hipersekresi mukus,
penyempitan jalan napas, dan kerusakan alveoli paru-paru. Penyakit
tersebut bisa merupakan kondisi terkait bronkitis kronis, emfisema, atau
gabungan keduanya.3 Pada PPOK, seringkali ditemukan bronkitis kronik
dan emfisema bersama, meskipun keduanya memiliki proses yang
berbeda. Akan tetapi menurut PDPI 2010, bronkitis kronik dan emfisema
tidak dimasukkan definisi PPOK, karena bronkitis kronik merupakan
diagnosis klinis, sedangkan emfisema merupakan diagnosis patologi.
Bronkitis kronis adalah kelainan saluran pernafasan yang ditandai oleh
batuk kronis yang menimbulkan dahak selama minimal 3 bulan dalam
setahun, sekurangkurangnya dua tahun berturut-turut dan tidak
disebabkan oleh penyakit lainnya.
Emfisema adalah kelainan anatomis paru yang ditandai oleh
pelebaran rongga udara distal pada bronkiolus terminal, disertai dengan
kerusakan dinding alveolus.1,4 Tidak jarang penderita bronkitis kronik
juga memperlihatkan tanda-tanda emfisema, termasuk penderita asma
persisten berat dengan obstruksi jalan napas yang tidak reversibel penuh,
dan memenuhi kriteria PPOK.
2. Patofisiologi Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Hambatan aliran udara yang progresif memburuk merupakan
perubahan fisiologi utama pada PPOK yang disebabkan perubahan
saluran nafas secara anatomi di bagian proksimal, perifer, parenkim dan
vaskularisasi paru dikarenakan adanya suatu proses peradangan atau
inflamasi yang kronik dan perubahan struktural pada paru. Dalam

35
keadaan normal, radikal bebas dan antioksidan berada dalam keadaan
dan jumlah yang seimbang, sehingga bila terjadi perubahan pada kondisi
dan jumlah ini maka akan menyebabkan kerusakan di paru. Radikal
bebas mempunyai peranan besar menimbulkan kerusakan sel dan
menjadi dasar dari berbagai macam penyakit paru. Pajanan terhadap
faktor pencetus PPOK yaitu partikel noxius yang terhirup bersama
dengan udara akan memasuki saluran pernapasan dan mengendap
hingga terakumulasi. Partikel tersebut mengendap pada lapisan mukus
yang melapisi mukosa bronkus sehingga menghambat aktivitas silia.
Akibatnya pergerakan cairan yang melapisi mukosa berkurang dan
menimbulkan iritasi pada sel mukosa sehingga merangsang kelenjar
mukosa, kelenjar mukosa akan melebar dan terjadi hiperplasia sel goblet
sampai produksi mukus berlebih. Produksi mukus yang berlebihan
menimbulkan infeksi serta menghambat proses penyembuhan, keadaan
ini merupakan suatu siklus yang menyebabkan terjadinya hipersekresi
mukus. Manifestasi klinis yang terjadi adalah batuk kronis yang produktif.
Dampak lain yang ditimbulkan partikel tersebut dapat berupa rusaknya
dinding alveolus. Kerusakan yang terjadi berupa perforasi alveolus yang
kemudian mengakibatkan bersatunya alveoulus satu dan yang lain
membentuk abnormal largeairspace. Selain itu terjadinya modifikasi
fungsi anti-protease pada saluran pernafasan yang berfungsi untuk
menghambat neutrofil, menyebabkan timbulnya kerusakan jaringan
interstitial alveolus. Seiring terus berlangsungnya iritasi di saluran
pernafasan maka akan terjadi erosi epitel serta pembentukan jaringan
parut. Akan timbul juga metaplasia skuamosa dan penebalan lapisan
skuamosa yang menimbulkan stenosis dan obstruksi ireversibel dari
saluran nafas. Walaupun tidak menonjol seperti pada asma, pada PPOK
juga dapat terjadi hipertrofi otot polos dan hiperaktivitas bronkus yang
menyebabkan gangguan sirkulasi udara.6 7 Pada bronkitis kronik
terdapat pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel goblet,
inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi akibat fibrosis.
Pada emfisema ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus
terminal, disertai kerusakan dinding alveoli yang menyebabkan
berkurangnya daya regang elastis paru. Terdapat dua jenis emfisema
yang relevan terhadap PPOK, yaitu emfisema pan-asinar dan emfisema

36
sentri-asinar. Pada jenis pan-asinar kerusakan asinar bersifat difus dan
dihubungkan dengan proses penuaan serta pengurangan luas
permukaan alveolus. Pada jenis sentri-asinar kelainan terjadi pada
bronkiolus dan daerah perifer asinar, yang erat hubungannya dengan
asap rokok.1,4,
3. Klasifikasi PPOK
Derajat I : PPOK Ringan Gejala batuk kronik dan produksi sputum ada
tetapi tidak sering. Pada derajat ini pasien sering tidak menyadari bahwa
faal paru mulai menurun
Derajat II : PPOK Sedang Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas
dan kadang ditemukan gejala batuk dan produksi sputum.
Derajat III : PPOK Berat Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas,
rasa lelah dan serangan eksasernasi semakin sering dan berdampak
pada kualitas hidup pasien.
Derajat IV : PPOK Sangat Berat Gejala di atas ditambah tanda-tanda
gagal napas atau gagal jantung kanan dan ketergantungan oksigen.
4. Penyebab PPOK
 Rokok.
Pajanan asap rokok pada perokok aktif maupun pasif merupakan faktor
utama yang dapat memicu PPOK, serta sejumlah penyakit pernapasan
lainnya. Bahan kimia berbahaya dalam rokok dapat merusak lapisan
paru-paru dan jalan napas. Diperkirakan, sekitar 20-30 persen perokok
aktif menderita PPOK. Menghentikan kebiasaan merokok dapat
mencegah kondisi PPOK bertambah parah.
 Polusi udara
Misalnya asap kendaraan bermotor, debu, atau bahan kimia. Polusi udara
dapat menggangggu kerja paru-paru dan meningkatkan risiko penyakit
paru obstruktif kronis.
 Usia
PPOK akan berkembang secara perlahan selama bertahun-tahun. Gejala
penyakit umumnya muncul di usia 40 tahunan.
 Penyakit asma
Penderita penyakit asma, terutama yang merokok, rentan mengalami
penyakit paru obstruktif kronis.
 Faktor keturunan

37
Jika memiliki anggota keluarga yang menderita PPOK, Anda juga
memiliki risiko untuk terkena penyakit yang sama. Selain itu, adanya
defisensi antitripsin alfa-1 juga dapat meningkatkan risiko
terjadinya PPOK. Antitripsin alfa-1 adalah zat yang melindungi paru-paru.
Defisiensi antitripsin alfa-1 dapat bermula pada usia di bawah 35 tahun,
terutama jika penderita gangguan ini juga merokok.
5. Tanda dan Gejala Klinis PPOK

Gejala PPOK awal sering kali tidak mudah untuk dikenali karena gejala
yang muncul adalah gejala ringan. Karena penyakit ini merupakan
penyakit progresif, gejala baru bisa menganggu apabila penyakit PPOK
telah bersarang di dalam tubuh.Ketika PPOK Anda telah mengalami
perkembangan selama bertahun-tahun, kondisi itu pada akhirnya akan
memengaruhi kualitas hidup dan aktivitas Anda sehari-hari. Disaat inilah
biasanya seseorang baru menyadari bahwa ada masalah penyakit paru
obstruktif kronik Gejala-gejala penyakit paru obstruktif kronik ini akan
muncul ketika sudah terjadi kerusakan yang signifikan pada paru-paru,
umumnya bertahun-tahun setelah paparan. Pengidap PPOK sering tidak
menyadari adanya penyakit ini. Karena itu, pengidapnya sering tidak
menyadari mengidap penyakit ini. Berikut ini adalah ciri ciri PPOK yang
bisa dikenali, di antaranya:
 Batuk berdahak yang tidak kunjung sembuh.
 Makin sering sesak napas dan tersengal-sengal, bahkan saat
melakukan aktivitas fisik yang ringan seperti memasak atau
mengenakan pakaian.
 Mengi atau napas sesak dan berbunyi.
 Nyeri dada.
 Lemas.
 Sering mengalami infeksi paru.
 Penurunan berat badan.

6. Jenis diet PPOK


1. Tambahkan protein ke dalam diet
Protein sangat penting untuk melindungi tubuh dari infeksi dengan
menghasilkan antibodi. Saat Anda tidak makan cukup protein, paru-paru
Anda bisa tidak mampu untuk melindungi diri dari infeksi. Sumber protein

38
terbaik adalah yang berasal dari daging, ikan, telur, unggas, kacang-
kacangan dan produk susu.

2. Pertahankan berat badan sehat


Anda harus berkonsultasi pada dokter atau ahli gizi menyangkut tujuan
berat yang tepat dan jumlah kalori yang tepat bagi Anda. Saat Anda
kelebihan berat badan, paru-paru Anda perlu bekerja jauh lebih keras
untuk memenuhi kebutuhan oksigen bagi tubuh. Perencanaan diet yang
tepat, disertai dengan olahraga teratur, dapat membantu Anda mencapai
tujuan berat badan sehat.

3. Minum banyak cairan


Anda harus menargetkan untuk minum minimal 6 sampai 8 ons gelas
sehari. Dengan minum lebih banyak cairan, Anda bisa membuat lendir
tetap encer dan mudah untuk dibatukkan. Anda harus memilih cairan
tanpa kafein dan tanpa karbonasi. Air putih tetaplah yang terbaik!

4. Makan porsi kecil dengan lebih sering


Ini akan membantu mencegah lambung Anda melebar, sehingga tekanan
pada paru-paru menjadi berkurang dan mudah bagi Anda untuk
bernapas. Satu tanda untuk mengetahui bahwa perut memengaruhi
pernapasan adalah jika Anda mengalami kesulitan bernapas selama
makan atau tepat setelah makan.

5. Bersihkan saluran napas minimal 1 jam sebelum makan


Ini akan membantu Anda bernapas dengan lebih mudah selama makan.

6. Makan dengan perlahan sembari duduk tegak


Ini akan membantu Anda mencerna makanan dan bernapas dengan lebih
mudah selama makan.

7. Bahan Makanan Yang Dianjurkan bagi Penderita PPOK


1. Biji-bijian utuh:
Penderita penyakit ini harus mengonsumsi makanan berserat tinggi
dengan biji-bijian dan bukan karbohidrat olahan seperti roti putih. Dengan
mengonsumsi makanan kaya karbohidrat, ini dapat meningkatkan produksi

39
karbon dioksida dan paru-paru akan ditugaskan menghembuskan karbon
dioksida. Gantilah dengan jenis biji-bijian.
2. Susu Rendah Lemak:
Susu rendah lemak menawarkan protein, kalsium, vitamin D dan beberapa
lemak untuk memenuhi kebutuhan kalori untuk melewati hari. Dianjurkan
agar pasien COPD mengkonsumsi ini setiap hari untuk memenuhi
kebutuhan energinya.
3. Lemak sehat:
Pastikan untuk menambahkan lemak sehat ke makanan penderita PPOK.
Makanan yang mengandung lemak sehat ditemukan dalam kacang-
kacangan, telur, minyak zaitun, alpukat dan ikan air dingin berlemak.
4. Buah dan Sayuran:
Buah dan sayuran adalah suatu keharusan untuk diet sehat untuk
penderita masalah pernapasan. Makanan berserat tinggi ini memberi Anda
nutrisi penting, termasuk vitamin A, mineral dan antioksidan peradangan.
5. Kacang:
Kacang kaya akan Zinc, yang merupakan mineral penting untuk diet
PPOK. Penelitian menunjukkan bahwa mendapatkan Zinc yang cukup
akan membantu memperbaiki gejala PPOK. Selain itu, Anda harus
mengonsumsi makanan sehat berkalori tinggi seperti kacang dan mentega
kacang.
6. Makanan Kaya Protein:
Banyak orang dengan PPOK memiliki kekurangan protein dan bahkan
mungkin tidak mengetahuinya. Kurangnya protein dapat menyebabkan
hilangnya otot juga dikenal sebagai pemborosan otot, karena tubuh
mendapatkan proteinnya sendiri dari dalam tubuh.
7. Vitamin D:
Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan PPOK dan memperburuk
gejala COPD. Anda perlu memilih makanan yang mengandung Vitamin D
seperti ikan berlemak seperti salmon, mackerel dan tuna.
8. Hidrasi:
Kesulitan bernafas yang terkait dengan PPOK dapat membuat Anda
mengalami dehidrasi. Tetap terhidrasi dengan baik akan membantu
melonggarkan dahak, membuat lendir lebih mudah dikeluarkan.

40
9. Konsumsi Cemilan di Waktu Tertentu:
Anda perlu mendapatkan makanan berkalori tinggi dan berserat tinggi
sepanjang hari. Jadi, usahakan untuk mengonsumsi cemilan untuk
mendapatkan nutrisi yang Anda butuhkan, tanpa membebani paru-paru
Anda.

8. Bahan Makanan Yang Dihindari Penderita PPOK

1. Nitrat bisa memperburuk gejala PPOK


Nitrat tidaklah baik untuk diet sehat, bukan hanya bagi pasien PPOK
tetapi juga bagi semua orang. Sebuah studi yang dipublikasikan
di European Respiratory Journal menunjukkan bahwa nitrat dapat
memperburuk gejala PPOK dan memicu flare-up (episode di mana gejala
menjadi lebih buruk). Studi terbaru menunjukkan bahwa nitrat bahkan
dapat menyebabkan PPOK. Bacon, daging potong olahan, ham dan hot
dog, semua mengandung nitrat dan harus dihindari jika Anda menderita
PPOK.

2. Terlalu banyak garam bisa membuat bernapas menjadi lebih sulit


Jangan lagi mengonsumsi garam jika Anda menderita PPOK! Garam dan
makanan asin dapat menyebabkan tubuh menahan air. Cairan ini
memberi tekanan pada paru-paru, sehingga membuat Anda sulit untuk
bernapas. Anda bisa menggunakan pengganti garam, tetapi para ilmuwan
dan ahli gizi mengatakan bahwa beberapa pengganti garam bisa
mengandung kalium yang tinggi, yang dapat berinteraksi dengan
beberapa obat yang Anda gunakan.

3. Susu dan produk susu bisa meningkatkan produksi lendir


Meskipun bisa memasok kalsium untuk memperkuat tulang, susu bisa
meningkatkan produksi lendir di paru-paru. Menurut sebuah penelitian,
senyawa dalam susu yang disebut casomophin dapat menyebabkan
peningkatan produksi lendir atau membuat dahak menebal. Dengan
PPOK, sistem pernapasan kita terganggu dan tidak mampu mengangkut
lendir melalui jaringan seefisien yang seharusnya. Hal ini akan
menyebabkan batuk dan sulit bernapas.

41
Jika Anda mengalami lebih banyak produksi dahak atau dahak yang
tebal, Anda harus membatasi jumlah susu dalam diet Anda. Ini termasuk
apapun yang terbuat dari susu, seperti yogurt, es krim, keju, mentega,
dan buttermilk.

4. Beberapa sayuran bisa menyebabkan sulit bernapas


Biasanya, sayuran hasil silangan akan direkomendasikan bagi siapapun
karena kandungan seratnya yang tinggi. Satu kelemahan dari jenis
sayuran ini adalah dapat menyebabkan gas dan kembung di lambung. Ini
kemudian akan menekan paru-paru dan menyebabkan penderita PPOK
menjadi lebih sulit bernapas.
Temukan apa yang sesuai bagi Anda. Anda mungkin tidak harus
sepenuhnya menghindari sayuran silang. Anda hanya harus membatasi
dan makan dalam jumlah cukup. Beberapa sayuran yang harus Anda
hindari adalah brokoli, kembang kol, brussel sprout, lobak, dan bok choy.

5. Sulfat dalam udang bisa menyempitkan saluran napas


Makanan laut bisa menjadi sumber protein yang sehat tetapi udang bisa
memengaruhi pernapasan. Udang tampaknya mengandung zat kimia
yang disebut sulfit. Sulfit menyempitkan bagian bronkus pada penderita
PPOK. Saat saluran napas menyempit, bernapas menjadi lebih sulit.

6. Gorengan bisa membuat sulit bernapas


Mirip dengan sayuran silang, makanan yang digoreng bisa menyebabkan
gas dan kembung. Gorengan yang berminyak membuat lambung
menggembung, dan perut yang menggembung kemudian akan
mendorong otot diafragma (otot yang memisahkan paru-paru dan perut)
dan membatasi ekspansi paru-paru. Jadi, untuk kedepannya, jika Anda
berpikir untuk ngemil gorengan, ingatlah bahwa gorengan tidaklah baik
bagi penderita PPOK.

7. Kopi bisa menyebabkan ketidak nyamanan pernapasan karena


kembung berlebih
Tidak mengherankan jika minuman berkarbonasi termasuk dalam
kelompok makanan “gas dan kembung.” Penderita PPOK harus minum
banyak cairan untuk mengencerkan lendir di paru-paru, tetapi minuman
berkarbonasi sebenarnya dapat menyebabkan dehidrasi.

42
Minuman berkafein, minuman manis dan minuman beralkohol
mengandung zat kimia yang membutuhkan banyak air dalam tubuh untuk
diproses. Akibatnya, jenis minuman ini justru bisa membuat tubuh
mengalami dehidrasi. Coklat juga memberikan efek yang sama pada
perut dan paru-paru.

8. Makanan penyebab refluks asam juga tidak baik untuk PPOK


Meskipun buah-buahan citrus yang kaya vitamin C sangat bergizi, jenis
buah ini bisa memicu refluks asam. Disebut GERD jika bersifat jangka
panjang, refluks asam dapat memperburuk gejala PPOK.

2.4.1 Kasus
Tn. DK usia 61 tahun seorang pensiunan, berat badan 43 kg dan tinggi
badan 158 cm, dating ke Puskesmas Sungai Besar pada Tanggal 13
Februari 2020, dengan keluhan Batuk berdahak dan sesak nafas. Pasien
tidak memiliki riwayat dahulu dan tidak memiliki riwayat keluarga, pasien
mengalami tidak nafsu makan, pasien menyukai makan makanan yang
digoreng. Kondisi pasien dalam keadaan sadar, tensi 110/80 mmHg,
respirasi 13x/menit, Nadi 90x/menit, Suhu 37oC, IMT pasien kurang yaitu
17,22 kg/m2. Setelah dilakukan recall 24 jam di dapatkan hasil sbb :
Pagi : Nasi Putih, Telu ceplok, air putih
Siang : Nasi Putih, Tahu Goreng, sayur kecambah

43
Tabel 2.4.2 Skrinning Pasien PPOK

SKRINNING PASIEN DEWASA


Nama/No.RM : Tn. DK
Tanggal Lahir :
Tanggal Skrinning : 13 Februari 2020
Ruang Skrinning : Puskesmas Sungai Besar
Parameter Skor
1. Apakah pasien mengalami penurunan BB yang
tidak direncanakan/tidak diinginkan dalam 6 bulan
terakhir
0
a. Tidak ada penurunan BB
b. Tidak yakin ada tanda baju menjadi longgar 2
c. Jika ya, berapa penurunan BB tersebut
 1-5 kg
 6-10 kg 1
 11-15 kg 2
 >15 kg 3
 Tidak tahu berapa kg penurunannya 4
2
2. Apakah asupan makan pasien berkurang karena
penurunan nafsu makan/kesulitan menerima
makanan ?
0
a. Tidak
b. Ya 1
3. Pasien dengan diagnosis kasus/kondisi kasus 2
(PPOK)
Total Skor 3
Di Rujuk ke Ahli Gizi Tidak ( ) Ya( √ )
 Skor 0-1 : Risiko Malnutrisi Ringan
 Skor 2-3 : Risiko Malnutrisi Sedang
 Skor 4-5 : Risiko Malnutrisi Tinggi

Kesimpulan :
Total skor ≤ 2 : dilakukan asuhan gizi diet umum (standar makanan umum RS)
Total skor ≥ 2 : dilakukan asuhan gizi diet khusus (standar makanan khusus RS)
Dilengkapi dalam 24 jam pertama pasien masuk ruang rawat

44
Tabel 2.4.3 Formulir Recall PPOK

FORMULIR RECALL 24 JAM


Nama Responden :Tn. DK Tanggal Pelaksanaan : 13-02-2020
Waktu Menu Bahan Gram Energi Protein Lemak KH
makanan
Nasi Putih Nasi Putih 100 130 2,4 0,2 28,6
Pagi
Telur Telur 55 101,7 7,0 7,6 0,8
ceplok bebek
Minyak 5 43,1 0 5,0 0
Goreng
Nasi Putih Nasi Putih 100 130 2,4 0,2 28,6
Siang
Tahu Tahu 55 209,0 22,3 13,2 5,2
Goreng Putih
Sayur Kecambah 30 18,3 2,0 1,0 1,4
kecambah
Minyak 10 86,2 0 10,0 0
Goreng
718,3 36,1 37,2 64,6
Hasil :

Pewawancara : Nani Rizka Kamillia

45
Tabel 2.4.4 Formulir Asuhan Gizi PPOK

FORMULIR ASUHAN GIZI

Nama: Tn. DK Jenis Kelamin: L Usia: 61 th


Diagnosa Medis: Penyakit Paru Obstruktif Kronis
ASSESMEN/PENGKAJIAN GIZI
Antropometri IMT (kg/m2): BB/TB m2 = 43/2,4964 = 17,22 (Kurus)
Berat Badan (kg): 43 kg
Tinggi Badan (cm): 158 cm
Tinggi Lutut (cm):
LLA (cm): Kesimpulan : berdasarkan data
Rentang Lengan (cm): antropometri,IMT 17,22 kg/m2 dapat diketahui
BBI = (TB-100) – 10%(TB-100) bahwa status gizi pasien kurus.
(158 - 100) – 10%(158 – 100)
(58 – 5,8) = 52 kg

Biokimia: Tidak ada


Klinik/Fisik:
Kesan Umum : Sadar
Tensi : 110/80 mmHg (N : 120/80 mmHg)
Respirasi : 13 x/menit (N : 12-20x/menit)
Nadi : 90 x/menit (N : 90-110 x/menit)
Suhu : 37oC (N : 36-37oC)
Kesimpulan : berdasarkan hasil data klinik/fisik pasien tekanan darah,respirasi,nadi dan suhu
normal.

Riwayat Gizi:
Pola Makan: 2x makanan utama
Pagi : Nasi Putih, Telur Ceplok, Air putih
Siang : Nasi Putih, Tahu Goreng, Sayur kecamah

46
Asupan Gizi:
Kebutuhan :
Hasil Recall
Energi : 1.486.16 kkal
Energi : 718,3 kkal
Protein : 55,73 gr
Protein : 36,1 gr
Lemak : 33,02 gr
Lemak : 37,2 gr
Karbohidrat : 241,501 gr
Karbohidrat : 64,6 gr

Kesimpulan : berdasarkan data asupan pasien %asupan energi : 48,33% (defisit), protein : 64.77 % (defisit),
lemak: 112,65% (lebih), KH : 26,74% (defisit).
Kurang : 70 – 80%
Cukup : 80 – 100%
Baik : 100 – 110%
Lebih :>110%
(Kemenkes,2013)

Riwayat Personal:
pasien dalam keadaan sadar dengan keluhan Batuk berdahak dan sesak nafas, penurunan nafsu makan.
pasien dan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit, pasien tidak memilik alergi makanan.

DIAGNOSIS / MASALAH GIZI


Intake:
(NI-1.4) Kekurangan intake energi berkaitan dengan kurangnya ilmu pengetahuan terhadap makanan dan zat
gizi ditandai dengan data riwayat nutrisi ketidakcukupan energi intake dari diet dibandingkan dengan
kebutuhan yaitu 48,33 % (defisit)
(NI-5.7.1) Kekurangan intake protein berkaitan dengan kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan
makanan dan nutrisi ditandai dengan riwayat nutrisi yaitu intake protein tidak sesuai dengan kebutuhan yaitu
64% (defisit)
(NI-5.8.1) Kekurangan intake karbohidrat berkaitan dengan gangguan pola makan ditandai dengan data
riwayat nutrisi jumlah intake karbohidrat kurang dari kebutuhan yaitu 26% (defisit)

Clinic:
(NC-3.1) Berat badan kurang berkaitan dengan intake energi kurang ditandai dengan data antropometri IMT <
18,5 yaitu 17,22
Behaviour:

47
INTERVENSI GIZI
A. Tujuan Intervensi:
1. Mencapai status gizi agar normal
2. Menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal

B. Syarat atau Prinsip Diet


1. Energi tinggi, sesuai kebutuhan pasien yaitu 1.486,16 kkal
2. Protein tinggi, sesuai kebutuhan pasien yaitu 55,73 gr
3. Lemak cukup, sesuai kebutuhan pasien yaitu 33,02 gr
4. Karbohidrat cukup, sesuai kebutuhan pasien yaitu 241,501 gr
5. Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal
6. Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna
C. Perhitungan
66 + (13,5 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)
= 66 + (13,5 x 52 ) + ( 5 x 158) – (6,8 x 61)
= 66 + 702 + 790 - 414,8
= 1.143,2
Fa = 1,3 ( aktifitas ringan)
BEE x Fa
= 1.143,2 x 1,3
= 1.486,16
Protein 15% x 1.486,16 / 4 = 55,73 %
Lemak 20% x 1.486,16 / 9 = 33,02%
Karbohidrat 65% x 1.486,16 / 4 = 241,501%

D. Konseling Gizi
Sasaran: Pasien dan Keluarga
Waktu: ± 15 menit
Tempat: PKM Sungai Besar
Tujuan: - Memberikan pengetahuan terkait kebutuhan gizi sehari
- Memberikan informasi tentang penyakit PPOK dan diet TKTP
- Memberikan pengetahuan tentang makanan yang dianjurkan dan dibatasi
- Memperbaiki pola makan yang salah menuju lebih baik

Materi: - Penyakit PPOK dan diet TKTP


- Makanan yang dianjurkan dan dibatasi
- Pedoman gizi seimbang
- Isi piringku

48
Metode: Menggunakan leaflet, diskusi Tanya jawab
Evaluasi: Mempertanyakan kembali apa yang sudah di sampaikan atau dijelaskan.

 Koordinasi dengan tim asuhan gizi


Tidak ada koordinasi dengan tim asuhan gizi

49
MONITORING DAN EVALUASI

DIAGNOSIS ANTROPOMETRI BIOKIMIA FISIK/ ASUPAN DIAGNOSIS GIZI EVALUASI / TINDAK


MEDIS kLINIK LANJUT
BB : 43 kg - TD : E :718,3 kkal Intake : (NI-1.4) Kekurangan intake energi 1. Memberikan asupan
PPOK TB: 158 cm 110/80 P : 36,1 gr zat gizi sesuai kebutuhan
berkaitan dengan kurangnya ilmu
IMT : 17,22 Kg/m2 mmHg L : 37,2 gr E :1.486,16 Kkal
BBI : 52 kg Respira Kh : 64,6 gr pengetahuan terhadap makanan dan zat P : 55,73 gr
si : L : 33,02 gr
gizi ditandai dengan data riwayat nutrisi
13x/men KH : 241,501 gr
it ketidakcukupan energi intake dari diet
Nadi : 2. Memberikan edukasi/
dibandingkan dengan kebutuhan yaitu
90x/men Konsultasi Gizi tentang
it 48,33 % (defisit) makanan yang dianjurkan
Suhu : dan tidak dianjurkan
(NI-5.7.1) Kekurangan intake protein
37oC
berkaitan dengan kurangnya pengetahuan
yang berhubungan dengan makanan dan
nutrisi ditandai dengan riwayat nutrisi yaitu
intake protein tidak sesuai dengan
kebutuhan yaitu 64% (defisit)
(NI-5.8.1) Kekurangan intake karbohidrat
berkaitan dengan gangguan pola makan
ditandai dengan data riwayat nutrisi jumlah
intake karbohidrat kurang dari kebutuhan
yaitu 26% (defisit)

50
Clinic:
(NC-3.1) Berat badan kurang berkaitan
dengan intake energi kurang ditandai
dengan data antropometri IMT < 18,5 yaitu
17,22

51
2.5 Diabetes Mellitus
1. Pengertian Diabetes Mellitus
Penyakit Diabetes Mellitus bukan merupakan suatu penyakit tunggal,
tetapi kelompok penyakit dengan beragam gangguan atau kelainan. Namun
penyakit DM memiliki satu karakteristik umum yaitu hiperglikemia akibat
kegagalan poduksi insulin, kerja dari insulin atau keduanya. Kondisi
hiperglikemia kronis berkorelasi dengan disfungsi organ dan kerusakannya,
bahkan berlanjut menjadi kegagalan banyak organ, terutama mata, ginjal,
saraf, jantung, dan pembuluh darah (Roth, 2011; Escott-Stump,Sylvia,2008)
Pengertian yang sama tentang definisi penyakit DM seperti yang
diuraikan di atas dijelaskan MMjuga oleh PERKENI (2015), bahwa penyakit
DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
keduanya.
2. Patofisiologi Diabetes Mellitus
Adanya resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta
pankreas untuk sekresi insulin merupakan kelainan dasar yang terjadi pada
penyakit DM tipe II. Liver dan sel beta pankreas, terdapat peran organ-organ
lain yang berkontribusi terhadap terjadinya gangguan toleransi glukosa pada
DM tipe II. Organ-organ tersebut dan perannya adalah jaringan lemak dengan
perannya meningkatkan lipolisis, gastrointestinal dengan defisiensi incretin,
sel alpha pankreas dengan terjadinya hiperglukagonemia, ginjal dengan
meningkatnya absorpsi glukosa, dan peran otak dengan terjadinya resistensi
insulin keseluruhan gangguan terkait kelainan peran organ tersebut
mengakibatkan kalinan metabolik yang terjadi pada pasien DM tipe II.
Berdasarkan kelainan dasar tersebut, maka pengelolaan penyakit DM harus
dikombinasikan untuk memperbaiki gangguan patogenesis tersebut
(PERKENI 2015).
3. Klasifikasi Diabetes Mellitus
- Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan indulin
karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh
hati.

52
- Diabetes tipe II terdapat masalah resistensi insulin dan gangguan insulin.
Normalnya insulin akan terikat oleh reseptor khusus pada permukaan sel,
sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut terjadi suatu
reaksi metabolisme glukosa dalam sel : Resistensi ini disertai penurunan
reaksi- reaksi intrasel, sehingga insulin tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan.
- Diabetes gestasional jenis ini terjadi pada wanita selama kehamilan yang
disebabkan oleh hormon yang di sekresikan plasenta dan menghambat
kerja insulin.
4. Penyebab Diabetes Mellitus
- Riwayat Keluarga
- Obesitas Atau Kegemukan
Kegemukan bisa menyebabkan tubuh seseorang mengalami resistensi
terhadap hormon insulin
- Usia Yang Semakin Bertambah
Usia diatas 40 tahun banyak organ-organ vital melemah dan tubuh mulai
mengalami kepekaan terhadap insulin. Bahkan pada wanita yang sudah
mengalami monopause punya kecendrungan untuk lebih tidak peka
terhadap hormon insulin
- Kurang Aktivitas Fisik
- Merokok
- Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol Tinggi
Batasi konsumsi kolesterol, tidak lebih dari 300mg/hari
- Stres Dalam Jangka Waktu Lama
Kondisi stres berat bisa mengganggu keseimbangan berbagai hormon
dalam tubuh termasuk produksi hormon insulin
- Hipertensi
- Kehamilan
Pada saat hamil, plasenta memproduksi hormon yang mengganggu
keseimbangan hormon inslin dan pada kasus tertentu memicu untuk sel
tubuh menjadi resisten terhadap hormon insuline. Kondisi ini akan
kembali normal setelah masa kehamilan atau pasca melahirkan. Namun
demikian menjadi sangat berisiko terhadap bayi yang dilahirkan untuk
medepan punya potensi diabetes mellitus
- Ras

53
Diperkirakan lebih 60% penderita berasal dari Asia
- Terlalu Sering Konsumsi Obat-obatan Kimia
Salah satu obat kimia sangat berpotensi sebagai penyebab diabetes
adalah THIAZIDE DIURETIK dan BETA BLOKER. Kedua jenis obat
tersebut sangat meningkatkan resiko terkena diabetes mellitus karena
bisa merusak pankreas
5. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus

2.4 Gejala Diabetes Tipe I


- Sering buang air kecil
- Banyak minum
- Berat badan berkurang
- Mudah lelah
2.5 Gejala Diabetes Tipe II
- Berat badan turun dengan cepat
- Sering kesemutan
- Luka yang sulit sembuh

6. Jenis Diet Diabetes Mellitus

Diet yang digunakan sebagai bagian dari penatalaksanaan Diabetes


Melllitus dikontrol berdasarkan kandungan energi, protein, lemak, dan
karbohidrat. Ada 8 jenis Diet Diabetes Mellitus Rendah Protein (DMRP)
menurut nilai energi 1100-2500 kkal yang masing-masing dibagi lagi menurut
nilai protein, yaitu 30 gram, 40 gram, dan 50 gram.
Protein 50 gram sehari hanya ditetapkan untuk diet DMRP 2100 kkal,
2300 kkal, san 2500 kkal. Diet diberikan sesuai dengan kebutuhan energi
dan kemampuan fungsi ginjal pasien.

7. Bahan Makanan Yang Dianjurkan bagi Penderita Diabetes Mellitus

- Sumber karbohidrat
Beras, ubi, singkong, kentang, roti tawar, tepung terigu, sagu, dan tepung
singkong
- Sumber protein hewani
Daging sapi, ayam, ikan, telur, susu dan hasil olahanya
- Sayuran

54
Rendah kalium : seperti kangkung, sawi, wortel dan terong
- Buah-buahan
Rendah kalium : seperti jambu, kedondong, mangga, markisa, melon,
semangka, nangka, pir, salah dan sawo
- Bumbu
Semua jenis bumbu selain gula

8. Bahan Makanan Yang Tidak Dianjurkan bagi Penderita Diabetes Mellitus


- Sumber karbohidrat tinggi natrium
Cake, biskuit, dan krekers
- Sumber protein hewani
Daging dan ikan yang diawetkan seperti ikan asin, dendeng dan corned
beef
- Sumber protein nabati
semua jenis kacang-kacangan dan hasilnya yang merupakan sumber
protein bernilai biologik rendah
- Sayuran
Tinggi kalium seperti tomat, kol, bayam, bit, daun bawang, tauge kacang
hijau, kacang buncis, kembang kol, waluh dan rebung
- Buah-buahan
Tinggi kalium seperti anggur, arbei, belimbing, duku, jambu biji, jeruk,
pepaya dan pisang
- Minuman
Berbagai minuman yang bersoda dan beralkohol
- Bumbu
Semua jenis gula dan madu

2.5.1 Kasus Diabetes Mellitus


Ny. J berusia 48 th seorang Ibu Rumah Tangga, Berat Badan 65,5 kg dan
Tinggi Badan 146 cm. Datang ke puskesmas Sungai Besar siang tanggal 13
Februari 2020 dengan keluahan pusing berputar, lemes, vertigo dan rasa
mengantuk. Pasien sendiri tidak mempunyai riwayat penyakit ataupun riwayat
penyakit keluarga. Pasien mengalami mual dan penurunan nafsu makan,
pasien suka makan-makanan yang direbus dan digoreng. Kondisi pasien sadar
dengan TD 155/100 mmHg. GdS dan GD Puasa pasien tinggi yaitu 206 mg/dl.

55
IMT pasien sangat berlebih yaitu 30,72 kg/m2 . Setelah dilakukan recall 24 jam
didapatkan hasil sbb :
Pagi : Bubur 1 mangkuk sedang, Teh 1 gls
Selingan Siang : Tempe goreng 2 ptg , Air Putih 1 gls
Siang : Nasi 2 ctg, Ikan pindang 1 ekor sedang, sayur kangkung 1
ctg, Air Putih 1 gls
Selingan Sore : Pisang goreng 2 ptg, Teh 1 gls
Malam : Nasi 2 ctg, Ikan Mujair 1 ekor kecil, sayur bening 1 ctg, Air
Putih 1 gls

56
2.5.2 Skrinning Penyakit Diabetes Mellitus
SKRINNING PASIEN DEWASA
Nama/No.RM : Ny. J
Tanggal Lahir :
Tanggal Skrinning : 13 Februari 2020
Ruang Skrinning : Puskesmas Sungai Besar
Parameter Skor
1. Apakah pasien mengalami penurunan BB
yang tidak direncanakan/tidak diinginkan
dalam 6 bulan terakhir
d. Tidak ada penurunan BB 0
e. Tidak yakin ada tanda baju menjadi 2
longgar
f. Jika ya, berapa penurunan BB tersebut
 1-5 kg
 6-10 kg 1
 11-15 kg 2
 >15 kg 3
 Tidak tahu berapa kg 4
penurunannya 2
2. Apakah asupan makan pasien berkurang
karena penurunan nafsu makan/kesulitan
menerima makanan ?
- Tidak 0
- Ya 1
3. Pasien dengan diagnosis kasus/kondisi 2
kasus (Diabetes Mellitus)
Total Skor 3
Di Rujuk ke Ahli Gizi Tidak ( ) Ya( √ )
 Skor 0-1 : Risiko Malnutrisi Ringan
 Skor 2-3 : Risiko Malnutrisi Sedang
 Skor 4-5 : Risiko Malnutrisi Tinggi
Kesimpulan :
Total skor ≤ 2 : dilakukan asuhan gizi diet umum (standar makanan umum
RS)
Total skor ≥ 2 : dilakukan asuhan gizi diet khusus (standar makanan
khusus RS)
Dilengkapi dalam 24 jam pertama pasien masuk ruang rawat

57
2.5.3 Tabel Formulir Recall pasien Diabetes Melitus
Formulir Recall 24 jam
Nama Responden : Ny. J Tanggal Pelaksanaan : 13 Februari 2020
Waktu Menu Bahan Berat Asupan Zat Gizi
Makan Makanan URT Gram E P L KH
(Kkal) (Gram) (Gram) (Gram)
Makan Bubur Beras 1 250 182,2 3,3 0,3 40,0
Pagi nasi giling mgkk
Teh Daging 1 sdm 10 28,5 2,7 1,9 0,0
manis ayam 2 sdm
Wortel - 20 4,8 0,2 0,1 1,9
Gula pasir 1 sdm 13 50,3 0,0 0,0 13,0
Selingan Tempe Tempe 2 ptg 50 99,5 9,5 3,8 8,5
goreng
Air putih Minyak 1 sdt 5 43,1 0,0 5,0 0,0
kelapa
sawit
Makan Nasi putih Beras 2 ctg 200 260,0 4,8 0,4 57,2
Siang Ikan giling
pindang Ikan 1 ekor 35 39,2 7,5 0,8 0,0
goreng pindang
Oseng Kangkung 1 ikt 100 15,1 2,3 0,2 2,1
kangkung Minyak
Air putih kelapa
sawit 1 sdt 5 43,1 0,0 5,0 0,0
Selingan Pisang Pisang 2 bh 90 104,33 0,7 0,2 28,1
goreng kepok
Teh Tepung 5 sdm 50 182,0 5,2 0,5 38,2
manis terigu
Gula pasir 1 sdm 13 50,3 0,0 0,0 13,0
Minyak
kelapa 1 sdm 10 86,2 0,0 10,0 0,0
sawit
Makan Nasi putih Beras 2 ctg 200 260,0 4,8 0,4 57,2
Malam Ikan giling
mujair Ikan 1 ekor 30 25,2 5,5 0,2 0,0
goreng mujair
Sayur

58
being Minyak 1 sdt 5 43,1 0,0 5,0 0,0
Air putih kelapa S
Labu - 30 11,7 0,3 0,2 2,6
kuning
Kacang - 30 10,5 0,6 0,1 2,4
panjang
Bayam - 40 14,8 1,5 0,1 2,9

TOTAL 1554,0 48,7 34,1 267,0


Kkal Gram Gram Gram
Pewawancara : Uludiyah Habibah

59
2.5.4 Formulir Asuhan Gizi pasien Diabetes Melitus

FORMULIR ASUHAN GIZI

Nama : Ny. J Jenis Kelamin: P Usia: 48 th


Diagnosa Medis: Diabetes Mellitus
ASSESMEN/PENGKAJIAN GIZI
Antropometri 𝑇𝐵 65,5
IMT (kg/m2): = = 30,72kg/m2 (N: 18-
𝑀2 1,46
Berat Badan (kg): 65,5 kg
25 kg/m2)
Tinggi Badan (cm): 146
Kesimpulan:berdasarkan data antropometri pasien
BBI : (TB – 100) x 10% (TB – 100)
IMT 30,72 kg/m2diketahui bahwa status gizi pasien
: (146 – 100) x 10% (146 – 100)
Kelebihan Berat Badan Tingkat Berat.
: 41,1 kg

Biokimia:
GD Sewaktu 206 mg/dl (N : <100 mg/dl)
GD Puasa 206 mg/dl (N : <100 mg/dl)
Kesimpulan : Berdasarkan data biokimia kadar GDS dan GD Puasa yaitu tinggi
Klinik/Fisik:
TD : 155/100 mmHg (N : 120/80 mmHg)
Nadi : 97 x/menit (N : 90/110 x/menit)
Suhu : 36,6°C (N : 36 - 37°C)
Kesimpulan : Berdasarkan data fisik klinis pasien TD tinggi (Hipertensi) , Nadi normal dan Suhu normal
Riwayat Gizi:
Pola Makan: 3x makan utama dan 2x selingan
Dengan hasil recall makan sehari sbb :
Pagi : Bubur 1 mangkuk sedang, Teh 1 gls
Selingan Siang : Tempe goreng 2 ptg, Air Putih 1 gls
Siang : Nasi 2 ctg, Ikan pindang 1 ekor sedang, sayur kangkung 1 ctg, Air Putih 1 gls
Selingan Sore : Pisang goreng 2 ptg, Teh 1 gls
Malam : Nasi 2 ctg, Ikan Mujair 1 ekor kecil, sayur bening 1 ctg, Air Putih 1 gls

60
Asupan Gizi:
Hasil Recall Kebutuhan
Energi : 1.825 Kkal Energi : 1.956,5 Kkal
Protein : 45 Gr Protein : 73.36 Gr
Lemak : 23 Gr Lemak : 43.47 Gr
Karbohidrat : 339 Gr Karbohidrat : 317.93 Gr

Kesimpulan : berdasarkan data asupan pasien %asupan energi : 79.43% (kurang), protein : 66.38 % (defisit),
lemak: 78.44% (kurang), KH : 83.98% (cukup).
Kurang : 70 – 80%
Cukup : 80 – 100%
Baik : 100 – 110%
Lebih :>110%
(Kemenkes,2013)
Riwayat Personal: pasien dalam keadaan sadar dengan keluhan pusing berputar-putar, lemes, vertigo dan
rasa mangantuk, mual, penurunan nafsu makan pasien dan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit, pasien
tidak memilik alergi makanan.
DIAGNOSIS / MASALAH GIZI
Intake:
(NI-1.4) Kekurangan Intake Energi berkaitan dengan kurangnya ilmu pengetahuan terhadap makanan ditandai
dengan data riwayat nutrisi pasien yaitu persentase asupan dibandingkan kebutuhan energi sebesar 79,43%
(kurang)
(NI-5.6.1) Kekurangan Intake Lemak berkaitan dengan kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan
makanan dan nutrisi ditandai dengan data riwayat nutrisi pasien yaitu persentase asupan dibandingkan
kebutuhan lemak sebesar 78,44% (kurang)
(NI-5.7.1) Kekurangan Intake Protein berkaitan dengan kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan
makanan dan nutrisi ditandai dengan data riwayat nutrisi pasien yaitu persentase asupan dibandingkan
kebutuhan pasien sebesar 66,38% (defisit)
Clinic:
(NC-2.2) Perubahan Nilai Laboraturium Terkait Zat Gizi Khusus berkaitan dengan perubahan nilai biokimia
ditandai dengan data riwayat biokimia pasien yaitu GDS dan GDP 260 mg/dl (Tinggi) dan data riwayat nutrisi
pasien yaitu anoreksia dan nausea
(NC-3.3) Berat Badan Lebih/overweight berkaitan dengan aktivitas fisik kurang ditandai dengan data
antropometri IMT berlebih yaitu 30,72 kg/m 2
Behaviour:
NB-1.2 Kepercayaan/sikap yang salah mengenai makanan atau zat gizi berkaitan dengan kebiasaan makan
tidak untuk memenuhi kebutuhan zat gizi/ pola makan asal kenyang ditandai dengan data riwayat nutrisi yaitu
ketagihan/kesukaan terhadap gorengan

61
(NB-1.4) Kurangnya Kemampuan Memonitor Diri Sendiri beraitan dengan kurangnya pengetahuan mengenai
masalah-masalah gizi ditandai dengan data riwayat penyakit pasien yaitu diagnosa yang memerlukan kontrol
diri seperti diabeets mellitus dan obesitas
INTERVENSI GIZI
 Tujuan Intervensi:
- Mengurangi rasa mual
- Mencapai kadar glukosa darah mendekati nprmal/terkontrol
- Mencapai tekanan darah mendekati normal
- Mengembalikan nafsu makan dan memperbaiki pola makan serta kebiasaan makan juga aktivitas
fisik sesuai dengan pedoman gizi seimbang
- Mencapai status gizi normal
- Mencapai berat badan ideal

 Syarat atau Prinsip Diet


- Diberikan asupan sesuai dengan kebutuhan
- Batasi penggunaan karbohidrat sederhana dan utamakan karbohidrat komplek seperti nasi, roti,
mie, kentang, singkong, ubi dan sagu
- Berikan asupan serat alami minimal 25-30 gr seperti sayur dan buah
- Protein normal 15% dari kebutuhan total yaitu 73.36 gr
- Karbohidrat 65% dari kebutuhan total yaitu 317.93 gr
- Energi cukup untuk mencapai status gizi normal yaitu 1.956.5 kkal
 Perhitungan
BEE = 655 + (9,6 x BBI) + (1,7 x TB) – (4,7 x usia)
= 655 + (9,6 x 41,1) + (1,7 x 146) - (4,7 x 48)
= 655 + 394,56 + 248,2 – 225,6
= 1.075
FA = 1,3
FS = 1,4
TEE = BEE x FA x FS
= 1.075 x 1,3 x 1,4
= 1.956.5 Kkal
P = 15 % x 1.956.5 : 4 = 73.36 Gr
L = 20% x 1.956.5 : 9 = 43.47 Gr
KH = 65% x 1.956.5 : 4 = 317.93 Gr

62
 Konseling Gizi
Sasaran: Pasien dan keluarga
Waktu: ± 15 menit
Tempat: PKM Sungai Besar
Tujuan: - Memberikan pengetahuan terkait kebutuhan gizi sehari
- Memberikan informasi tentang penyakit diabetes mellitus dan diet DM
- Memberikan pengetahuan tentang makanan yang dianjurkan dan dibatasi
- Memperbaiki pola makan yang salah menuju lebih baik
Materi: - Penyakit diabetes mellitus dan diet DM
- Makanan yang dianjurkan dan dibatasi
- Pedoman gizi seimbang
- Isi piringku
Metode: menggunakan leaflet diskusi dan tanya jawab
Evaluasi: Pasien memahami materi yang telah disampaikan dengan pasien dapat menjawab pertanyaan
yang diberikan setelah dilakukan penyuluhan.
 Koordinasi dengan tim asuhan gizi
Tidak ada koordinasi dengan tim asuhan gizi

63
MONITORING DAN EVALUASI

DIAGNOSIS ANTROPOMETRI BIOKIMIA FISIK/ ASUPAN DIAGNOSIS GIZI EVALUASI / TANDAK


MEDIS kLINIK LANJUT
BB : 96 Kg - TD : E :2.797,9 kkal Intake : 1. Memberikan asupan
HIPERTENSI TB: 146 Cm 150/90 P : 87,1 gr NI-1.5 kelebihan intake energi berkaitan zat gizi sesuai kebutuhan
IMT : 45 Kg/m2 mmHg L : 154,4 gr dengan kurangnya pengetahuan tentang E :1.850,38 Kkal
BBI : 41,1 kg Kh : 274,3 gr makanan zat gizi ditandai dengan data P : 69,38 gr
riwayat nutrisi yaitu hasil recall L : 41 gr
menunjukkan asupan energi sebesar KH : 300 gr
149%
NI-5.6.2 kelebihan intake lemak berkaitan 2. Memberikan edukasi/
dengan kurangnya pengetahuan tentang Konsultasi Gizi tentang
yang berhubungan dengan makanan dan makanan yang dianjurkan
nutrisi ditandai data riwayat nutrisi yaitu dan tidak dianjurkan juga
sering makan-makanan tinggi lemak mengenai
hingga asupan lemak mencapai 376%
NI-5.7.2 kelebihan intake protein berkaitan 3. Mengontrol rutin
dengan kurangnya pengetahuan tentang tekanan darah
yang berhubungan dengan makanan dan
nutrisi ditandai data riwayat nutrisi yaitu
intake protein total lebih besar daripada
kebutuhan yaitu 124%
Clinic :
NC-3.3 Berat badan lebih/overweight
berkaitan dengan kelebihan intake energi
ditandai dengan data antropometri yaitu
IMT 45 kg/m2 dan data riwayat nutrisi yaitu
makan porsi besar dan intake energi yang
berlebihan.
Behaviour :
NB-1.1 Pengetahuan yang kurang
berkaitan dengan makanan dan zat gizi ber

64
kaitan dengan kurangnya informasi
ditandai dengan riwayat pola makan yang
salah yaitu suka makanan lemak, seperti
gorengan
NB-1.2 Kepercayaan/sikap yang salah
mengenai makanan atau zat gizi berkaitan
dengan kebiasaan makan tidak untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi/ pola makan
asal kenyang ditandai dengan data riwayat
nutrisi yaitu ketagihan/kesukaan terhadap
gorengan.

65
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktek klinik yang kami lakukan di Puskesmas Sungai Besar


Banjarbaru dapat disipulkan :

1. Dari kasus Tn. M dengan diagnosis medis hipertensi, hasil skrinning 2,


BB 49 kg, TB 146 cm, IMT 45 kg/m2 (lebih). TD 150/90 mmHg (Hipertensi
tingkat 1) Hasil Recall E : 2.797,9 kkal, P : 87.1 gr, L : 154.4 gr, KH : 274.3 gr.
Dengan diagnosis NI-1.5 Kelebihan intake energi, NI-5.6.2 Kelebihan intake
lemak, NI-5.7.2 Kelebihan intake protein, NC-3.3 Berat badan
lebih/overweight, NB-1.1 Pengetahuan yang kurang, NB-1.2
Kepercayaan/sikap yang salah mengenai makanan atau zat gizi. Diberikan
diet Rendah Garam II.
2. Dari kasus Ny. AM dengan diagnosis gagal jantung, hasil skrining 3, BB
68 kg TB 150 cm, IMT 30,22 kg/m2 (lebih). Tekanan darah 140/90 mmHg,
nadi 100x/menit, respirasi 24x/menit (normal), suhu 37°C. Hasil recall E:
1.008,2 kkal, P: 37,9 gr, L: 40,7 gr, KH: 123 gr. Dengan diagnosis gizi NI-.
Diberikan diet Jantung III Garam Rendah.
3. Dari kasus Tn. DK dengan diagnosis PPOK, hasil Skrining 3, BB : 43 kg,
TB : 158 cm, IMT : 17,22 kg/m2 (kurang) . Tekanan darah 110/80 mmHg, nadi
90x/menit, respirasi 13x/menit (normal), suhu 37°C.. Hasil Recall Energi
:718,3 kkal, Protein: 36,1 gr, Lemak : 37,2 gr , KH : 64,6 gr . dengan diagnosis
gizi. NI-1.4 Kekurangan intake energi, NI-5.7.1 Kekurangan intake protein, NI-
5.8.1 Kekurangan intake karbohidrat, NC-3.1 Berat badan kurang. Diberikan
diet Tinggi Kalori Tinggi Protein.
4. Dari kasus Ny. J dengan diagnosis diabetes melitus, hasil Skrining 3, BB :
65,5 kg, TB : 146 cm, IMT : 30,72 kg/m2 (lebih) . Tekanan darah 155/100
mmHg, nadi 97x/menit, suhu 36,6°C.. Hasil Recall Energi : 1.554 kkal, Protein:
48,7 gr, Lemak : 34,1 gr , KH : 267 gr . dengan diagnosis gizi. NI-1.4
Kekurangan intake energi, NI-5.6.1 Kekurangan intake lemak, NI-5.7.1
Kekurangan intake protein, NC-2.2 Perubahan nilai laboratorium, NC-3.3
Berat badan lebih/overweight, NB-1.2 Kepercayaan yang salah mengenai

66
makanan dan zat gizi, NB-1.4 Kurangnya kemampuan memonitoring diri
sendiri. Diberikan diet DM.

3.2 Saran
1. Bagi Pasien
Diharapkan pasien dapat menerapkan pola makan yang baik, pola hidup
yang sehat dan mematuhi anjuran diet/konseling yang telah disampaikan.
2. Bagi Poli Gizi
Diharapkan perlu adanya konseling gizi dan penyuluhan mengenai gizi
seimbang kepada pasien.

67

Anda mungkin juga menyukai