Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH OBSERVASI

KONSELING POPULASI KHUSUS


KAJIAN TEORI PENYAKIT KRONIS

Dosen pengampu : Puttri Waliyyan estafetta, M.Pd.

Disusun Oleh :

Nadila Pri Yohana 201901500747

Nanda Puspita Dewi 201801500556

Siti Nurhayati 201901500804

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,

sehingga kami dapat menyelesaikan laporan observasi mengenai kajian penyakit kronis pada

mata kuliah populasi khusus yang diampu oleh Ibu Putri Waliyyan Estafetta, M. Pd. Laporan

yang ditulis ini berdasarkan observasi dan wawancara bersama klien. Kami berterima kasih

kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Kami juga

menyadari bahwa laporan yang kami tulis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat

diharapkan bagi pembaca untuk menyampaikan saran atau kritik yang membangun demi

tercapainya makalah yang lebih baik.

Bogor, 10 Januari 2023

Kelompok 4
BAB I

PENDAHULUAN

A. SEJARAH TEMPAT POPULASI

Klinik Insani didirikan oleh Dr. Kornadi, SpJp FIHA dan Dr. Dian

Wisnuwardhani, SpP pada tanggal 03 Agustus 2005 dibawah bimbingan H. Miftah

Mardani Oetomo, S.E. (alm) dan Dra. Hj. Titiek Sugiarti, MM. Dengan fasilitas yang

sangat sederhana hanya terdiri dari Ruang Praktek, Ruang Tunggu, Depo Obat dan Toilet

dengan manajemen sederhana dan dikelola berdua oleh pendiri dan pengelola yang

merangkap berbagai jabatan, sebagai Dokter Jaga, Marketing, Tata Usaha, Keuangan dan

lainnya yang beralamat di Jl. Pajlawan No. 73B Karang Asem Timur Kecamatan

Citeureup Kabupaten Bogor 16810.

B. MASALAH KLIEN

Narasumber/ klien yang memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes yang di mana

pasien harus check up setiap sebulan sekali ke klinik Insani Citeureup.


BAB II
PEMBAHASAN
1. Penyakit Kronis

Penyakit kronis adalah suatu penyakit yang diderita dalam kurun waktu lama,
yaitu sekitar lebih dari enam bulan atau bahkan bertahun-tahun. Biasanya penyakit
kronis tidak menimbulkan gejala pada tahap awal, tetapi gejala akan muncul
ketika penyakit tersebut mulai memburuk atau semakin parah.

Beberapa contoh penyakit yang dapat digolongkan sebagai penyakit kronis adalah:

1) Gagal jantung. Gagal jantung merupakan penyakit kronis pada jantung yang membuat
jantung membengkak, sehingga mengganggu kinerja jantung dalam memompa darah
2) Kanker. Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal
yang tidak terkendali di dalam tubuh. Pertumbuhan sel abnormal ini dapat
merusak sel normal di sekitarnya dan di bagian tubuh yang lain.
3) Hipertensi. Hipertensi adalah pengertian medis dari penyakit tekanan darah tinggi.
Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi kesehatan yang
membahayakan nyawa jika dibiarkan. Bahkan, gangguan ini dapat menyebabkan
peningkatan risiko terjadinya penyakit jantung, stroke, hingga kematian. Penyakit
kronis ini umumnya tidak bergejala. Biasanya, gejala hipertensi baru muncul bila
tekanan darah penderitanya sudah sangat tinggi. Gejala yang dapat muncul, yaitu
sakit kepala, lemas, gangguan penglihatan, nyeri dada, dada berdebar, dan sesak
napas.
Jika tekanan darah kita tinggi melebihi 140 mmHg pada tensimeter, itulah angka
dinamakannya seseorang mengalami hipertensi. Pada pengukuran tekanan darah
dikenal istilah sistolik dan diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan darah pada saat
jantung memompa darah atau saat berkontraksi, sedangkan diastolik adalah tekanan
darah pada saat jantung relaksasi.
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHG dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHG. Menurut Joint National
Committee (JNC VII) penggolongan hipertensi dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu :

a. Normal apabila sistolik < 120 mmHg dan diastolic < 80 mmHg
b. Pre Hipertensi apabila sistolik 120-139 mmHg dan diastolic / 80-89 mmHg
c. Hipertensi stadium I apabila sistolik 140-159 mmHg dan diastolic / 90-99 mmHg
d. Hipertensi stadium II apabila sistolik ³ 160 mmHg dan diastolic / ³ 100 mmHg
Tekanan darah tinggi atau Hipertensi (HTN), kadang-kadang disebut juga
dengan hipertensi arteri, adalah kondisi medis kronis dengan tekanan
darah di arteri meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih
keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah.

Faktor penyebab

Terdapat dua faktor resiko Hipertensi yaitu, faktor risiko yang tidak dapat diubah dan
faktor risiko yang dapat diubah.

a. Faktor Risiko yang melekat pada penderita hipertensi dan tidak dapat diubah,antara
lain :

 Umur
 Jenis Kelamin
 Genetik

b. Faktor Risiko yang dapat diubah Faktor Risiko yang diakibatkan perilaku tidak sehat
dari penderita, diantaranya sebagai berikut :
 Berat badan berlebih/ kegemukan
Timbulnya berbagai penyakit seperti obesitas biasanya diikuti oleh keadaan antara
lain hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung seperti arterioklerosis, jantung
koroner.
 Merokok
Rokok mengandung zat racun seperti tar, nikotin dan karbon monoksida. Zat
beracun tersebut akan menurunkan kadar oksigen ke jantung, meningkatkan
tekanan darah dan denyut nadi, penurunan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik),
peningkatan gumpalan darah dan kerusakan endotel pembuluh darah coroner

 Diet tinggi lemak dan rendah serat

Konsumsi lemak yang berlebihan dapat menimbulkan risiko hipertensi karena


akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Kolesterol tersebut akan
melekat pada dinding pembuluh darah yang lama-kelamaan pembuluh darah akan
tersumbat diakibatkan adanya plaque dalam darah yang disebut dengan
aterosklerosis

 Dislipidemia
Dislipidemia merupakan faktor risiko terbentuknya arteriosklerosis.
Aterosklerosis akan mengakibatkan penyumbatan dan penimbunan lemak atau
bekuan darah. Hal tersebut mengakibatkan tingginya resistensi vaskular sistemik
dan memicu peningkatan tekanan darah.
 Konsumsi garam berlebih

Garam memiliki sifat mengikat cairan sehingga mengkonsumsi garam dalam


jumlah yang berlebihan secara terus-menerus dapat berpengaruh secara langsung
terhadap peningkatan tekanan darah.

 Kurang aktivitas fisik

Orang yang kurang berolahraga atau kurang aktif bergerak dan yang kurang
bugar, memiliki risiko menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi meningkat
20-50% dibandingkan mereka yang aktif dan bugar.

 Stres
Kondisi stres meningkatkan aktivitas saraf simpatis yang kemudian meningkatkan
tekanan darah secara bertahap, artinya semakin berat kondisi stres seseorang
maka semakin tinggi pula tekanan darahnya.
 Konsumsi alcohol

Alkohol memicu hipertensi pada seseorang atau memperparah gejala yang sudah
ada. Pasalnya, alkohol dapat mempersempit pembuluh darah, yang dapat berujung
pada kerusakan pembuluh darah dan organ dalam tubuh

4) Diabetes. Diabetes atau penyakit gula adalah penyakit kronis atau yang berlangsung
jangka panjang. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah
(glukosa) hingga di atas nilai normal. Diabetes terjadi ketika tubuh pengidapnya tidak
lagi mampu mengambil gula (glukosa) ke dalam sel dan menggunakannya sebagai
energi. Kondisi ini pada akhirnya menghasilkan penumpukan gula ekstra dalam aliran
darah tubuh.
Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula
darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh
gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar
pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin.

Faktor Penyebab

a. Berikut adalah faktor penyebab diabetes mellitus tipe 1

 Memiliki anggota keluarga yang mengidap diabetes tipe 1

 Terkena infeksi virus

 Orang berkulit putih dipercaya lebih berisiko mengalami diabetes tipe 1


dibandingkan ras lain

 Usia. Meskipun diabetes tipe 1 bisa muncul pada usia berapapun, tapi
penyakit ini banyak dialami oleh anak-anak berumur 4–7 tahun dan 10–14
tahun.
b. Berikut adalah faktor penyebab diabetes mellitus tipe 2

 Mengalami obesitas atau kelebihan berat badan.

 Memiliki riwayat keluarga dengan diabetes tipe 2.

 Kurang aktif bergerak. Aktivitas fisik bisa membantu seseorang untuk


mengontrol berat badan, membakar glukosa sebagai energi, dan membuat sel
tubuh lebih sensitif terhadap insulin. Itulah mengapa, orang yang kurang
beraktivitas fisik akan lebih mudah terkena diabetes tipe 2.

 Usia. Risiko terkena diabetes tipe 2 akan meningkat seiring bertambahnya


usia.

 Mengidap tekanan darah tinggi atau hipertensi.

 Memiliki kadar kolesterol dan trigliserida yang tidak normal. Orang yang
memiliki kadar kolesterol baik atau HDL (high-density lipoprotein) yang
rendah, tapi kadar trigliseridanya tinggi lebih berisiko mengalami diabetes
tipe 2.

 Mengidap polycystic ovarian syndrome (PCOS). Khusus pada wanita,


memiliki riwayat penyakit PCOS membuat seorang wanita berisiko tinggi
mengalami diabetes tipe 2.

5) Gagal ginjal kronis. Gagal ginjal kronis adalah kondisi ketika fungsi ginjal menurun
secara bertahap akibat kerusakan jaringan ginjal. Secara medis, gagal ginjal kronis
didefinisikan sebagai penurunan laju penyaringan ginjal selama 3 bulan atau lebih.
2. MASALAH KLIEN
A. Klien 1
Nama : Ibu Sumiyati
Usia : 58 tahun
Penyakit : Hipertensi

Awalnya ibu sumiyati datang ke dokter untuk memeriksa kukunya yang


cantengan, tapi pada tahap pemeriksaan awal untuk mengecek tensi darah. Pada saat
pengecekkan tsb tekanan darah ibu sumiyati dalam hipertensi stadium 2 yaitu
170/100 sehingga dokter klinik menyarankan utk ibu sumiyati bergabung dengan
grup prolanis, sehingga tekanan darahya bisa terkontrol setiap bulan. Ibu Sumiyati
merasa khawatir akan penyakitnya karena takut membuat anak-anaknya khawatir dan
kepikiran terhadap dirinya. Ibu sumiyati merasa cemas bahwa penyakit hipertensinya
akan menghambat dirinya dalam kehidupan sehari-hari dan membuat dirinya tidak
dapat produktif seperti sedia kala.

B. Klien 2

Nama : Abu Bakar

Usia : 41 tahun

Pekerjaan : Juru Parkir

Penyakit : Hipertensi

Pasien memiliki riwayat keturunan dan juga sedang mengalami stress akibat
kehilangan pekerjaan karena dampak adanya Covid-19 lalu. Pasien sudah mengidap
hipertensi sejak berusia 27 tahun sejak pertama kali didiagnosa oleh dokter. Selain
itu, gaya hidup yang dilakukan ialah rutin merokok, biasanya dalam sehari habis 12
batang rokok, minum kopi dengan interval yang tidak wajar, biasanya 5 kali sehari
yang dibuat dalam 1 cangkir, kemudian jarang olahraga.
C. Klien 3

Nama : Misar

Usia : 71 tahun

Penyakit : hipertensi dan diabetes tipe 2

Pasien diketahui memiliki penyakit diabetes pada tahun 2019, pada saat itu pasien
sedang dirawat di rumah sakit karena memiliki penyakit hipertensi lalu diketahui
bahwa kaki pasien sebelah kanan memerah dan akhirnya turut diperiksa, kemudian
baru diketahui bahwa pasien memiliki penyakit diabetes tipe 2 yaitu diabetes non
insulin.

Non-insulin-dependent diabetes mellitus (NIDDM) merupakan tipe diabetes melitus


yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan
merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen.
Pada NIDDM ditemukan ekspresi SGLT1 yang tinggi, rasio RBP4 dan hormon
resistin yang tinggi, peningkatan laju metabolisme glikogenolisis dan
glukoneogenesis pada hati, penurunan laju reaksi oksidasi dan peningkatan laju reaksi
esterifikasi pada hati.
Lalu dokter penyakit dalam menyuruh beliau cek ke dokter bedah lalu di cek oleh
dokter bedah dan dilakukan tindakan operasi dibersihkan luka luka kaki yang
memerah. Setelah dilakukan operasi pasien dirawat selama seminggu dan akhirnya
dibolehkan pulang.
Setelah itu pasien menjalankan rawat jalan dengan intensitas pertemuan 3 hari sekali
pasca operasi lalu berubah menjadi seminggu sekali selama sebulan. Untuk mengecek
ke dokter penyakit dalam dan dokter bedah.
Untuk cek up pasien dilakukan sebulan sekali ke klinik dokter umum untuk cek gula
darah dan cek hipertensi.
Setelah itu melakukan sesi wawancara lalu dilakukan sesi konseling dengan layanan
konseling individual pendekatan kognitif karena pasien memiliki hipertensi dan
memiliki kesulitan mengatur emosi maka diberikannya untuk perubahan pola pikir
klien tentang penempatan emosi yang tepat. Saya juga memberikan sedikit saran apa
saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan pasien karena menurut anak yang sedang
mendampingi pasien berobat pasien kesulitan dalam menjaga pola makan. Pasien
seiringkali susah untuk dilarang ini dan itu oleh anaknya menyebabkan pasien sering
kali tinggi gula darah juga hipertensinya.

3. Cara pelaksanaan konseling sesuai J,K,L,M


J. Rencana Pelaksanaan Konseling
A. Klien 1

Nama : Ibu Sumiyati

Usia : 58 tahun

Penyakit : Hipertensi

B. Klien 2
Nama : Abu Bakar
Usia : 41 tahun
Pekerjaan : Juru Parkir
Penyakit : Hipertensi
C. Klien 3
Nama : Misar
Usia : 71 tahun
Penyakit : hipertensi dan diabetes tipe 2

No. Klien Waktu Layanan yang diberikan Keterangan

1. 1 45 1. Layanan konseling individu (mengarahkan - melakukan konseling


individu dengan
klien untuk mampu memaknai arti hidup
menit tahapan konseling
yang sehat) individu
- mengarahkan klien
2. Layanan informasi (memberikan informasi
untuk bersikap
pentingnya menjaga dan mengatur pola/ gaya terbuka dan
membuat klien
hidup)
percaya dan nyaman.
3. Pendekatan konseling dengan dengan - Mengajak klien
untuk berfokus pada
pendekatan client centered (tujuannya adalah kondisi saat ini yang
bisa dilakukan.
untuk memfokuskan diri pada klien pada - merefleksikan apa
yang telah klien
pertanggungjawaban dan kapasitasnya dalam capai terhadap diri
klien sendiri
rangka menemukan cara yang tepat untuk - menyimpulkan
kegiatan konseling
menghadapi realitas yang dihadapi klien atau

dengan kata lain membantu klien agar

berkembang secara optimal sehingga mampu

menjadi manusia yang berguna).

2. 2 45 Menit 1. Layanan konseling individu (mengarahkan - melakukan


klien untuk mampu memaknai arti hidup
konseling individu
yang sehat)
dengan tahapan
2. Layanan konsultasi (mengarahkan klien
untuk lebih memahami tentang perawatan konseling individu
diri sehingga terbentuk perilaku yang
- Mengajak klien
posistif) untuk berfokus
pada kondisi saat
ini yang bisa
dilakukan.
- merefleksikan apa
yang telah klien
capai terhadap diri
klien sendiri
- menyimpulkan

kegiatan konseling

3. 3 1.45 layanan
e konseling individu - melakukan
(mengarahkan klien untuk mampu
n konseling individu
memaknai arti hidup yang sehat)
i dengan tahapan
2. layanan konseling pendekatan kognitif
(melakukan
t perubahan pola pikir konseling individu
mengenai penempatan emosi yang tepat)
- mengarahkan klien
untuk bersikap
terbuka dan
membuat klien
percaya dan
nyaman.
- merefleksikan apa
yang telah klien
capai terhadap diri
klien sendiri
- menyimpulkan

kegiatan konseling

K. Laporan Pelaksanaan Konseling

No. Tanggal Waktu Yang dilakukan Tanggapan Keterangan

klien

1. 3 Januari Pukul 1. Layanan konseling Klien Konseling


individu (mengarahkan
2023 10.00-10.45 merespon berjalan
klien untuk mampu
dengan baik dengan
memaknai arti hidup
yang sehat) dan kondusif
2. Layanan informasi
kooperatif.
(memberikan informasi
Namun
pentingnya menjaga dan
mengatur pola/ gaya awalnya
hidup)
klien sempat
3. Pendekatan konseling
merasa cuek
dengan dengan
pendekatan client dengan
centered (tujuannya
adalah untuk konseling
memfokuskan diri pada
yang
klien pada
diadakan.
pertanggungjawaban dan
kapasitasnya dalam
rangka menemukan cara
yang tepat untuk
menghadapi realitas
yang dihadapi klien atau
dengan kata lain
membantu klien agar
berkembang secara
optimal sehingga mampu
menjadi manusia yang
berguna).
2. 3 Januari Pukul 1. Layanan konseling Klien Konseling
individu (mengarahkan
2023 13.00-13.45 merespon berjalan
klien untuk mampu
dengan baik dengan baik
memaknai arti hidup
yang sehat) dan
2. Layanan konsultasi
kooperatif.
(mengarahkan klien
untuk lebih memahami
tentang perawatan diri
sehingga terbentuk
perilaku yang posistif)

3. 3 Januari Pukul 1. layanan konseling Klien Konseling


individu (mengarahkan
2023 13.00-13.45 merespon berjalan
klien untuk mampu
memaknai arti hidup dengan baik dengan baik
yang sehat)
dan
2. layanan konseling
kooperatif.
pendekatan kognitif
(melakukan perubahan
pola pikir mengenai
penempatan emosi yang
tepat)

L. Evaluasi Konseling

1. klien 1 : Konselor melakukan konseling pertama kali dengan klien, klien diberikan layanan

konseling individu di mana membahas mengenai menjaga pola hidup yang baik dan sehat, lalu

konselor memberikan layanan informasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan dan juga

memberikan layanan pendekatan client centered. Klien merespon dengan baik dan juga antusisas

meskipun awalnya klien cuek pada konseling yang diadakan.

2. Klien 2 : Konselor melakukan konseling pertama kali dengan klien, klien diberikan layanan

konseling individu di mana membahas mengenai menjaga pola hidup yang baik dan sehat, lalu

layanan konsultasi (mengarahkan klien untuk lebih memahami tentang perawatan diri sehingga

terbentuk perilaku yang posistif). Klien merespon dengan baik dan juga antusisas.

3. Klien 3 : Konselor melakukan konseling pertama kali dengan klien, klien diberikan layanan

konseling individu di mana membahas mengenai menjaga pola hidup yang baik dan sehat, lalu
layanan konseling pendekatan kognitif (melakukan perubahan pola pikir mengenai penempatan

emosi yang tepat), Klien merespon dengan baik dan juga antusisas konseling berjalan kondusif.

M. Tindak Lanjut dan Rekomendasi

1. Rekomendasi

a) Klien memiliki semangat dalam hidupnya (+)

b)klien memiliki rasa optimis akan kestabilan penyakit yang diderita(+)

c) klien bisa menurunkan rasa cemasnya kepada lingkungan sekitar (+)

d) Klien mulai menyusun rencana-rencana untuk masa depannya (+)

2. Tindak Lanjut

Karena klien sudah ada perubahan yang positif maka tidak ada tindak lanjut, untuk itu

konselor hanya akan melakukan pemantauan-pamantauan saja. Apabila diperlukan tindak

lanjut, maka konselor akan mengatur jadwal kembali untuk melakukan konseling.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Penyakit kronis adalah suatu penyakit yang diderita dalam kurun waktu lama,

yaitu sekitar lebih dari enam bulan atau bahkan bertahun-tahun. Biasanya penyakit

kronis tidak menimbulkan gejala pada tahap awal, tetapi gejala akan muncul

ketika penyakit tersebut mulai memburuk atau semakin parah.

Hipertensi adalah pengertian medis dari penyakit tekanan darah tinggi. Kondisi

ini dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi kesehatan yang membahayakan

nyawa jika dibiarkan. Bahkan, gangguan ini dapat menyebabkan peningkatan risiko

terjadinya penyakit jantung, stroke, hingga kematian. Penyakit kronis ini umumnya tidak

bergejala. Biasanya, gejala hipertensi baru muncul bila tekanan darah penderitanya sudah

sangat tinggi. Gejala yang dapat muncul, yaitu sakit kepala, lemas, gangguan penglihatan,

nyeri dada, dada berdebar, dan sesak napas.

Diabetes atau penyakit gula adalah penyakit kronis atau yang berlangsung jangka

panjang. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah (glukosa) hingga di

atas nilai normal. Diabetes terjadi ketika tubuh pengidapnya tidak lagi mampu

mengambil gula (glukosa) ke dalam sel dan menggunakannya sebagai energi. Kondisi ini

pada akhirnya menghasilkan penumpukan gula ekstra dalam aliran darah tubuh.

2. Saran

Penyakit diabetes dan hipertensi adalah penyakit yang harus terus dikontrol rutin setiap

bulannya, karena apabila tidak terkontrol penyakit ini dapat membahayakan penderitanya
apabila telat dlam penanganannya. Disarankan untuk keluarga maupun orang terdekat

dengan pasien diabetes maupun hipertensi lebih memerhatikan untuk mengontrol rutin ke

dokter dan mencoba mengajak agar melakukan pola hidup yang sehat.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai