Anda di halaman 1dari 10

KLINIK PRATAM AHJ.

AISAH RAWAT INAP


Jl. Raya Selatan No. 3 Desa Pagiyanten Kec. Adiwerna Kab. Tegal
Telp.(0283)442247, Hp. 085640812275

Pagiyanten, Februari 2020

Kepada Yth, Bapak/Ibu


NY.TAMLIKHA
Pagiyanten RT 13,RW 4
Dengan Hormat,

Bersama ini kami sampaikan Klinik Hj. Aisah akan mengadakan kegiatan program
pengelolaan penyakit seperti Diabetes Militus, Hipertensi, dan Jantung bagi peserta BPJS.
yang akan dilaksanakan pada :

Hari dan Tanggal :

Jam :

Tempat : Klinik Hj. Aisah Pagiyanten

Acara : 1. Pemeriksaan Kesehatan (tensi)

2. Senam PROLANIS

3. Penkes/ Penyuluhan

Atas perhatian dan kehadirannya kami sampaikan terimakasih.

Kepala Klinik

(Hj. Aisah S.ST)


Pengertian Diabetes

Diabetes adalah penyakit kronis atau yang berlangsung jangka panjang yang ditandai dengan
meningkatnya kadar gula darah (glukosa) hingga di atas nilai normal. Ada dua jenis utama
diabetes, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2.
 

Pengertian Diabetes

Diabetes adalah penyakit kronis atau yang berlangsung jangka panjang yang ditandai dengan
meningkatnya kadar gula darah (glukosa) hingga di atas nilai normal. Ada dua jenis utama
diabetes, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2.

Faktor Risiko Diabetes

Faktor risiko diabetes tipe 1, antara lain:

 Faktor riwayat keluarga atau keturunan, yaitu ketika seseorang akan lebih memiliki
risiko terkena diabetes tipe 1 jika ada anggota keluarga yang mengidap penyakit yang
sama, karena berhubungan dengan gen tertentu.
 Faktor geografi, orang yang tinggal di daerah yang jauh dari garis khatulistiwa, seperti
di Finlandia dan Sardinia, berisiko terkena diabetes tipe 1. Hal ini disebabkan karena
kurangnya vitamin D yang bisa didapatkan dari sinar matahari, sehingga akhirnya
memicu penyakit autoimun.
 Faktor usia. Penyakit ini paling banyak terdeteksi pada anak-anak usia 4-7 tahun,
kemudian pada anak-anak usia 10-14 tahun.
 Faktor pemicu lainnya, seperti mengonsumsi susu sapi pada usia terlalu dini, air yang
mengandung natrium nitrat, sereal dan gluten sebelum usia 4 bulan atau setelah 7
bulan, memiliki ibu dengan riwayat preeklampsia, serta menderita penyakit kuning
saat lahir.

Faktor risiko diabetes tipe 2, antara lain:

 Berat badan berlebih atau obesitas.


 Distribusi lemak perut yang tinggi.
 Gaya hidup tidak aktif dan jarang beraktivitas atau berolahraga.
 Riwayat penyakit diabetes tipe 2 dalam keluarga.
 Ras kulit hitam, hispanik, Native American, dan Asia-Amerika, memiliki angka
pengidap lebih tinggi dibandingkan dengan ras kulit putih.
 Usia di atas 45 tahun, walaupun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi sebelum
usia 45 tahun.
 Kondisi prediabetes, yaitu ketika kadar gula darah lebih tinggi dari normal, tapi tidak
cukup tinggi untuk diklasifikasikan sebagai diabetes.
 Riwayat diabetes saat hamil.
 Wanita dengan sindrom ovarium polikistik, yang ditandai dengan menstruasi tidak
teratur, pertumbuhan rambut berlebihan, dan obesitas.

Penyebab Diabetes

Diabetes disebabkan karena adanya gangguan dalam tubuh, sehingga tubuh tidak mampu
menggunakan glukosa darah ke dalam sel, sehingga glukosa menumpuk dalam darah. Pada
diabetes tipe 1, gangguan ini disebabkan karena pankreas tidak dapat memproduksi hormon
tertentu. Sedangkan pada diabetes tipe 2, gangguan ini terjadi akibat tubuh tidak efektif
menggunakan hormon tertentu atau kekurangan hormon tertentu yang relatif dibandingkan
kadar glukosa darah. Kadar glukosa yang tinggi ini dapat merusak pembuluh darah kecil di
ginjal, jantung, mata, dan sistem saraf, sehingga mengakibatkan berbagai macam komplikasi.

Gejala Diabetes

Beberapa gejala diabetes tipe 1 dan tipe 2, antara lain:

 Sering merasa haus.


 Frekuensi buang air kecil meningkat, terutama pada malam hari.
 Rasa lapar yang terus-menerus.
 Berat badan turun tanpa sebab yang jelas.
 Lemas dan merasa lelah.
 Pandangan yang kabur.
 Luka yang lama sembuh.
 Sering mengalami infeksi pada kulit, saluran kemih, gusi, atau vagina.

Diagnosis Diabetes
Dokter akan mendiagnosis diabetes pada seseorang dengan melakukan wawancara medis,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah dan urine.

Baca juga: Cek Diabetes Mellitus dengan Pemeriksaan Ini

Komplikasi Diabetes

Baik diabetes tipe 1 maupun 2 dapat menyebabkan komplikasi berupa kerusakan retina mata,
kerusakan saraf, penyakit stroke dan jantung koroner, kerusakan ginjal, disfungsi seksual,
keguguran, atau bayi lahir mati dari ibu yang mengidap diabetes.

Baca juga: Diabetes Bisa Sebabkan Katarak, Ini Alasannya

Pengobatan Diabetes

Pengobatan diabetes tipe 1, antara lain:

 Hormon tertentu untuk mengontrol glukosa darah. Pemberian hormon ini dengan cara
disuntikkan pada lapisan di bawah kulit sekitar 3-4 kali sehari sesuai dosis yang
dianjurkan dokter.
 Pola makan sehat dan olahraga teratur untuk membantu mengontrol tingkat glukosa
darah.
 Merawat kaki dan memeriksakan mata secara berkala untuk mencegah komplikasi
lebih lanjut.

Pengobatan diabetes tipe 2, antara lain:

1. Perubahan pola hidup sehat, antara lain:

o Menghindari makanan berkadar glukosa tinggi atau berlemak tinggi.


o Meningkatkan makanan tinggi serat.
o Melakukan olahraga secara teratur, minimal 3 jam setiap minggu.
o Menurunkan dan menjaga berat badan tetap ideal.
o Menghindari atau berhenti merokok.
o Menghindari atau berhenti mengonsumsi minuman beralkohol.
o Menjaga kesehatan kaki dan mencegah kaki terluka.
o Memeriksa kondisi kesehatan mata secara rutin.

2. Pemberian obat-obatan diabetes di bawah pengawasan dokter.

Baca juga:  Tak banyak yang Tahu, Ini Manfaat Okra untuk Atasi Diabetes

 
Pencegahan Diabetes

Pada diabetes tipe 1, antara lain:

Menjalani pengobatan intensif jika terdapat anggota


keluarga yang mengidap diabetes
Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Kondisi ini dapat menyebabkan
komplikasi kesehatan yang parah dan meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan
terkadang kematian.

Tekanan darah adalah kekuatan yang diberikan oleh sirkulasi darah terhadap dinding arteri
tubuh, yaitu pembuluh darah utama dalam tubuh. Tekanan ini tergantung pada resistensi
pembuluh darah dan seberapa keras jantung bekerja. Semakin banyak darah yang dipompa
jantung dan semakin sempit arteri, maka semakin tinggi tekanan darah.

Hipertensi dapat diketahui dengan cara rajin memeriksakan tekanan darah. Untuk orang
dewasa minimal memeriksakan darah setiap lima tahun sekali.

Hasil tekanan darah ditulis dalam dua angka. Angka pertama (sistolik) mewakili tekanan
dalam pembuluh darah ketika jantung berkontraksi atau berdetak. Angka kedua (diastolik)
mewakili tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung beristirahat di antara detak
jantung.

Seseorang bisa dikatakan mengalami hipertensi bila ketika diukur pada dua hari yang
berbeda, pembacaan tekanan darah sistolik pada kedua hari adalah lebih besar dari 140
mmHg dan / atau pembacaan tekanan darah diastolik pada kedua hari adalah lebih besar dari
90 mmHg.

Baca juga: Kolesterol Tinggi dan Darah Tinggi Berbahaya Jika Disatukan

Faktor Risiko Hipertensi

Seiring bertambahnya usia, kemungkinan mengidap hipertensi akan meningkat. Berikut ini
faktor-faktor pemicu yang dapat memengaruhi peningkatan risiko hipertensi:

 Berusia di atas 65 tahun.


 Mengonsumsi banyak garam.
 Kelebihan berat badan.
 Memiliki keluarga dengan hipertensi.
 Kurang makan buah dan sayuran.
 Jarang berolahraga.
 Minum terlalu banyak kopi (atau minuman lain yang mengandung kafein).
 Terlalu banyak mengonsumsi minuman keras.
Risiko hipertensi dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan dengan kandungan gizi yang
baik dan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.

Baca juga: Tekanan Darah Rendah atau Tinggi, Manakah


yang Lebih Berbahaya?
 

Penyebab Hipertensi

Ada dua jenis tekanan darah tinggi, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Berikut
penyebab masing-masing kedua jenis hipertensi tersebut:

1. Hipertensi Primer

Pada kebanyakan orang dewasa penyebab tekanan darah tinggi ini seringkali tidak diketahui.
Hipertensi primer cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun.

2. Hipertensi Sekunder

Beberapa orang memiliki tekanan darah tinggi karena memiliki kondisi kesehatan yang
mendasarinya. Hipertensi sekunder cenderung muncul tiba-tiba dan menyebabkan tekanan
darah lebih tinggi daripada hipertensi primer.

Berbagai kondisi dan obat-obatan yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder, antara lain:

o Obstruktif sleep apnea (OSA).


o Masalah ginjal.
o Tumor kelenjar adrenal.
o Masalah tiroid.
o Cacat bawaan di pembuluh darah.
o Obat-obatan, seperti pil KB, obat flu, dekongestan, obat penghilang rasa sakit
yang dijual bebas.
o Obat-obatan terlatang, seperti kokain dan amfetamin.

Gejala Hipertensi

Seseorang yang mengidap hipertensi akan merasakan beberapa gejala yang timbul. Gejala
yang muncul akibat hipertensi, antara lain:

 Sakit kepala.
 Lemas.
 Masalah dalam penglihatan.
 Nyeri dada.
 Sesak napas.
 Aritmia.
 Adanya darah dalam urine.

Diagnosis Hipertensi

Untuk mengukur tekanan darah, dokter atau tenaga ahli biasanya akan memakaikan manset
lengan tiup di sekitar lengan dan mengukur tekanan darah dengan menggunakan alat
pengukur tekanan. 

Hasil pengukuran tekanan darah dibagi menjadi empat kategori umum:

 Tekanan darah normal, yaitu di bawah 120/80 mmHg.


 Tekanan darah tinggi, bila tekanan sistolik berada di kisaran 120-129 mmHg dan
tekanan diastolik berada di bawah 80 mmHg.
 Hipertensi stadium 1, bila tekanan sistolik berada di kisaran 130-139 mmHg dan
tekanan diastolik berkisar antara 80-89 mmHg.
 Hipertensi stadium 2. Ini adalah kondisi hipertensi yang lebih parah. Hipertensi tahap
2 adalah ketika tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih tinggi atau tekanan diastolik 90
mmHg atau lebih tinggi.

Pengobatan Hipertensi

Bagi sebagian pengidap hipertensi, konsumsi obat harus dilakukan seumur hidup untuk
mengatur tekanan darah. Namun, jika tekanan darah pengidap sudah terkendali melalui
perubahan gaya hidup, penurunan dosis obat atau konsumsinya dapat dihentikan. Dosis yang
sudah ditentukan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena takarannya
disesuaikan dengan tingkat tekanan darah. Selain itu, obat yang diberikan juga harus
diperhatikan apa saja dampak dan efek samping yang timbul pada tubuh sang pengidap.

Obat-obatan yang umumnya diberikan kepada para pengidap hipertensi, antara lain:

 Obat untuk membuang kelebihan garam dan cairan di tubuh melalui urine. Hipertensi
membuat pengidapnya rentan terhadap kadar garam tinggi dalam tubuh, untuk itu
penggunaan obat ini dibutuhkan sebagai bagian dari pengobatan. 
 Obat untuk melebarkan pembuluh darah, sehingga tekanan darah bisa turun.
Hipertensi membuat pengidapnya rentan untuk mengalami sumbatan pada pembuluh
darah. 
 Obat yang bekerja untuk memperlambat detak jantung dan melebarkan pembuluh.
Tujuan penggunaan obat ini adalah untuk menurunkan tekanan darah pengidap
hipertensi. 
 Obat penurun tekanan darah yang berfungsi untuk membuat dinding pembuluh darah
lebih rileks. 
 Obat penghambat renin yang memliiki fungsi utama obat untuk menghambat kerja
enzim yang berfungsi untuk menaikan tekanan darah dan dihasilkan oleh ginjal. Jika
renin bekerja berlebihan, tekanan darah akan naik tidak terkendali. 
Selain konsumsi obat-obatan, pengobatan hipertensi juga bisa dilakukan melalui terapi
relaksasi, misalnya terapi meditasi atau terapi yoga. Terapi tersebut bertujuan untuk
mengendalikan stres dan memberikan dampak relaksasi bagi pengidap hipertensi. Pengobatan
terhadap hipertensi juga tidak akan berjalan lancar jika tidak disertai dengan perubahan gaya
hidup. Menjalani pola makan dan hidup sehat, serta menghindari konsumsi kafein dan garam
yang berlebihan juga harus dilakukan.

Pencegahan Hipertensi

Terdapat berbagai langkah pencegahan yang bisa dilakukan terhadap penyakit hipertensi,
antara lain:

 Mengonsumsi makanan sehat.


 Mengurangi konsumsi garam jangan sampai berlebihan.
 Mengurangi konsumsi kafein yang berlebihan seperti teh dan kopi.
 Berhenti merokok.
 Berolahraga secara teratur.
 Menurunkan berat badan, jika diperlukan.
 Mengurangi konsumsi minuman beralkohol.
 Menghindari konsumsi minuman bersoda.

Baca juga: Hati-Hati, Kopi dan Hipertensi Jadi Penyebab Stroke di Usia 30-an

 tipe 1.
 Menjalami tes DNA untuk mengetahui adanya gen pembawa atau penyakit diabetes
tipe 1.

Pada diabetes tipe 2, antara lain:

 Mempertahankan berat badan ideal dengan mengonsumsi makanan rendah lemak.


 Mengonsumsi makanan tinggi serat seperti buah dan sayur.
 Mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis.
 Berolahraga secara rutin dan banyak melakukan aktivitas fisik.
 Mengurangi waktu duduk diam terlalu lama, seperti ketika menonton televisi.
 Menghindari atau berhenti merokok.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera hubungi dokter untuk mendapatkan solusi terbaik jika mengalami gejala-gejala di
atas.

Anda mungkin juga menyukai