kadar gula darah normal yaitu kurang dari 100 mg/dL. Apabila kadar gula darah sudah
mencapai 100-125 mg/dL berarti masuk status prediabetes. Sementara itu, kadar gula darah
yang mencapai 126 mg/dL ke atas sudah tergolong diabetes. Kadar gula darah tinggi dikenal
sebagai hiperglikemia. Pada dasarnya hiperglikemia adalah kondisi ketika kadar gula dalam
darah meningkat atau berlebihan. Sementara itu diabetes merupakan penyakit yang sebagian
besar dipengaruhi oleh hiperglikemia.
Penyebab gula darah tinggi dari penyakit gula terjadi akibat adanya gangguan dalam tubuh.
Sebab, kondisi ini membuat tubuh tidak mampu menggunakan glukosa darah ke dalam sel.
Alhasil, glukosa menumpuk dalam darah. Pada penyakit gula tipe 1, gangguan ini terjadi
akibat sistem kekebalan tubuh yang biasanya menyerang virus atau bakteri berbahaya
lainnya, malah menyerang dan menghancurkan sel penghasil insulin.
Akibatnya, tubuh kekurangan atau bahkan tidak dapat memproduksi insulin sehingga gula
yang seharusnya diubah menjadi energi oleh insulin, menyebabkan terjadinya penumpukan
gula dalam darah.
Sedangkan pada penyakit gula tipe 2, tubuh bisa menghasilkan insulin secara normal. Tetapi,
insulin tidak dapat tubuh gunakan secara normal. Kondisi ini dikenal juga sebagai resistensi
insulin.
Faktor riwayat keluarga atau keturunan, yaitu ketika seseorang akan lebih memiliki risiko
terkena diabetes tipe 1 jika ada anggota keluarga yang mengidap penyakit yang sama, karena
berhubungan dengan gen tertentu.
Faktor geografi, orang yang tinggal di daerah yang jauh dari garis khatulistiwa, seperti di
Finlandia dan Sardinia, berisiko terkena diabetes tipe 1. Hal ini disebabkan karena kurangnya
vitamin D yang bisa didapatkan dari sinar matahari, sehingga akhirnya memicu penyakit
autoimun.
Faktor usia. Penyakit ini paling banyak terdeteksi pada anak-anak usia 4–7 tahun, kemudian
pada anak-anak usia 10–14 tahun.
Faktor pemicu lainnya, seperti mengonsumsi susu sapi pada usia terlalu dini, air yang
mengandung natrium nitrat, sereal dan gluten sebelum usia 4 bulan atau setelah 7 bulan,
memiliki ibu dengan riwayat preeklampsia, serta menderita penyakit kuning saat lahir.
Sementara itu, berikut adalah beberapa faktor risiko dari penyakit gula tipe 2, antara lain:
Maka dari itu, segeralah memeriksakan diri ke dokter jika mengalami salah satu atau
sejumlah tersebut. Hal ini bertujuan agar pengidapnya mendapatkan perawatan yang tepat
sedari dini, sehingga risiko akan komplikasi dari diabetes dapat terhindarkan.
1. Tes glukosa darah puasa. Untuk tes ini, pengidap penyakit gula perlu tidak makan atau
minum apa pun kecuali air putih (puasa). Puasa ini setidaknya delapan jam sebelum tes.
Sebab, makanan dapat sangat memengaruhi gula darah, tes ini memungkinkan dokter melihat
gula darah dasar.
2. Tes glukosa darah acak. Pemeriksaan ini dapat pengidap penyakit gula lakukan secara
acak. Meskipun ketika kamu sedang berpuasa.
3. A1c. Tes ini, juga memiliki istilah lain HbA1C atau tes hemoglobin terglikasi.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menunjukkan kadar glukosa darah rata-rata seseorang
selama dua hingga tiga bulan terakhir.
4. Tes toleransi glukosa oral. Dalam tes ini, pengukuran kadar glukosa darah akan dokter
lakukan setelah puasa semalam. Kemudian pengidap penyakit gula akan minum minuman
manis. Nantinya, kadar glukosa darah pasien kemudian diperiksa pada jam satu, dua dan tiga.
Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan darah dan urine untuk membedakan
apakah seseorang terkena diabetes tipe 1 atau 2. Nantinya, darah akan diperiksa untuk
autoantibodi (tanda autoimun bahwa imun tubuh menyerang dirinya sendiri). Sementara itu,
urine akan diperiksa untuk mengetahui adanya keton (pertanda tubuh seseorang membakar
lemak sebagai suplai energinya).
Pengobatan Diabetes
Pengobatan akan disesuaikan dengan jenis penyakit gula yang kamu alami. Terapi insulin
menjadi salah satu pengobatan yang bisa dilakukan oleh pengidap kondisi ini, baik tipe 1
maupun tipe 2. Bahkan, pada diabetes tipe 1 yang cukup berat, transplantasi pankreas dapat
menjadi pilihan guna mengatasi kerusakan pada pankreas.
Sedangkan pada pengidap diabetes tipe 2 akan diberikan beberapa jenis obat-obatan. Namun,
umumnya ada beberapa perawatan yang harus dilakukan untuk menurunkan risiko diabetes,
seperti:
Pencegahan Diabetes
Meskipun faktor risiko diabetes seperti riwayat keluarga dan ras tidak dapat diubah, tapi ada
faktor risiko lain yang dapat dicegah sedari dini melalui penerapan hidup sehat. Berikut
adalah beberapa langkah gaya hidup sehat yang dapat kamu lakukan mencegah penyakit
diabetes, antara lain:
Komplikasi Diabetes
Komplikasi dari diabetes akan berkembang secara bertahap. Semakin lama seseorang
mengidap diabetes dan semakin tidak terkontrolnya penyakitnya, maka akan semakin tinggi
pula risiko komplikasi. Akhirnya, komplikasi diabetes dapat melumpuhkan atau bahkan
mengancam jiwa. Berikut adalah beberapa kemungkinan komplikasi diabetes secara umum,
yaitu:
Penyakit kardiovaskular. Diabetes dapat meningkatkan risiko berbagai masalah pada sistem
kardiovaskular. Hal ini termasuk penyakit arteri koroner dengan nyeri dada (angina), serangan
jantung, stroke dan penyempitan arteri (aterosklerosis).
Kerusakan mata (retinopati). Baik diabetes tipe 1 maupun 2 dapat menyebabkan komplikasi
berupa kerusakan retina mata,
Kerusakan saraf (neuropati). Kelebihan gula dapat melukai dinding pembuluh darah kecil
(kapiler) yang memberi nutrisi pada saraf terutama pada kaki. Hal ini dapat menyebabkan
kesemutan, mati rasa, terbakar atau nyeri yang biasanya dimulai pada ujung jari kaki atau jari
tangan dan secara bertahap menyebar ke atas.