Anda di halaman 1dari 4

Reaksi gigitan serangga tergantung pada jenis serangga dan sensitivitas individu.

Gigitan
kutu, tungau, dan nyamuk cenderung menyebabkan rasa gatal gatal.

Penyebab Gigitan Serangga


Golongan serangga yang gigitan atau sengatannya dapat menyebabkan reaksi serius
atau alergi adalah dari golongan Hymenoptera. Bahkan, kasus kematian akibat sengatan lebah
3-4 kali lebih banyak dibandingkan kematian akibat gigitan ular. Beberapa jenis serangga
yang menyengat, antara lain:

 Kumbang.
 Lebah madu.
 Pikat.
 Semut api.
 Tawon. 

Sedangkan serangga yang menggigit dan mengisap darah, antara lain:

 Kutu busuk.
 Kalat hitam.
 Lalat pasir.
 Lalat rusa.
 Lalat kuda.
 Kutu rambut.
 Nyamuk.
 Laba-laba.

Kebanyakan serangga biasanya tidak menyerang manusia, kecuali jika mereka merasa
terancam. Banyak gigitan dan sengatan bersifat defensif. Serangga juga akan menyengat
untuk melindungi sarang, atau ketika kebetulan disentuh atau diganggu. Sehingga sarangnya
tidak boleh diganggu atau didekati.

Sengatan atau gigitan serangga menyuntikkan racun yang terdiri dari protein dan zat lain
yang dapat memicu reaksi alergi pada korban. Sengatannya juga menyebabkan kemerahan
dan bengkak di tempat sengatan. 

Lebah, tawon, dan semut api adalah anggota dari keluarga Hymenoptera. Gigitan atau
sengatan dari spesies ini dapat menyebabkan reaksi serius pada orang yang alergi
terhadapnya. Namun perlu diketahui, lebah, tawon, dan semut api berbeda dalam cara mereka
melukai. 

Ketika lebah menyengat, ia kehilangan seluruh alat injeksi (penyengat) dan benar-benar mati
dalam prosesnya. Sedangkan tawon tidak menimbulkan banyak sengatan, karena ia tidak
kehilangan alat penyengatnya setelah menyengat. Sementara itu, semut api menyuntikkan
racunnya dengan menggunakan mandibula (bagian rahang yang menggigit) dan memutar
tubuhnya sehingga ini memungkinkan mereka untuk menyuntikkan racun berkali-kali. 

Hal yang perlu diwaspadai adalah serangga dapat menularkan penyakit hanya dengan
mentransfer patogen Salmonella melalui kontak. Misalnya, dalam kondisi yang tidak sehat,
lalat rumah biasanya memainkan peran dalam penyebaran infeksi usus manusia.
Seperti disentri, tifus, basil, dan amuba. Penyebaran terjadi melalui kontaminasi makanan
manusia saat ia mendarat dan berjalan di atas makanan setelah sebelumnya hingga di benda-
benda terkontaminasi, seperti kotoran. 

Faktor Risiko Gigitan Serangga


Beberapa faktor yang meningkatkan risiko gigitan serangga, antara lain:

 Melakukan aktivitas atau pekerjaan di luar ruangan.


 Memakai pakaian berwarna gelap atau longgar.
 Menggunakan parfum dengan aroma bunga.
 Mengunjungi peternakan lebah atau beraktivitas dekat sarang lebah. 

Gejala Gigitan Serangga


Beberapa gejala yang umum dirasakan akibat gigitan atau sengatan serangga, antara lain:

 Bengkak.
 Gatal.
 Kemerahan.
 Kesemutan.
 Mati rasa.
 Nyeri.
 Sensasi terbakar. 

Meski demikian, pada beberapa orang, dapat terjadi reaksi yang parah dan berbahaya akibat
gigitan serangga atau sengatan lebah. Kondisi ini disebut dengan syok anafilaksis. Syok
anafilaksis terjadi dengan sangat cepat dan jika tidak segera diatasi, dapat mengancam nyawa.
Beberapa gejalanya, antara lain:

 Kesulitan bernapas.
 Kesulitan menelan.
 Nyeri dada.
 Nyeri perut hingga muntah.
 Pembengkakan pada wajah atau mulut.
 Pingsan atau pusing.
 Ruam kemerahan pada kulit. 

Gejala-gejala ini memerlukan perhatian medis segera.

Sementara itu, beberapa orang mungkin memiliki reaksi yang lebih kuat saat kedua kali jenis
serangga tertentu menggigit mereka. Seseorang mungkin menjadi lebih sensitif terhadap air
liur serangga. 

Gigitan serangga yang menyebabkan infeksi dapat menyebabkan:

 Nanah di dalam atau di sekitar gigitan.


 Kelenjar bengkak.
 Demam.
 Perasaan tidak sehat.
 Gejala seperti flu.
 Area gigitan bisa menjadi lebih merah dengan lebih banyak rasa sakit dan bengkak. 

Papula (semacam jerawat) yang gatal dapat berkembang dan bertahan beberapa hari.
Akhirnya, kebanyakan orang menjadi kebal dan tidak sensitif terhadap air liur setelah
menerima sejumlah gigitan serangga. 

Reaksi alergi terhadap gigitan serangga biasanya tidak berlangsung lebih dari beberapa jam.
Namun terkadang dapat bertahan selama berbulan-bulan. Dalam hal ini, individu harus
berkonsultasi dengan dokter. 

Diagnosis Gigitan Serangga


Dokter akan mendiagnosis gigitan serangga dengan diawali suatu wawancara medis lengkap.
Wawancara ini meliputi kronologis kejadian serta tanda dan gejala yang dialami pengidap.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh. Pemeriksaan penunjang
jarang dilakukan untuk membantu menentukan diagnosis. Meski demikian, jika diperlukan,
dapat dilakukan beberapa pemeriksaan, seperti:

 Tes alergi bisa serangga, yang dilakukan dengan menggaruk kulit dengan dosis kecil
racun serangga dan melihat ukuran ruam untuk mengukur reaksi alergi terhadap racun
serangga.
 Tes penyakit Lyme, yang dilakukan jika gigitan disebabkan oleh kutu. Jika kutu
diangkat dari kulit, perlu dilakukan pemeriksaan untuk Borrelia burgdorferi, yaitu
penyebab dari penyakit Lyme. 

Komplikasi Gigitan Serangga


Jika gigitan atau sengatan serangga tidak menyebabkan syok anafilaksis, umumnya tidak
akan menyebabkan komplikasi yang berarti. Kendati demikian, pada syok anafilaksis yang
tidak segera ditangani, komplikasi dapat berupa kematian. 

Infeksi bakteri sekunder, seperti selulitis, limfangitis, atau impetigo, dapat terjadi jika
seseorang menggaruk area gigitan dan merusak kulit. Oleh karena itu, antibiotik dapat
diresepkan untuk mengobati infeksi ini. 

Hal yang perlu diwaspadai yaitu beberapa kutu membawa penyakit, seperti penyakit
Lyme. Borrelia burgdorferi, bakteri yang dibawah oleh beberapa kutu, menyebabkan
penyakit Lyme. Gejalanya berupa ruam merah yang menyebar ke luar. Antibiotik juga dapat
membantu mengobati penyakit Lyme.

Tanpa pengobatan, penyakit Lyme dapat menyebabkan:

 Meningitis.
 Kelumpuhan wajah.
 Radikulopati.
 Ensefalitis (jarang terjadi).
 Kerusakan sendi.
 Masalah jantung.

Berbagai jenis nyamuk juga dapat menularkan penyakit yang berbeda. Seperti virus West
Nile dan malaria.

Pengobatan Gigitan Serangga


Gigitan atau sengatan serangga yang tidak parah, dapat diatasi dengan perawatan di rumah.
Perawatan rumahan ini berguna untuk meringankan gejala dari reaksi ringan yang disebabkan
oleh gigitan dan sengatan serangga. Pada gigitan dan sengatan serangga yang menimbulkan
gejala yang parah, umumnya dokter akan memberikan obat berupa antihistamin untuk
mengurangi gatal, serta kortikosteroid untuk mengurangi gejala yang dialami pengidap. 

Pada gigitan dan sengatan serangga yang menyebabkan syok anafilaksis, suntikan adrenalin
atau epinefrin oleh tenaga medis terlatih harus segera dilakukan dengan cepat. Pada pengidap
yang memiliki alergi terhadap gigitan atau sengatan serangga, imunoterapi atau desensitisasi
dapat dijadikan pilihan pengobatan. Imunoterapi racun dapat membantu mencegah reaksi
sistemik pada orang-orang yang sensitif terhadap sengatan atau gigitan serangga. 

Anda mungkin juga menyukai