Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

INSECT BITE

Disusun oleh :

Grandy Vabbio
Talanila
112015419
Pembimbing :

dr. Antoni Miftah, SpKK

KEPANITERAAN KLINIK SMF KULIT DAN KELAMIN


RS BHAYANGKARA POLDA LAMPUNG 2018

INSECT BITE

I. PENDAHULUAN
Insect bite (gigitan serangga) adalah kelainan akibat dari gigitan atau
sengatan serangga yang disebabkan oleh reaksi terhadap toksin atau alergen

1
yang dikeluarkan artropoda penyerang. Serangga penggigit tersebut
menyebabkan efek negatif pada makhluk hidup yang terkena sengatnya. 1
Sinonim termasuk bedbug bite, bee sting, black widow spider bite, brown
recluse bite, flea bite, honey bee or hornet sting, lice bite, mite bite, scorpion
bite, spider bite, wasp sting, yellow jacket sting.2
Insect bite (gigitan serangga) merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang cukup besar saat ini terutama rentan terhadap bayi dan anak-anak. Insect bite
ini disebabkan oleh filum Artropoda kelas Insekta. Gigitan serangga dapat
menunjukkan masalah yang serius, karena beberapa faktor yaitu reaksi alergi
berat (anafilaksis). Reaksi ini tergolong tidak biasa karena dapat mengancam
kehidupan dan membutuhkan pertolongan darurat. misalnya reaksi racun oleh
gigitan atau sengatan serangga, racun dari lebah, tawon, atau semut api.
Faktor yang lain juga bisa menyebabkan infeksi virus dan parasit yang
ditularkan melalui nyamuk. Akibat dari gigitan serangga bisa menimbulkan
gejala klinis yaitu : bengkak, merah, dan rasa gatal pada area yang digigit.
Apabila kulit yang terinfeksi digaruk, dengan garukan yang kuat bisa
menyebabkan infeksi sekunder lagi yaitu selulitis.1,3,4
Pencegahan pada gigitan serangga juga dibutuhkan yaitu penangkal
insekta (insect repellents). Akan tetapi, penangkal insekta yang digunakan ini
berbeda dengan insektisida, penangkal ini tidak membunuh insekta, tapi
mencegah gigitan ataupun sentuhan pada kulit. Efektifnya penangkal ini
karena nontoksik, nonalergen, noniritan, tidak merusak pakaian, mudah
digunakan dan murah.5

II. EPIDEMIOLOGI
Inisidens pada gigitan serangga dapat mengenai semua umur, tetapi
bayi dan anak-anak lebih rentan terkena gigitan serangga dibandingkan
dengan orang dewasa dan frekuensi yang sama pada pria dan wanita. Dari
literatur juga menunjukkan bahwa lingkungan menjadi salah satu faktor,
seperti perkebunan, persawahan, dll.3

2
III. ETIOLOGI
Insekta termasuk bagian dari artropoda. Dimana insekta terdiri dari :3,4
a. Anoplura (misal : Lice/kutu), ada 2 spesies yaitu Phthirius pubis dan
Pediculus humanus,
b. Coleoptera (terdapat 5 famili yang memproduksi bahan kimia yang dapat
menyebabkan inflamasi, yaitu : Meloidae (misal : kumbang),
Staphylinidae, Coccinellidae, and edemeridae)
c. Diptera (misal : lalat)
d. Hemiptera ( hama )
e. Hymenoptera ( lebah dan tawon )
f. Lepidoptera ( kupu-kupu dan ngangat )
g. Siphonaptera ( kutu/fleas ).

Beberapa contoh masalah serius yang diakibatkan oleh gigitan atau serangan
serangga diantaranya adalah : 6

1. Reaksi alergi berat (anaphylaxis). Reaksi ini tergolong tidak biasa, namun
dapat mengancam kehidupan dan membutuhkan pertolongan darurat.
2. Reaksi racun oleh gigitan atau serangan tunggal dari serangga. Serangga
atau laba-laba yang menyebabkan hal tersebut misalnya :
 Laba-laba janda (widow) yang berwarna hitam
 Laba-laba pertapa (recluse) yang berwarna coklat
 Laba-laba gembel (hobo)
 Kalajengking
3. Reaksi racun dari serangan lebah, tawon, atau semut api.
4. Reaksi kulit yang lebar pada bagian gigitan atau serangan.
5. Infeksi kulit pada bagian gigitan atau serangan.
6. Penyakit serum (darah), sebuah reaksi pada pengobatan (antiserum)
digunakan untuk mengobati gigitan atau serangan serangga.
7. Infeksi virus. Infeksi dari nyamuk dapat menyebarkan virus West Nile
kepada seseorang, menyebabkan inflamasi pada otak (encephalitis).
8. Infeksi parasit. Infeksi dari nyamuk dapat menyebabkan menyebarnya
malaria.

Bedbug - Black widow Body louse Flea Fly Kissing bug

3
close-up spider
II.

Insect stings Brown Black widow


Dust mite Mosquito, Wasp and allergy recluse spider
adult feeding spider
on the skin
III.

Stinger
removal Flea bite - Insect bite Insect bites Head louse, Head louse -
close-up reaction - on the legs male female
close-up
IV.

Head louse Lice, body Body louse, Crab louse, Pubic louse- Head louse
infestation - with stool female and female male and pubic
scalp (Pediculus larvae louse
humanus)
V.

Gambar 1. Beberapa macam insekta*

*Dikutip dari Kepustakaan no.7

IV. PATOGENESIS
Gigitan atau sengatan serangga menyebabkan luka kecil. Kemudian, lesi
yang terjadi menyebabkan sistem imun tubuh bekerja sebagai respon terhadap
benda asing yang masuk (dalam hal ini gigitan atau sengatan serangga) dengan
mengeluarkan antibodi. Hipersensitivitas yang terjadi pada lesi terhadap kulit

4
akibat gigitan atau sengatan serangga melalui mediatornya yang disebut
immunoglobulin E (IgE). Akibat reaksi tersebut bisa memberikan rasa gatal dan
effloresensi berupa papul, nodul dan vesikel biasanya timbul +48 jam setelah
gigitan atau sengatan tersebut. Manifestasi tersebut merupakan suatu reaksi
delayed hypersensitivity (type IV cell-mediated immunity) melalui antigen
selama gigitan tersebut.3

Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan racun (bisa) yang


tersusun dari protein dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi
kepada penderita. Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan dan bengkak
dilokasi yang tersengat.4

Sengatan dan saliva adalah suatu komponen yang kompleks dari gigitan
serangga yang menyebabkan luka kecil. Reaksi awal yang berperan pada reaksi
adalah histamin, serotonin, formic acid atau kinin. Selanjutnya terjadi
perlambatan reaksi yang merupakan manifestasi tipikal dari respon imun dari
host terhadap alergen protein-aceous8

Misalnya gigitan dari lebah, tawon, penyengat, dan semut api adalah
bagian dari Hymenoptera. Gigitan atau sengatan dari mereka dapat
menyebabkan reaksi yang cukup serius pada orang yang alergi terhadap mereka.
Kematian yang diakibatkan oleh serangga 3-4 kali lebih sering dari pada
kematian yang diakibatkan oleh sengatan ular. Lebah, tawon, dan semut api
berbeda-beda dalam menyengat.6

Ketika lebah menyengat, dan melepaskan seluruh alat sengatnya, pada


saat menyengat, lebah tersebut mati ketika proses menyengat itu terjadi. Seekor
tawon dapat menyengat berkali-kali karena tawon tidak melepaskan seluruh alat
sengatnya setelah ia menyengat. Sedangkan semut api menyengatkan racunnya
(bisanya) dengan menggunakan rahangnya dan memutar tubuhnya. Mereka
dapat menyengatkan racun (bisa) berkali-kali.6

V. GAMBARAN KLINIS

5
Gejala dari gigitan serangga bermacam-macam dan tergantung dari
berbagai macam faktor yang mempengaruhi. Gejala sangat tergantung pada jenis
serangga dan individu. Kebanyakan gigitan serangga menyebabkan kemerahan,
bengkak, nyeri, dan gatal-gatal di sekitar area yang terkena gigitan atau sengatan
serangga tersebut.5,9

Gambar 1. Eritematous
akibat gigitan serangga*

6
Gambar 2 : Contoh reasi gigitan semut api, dan tawon

Kulit yang terkena gigitan bisa rusak dan terinfeksi jika daerah yang terkena
gigitan tersebut terluka. Urtikaria papular juga bisa terjadi sementara. Gatal
sebagai petanda, dan lesi 1-4 mm urtikaria papul eritemaatous. Lesi sering terasa
gatal dan terdapat ekskoriasi papul karena garukan akibat gatal. Jika luka
tersebut tidak dirawat, maka akan mengakibatkan peradangan akut.6

Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak, sesak napas, dan
pingsan merupakan gejala dari reaksi yang disebut anafilaksis. Ini juga
diakibatkan karena
alergi pada gigitan

7
serangga. Gigitan serangga juga mengakibatkan bengkak pada tenggorokan dan
kematian karena gangguan pernafasan.6

Gambar 2*

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap untuk melihat eosinofil, khususnya jika
pasien demam dan dicurigai terjadi infeksi bakteri sekunder. Juga dapat
dilakukan tes tusuk dengan alergen tersangka. Tes serologi dapat membantu
untuk diagnosis arthropod-borne disease.3

B. Pemeriksaan Histologi
Biopsi untuk preparat histologi dapat memberikan informasi gigitan
dan sengatan artropoda yang memproduksi a wedge-shape infiltrat perivaskular
yang banyak terdapat limfosit dan eosinofil. Reaksi gigitan bulla sebagai
inflamasi subepidermal.8 Pada urtikaria papular, terdapat edema pada dermis
papilar yang prominen dan infiltrat eosinofil pada inflamasi kronik
perivaskular.11
*Dikutip dari Kepustakaan no.10

VII. DIAGNOSIS
Diagnosis awal gigitan serangga selain anamnesa juga dilakukan
pemeriksaan fisis yaitu inspeksi, palpasi pada kulit. Serta adanya riwayat gigitan
serangga sebelumnya penting untuk diketahui. Adanya gambaran klinis, seperti
gatal, bengkak ataupun rasa terbakar, dan lesi 1-4 mm urtikaria papul

8
eritematous. Lesi sering terasa gatal dan terdapat ekskoriasi papul karena
garukan akibat gatal.8

VIII. DIAGNOSA BANDING


Diagnosa banding dari insect bite adalah
1. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var, hominis. Sarcoptes scabiei
termasuk filum Arhtropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super
famili Sarcoptes. Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh
tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal
yang disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau
yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi.12,13

Gambar 3. Skabies di daerah tangan*


*Dikutip dari Kepustakaan no.14

Gambar 4. Scabies on the


Arm*

Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya


papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. dengan garukan dapat timbul erosi,
akskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.12,13
2. Urtikaria adalah reaksi vaskular dikulit akibat bermacam-macam sebab,
biasanya ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan
menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di
permukaaan kulit, sekitar nya dapat dikelilingi halo. Keluhan subyektif
biasanya gatal, rasa tersengat atau tertusuk.15

Gambaran 5. Allergic
urticaria on the shin induced by an
antibiotic**

9
Angioedema ialah yang mengenai lapisan kulit yang lebih dalam daripada
dermis, dapat di submukosa, atau di subkutis, juga dapat mengenai saluran
napas, saluran cerna, dan organ kardiovaskular. 15
Psikis dalam hal ini tekanan jiwa dapat memacu sel mass atau langsung
menyebabkan peningkatan permaebilitas dan vasodilatasi kapiler. Ternyata
hampi 11,5% penderita urtikaria menunjukkan gangguan psikis.15

IX. TERAPI
Keberhasilan pengobatan tergantung pada hubungan faktor etiologi pada
setiap individu walaupun secara umum mengikuti standar pengobatan. Terapi
langsung yang sering digunakan untuk mengatasi gatal dan infeksi sekunder.
Gatal adalah keluhan primer dari gigitan serangga.6
Terapi topikal yang terdiri dari mentol, phenol, atau camphor mungkin
diberikan untuk penanganan awal, dapat juga diberikan antihistamin oral seperti
diphenyhidramin 25-50 mg untuk mengurangi rasa gatal. Histamin
meningkatkan permaebilitas kapiler dan ini merupakan efek sekunder terhadap
pembuluh darah kecil. Akibatnya protein dan cairan plasma keluar ke ruangan
ekstrasel dan menimbulkan udem. Efek ini jelas disebabkan oleh peranan
histamin reseptor H1. Antihistamin bermanfaat untuk mengobati reaksi
hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai penglepasan histamin endogen
berlebihan.17
Topikal steroid mungkin juga sangat membatu untuk reaksi yang sensitif
terhadap gigitan tersebut. Pasien dengan gigitan yang banyak dan reaksi berat
dapat dianjurkan istirahat total dan diberikan steroid sistemik dosis sedang.
Infeksi sekunder dapat dikontrol dengan pemberian terapi topikal dan antibiotik
oral.5

Pencegahan pada gigitan serangga juga dibutuhkan yaitu penangkal


insekta (insect repellents). Dimana penangkal insekta ini berbeda dengan
insektisida, penangkal ini tidak membunuh insekta, tapi mencegah gigitan

10
ataupun sentuhan pada kulit. Efektifnya penangkal ini karena nontoksik,
nonalergen, noniritan, tidak merusak pakaian, mudah digunakan dan murah.5
Iinsect repellents yang sangat efektif adalah diethyltoluamide (DEET).
Selain dari itu, juga terdapat dimethyl phthalate, dymethylcarbate, ethyl
hexanediol, butopyronoxyl (indalone) dan benzyl benzoate. Kombinasi 2 atau 3
dari penangkal insekta dapat lebih efektif dibandingkan hanya satu.5

X. KOMPLIKASI
Gigitan serangga adalah variable tergantung pada faktor. Akibat dari
sengat atau gigitan serangga adalah bengkak, merah, dan rasa gatal pada area
yang digigit. Bahkan dapat terjadi gangguan pernafasan, pingsan dan bahkan
kematian, tergantung dari racun (bisa) akibat sengatan. Kulit akan terinfeksi
apabila daerah yang tersengat serangga di garuk berkali-kali maka akan terjadi
peradangan gigitan yang mengakibatkan suatu kondisi yang disebut selulitis.1

XI. PROGNOSIS
Prognosis dari gigitan serangga tergantung vektor insekta, lokasi dan
kuantitas gigitan.1

XII. KESIMPULAN
Insect bite adalah suatu makhluk hidup berupa serangga penggigit
yang menyebabkan efek negatif pada makhluk hidup yang terkena sengatnya.
Sinonim dari insect bite yaitu bedbug sting; bite-insects, bees and spider; black
widow spider bite; honey bee; lice bites.3
Insect bite adalah variabel tergantung pada berbagai faktor. Akibat
dari sengat atau gigitan insekta adalah bengkak, merah, dan rasa gatar pada area
yang digigit. Kulit akan terinfeksi apabila daerah yang tersengat serangga
digaruk. Apabila tidak dirawat dengan baik maka inflamasi gigitan akan
mengakibatkan suatu kondisi yang disebut sellulitis. Manusia dapat mengalami
reaksi yang menyakitkan pada area yang digigit insekta karena mempunyai
gejala alergi pada penyengat yang dikenal sebagai anaphylaxis. Gejala alergi
yang dapat terjadi meliputi pruritus, eritem, dan edem, pemendekan napas

11
bahkan kematian. Apabila ada sengatan atau gigitan pada lidah akan
menyeabkan edem kerongkongan dan kematian oleh karena obstruksi saluran
pernapasan.1
Terapi topikal yang terdiri dari mentol, phenol, atau camphor mungkin
diberikan untuk penanganan awal, dapat juga diberikan antihistamin oral untuk
mengurangi rasa gatal.5
Topikal steroid mungkin juga sangat membatu untuk reaksi yang sensitif
terhadap gigitan tersebut. Pasien dengan gigitan yang banyak dan reaksi berat
dapat dianjurkan istirahat total dan diberikan steroid sistemik dosis sedang.
Infeksi sekunder dapat dikontrol dengan pemberian terapi topikal dan antibiotik
oral.5

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Karmen. Insect Bites. [online]. 2006 [cited 2008 June 13]: [3 screens].
Available from: URL: http://www.fkuii.insectbites7
2. Perez E. Insect Bite and Stings. [online]. 2006 [cited 2008 June 16]: [5
screens]. Available from: URL:
http://www.umm.edu/ency/article/000033.htm
3. Elston DM. Insect Bite. [online]. 2007 [cited 2008 June 15]: [13 sreens].
Avalaible from: URL: http://www.emedicine.com/derm/topic467.htm
4. Wilson DC, King LE. Arthropod Bites and Stings. in: Freedberg IM, Eisen AZ,
Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, Fitzpatrick TB, eds. Dermatology in
General Medicine 5th Volume II. New york: McGraw-Hill; 1999.p.2685-91
5. Moschella SL, Hurley HJ, eds. Dermatology 3rd ed. Philadelphia: WB. Saunders
Company; 1992.p.1971
6. Rohmi N. Insect Bites. [online]. 2006 [cited 2008 June 13]: [4 screens].
Available from: URL: http://www.fkuii.insectbites7
7. Duldner JE. Insect Bites and Stings. [online]. 2007 [cited 2008 June 13]:
[3 screens]. Available from: URL: http://www.medlineplus
8. Elston DM. Bites and Stings. in: Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP, eds.
Dermatology 1st ed. London: Mosby; 2003.p.1333-4
9. Johnson and Johnson Consumer Companies, Inc. Insect Bites. [online].
2008 [cited 2008 June 15]: [2 screens]. Available from: URL:
http://www.johnson&johnson.com/itch_insect_bite.jsp.htm
10. Wikimedia Foundation, Inc. Parasit. [online]. 2008 [cited 2008 June 13]: [1
screen]. Avalaible from: URL: http://id.wikipedia.org/wiki/parasitisme
11. Burns DA. Diseases Caused by Arthropoda and Other Noxious Animals.
in: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, eds. Rook’s Textbook of
Dermatology 7th Volume II. London: Blackwell Science; 1998.p.33.3
12. Handoko RP. Skabies. in: Djuanda A, ed. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Indonesia: Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UI;
2003.p.119-20
13. Habif TP. Clinical Dermatology A Color Guide to Diagnosis and Therapy 4th ed.
London: Mosby; 2004.p.497-500

13
14. Wikimedia Foundation, Inc. Scabies. [online]. 2008 [cited 2008 June 23]: [4
screens]. Avalaible from: URL: http://en.wikipedia.org/wiki/Scabies
15. Aisah S. Urtikaria. in: Djuanda A, ed. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Indonesia: Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UI; 2003.p.153
16. Wikimedia Foundation, Inc. Urticaria. [online]. 2008 [cited 2008 June 23]: [4
screens]. Avalaible from: URL: http://en.wikipedia.org/wiki/Urticaria
17. Sjamsudin U, Dewoto HR. Histamin dan Antialergi. in: Ganiswarna SG,
Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nafrialdi, eds. Farmakologi dan
Terapi. Indonesia: Bagian Farmakologi FK UI; 1998.p.249-52

14

Anda mungkin juga menyukai