Anda di halaman 1dari 69

ASFIKSIA MEKANIK

Pembimbing :
dr. Jims Ferdinan Possible Sp. F, M.Ked.For

Oleh :
Ade Rahadian
Dwi Woro Pangesti Nurul Aulia Khairunnisa
Early Yuri Cintia
Fitri Meutia Hakim
Hefrida Asmaul Khusna
Kenny Shelpa
Asfiksia

Asfiksia adalah Keadaan yang ditandai dengan terjadinya gang


guan pertukaran udara pernafasan, mengakibatkan oksigen dar
ah berkurang dan terjadi peningkatan karbon dioksida baik dal
am darah maupun jaringan sehingga menyebabkan terjadi nya
kematian.
Etilogi

1. Penyebab alamiah
2. Trauma mekanik
3. Keracunan
Asfiksia mekanik

Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila


udara pernafasan terhalang memasuki saluran pernapasan
oleh berbagai unsur mekanik. Seperti pembekapan,
penyumbatan, penjeratan, pencekikan, gantung dsb.
Gejala Asfiksia

1. Fase Dyspnea : O2 dalam darah dan CO2 dalam darah ,


sehingga merangsang SSP untuk meningkatkan pernapasan,
nadi cepat, tekanan darah meninggi. Mulai tampak tanda
sianosis pada muka dan tangan.
2. Fase Konvulsi : stimulasi SSP semakin meningkat, sehingga
terjadi peristiwa kejang dan bronkokonstriksi.
3. F. Apnue : Kompensasi tubuh yang gagal, sehingga terjadi
keletihan (lemas).
4. F. Akhir: kematian lemas.
Gambaran Post Mortem Asfiksia
1. Sianosis pada bibir, ujung jari dan kuku
2. Pembendungan sistemik atau pulmonal dan dilatasi jantung kanan
3. Warna lebam mayat merah kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat
4. Terdapat busa halus pada hidung dan mulut
5. Bintik perdarahan pada mata berupa pelebaran pembuluh darah
konjungtiva bulbi dan palpebra
6. Organ yang membesar
7. Pelebaran pembuluh darah vena (terutama di otak) akibat kongesti
pembuluh darah balik.
8. Cairan mani, kotoran, janin dapat keluar akibat fase stimulasi yang
akut dan diikuti relaksasi spontan pada fase apnea.
K
Gantung L
A
Jerat S
Penekanan Saluran Nafas
I
Cekik F
I
K
Penutupan dan sumbatan Bekap
A
jalan nafas Sumpal
S
I

A
Asfiksia Mekanik Penekanan otot pernafasan S
dada dan perut F
I
K
S
Penutupan lokal daerah I
wajah atau tempat udara A
terbatas
M
E
K
Saluran nafas terisi air A
N
I
K
Penekanan Saluran Nafas

1. Gantung (Hanging)
Peristiwa dimana terjadi lilitan dan tekanan pada jalan nafas di leher oleh
suatu benda yang melingkar leher, dimana kekuatan lilitan dan tekanannya
dipengaruhi oleh berat tubuh.

Klasifikasi :
Typical hanging : titik gantung terletak diatas darah oksiput dan tekanan pada
arteri karotis
Atypical hanging : titik gantung terletak disamping sehingga mengakibatkan
hambatan pada arteri karotis dan arteri vertebralis
Mekanisme Konstriksi Leher

1. Beban: 2 kg menyebabkan konstriksi vena jugularis.


2. Beban: 3,5 kg menyebabkan konstriksi arteri karotis.
3. Beban:15 kg menyebabkan konstriksi trakhea.
4. Beban:16 kg menyebabkan konstriksi arteri vertebralis.
Sebab kematian :
1. Asfiksia
2. Gangguan sirkulasi otak
3. Vagal reflek
4. Kerusakan batang otak atau sum-sum tulang belakang
Pemeriksaan Forensik :
1. Dijumpai jejas atau luka lecet yang melingkar leher, jejas tidak
melingkar utuh
2. Ditemukan ekimosis
3. Lebam mayat ditemukan diaerah tepi atas dari jejas tali dan pada
daerah tungkai bawah
4. Tanda asfiksia sering dijumpai tidak jelas
5. Jejas lecet luas akibat pergeseran tali
6. Jejas tali bagian dekat simpul lebih dangkal
7. Kepala terjatuh kearah berlawanan dari letak simpul panjang leher
bagian kanan dan kiri tidak sama
8. Fraktur tulang leher, patah tulang lidah,tiroid atau cricoid
9. Sembab otak atau iskemik otak
10. Dijumpai buih halus sukar pecah bercampur darah di saluran napas
11. Lidah kadang terjulur
2. Jerat (strangulasi)
Penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai,
kawat, kabel, kaos kaki dan sebagainya yang melingkar atau
mengikat leher yang makin lama makin kuat sehingga saluran
napas tertutup

Larynx tertekan ke bagian pharynx sehingga lumen tertutup


karena mendapat tekanan dari depan dan samping yang dapat
menyebabkan tertutupnya jalan napas dan menutup pembuluh
darah disamping leher.
Sebab kematian :
1. Asfiksia
2. Gangguan sirkulasi otak
3. Vagal refleks
Pemeriksaan forensik :
1. Jejas atau luka lecet yang melingkar leher ,yang terletak dibawah
jakun , bentuk mendatar.
2. Tidak ada ekimosis
3. Lebam mayat ditemukan didaerah tepi atas dari jejas tali dan diaerah
tubuh lain yang letaknya terendah
4. Tanda asfiksia dijumpau cukup jelas
5. Terkadang dijumpai Jejas lecet yang luas akibat pergeseran tali
6. Kedalaman jejas tali sama atau hampir sama
7. Tidak ada perubahan yang nyata dari posisi kepala atau panjang leher
8. Dapat dijumpai tanda kekerasn pada hampir seluruh tubuh
9. Sering dijumpai sembab wajah
10. Sering dijumpai Ruptur trakhea
11. Dijumpai buih halus sukar pecah bercampur darah di saluran napas
hingga rongga dan lubang hidung
3. Cekik
Strangulasi yang menggunakan tangan atau lengan bawah
untuk menekan leher sehingga saluran napas tertutup

Tertutupnya jalan napas dengan satu atau dua tangan menekan


leher sehingga menekan sisi-sisi larynx dan menutup glottis.
Bila tangan ditekan pada bagian depan larynx, akan metutup
lumen. Pangkal lidah dapat juga terdorong ke belakang.
Sebab kematian :
1. Vagal reflek
2. Asfiksia
3. Gangguan sirkulasi otak
Pemeriksaan forensik :
1. Jejas atau luka lecet yang tidak melingkar leher dan terletak diatas atau
dibawah jakun
2. Jejas sering berbentuk garis datar atau bulat sabut
3. Tidak ada ekimosis
4. Lebam mayat ditemukan di daerah tubuh yang letaknya terendah sesuai
posisi tubuh saat peristiwa terjadi
5. Tanda asfiksia dijumpai sangat jelas
6. Tidak ada fraktur tulang leher
7. Wajah sembab
8. Terkadang dijumpai Ruptur trakhea
9. Buih halus sukar pecah sering dijumpai di saluran napas
Penutupan dan Sumbatan Jalan napas

1. Bekap
Peristiwa dimana terjadi penutupan jalan nafas dengan menekan pada daerah
lubang hidung dan mulut secara serentak/ bersamaan.

Sebab kematian
1. Asfiksia.
2. Cardiac arrest / Fibrilasi Ventrikel karena (inhibisi nervus vagus).
3. Perdarahan rongga kepala akibat benturan atau mekanisme perlawana
n (trauma).
Pemeriksaan forensik :
1. Jejas berupa luka memar atau lecet dipermukaan bibir
bagian dalam
2. Tanda asfiksia yang sangat jelas
3. Bintik perdarahan pada kelopak mata bagian dalam dan
rongga mulut
4. Wajah sembab
5. Dapat dijumpai tanda kekerasan lain pada seluruh tubuh ka
rena upaya perlawanan
2. Sumpal dan sendak

Peristiwa dimana terjadi sumbatan jalan nafas oleh suatu benda asing
(corpus allenum).
Berdasarkan lokasi sumbatan (obstruksi jalan nafas) diklasifikasikan atas 2
jenis :
1. Sumpal : di daerah rongga mulut (orofaring)
2. Sendak : di daerah rongga kerongkongan (laringofaring).
Sebab kematian
1. Asfiksia.
2. Perdarahan rongga kepala akibat benturan.
Pemeriksaan forensik ;
1. Jejas (resapan darah) dan sisa makanan atau benda asing rongga mulut
atau kerongkongan
2. Wajah sembab
3. Bintik perdarahan pada kelopak mata bagian dalam dan selaput bening
mata dan rongga mulut
4. Tanda asfiksia yang jelas
5. Dapat dijumpai tanda kekerasan lain pada seluruh tubuh karena upaya
perlawanan
Penekanan Otot Pernapasan Dada dan Perut

Peristiwa dimana terjadi penekanan permukaan dada


dan perut oleh suatu benda yang berat, sehingga otot
pernafasan tertekan mengakibatkan rongga dada dan
paru-paru tidak dapat mengembang.
Pemeriksaan forensik :
1. Jejas pada permukaan dada dan perut
2. Resapan darah pada permukaan kulit bagian dalam dan otot dada atau
perut
3. Tanda asfiksia sangat berat
4. Hancurnya organ dalm dada akibat patah tulang dada
5. Perdarahan rongga dada
6. Wajah sembab
Penutupan lokal daerah wajah atau didaerah y
ang udara atau oksigen terbatas

Peristiwa dimana terjadi penurunan volume udara


(oksigen) di sekitar, oleh karena penutupan wajah atau
berada di suatu tempat yang tertutup (lemari/ lift/ peti)
atau tempat yang memiliki udara dengan kadar oksigen
sedikit (di tempat ketinggian/ puncak gunung atau di
dalam tanah/ lubang tanah).
Pemeriksaan forensik :
1. Tanda asfiksia yang jelas
2. Bintik pendarahan pada kelopak dalam mata dan selaput
bening mata
3. Wajah sembab
4. Mulut menganga
5. Dapat dijumpai tanda kekerasan lain pada seluruh tubuh
karena upaya perlawanan
Saluran Napas Terisi Air

Peristiwa dimana terjadi penutupan saluran nafas oleh


cairan (aspirasi).
Dry drowning

Morfologi paru
Wet drowning

Primer

Lama di air
Sekunder
Drowning
True drowning

Cara kontak dengan ai Submersion drowning


r
Immersion drowning

Air tawar

Lokasi Tenggelam
Air asin
Sebab kematian :
1. Asfiksia.
2. Cardiac arrest / Fibrilasi Ventrikel karena perubahan
elektrolit pada kasus tenggelam di air tawar.
3. Perdarahan rongga kepala akibat benturan di dalam air
(trauma).
4. Oedema otak atau paru.
Dry drowning : Air tidak teraspirasi masuk kealveolus.
Korban dalam keadan tidak sadar atau pengaruh obat-obatan
(hipnotik sedatif)/alkohol

Wet drowning :Terjadi karena aspirasi cairan ke alveolus.


Jika teraspirasi air:1-3 ml/ kg BB akan beresiko gangguan
pertukaran udara di sal nafas dapat berakibat kematian.
Orang dewasa dihirup 2 L, Bayi 30 - 40 mL.
Drowning primer : Korban meninggal segera (di dalam air)
COD pada tipe ini adalah : fibrilasi jantung atau asfiksia.

Droning sekunder : Korban meninggal bukan di air (setelah


diangkat dari air). COD pada tipe ini adalah asfiksia, akibat dari
asidosis metabolik, oedema, paru, pneumonitis dan infeksi paru.
True drowning : Mekanisme kematian karena terhirup cairan
COD : asfiksia, akibat paru terisi air.

Submersion drowning : Mekanisme kematian karena kontak


dengan air (pada suhu yang ekstrem atau benturan dengan permuka
an air). COD: refleks vagal, spasme laring atau fibrilasi ventrikel,
tanpa tanda asfiksia.

Immersion drowning : Mekanisme kematian karena pengaruh


obat-obatan atau penyakit (epilepsi), tetapi ditemukan meninggal di
dalam air. COD : asfiksia atau inhibisi vagus.
Tenggelam di air tawar : Terjadi hemodilusi (72%, air
masuk ke darah), mengakibatkan hemolisis. Sehingga dalam
plasma meningkat ion K, dan terjadi perubahan keseimbangan
ion K+, Ca++ mempengaruhi kerja jantung dan menyebabkan,
fibrilasi ventrikel serta penurunan tekanan darah segera (5menit)

Tenggelam di air asin : Terjadi Hemokonsentrasi sekitar


42%, air akan ditarik ke jaringan interstitial paru akibatnya
edema paru dan terjadi hipovolemik dan kenaikan kadar
magnesium darah. Sirkulasi darah sebelumnya menetap beberapa
saat kemudian menjadi lambat (Hipotensi), mengakibatkan
anoksia pada miokardium serta asfiksia. (10 menit).
Pemeriksaan forensik :
1. Buih halus sukar pecah yang encer pada saluran napas dan
saluran hidung
2. Kadaferik spasme
3. Kutis anserina
4. Maserasi kulit
5. Cairan pada saluran napas
6. Oedem organ
7. Tanda asfiksia yang sangat jelas
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai