Anda di halaman 1dari 6

ASPHYXIA

Definisi
Asphyxia berasal dari Bahasa Yunani atau dalam Bahasa Inggris ‘pulselessness’ atau ‘absence
of pulse’ yang merupakan kondisi yang disebabkan oleh gangguan pertukaran oksigen dengan
karbon dioksida di dalam tubuh atau merupakan gangguan aerasi di dalam darah yang
disebabkan oleh sebab apapun.1

Gambar 2.1 Patofisiologi Asphyxia1

Klasifikasi Asphyxia
Klasifikasi asphyxia menurut Simpson dibagi menjadi 3, yaitu:1,2
 Mekanik
Asphyxia mekanik disebabkan oleh gangguan aliran udara ke dalam traktus respiratori
yang dapat disebabkan oleh:
- Tertutupnya aliran udara disebabkan oleh tekanan eksternal di leher (hanging,
strangulation, dan throttling), atau sumbatan benda asing (gagging dan choking).
- Tekanan pada dada atau kolaps dari paru (traumatic asphyxia).
Gambar 2.2 Asphyxia Mekanik1

 Non-mekanik
Berhentinya gerak otot pernafasan yang disebabkan paralisis akibat keracunan morfin,
barbiturate, strychnine. Dapat juga melalui penghambatan proses oksidatif di dalam
jaringan yang mencegah penggunaan oksigen di dalam darah seperti keracunan sianida.

 Lain-lain
- Patologi
- Disebabkan oleh gangguan masuknya oksigen ke dalam paru oleh suatu penyakit
traktus respiratori bagian atas atau paru seperti edema laryng, spasme, tumor, atau
abses.
- Lingkungan
- Di lingkungan dengan kadar oksigen yang rendah seperti di gunung, atau inhalasi
karbon monoksida dan helium murni.
- Trauma
- Dapat disebabkan oleh kekerasan tumpul di dada yang menyebabkan terjadinya
pneumothorax, hematothorax, atau emboli paru yang mengganggu oksigenasi dan
ventilasi akibat penekanan parenkim yang sehat.
- Postural asphyxia
- Postural asphyxia disebabkan oleh posisi abnormal tubuh yang mencegah pertukaran
oksigen dan karbon dioksida secara adekuat.
- Iatrogenik
- Asphyxia jenis ini dapat ditemukan selama anestesia.1,2

Gambar 2.3 Kondisi Asfiksia menurut Klasifikasi1

Stadium Asphyxia
Pembagian stadium ini berfungsi untuk memberikan keterangan yang jelas akan patofisiologi
dari proses asphyxia. Stadium-stadium tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
menyebabkan stadium tersebut tidak terbagi secara jelas. Menurut Puppo stadium asphyxia
dibagia menjadi 4 stadium, yaitu:
1. Stadium Dyspneu
Defisiensi oksigen pada sel-sel darah merah dan akumulasi karbon dioksida dalam plasma
akan merangsang pusat pernafasan di medulla oblongata. Hal ini akan mengakibatkan
gerak pernafasan yang cepat dan kuat, peningkatan denyut nadi dan sianosis terutama dapat
diamati pada wajah dan tangan.
2. Stadium Konvulsi
Pertama adalah kejang klonik, setelah itu kejang tonik, terakhir terjadi spasme epistotonik.
Pupil menjadi lebar dan denyut jantung menjadi pelan. Hal ini terjadi dimungkinkan karena
meningkatnya kerusakan dari nukleus-nukleus pada otak karena defisiensi oksigen.
3. Stadium Apnea
Depresi pada pusat pernafasan semakin dalam sehingga pernafasan menjadi semakin lemah
dan dapat berhenti. Timbulah keadaan tidak sadar dan keluarnya cairan sperma secara tidak
disadari (involunter). Dapat juga terjadi keluarnya urin dan feses secara tidak disadari
meskipun jarang.
4. Stadium Final
Pada stadium ini terjadi kelumpuhan pernafasan secara lengkap. Setelah beberapa kontraksi
otomatis dari otot-otot aksesoris pernafasan dileher, kemudian pernafasan berhenti. Jantung
mungkin masih berdenyut setelah beberapa waktu setelah respirasi berhenti.3

Tanda Klinis dari Asphyxia


Tanda klinis klasik dari asphyxia adalah:
 Petekie di kulit wajah dan kelopak mata
 Bengkak pada wajah
 Sianosis kulit wajah
 Kongesti pada jantung kanan dan penumpukan cairan di dalam pembuluh darah.2

Gambar 2.4 Petekie pada wajah

Dari semua gejala diatas tidak ada satupun gejala yang spesifik untuk asphyxia dan sering
muncul pada kematian akibat sebab lain seperti karena gagal jantung. Peningkatan tekanan
intravaskuler di dalam pembuluh darah kepala dan leher menjelaskan tiga tanda dari atas. Dari
semua gejala diatas petekie pada wajah dan leher merupakan yang paling penting untuk
membuktikan diagnosis sebab kematian karena tekanan di leher atau dada.2
Pada korban yang selamat dari asphyxia dapat ditemukan:2
 Nyeri dan teraba keras di sekitar dan struktur lain di leher.
 Kerusakan laryng dan kartilagonya
 Kerusakan tulang hyoid
 Saliva yang kering di rongga mulut
 Sianosis (apabila dilihat langsung setelah serangan)
 Kongesti dan edema di atas lokasi penekanan
 Petekie diatas lokasi penekanan akibat asphyxia
 Perdarahan dari mulut, hidung, telinga yang disebabkan oleh tekanan intravascular
 Keluarnya feses dan urin secara involunter
 Elevasi laryng dan lidah yang menutup di rongga faring

Tekanan mekanik pada leher dapat menyebabkan hilangnya kesadaran secara cepat, seperti
pada korban gantung penurunan kesadaran dapat terjadi setelah 10 detik. Waktu yang
diperlukan untuk menyebabkan kematian belum dapat dipastikan. Namun dari beberapa analisa
untuk menimbulkan kelemahan pada otot pernafasan diperlukan waktu 2 menit dan untuk
melumpuhkan otot pernafasan dibutuhkan waktu 7,5 menit.2
DAFTAR PUSTAKA

1. Biswas, Gautam. 2015. Review of Forensic Medicine and Toxicology. London:


JAYPEE. Hal 160-161
2. Payne, dkk. 2015. Simpson’s Forensic Medicine 13th Edition. UK: Hodder Arnold. Hal
150-151
3. Apuranto Hariadi. 2012. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
Surabaya: Departemen Ilmu Kesehatan Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga. Hal 71

Anda mungkin juga menyukai