Kelompok b6
Dispnea (sesak napas Paru Jantung Non-Paru
dan Non-
Jantung
Berliner, Dominik. Schneider Neil. Welte,Tobias, Bauersachs, Johann. The Differential Diagnosis of Dyspnea. Deutsches Ärzteblatt
International | Dtsch Arztebl Int 2016.
Epidemiologi
Sesak Napas
Gawat
Praktek Umum
Darurat
10% saat 25% saat
berjalan di beraktivitas 7,4%
tempat datar intens
Etiologi
Sistem Kardiovaskular, yaitu dispneu yang
disebabkan oleh adanya kelainan pada jantung,
misalnya
InfarkMiokard Akut (IMA), bersamaan dengan nyeri
dada yang hebat
Fibrilasi
atrium, dispneu timbul secara tiba-tiba, dimana
sudah terdapat penyakit katup jantung sebelumnya
Kegagalanjantung kiri (edema paru kardiogenik)
Dispneu mendadak pada malam hari saat tidur
(Paroxysmal nocturnal dyspnoe)
Sistem respirasi
Pneumotoraks sesak dengan tiba-tiba, sesak
nafas tidak akan berkurang dengan perubahan
posisi.
Asma bronchiale terdapatnya pemanjangan dari
ekspirasi dan wheezing (mengi).
COPD kronik dimana dispneu mempunyai
hubungan dengan exertional (latihan).
Edema paru akut sama dengan dispneu yang
terjadi pada penyakit jantung.
Hematogenous Dispneu
Disebabkan oleh karena adanya asidosis, anemia atau anoksia, biasanya
berhubungan dengan exertional (latihan).
Neurogenik Dispneu;
Psikogenik dispneu yang terjadi misalnya oleh karena emosi dan organik
dispneu yang terjadi akibat kerusakan jaringan otak atau karena paralisis dari
otot-otot pernafasan.
Sistem Metabolik/ Ginjal;
Pada CKD dan sindrom nefrotik.
Sistem Endokrin
Pada hipertiroid.
Intoksikasi
Pada overdosis aspirin, shock anafilaktik.
Psikogenik
Pada gangguan somatisasi, ansietas dan depresi.
Klasifikasi
N Ambrosino and M Serradori. Pulmonary Unit, Cardio-Thoracic Department, University Hospital, Pisa, Italy. 2006
Patofisiologi
Konsep Afferen Mismacth
Reseptor Vagal Inervasi N.vagus serta berfungsi memonitor perubahan aliran di saluran
napas atas dengan mendeteksi perubahan temperaturnya
RARs Reseptor ini beradaptasi cepat untuk mempertahankan inflasi dan deflasi paru
Reseptor dinding dada Vibrasi dari dinding dada mengaktivasi muscle spindle.
Aktivasi ini dapat menginduksi sensasi dispnea.
Jaras Dispnea
Aktivitas aferen dari otot repiratorik
Reseptor vagal batang otak area talamus.
Insula kanan anterior
Vermis serebelum
Amygdala
Asma Bronkial
Peradangan kronis pada saluran udara obstruksi saluran napas
Pasien mengeluhkan serangan sesak napas yang sering, seringkali juga pada malam
hari
Faktor pencetusnya : Iritasi pernafasan, Paparan alergen, Olah raga, Perubahan
cuaca, dan infeksi (saluran pernafasan).
Takipnea, mengi, dan fase ekspirasi berkepanjangan adalah temuan klinis yang khas.
Auskultasi menunjukkan mengi saat ekspirasi karena obstruksi
Dapat mengalami eksaserbasi akut yaitu episodik perburukan yang ditandai dengan ↑
gejala sesak napas, batuk, mengi, rasa berat di dada, kombinasi dari gejala tersebut
Pengobatan awal : Oksigen, inhalasi β2 kerja singkat melalui nebulizer setiap 20
menit dalam 1 jam
Kortikosteroid jika tidak ada respon, dalam pengobatan kortikosteroid oral, eksaserbasi akut berat
Bronkitis
Peradangan pada bronkus disebabkan
oleh infeksi saluran nafas yang ditandai
dengan :
Batuk yang berkepanjangan
(berlangsung hingga 3 minggu)
Sesak
Dada terasa berat
Wheezing/Mengi
Pneumonia
Peradangan paru yang disebabkan
oleh mikroorganisme (bakteri,
virus, jamur, parasit)
Gejala biasanya didahului dengan
infeksi saluran napas atas akut
selama beberapa hari
Didapatkan
Demam&menggigil (Suhu tubuh
meningkat >380celcius)
Sesak napas
Nyeri dada
Batuk dengan dahak kental terkadang
dapat berwarna kuning hingga hijau
Frekuensi napas > 30/menit
PNEUMONIA
Pneumotoraks
Keadaan dimana terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura, yaitu, di ruang
potensial antara pleura viseral dan parietal paru-paru
Tanda dan gejala:
Sesak napas
Nyeri dada (tajam, terasa seperti tertekan & berat)
Mudah lelah
Batuk-batuk
• Β-blocker non-selektif
Penghambat Beta-adrenergic sebagai bronkodilator di sistem
pernafasan
• Obat Antiinflamasi Non-steroid
– penghambatan jalur COX mengaktifkan lipoksigenase sintesis
leukotrien meningkat bronkospasme atau asma eksaserbasi
• Ticagrelor aggregation inhibitor platelet
– Risiko dispnea yang lebih tinggi ditemukan pada pasien yang diobati
dengan ticagrelor dibandingkan dengan clopidogrel (Zhang et al. BMC
Cardiovascular Disorders (2020) 20:140)
OKSIGEN HELIOX
Terapi Alternatif
Oksigen
Terapi oksigen (O2) diberikan pada nilai tekanan parsial oksigen (O2)
kurang dari 60 mmHg atau nilai saturasi oksigen (O2) < 90% saat pasien
beristirahat dan bernapas dengan udara ruangan.
Pada neonatus, terapi oksigen (O2) < 50 mmHg atau nilai saturasi oksigen
(O2) kurang dari 88%.
Widiyanto B, Yasmin LS. Terapi Oksigen terhadap Perubahan Saturasi Oksigen melalui Pemeriksaan Oksimetri pada Pasien Infark
Miokard Akut (IM-A). Prosiding Konferensi Nasional II PPNI Jawa Tengah. 2014; 1(1): 138-43.
Nasal kanul dan nasal kateter
1-6 liter/ menit dengan fraksi oksigen (O2) (Fi-O2) 18 antara 24-44%.
Oksigen (O2)
Heliox, dyspnoea and exercise in COPD. T. Hunt, M.T. Williams, P. Frith and D. Schembri. 2010
Farmakologi
Opioid
Pemberian jangka pendek
mengurangi sesak pada
pasien dengan berbagai
kondisi, termasuk PPOK
lanjut, penyakit paru
interstisial, kanker, dan
gagal jantung kronis
Furosemid
Mekanisme efeknya tidak
pasti, tetapi dapat
dimediasi oleh aferen vagal
Rehabilitasi Paru
Pelatihan untuk meningkatkan teknik penghirupan atau kepatuhan dengan
obat-obatan, aktivitas bolak-balik, atau teknik pernapasan
Ada bukti bahwa pasien PPOK yang menjalani 6 minggu latihan olahraga
mengalami penurunan kecil yang sebanding dalam intensitas dispnea,
Pergerakan udara dingin mengurangi sesak napas
• Tatalaksana Alternatif
– Akupuntur
– Akupresur
– Yoga
Tatalaksana pada AHF
Penatalaksanaan AHF
Loop diuretik intravena (IV)
Furosemid 20–50 mg suntikan IM/IV atau tablet 40 mg per hari.
Nitrovasodilator
Nitrogliserin : 5 mcg/menit secara berkelanjutan. Kemudian dititrasi 5 mcg/menit
setiap 3-5 menit hingga respon klinis tercapai atau hingga mencapai 20 mcg/menit.
Jika respon belum tercapai, pemberian masih dapat dinaikkan dengan dosis efektif
berjarak antara 5-100 mcg/menit. Titrasi maksimum adalah 20 mcg/menit setiap 3-5
menit.
Morfin
Oksigen
Ventilasi tekanan positif non-invasif (NIV)
Intubasi endotrakeal
Daftar Pustaka
Berliner, Dominik. Schneider Neil. Welte,Tobias, Bauersachs, Johann. The Differential Diagnosis of
Dyspnea. Deutsches Ärzteblatt International | Dtsch Arztebl Int 2016.
C B I Coccia,dkk. Dyspnoea: Pathophysiology and a clinical approach. Division of Cardiology,
Department of Medicine, Faculty of Health Sciences, University of Cape Town and Groote Schuur
Hospital, Cape Town, South Africa. 2016
Morgan WC, Hodge HL. Diagnostic evaluation of dyspnea. Dari:
http://www.aafp.org/afp/980215ap/morgan.html
Diseases of The Resporatory System. Diakses pada: 31 Desember 2020. Dari:
http://classes.midlandstech.edu/carterp/Courses/bio225/chap24/lecture6.htm
Manning HL, Schwartzstein RM, Epstein FH [editor]. Pathophysiology of Dyspnea. N Engl J Med
1995; 333:1547-1553.
T, Nishino. Dyspnoea: Underlying Mechanisms and Treatment: Mechanisms of Dyspnoea. Br J
Anaesth. 2011;106(4):463-474.
Parshall, Mark B, dkk. An Official American Thoracic Society Statement:
Update on the Mechanisms, Assessment, and Management of Dyspnea. American Journal Of
Respiratory And Critical Care Medicine Vol. 185. 2012