Pembimbing :
Dr. Dwi Haryadi, Sp.A
Di susun Oleh :
FIKRANAYA SALIM
I GEDE AGUNG RAMADAN
MARINA DEWI UTAMI
DIAN PRISCILLA
LUSIA PARAMITA
1
BAB I
STATUS PASIEN
I.IDENTITAS PASIEN
Nama : An. AS
Umur : 0 Tahun 5 Bulan 6 hari
Tanggal Lahir : 26 Oktober 2018
Tempat lahir : Karawang
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jati Mulya II RT 008/009 Karawang Barat
Agama : Islam
Pendidikan : Belum sekolah
Tanggal masuk RS : 01 April 2019 Jam 10:45:08 WIB
Anamnesis
Diambil dari : Alloanamnesis dari ibu dan ayah pasien
2
Keluhan Utama : Diare
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan BAB cair sejak 2 hari SMRS, sudah 5x BAB cair
dalam 1 hari. BAB cair disertai ampas sedikit tidak disertai darah maupun lender. BAB warna
kuning kehijauan, tidak berbau busuk, dengan volume sekitar 1 gelas aqua kecil.
OS mengalami mual dan muntah sejak malam harinya sebanyak 10x muntah tidak
menyemprot, berisi susu dan air tidak ada lendir dan tidak ada darah. OS saat menangis
masih ada air mata dan terlihat tampak lesu. Orang tua mengakatakan OS susah dalam
minum dan sering kali OS memuntahkan susunya saat minum susu. Orang tua mengatakan
belum meminum obat apapun.
Riwayat Pengobatan
A. Kehamilan
- Perawatan antenatal : Teratur, kontrol 1 bulan 1 x.
- Penyakit kehamilan : Tidak ada
B. Kelahiran
- Tempat kelahiran : Rumah sakit
- Penolong persalinan :dokter spesialis kandungan
- Cara persalinan : Normal pervaginam
- Masa gestasi : 39 minggu, cukup bulan
C. Keadaan bayi
3
- Langsung menangis : positif
- Berat badan lahir : 2900gram
- Panjang badan lahir : 49 cm
- Lingkar kepala : Ibu tidak tahu
- Pucat/biru/kuning/kejang : tidak ada
- Kelainan bawaan : tidak ada
G1P1A0
Riwayat Nutrisi
Riwayat Imunisasi
Imunisasi
Waktu Pemberian
Bulan Tahun
0 1 2 3 4 6 9 15 18 5 6 12
BCG I
DPT I II III
Polio (OPV) I II II IV
Hepatitis B I II III
Campak
Motorik kasar : Mengangkat dan mempertahankan kepala dalam posisi tengkurap : 3 bulan
Tengkurap bolak balik : 4-5 bulan
Didudukkan dan belajar merayap : 6-7 bulan
`
Motorik halus : Meraih, menggenggam, : 4-6 bulan
4
Makan biskuit : bulan
Mencoret – coret, minum : bulan
Menggambar, memakai sendok : bulan
Belajar membuka baju : bulan
Bahasa : Babbling : 4 bulan
Tatata-bibibi : bulan
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum : Tampak
• Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
• Suhu : 37,5oC
• Nadi : 128 x/menit
• Pernapasan : 32 x/menit
5
Berat badan menurut usia : Berat badan sesuai usia
6
Berat badan menurut tinggi badan : Berat badan sesuai dengan tinggi
badan
Antropometri
- Panjang badan : 65 cm
- Berat badan : 5,5 kg
- Lingkar kepala : 44 cm
- BB/U : 0 s/d 2 SD (normal)
- PB/U : 0 s/d 2 SD (normal)
- BB/TB : -1 s/d0 SD (normal)
Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia.
Pemeriksaan Sistematis
Mata : Bentuk normal, palpebra superior dan inferior cekung, kedudukan bola mata
dan alis mata simetris, konjungtiva kanan dan kiri tidak anemis, sclera kanan
7
dan kiri tidak ikterik, kornea kanan dan kiri jernih, kedua pupil bulat isokor
diameter 3 mm, refleks cahaya langsung dan tidak langsung pada kedua
mata positif, tidak terdapat sekret, nistagmus tidak ada, strabismus tidak ada.
Telinga : Normotia, liang telinga lapang, tidak terdapat serumen, tidak terdapat sekret.
Hidung : Bentuk normal, deviasi septum tidak ada, sekret tidak ada.
Mulut : Bentuk normal, mukosa mulut lembab, sianosis tidak ada, tidak ada tremor,
tonsil T1-T1, faring tidak hiperemis.
Leher : Tidak ada kelainan, kelenjar getah bening dan tiroid tidak teraba pembesaran,
trakea di tengah.
Thorax
Paru-paru
- Inspeksi : bentuk dada normal, simetris keadaan stasis maupun dinamis, retraksi
sela iga (-)
- Palpasi : vokal fremitus kanan sama dengan kiri
- Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru.
- Auskultasi : Suara napas bronkovesikuler, ronki -/-, wheezing -/-.
Jantung
- Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis
- Palpasi : Teraba pulsasi ictus cordis di sela iga V linea mid clavicula sinistra.
- Perkusi : Pekak
- Auskultasi : Bunyi jantung I - II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Datar, tidak tampak massa.
- Auskultasi : Bising usus (+) tidak meningkat
- Palpasi : Supel, tidak teraba adanya massa, tidak teraba adanya perbesaran
hepar dan lien, turgor kulit kembali sangat lambat.
- Perkusi : Timpani di seluruh lapang.
Genitalia eksterna : Dalam batas normal
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada deformitas, tidak ada edema, tidak ada
sianosis, CRT < 2 detik
Tonus : Normotonus.
8
PemeriksaanPenunjang
Laboratorium tanggal 01 April 2019
Darah Rutin
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 0 % 0-3
batang/stat 0 % 0-5
limfosit 13 % 25-50
monosit 10 % 2-10
Segmen 77 % 50-80
RESUME:
Pasien datang dengan keluhan BAB cair sejak 2 hari SMRS, sudah 5x BAB cair
dalam 1 hari. BAB cair disertai ampas sedikit tidak disertai darah maupun lender. BAB warna
kuning kehijauan, tidak berbau busuk, dengan volume sekitar 1 gelas aqua kecil. OS
mengalami mual dan muntah sejak malam harinya sebanyak 10x muntah tidak menyemprot,
9
berisi susu dan air tidak ada lendir dan tidak ada darah. OS saat menangis masih ada air mata
dan terlihat tampak lesu. Orang tua mengakatakan OS susah dalam minum dan sering kali OS
memuntahkan susunya saat minum susu. Orang tua mengatakan belum meminum obat
apapun.
DiagnosaKerja
Diare cair akut dengan dehidrasi berat
Dasar diagnosis kerja
Pasien diduga mengidap diare cair akut dikarenakan pada anamnesis
ditemukan BAB cair >3x dalam satu hari serta muntah >6x. Dari kasus ini
pasien masuk dalam kategori diare cair akut dengan dehidrasi berat karena
pasien terdapat 2 atau lebih tanda-tanda dehidrasi berat seperti anak lemas,
mata cekung, ubun-ubun cekung dan cubitan kulit perut yang kembali sangat
lambat dimana teori ini menurut WHO 2005.
Diagnosa Banding
Disentri
Tanda untuk diagnosis disentri adalah BAB cair, tapi sering dan disertai
dengan darah yang dapat dilihat dengan jelas. Beda dengan diagnosis kerja
pada kasus ini adalah BAB cairnya ditemukan dengan darah serta untuk untuk
pemeriksaan tinja biasanya ditemukan trofozoit amuba dan giardia
Kolera
Diare air cucian beras yang sering dan banyak dan cepat menimbulkan
dehidrasi berat. Dengan pemeriksaan kultur tinja ditemukan positif untuk V.
Cholerae O1 atau O139
10
Penatalaksanaan:
• Terapi C
- Pemberian 1 jam pertama cairan intravena RL : 5,5 kg x 30 cc/jam = 165 cc/jam
X tetes/menit = X cc/jam >> 165 tetes/menit (mikro)
165 : 4 = 41,25 tpm (makro)
Cek per 30 menit, jika membaik lanjutkan pada pemberian selanjutnya kalau tidak
membaik ulangi pemberian 1 jam pertama nya
- 5,5 kg x 70 cc/5jam = 385 cc/5jam >> 77 cc/jam (mikro)
77 : 4 = 19,25 cc/jam (makro)
- Maintenance : 5,5 kg x 100 = 550 cc/24jam
550 : 94 = 5,8 ( 6 tpm)
- Zinc 10 mg / hari selama 10 hari
- Ondansentron 3 x 0,5 mg
Prognosis
1. Ad Vitam :dubia ad bonam
2. Ad Fungsionam :dubia ad bonam
3. Ad Sanationam :dubia ad bonam
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE AKUT PADA ANAK
Definisi
Diare akut adalah buang air besar lembek /cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering biasanya (biasanya dalam sehari 3 kali atau lebih) dan berlangsung
kurang dari 7 hari.
Epidemiologi
Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahunnya. Di dunia
sebesar 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare, di mana sebagian kematian
tersebut terjadi di negara berkembang. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama
morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliar kejadian
sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya. (Parashar,2003).
Di Indonesia dilaporkan bahwa setiap anak mengalami diare sebanyak 1-2 episode per
tahun (Depkes, 2003). Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia tahun 2002-2003,
prevalensi diare pada anak – anak dengan usia kurang dari 5 tahun di Indonesia adalah : laki-
laki 10,8% dan perempuan 11,2%. Berdasarkan umur, prevalensi tertinggi terjadi pada usia 6-
11 bulan(19,4%), 12-23 bulan (14,8) dan 24-35 bulan (12,0) (Biro pusat statistik, 2003).
Berdasarkan laporan WHO 2003, kematian akibat diare di negara berkembang telah
turun dari 4,6 juta tahun 1982 menjadi 2,5 juta kematian pada tahun 2003. Di Indonesia
angka kematian diare juga telah turun tajam dari 40% tahun 1972 menjadi 24,9 pada tahun
1980, 10% tahun 1985 hingga 7,4 % tahun 1996 dari semua kasus kematian. Walaupun angka
kematian karena diare telah turun, angka kesakitan karena diare tetap tinggi baik di negara
maju maupun di negara berkembang.
Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara
berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB
(Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.
Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare)
12
Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmondla, shigella, campylo bacter,yersinia,
aeromonas, dan sebagainya
Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, daii lain-lain
Infeksi parasit : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba histolytica,giardia
lamblia, tricomonas hominis dan jamur (candida albicans)
b. Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti: OMA (Otitis Media
Akut), tonsilitis, tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya
(sering terjadi pada bayi dan umur dibawah 2 tahun)
2. Faktor Malabsorpsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida ; intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosadan galaktosa
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan besi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Psikologis
Faktor psikologis (rasa takut dan cemas) yang dapat mempengaruhi terjadinya
peristaltik usus sehingga mempengaruhi proses penyerapan makanan. Penyebab yang
paling sering ditemukan dilapangan atau secara klinis karena infeksi dan keracunan.
Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare
osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus.
- Diare osmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh
usus akan difermentasi oleh bakteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus
meningkat yang akan menarik cairan.
- Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi cAMP dan
cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit.
- Diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan pada
kontrol otonomik, misal pada diabetik neuropati, postvagotomi, post reseksi usus
serta hipertiroid.
-
13
Manifestasi kinis
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang kemudian
timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah
kehijauan, daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena sering defekasi dan tinja yang
asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul
sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai gejala
dehidrasi mulai tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun cekung
(bayi), selaput lender bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila keadaan ini terus berlanjut, akan
terjadi renjatan hypovolemik dengan gejala takikardi, denyut jantung menjadi cepat, nadi
lemah dan tidak teraba, tekanan daran turun, pasien tampak lemah dan kesadaran menurun,
karena kurang cairan, deuresis berkurang (oliguria-anuria). Bila terjadi asidosis metabolik
pasien akan tampak pucat, nafas cepat dan dalam (pernafasan kusmaul).
Komplikasi Diare
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
1. Kehilangan cairan (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena output air lebih banyak dari pada input air. Klasifikasi tingkat
dehidrasi anak dengan diare yaitu :
Kriteria Dehidrasi menurut WHO 2000
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda
berikut ini:
Letargis atau tidak sadar DEHIDRASI BERAT
Mata cekung
Tidak bisa minum atau malas minum
Cubitan kulit perut kembalinya
sangat lambat
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda
berikut ini: DEHIDRASI
Gelisah, rewel/mudah masalah RINGAN/SEDANG
Mata cekung
Cubitan kulit perut kembalinya
14
lambat
15
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi
darah berupa rejatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia dan asidosis bertambah berat. Kemudian dapat mengakibatkan perdarahan di otak
yang menimbulkan turunnya kesadaran (soporokomatusa) dan bila tidak segera ditangani
penderita dapat meninggal.
Kriteria Diagnosis
a. Anamnesis
Lama diare berlangsung, frekuensi diare dalam sehari, warna dan konsistensi
tinja, lendir dan atau darah dalam tinja
Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil
terakhir, demam, sesak, kejang, kembung
Jumlah cairan yang masuk selama diare
Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengonsumsi makanan
yang tidak biasa
Penderita diare disekitarnya dan sumber air minum
b. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital
Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa haus,
turgor kulit abdomen menurun
Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir, mulu,
dan lidah
Berat badan
Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat dan
dalam (asidosos metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau
hipernatremia)
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria berikut:
Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)
Tidak ditemukan tanda utama dan tandda tambahan
16
Keadaan umum baik, sadar
Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa
mulut dan bibir basah
Turgor abdomen baik, bising usus normal
Akral hangat
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan darah lengkap, kultur urine
dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang
kadang-kadang diperlukan pada saat diare akut :
Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan
kepekaan terhadap antibiotika.
Feses :
PH asam diare osmotic
Leukosit > 5 / LPB disentri
Hal yang dinilai pada pemeriksaan feses:
17
- Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau
- Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
Bentuk klinis diare berdasarkan penyebabnya :
Pengobatan Diare
Prinsip penatalaksanaan penderita diare adalah:
a. Mencegah terjadinya dehidrasi
Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah dehidrasi. Mencegah terjadinya
dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum lebih banyak
dengan rumah tangga yang dianjurkan, seperti air tajun, kuah sayur, air sup, air teh. Bila
tidak memberikan cairan rumah tangga yang dianjurkan, berikan air matang. Jangan
diberikan cairan yang osmolaritasnya tinggi, yaitu yang terlalu manis sepeti soft drink.
b. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi terutama pada anak balita, penderita harus segera dibawa ke
petugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan
tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan
cairan intravena dengan Ringer Laktat sebelum dilanjutkan terapi oral.
c. Pemberian ASI / makanan
Pemberian ASI / makanan selama serangan diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama bertujuan agar anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan.
d. Pemberian Zinc
18
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Lebih dari 90
macam enzim dalam tubuh memerlukan zinc sebagai kofaktornya, termasuk enzim
superoksida dismutase (Linder,1999). Enzim ini berfungsi untuk metabolisme radikal
bebas superoksida sehingga kadar radikal bebas ini dalam tubuh berkurang. Pada proses
inflamasi, kadar radikal bebas superoksida meningkat, sehingga dapat merusak berbagai
jenis jaringan termasuk jaringan epitel dalam usus (Cousins et al, 2006).
Zinc yang ada dalam tubuh akan hilang dalam jumlah besar pada saat seorang anak
menderita diare. Dengan demikian sangat diperlukan pengganti zinc yang hilang dalam
proses kesembuhan seorang anak dan untuk menjaga kesehatannya di bulan-bulan
mendatang.
Mulai tahun 2004, WHO-UNICEF merekomendasikan suplemen Zinc untuk terapi diare
karena suplementasi zinc telah terbukti menurunkan jumlah hari lamanya seorang anak
menderita sakit, menurunkan tingkat keparahan penyakit tersebut, serta menurunkan
kemungkinan anak kembali mengalami diare 2-3 bulan berikutnya.
Banyak uji klinik yang melaporkan bahwa suplemen Zinc sangat bermanfaat untuk
membantu penyembuhan diare. Zinc sebaiknya diberikan sampai 10-14 hari, walaupun
diarenya sudah sembuh. 11 Sayangnya suplemen Zinc ini belum banyak beredar di apotek
di Indonesia. Di beberapa RS besar di Indonesia telah menggunakan suplemen Zinc
dalam bentuk suspensi untuk penatalaksanaan diare akut.
Adapun cara pemberian Tablet Zinc yaitu :
Untuk bayi usia di bawah 6 bulan berikan setengah tablet zinc (10mg) sekali sehari
selama sepuluh hari berturut-turut.
Untuk anak usia 6 bulan ke atas berikan satu tablet zinc (20 mg) sekali sehari selama
sepuluh hari berturut-turut.
Larutkan tablet tersebut dengan sedikit (beberapa tetes)air matang atau ASI dalam
sendok teh.
Jangan mencampur tablet zinc dengan oralit
Tablet harus diberikan selama sepuluh hari penuh (walaupun diare telah berhenti
sebelum 10 hari)
Apabila anak muntah sekitar setelah jam setelah pemberian tablet zinc, berikan lagi
tablet zinc dengan cara memberikan potongan lebih kecil dan berikan beberapa kali
hingga satu dosis penuh.
Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus,tetap berikan tablet
zinc segera setelah anak dapat minum atau makan.
19
e. Pemberian Probiotik
Probiotik adalah suatu suplemen makanan, yang mengandung bakteri atau jamur yang
tumbuh sebagai flora normal dalam saluran pencernaan manusia, yang bila diberikan
sesuai indikasi dan dalam jumlah adekuat diharapkan dapat memberikan keuntungan
bagi kesehatan dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen
saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik
melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati penomena tersebut bakteri
probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan pengobatan diare baik yang
disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain, speudomembran colitis
maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional
(antibiotik asociated diarrhea ) dan travellers’s diarrhea.
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare akut
pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus aman dan efektif
dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare kira-kira 2/3
lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua pemberian sebanyak 1-
2 kali. Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam pengobatan diare adalah :
Perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan anti mikroba terhadap
beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen pada anterosit,
modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada mukosa usus dan imunno
modulasi.
Terdapat berbagai macam jenis probiotik yang hingga saat ini sering digunakan sebagai
suplemen. Golongan yang paling banyak digunakan adalah Lactic Acid Bacteria (LAB).
Golongan LAB dapat mengubah gula dan karbohidrat menjadi asam laktat, yang
berfungsi menurunkan kadar pH saluran gastrointestinal, sehingga menghambat
pertumbuhan bakteri patogen. Contoh strain golongan LAB adalah Lactobacillus dan
Bifidobacterium.
Sejak dipublikasikan pertama kali oleh seorang peneliti Rusia, Eli Metchnikoff, pada
awal abad 20, penelitian tentang probiotik hingga saat ini banyak dilakukan untuk
menguji kemanfaatannya pada populasi anak. Produk komersial yang mengandung
probiotik sebagai suplemen banyak tersedia di pasaran. Kemanfaatan probiotik terutama
banyak dilihat dari aspek pencegahan dan terapi penyakit, terutama penyakit alergi dan
infeksi.
Penggunaan probiotik untuk diare pada anak merupakan fokus studi yang paling banyak
dilakukan dalam penilaian kemanfaatan probiotik. Secara teoritis, probiotik dapat
20
mengurangi keparahan diare melalui efek kompetisi dengan patogen, imunomodulator,
meningkatkan sekresi IgA mukosa usus, dan mengurangi kejadian intoleransi laktosa.
Pemberian probiotik terlihat bermanfaat dalam tatalaksana diare akut. Meta-analisis yang
dilakukan oleh Szajewska et al menunjukkan bahwa pemberian suplemen Lactobacillus
mengurangi durasi diare akut sehari lebih cepat dibandingkan plasebo (95% CI) dengan
level of evidence 1a. Efektivitasnya terutama lebih baik pada mereka dengan etiologi
rotavirus, yang merupakan penyebab terbanyak diare akut pada anak.
f. Pemberian Antibiotik
Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena
pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian
kecil penderita diare misalnya kholera shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada
anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi
terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi,
atau pada anak/bayi yang menunjukkan secara klinis gajala yang berat serta berulang
atau menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis.
Anti motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat menimbulkan paralisis obstruksi
sehingga terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.
Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain:
Kolera : Tetrasiklin 12,5mg/kgBB/ dibagi 3 dosis (3 hari) atau Erytromycin 12,5
mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari
Shigella : Ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3 hari atau Ceftriaxone 50-100
mg/kgBB 1x sehari IM selama 2-5 hari.
Amebiasis : Metronidasol 10mg/kg/ 3x sehari selama 5 hari (10 hari pada kasus
berat), Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks
90mg)(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)
Giardiasis : Metronidazole 5mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.
g. Mengobati masalah lain
Obat-obatan “anti diare” dan anti muntah tidak boleh diberikan pada anak dengan diare.
Anti diare tidak dianjurkan karena belum adanya bukti mengenai diare yang berdaya guna,
sehingga penggunaan anti diare hanya menimbulkan beban biaya.
h. Pemberian nasehat
Pemberian nasehat kepada orang tua anak (pengasuh) untuk segera membawa anaknya
kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita sebagai
berikut:
21
Buang air besar cair lebih sering
Muntah berulang-ulang
Rasa haus yang nyata
Makan atau minum sedikit
Demam
Tinja berdarah
22
Cairan yang mengandung garam, seperti oralit, minuman asin (seperti minuman
youghert), atau sayuran dan sup ayam dengan garam. Ajari ibu untuk memasukan garam
(kurang lebih 3g/L) pada minuman yang tidak bergaram (seperti air matang, air teh, jus buah-
buahan yang tidak diberi gula) atau sup selama diare.
Larutan oralit yang dapat dibuat dirumah mengandung 3g/L garam dapur (1 sendok
teh penuh garam) dan 18g/L dari gula dapur (sukrosa) sangat efektif namun tidak dianjurkan
karena seringkali lupa resepnya.
Minuman yang tidak boleh diberikan ialah minuman bersoda, teh manis, jus buah-
buahan yang manis. Minuman tersebut dapat menyebabkan diare osmotik dan hipernatremia.
Sedangkan kopi tidak boleh diberikan karena bersifat diuretik.
Umur (tahun) Jumlah Cairan Yang Harus
Diberikan
<> 50-100 ml cairan
2-10 100-200 ml
> 10 > 200 atau sebanyak yang mereka mau
Aturan 2 : Berikan tambahan zinc (10 - 20 mg) untuk anak, setiap hari selama 10 hari
Zinc dapat diberikan sebagai sirup atau tablet, dimana formulasinya tersedia dan
terjangkau. Dengan memberikan zinc segera setelah mulai diare, durasi dan tingkat
keparahan episode serta risiko dehidrasi akan berkurang. Dengan pemberian zinc selama 10
sampai 14 hari, zinc yang hilang selama diare diganti sepenuhnya dan risiko anak memiliki
episode baru diare dalam 2 sampai 3 bulan ke depan dapat berkurang. (1)
Pada pedoman penatalaksanaan diare sebelumnya tidak ada anjuran untuk
memberikan zinc, namun pada pedoman penatalaksanaan diare WHO 2005 ada anjuran
seperti ini.
Aturan 3 yaitu berikan anak makanan untuk mencegah kurang gizi
Diet bayi yang biasanya harus dilanjutkan selama diare dan ditingkatkan setelahnya.
Makanan tidak boleh ditahan dan makanan anak yang biasa tidak boleh diencerkan.
pemberian ASI harus dilanjutkan. Tujuannya adalah untuk memberikan makanan yang kaya
nutrisipada anak. Sebagian besar anak-anak dengan diare cair mendapatkan kembali nafsu
makan mereka setelah dehidrasi diperbaiki, sedangkan orang-orang dengan diare berdarah
seringkali nafsu makan tetap buruk sampai penyakitnya sembuh. Anak-anak ini harus
didorong untuk mau makan secara normal sesegera mungkin.
23
Ketika makanan diberikan, gizi yang cukup biasanya diserap untuk mendukung
pertumbuhan dan pertambahan berat badan. Makan juga mempercepat pemulihan fungsi usus
normal, termasuk kemampuan untuk mencerna dan menyerap berbagai nutrisi. Sebaliknya,
pada anak-anak yang dibatasi makannya dan makanan yang diencerkan dapat menurunkan
berat badan, menyebabkan diare lebih lama dan lebih lambat memulihkan fungsi usus.
Secara umum, makanan yang sesuai untuk anak dengan diare adalah sama dengan
yang diperlukan oleh anak-anak yang sehat.
o Bayi segala usia yang menyusui harus tetap diberi kesempatan untuk menyusui sesering dan
selama mereka inginkan. Bayi sering menyusui lebih dari biasanya dan ini harus
didukung.
o Bayi yang tidak disusui harus diberikan susu biasa mereka makan (atau susu formula)
sekurang-kurangnya setiap tiga jam, jika mungkin dengan cangkir.
o Bayi di bawah usia 6 bulan yang diberi makan ASI dan makanan lain harus diberikan ASI
lebih banyak. Setelah anak tersebut sembuh dan meningkatnya pasokan ASI, makanan lain
harus diturunkan.
Jika anak usia minimal 6 bulan atau sudah diberikan makanan lunak, ia harus diberi
sereal, sayuran dan makanan lain, selain susu. Jika anak di atas 6 bulan dan makanan tersebut
belum diberikan, maka harus dimulai selama episode diare atau segera setelah diare berhenti.
Daging, ikan atau telur harus diberikan, jika tersedia. Makanan kaya akan kalium, seperti
pisang, air kelapa hijau dan jus buah segar akan bermanfaat.
Berikan anak makanan setiap tiga atau empat jam (enam kali sehari). Makan porsi
kecil yang Sering, lebih baik daripada makan banyak tetapi lebih jarang. Setelah diare
berhenti, dapat terus memberi makanan dengan energi yang sama dan membrikan satu lagi
makan tambahan daripada biasanya setiap hari selama setidaknya dua minggu. Jika anak
kekurangan gizi, makanan tambahan harus diberikan sampai anak telah kembali berat badan
normal-untuk-height.
Aturan 4 Bawa anak ke petugas kesehatan jika ada tanda-tanda dehidrasi atau masalah
lainnya
Ibu harus membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:
• Buang air besar cair sering terjadi
• Muntah berulang-ulang
• Sangat haus
• Makan atau minum sedikit
24
• Demam
• Tinja Berdarah
• Anak tidak membaik dalam tiga hari.
Pedoman diare yang sebelumnya hanya mempunyai 3 aturan saja. Namun WHO 2005
menambahkan pemberian zinc pada rencana terapi A ini.
Rencana Terapi B: Terapi rehidrasi oral untuk anak-anak dengan dehidrasi ringan-
sedang
Jika berat badan anak diketahui maka hal ini harus digunakan untuk menentukan
jumlah larutan yang tepat. Jumlah larutan ditentukan dari berat badan (Kg) dikalikan 75 ml.
Jika berat badan anak tidak diketahui maka penentuan jumlah cairan ditentukan berdasarkan
usia anak.
25
Keluaraga harus diajarkan cara memberikan larutan oralit. Larutan dapat diberikan
pada anak-anak menggunakan sendok atau cangkir. Botol minum tidak boleh digunakan.
Untuk bayi dapat digunakan pipet atau syringe. Untuk anak <>(1)
Jika tanda-tanda dehidrasi parah telah muncul, terapi intravena (IV) harus dimulai
sesuai Rencana Terapi C.
Jika anak masih memiliki tanda-tanda yang menunjukkan dehidrasi beberapa,
teruskan terapi rehidrasi oral dengan mengulangi Rencana Terapi B. Pada saat yang sama
dimulai pemberian makanan, susu dan cairan lain, seperti yang dijelaskan dalam Rencana
Terapi A, dan terus menilai kembali anak.
Jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi, harus dipertimbangkan rehidrasi telah lengkap.
Bila rehidrasi adalah lengkap:
Turgor kulit normal
Tidak haus
Urin
Anak menjadi tenang, tidak lagi mudah marah dan seringkali tertidur.
Ajarkan ibu cara untuk merawat anaknya di rumah dengan larutan oralit dan makanan
seperti pada Rencana Terapi A.
Dengan larutan oralit yang sebelumnya, tanda dehidrasi dapat menetap atau muncul
kembali selama pemberian oralit pada 5% anak-anak. Namun dengan larutan oralit
osmolaritas rendah yang baru, diperkirakan kegagalan pengobatan sebelumnya dapat
berkurang menjadi 3%, atau kurang.
Penyebab kegagalan tersering ialah:
Intake larutan oralit yang kurang (lebih dari 15-20 ml/kg/jam), seperti yang terjadi pada
beberapa anak-anak dengan kolera
Tidak cukup asupan larutan oralit karena kelelahan atau kelesuan
Sering terjadi muntah-muntah yang parah.
Anak-anak tersebut harus diberikan larutan oralit dengan selang nasogastric (NG) atau
larutan Ringer laktat intravena (IV) (75 ml/kg/4jam), biasanya dilakukan di rumah sakit.
Mulailah untuk memberikan tambahan zinc, seperti dalam Rencana terapi A, segera
setelah anak dapat makan setelah 4 jam pertama periode rehidrasi.
Kecuali untuk ASI, makanan tidak boleh diberikan selama empat jam pertama periode
rehidrasi. Namun, anak-anak yang terus dalam Rencana Terapi B lebih dari empat jam harus
diberikan makanan setiap 3-4 jam seperti yang dijelaskan dalam Rencana terapi A. Semua
26
anak yang lebih tua dari 6 bulan harus diberikan makanan sebelum pulang. Ini membantu
untuk menekankan kepada para ibu pentingnya terus makan selama diare.
Perbedaan dari rencana terapi B antara WHO tahun 2005 dan Depkes RI 1999 ialah
adanya penambahan zinc pada terapi diare menurut WHO 2005 dan adanya perbedaan untuk
menentukan jumlah cairan rehidrasi yang ditentukan berdasarkan usia.
Rencana Terapi C : untuk Pasien dengan Dehidrasi Berat
Pengobatan bagi anak-anak dengan dehidrasi berat adalah rehidrasi intravena cepat,
mengikuti Rencana Terapi C. Jika mungkin, anak harus dirawat di rumah sakit. Panduan
untuk rehidrasi intravena.
Anak-anak yang masih dapat minum, walaupun buruk, harus diberikan oralit secara
peroral sampai infus berjalan. Selain itu, ketika anak dapat minum tanpa kesulitan, semua
anak harus mulai menerima larutan oralit (sekitar 5 ml/kg/jam), yang biasanya dalam waktu
3-4 jam (untuk bayi) atau 1-2 jam (untuk pasien yang lebih tua). Ini memberikan tambahan
dasar dan potasium, yang mungkin tidak dapat secara memadai disediakan oleh cairan infus.
Mulai diberi cairan i.v segera. Bila pasien dapat minum berikan oralit sampai cairan
i.v dimulai. Berikan 100 ml/Kg cairan Ringer Laktat (atau cairan normal salin bila ringer
laktat tidak tersedia) yang dibagi sebagai berikut:
Jumlah pemberian cairan secara intravena pada pasien dehidrasi berat
Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba.
Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam .Bila rehidrasi belum tercapai pencepat tetesan
intravena. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita mengunakan Tabel
Pernilaian Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A,B atau C ) untuk melanjutkan
terapi.
Pasien harus dinilai ulang setiap 15-30 menit sampai denyut a. radialis teraba kuat.
Setelah itu, pasien harus dinilai ulang setidaknya setiap 1 (satu) jam untuk memastikan bahwa
hidrasi membaik. Jika tidak, maka infus harus diberikan lebih cepat.
Lihat dan rasakan untuk semua tanda-tanda dehidrasi:
o Jika tanda-tanda dehidrasi berat masih ada, ulangi infus cairan IV seperti yang diuraikan
dalam Rencana terapi C.
o Jika anak membaik (dapat minum), tetapi masih menunjukkan tanda-tanda dari dehidrasi
sedang, hentikan infus IV dan berikan larutan oralit selama empat jam, sebagaimana
ditetapkan dalam Rencana terapi B.
27
o Jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi, ikuti Rencana terapi A. Ingatlah bahwa anak
membutuhkan terapi dengan larutan oralit sampai diare berhenti.
Jika fasilitas terapi IV tidak tersedia, tetapi dapat diberikan dalam jangka waktu dekat
(yaitu dalam waktu 30 menit), kirimlah anak untuk pengobatan IV segera. Jika anak dapat
minum, berikan ibu beberapa larutan oralit dan tunjukkan kepadanya cara untuk
memberikannya kepada anaknya selama perjalanan.
Jika terapi IV tidak tersedia di dekatnya, petugas kesehatan yang telah dilatih dapat
memberikan larutan oralit menggunakan selang Naso Gastrik, dengan kecepatan 20 ml/kg BB
/jam selama 6 (enam) jam (total 120 ml/kg BB). Jika perut menjadi bengkak, larutan oralit
harus diberikan perlahan-lahan sampai menjadi kurang buncit.
Jika tidak bisa menggunakan selang NGT namun anak dapat minum, larutan oralit
harus diberikan melalui mulut dengan kecepatan 20 ml/kg BB/jam selama 6 (enam) jam (total
120 ml / kg berat badan). Jika terlalu cepat, anak dapat muntah berulang. Jika terjadi hal ini,
maka memberikan larutan oralit secara lebih lambat sampai muntah mereda.
Anak-anak menerima terapi NGT atau per oral harus dinilai ulang paling sedikit
setiap jam. Jika tanda-tanda dehidrasi tidak membaik setelah tiga jam, anak harus segera
dibawa ke fasilitas terdekat di mana terapi IV tersedia.
Kalau tidak, jika rehidrasi maju memuaskan, anak harus dinilai ulang setelah enam
jam dan keputusan pada perawatan lebih lanjut dibuat seperti yang dijelaskan di atas untuk
terapi IV yang diberikan.
Jika tidak ada fasilitas NGT dan tidak dapat dilakukan secara peroral, anak harus
segera dibawa ke fasilitas terdekat di mana terapi IV atau NGT tersedia.
Pada rencana terapi C tidak ada perbedaan antara WHO 2005 dengan pedoman
penatalaksanaan diare di Indonesia saat ini.
28
RENCANA TERAPI A
UNTUK MENGOBATI DIARE DIRUMAH
PENDERITA DIARE TANPA DEHIDRASI
29
30
RENCANA TERAPI B
UNTUK TERAPI DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
31
RENCANA TERAPI C
UNTUK DEHIDRASI BERAT
32
Pencegahan Diare
Penatalaksanaan kasus yang benar, yang terdiri dari upaya rehidrasi oral dan
pemberian makanan dapat mengurangi efek buruk diare yang meliputi dehidrasi, kekurangan
gizi dan resiko kematian. Cara-cara lain juga dibutuhkan, untuk mengurangi insidensi diare,
yaitu intervensi yang selain mengurangi penyebaran mikroorganisme penyebab diare juga
meningkatkan resistensi anak terhadap infeksi kuman ini.
Sejumlah intervensi telah diusulkan untuk mencegah diare pada anak, kebanyakan
meliputi cara yang berhubungan dengan cara pemberian makanan kepada bayi, kebersihan
perseorangan, kebersihan makanan, penyediaan air bersih, pembuangan tinja yang aman dan
imunisasi. Ada 7 cara diidentifikasi sebagai sasaran untuk promosi, yaitu:
1. Pemberian ASI
2. Perbaikan makanan pendamping ASI
3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum
4. Cuci tangan
5. Penggunaan jamban
6. Pembuangan tinja bayi yang aman
7. Imunisasi campak.
Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan enterik,
termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita, penggunaan jas panjang
bila ada kemungkinan pencemaran dan sarung tangan bila menyentuh bahan yang terinfeksi.
Penderita dan keluarganya harus dididik mengenai cara penularan enteropatogen dan cara-
cara mengurangi penularan.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman, R.E et.all. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition. International Edition.
Saunders 2004. p 1239-1241
2. Budiarso, Aswita.dkk. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare . Jakarta:
Departement Kesehatan R.I PPM & PLP. 2009
3. Depatemen Kesehatan. Diare Pada Anak . Kamis, 31 September 2010
www.depkes.go.id
4. Ganna, Herry. Melinda, Heda. Ilmu Kesehatan Anak Pedoman Diagnosis dan Terapi.
Edisi 3. Bandung : 2005
5. Santoso, N. Budi, Diare Pada Bayi Dan Anak, Lab/SMF. Ilmu Kesehatan Anak FK.
Unibraw/RSU Dr. Saiful Anwar Malang. 2001
6. Pusponegoro. H, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Ikatan
Dokter Anak Indonesia. 2004
7. Rasad S., 2005, Radiologi Diagnostik (2nd edition), Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
8. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 1985, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak.
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
34