Anda di halaman 1dari 8

FISIOLOGI PENGLIHATAN

2.1. Metode Fisiologi Penglihatan


2.1.1. Alat yang diperlukan
1. Model fungsional mata dengan perlengkapannya
2. Lampu senter
2.1.2. Tata kerja
2.1.2.1. Mata sebagai susunan optik (Demonstrasi)
a. Pelajari model fungsional mata dengan perlengkapannya
1. Kornea
2. Iris
3. Tiruan lensa yang diisi air
4. Retina yang dapat diatur pada 3 posisi
5. Benda yang akan diberi cahaya.
6. Lensa sferis positif
7. Lensa sferis negatif
2.1.2.2. Pembentukan bayangan benda
1. Pasang retina di posisi II (sesuai penanda bagian tengah pada retina).
2. Letakkan benda yang akan disinari cahaya di depan model mata
3. Hidupkan senter dan arahkan pada benda hingga tampak bayangan jelas
pada retina (jarak benda dapat disesuaikan sampai diperoleh bayangan
jelas pada retina.
2.1.2.3. Hipermetropia
1. Setelah diperoleh bayangan tegas (butir II nomor 3) pindahkan retina ke
posisi III (sesuai penanda bagian belakang pada retina). Perhatikan
bayangan menjadi kabur lagi.
2. Koreksi kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai (pada tempat
lensa sferis) sehingga bayangan menjadi tegas kembali.
3. Catat jenis dan kekuatan lensa yang saudara gunakan!
2.1.2.4. Miopia
1. Angkat lensa sferis dari tempat lensa! Kembalikan retina ke posisi I.
Perhatikan bayangan yang tegas.
2. Pindahkan retina ke posisi I (sesuai penanda bagian depan pada retina).
Perhatikan bayangan menjadi kabur.
3. Perbaiki kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di tempat lensa
sferis sehingga bayangan menjadi tegas.
4. Catat jenis dan kekuatan lensa yang saudara gunakan!
2.1.2.5. Mata Afakia
1. Buat susunan seperti butir II nomor 3!
2. Lepaskan lensa sehingga terjadi mata afakia, yaitu mata tanpa lensa
kristalina.
3.1. Hasil Fisiologi Penglihatan
3.1.1. Mata sebagai susunan optik (Demonstrasi)

3.1.2. Pembentukan bayangan benda


Bayangan yang terbentuk pada saat praktikum adalah terbalik, maya, dan
diperkecil.
3.1.3. Hipermetropia
Hasil praktikum pada saat memindahkan retina ke posisi III bayangannya
menjadi kabur, dan titik fokus terlihat jatuh di atas retina, kemungkinan ini
jatuh dibelakang retina dikarenakan tidak dapat menembus struktur dari
model fungsional mata sehingga jatuhnya diatas retina. Sehingga untuk
membuat bayangan menjadi tegas kembali, kelompok kami menggunakan
lensa cembung dengan kekuatan lensa sebesar +1 Dioptri.
3.1.4. Miopia
Hasil praktikum pada saat memindahkan retina ke posisi I bayangannya
menjadi kabur, dan titik fokus sinar jatuh di depan retina. Sehingga untuk
membuat bayangan menjadi tegas kembali, kelompok kami menggunakan
lensa cekung dengan kekuatan lensa sebesar -0,5 Dioptri.
3.1.5. Mata Afakia
Hasil praktikum pada saat melepaskan lensa adalah hanya terlihat seperti
sinar yang mengumpul, tidak terlihat jelas bentuk bayangan bendanya.
Sehingga untuk membuat bayangan menjadi tegas kembali, kelompok kami
menggunakan lensa cembung dengan kekuatan lensa sebesar +2,00 Dioptri
untuk membuat bayangan benda terlihat tajam.

4.1 Pembahasan Fisiologi Penglihatan


Mata merupakan salah satu dari panca indera manusia. Mata dapat
berfungsi dengan baik apabila ada cahaya. Mata memiliki seperangkat
komponen optik yang mampu membiaskan sinar yang melaluinya. 1,2
Komponen optik tersebut adalah:

1. Kornea
Kornea merupakan bagian tunika fibrosa yang transparan tidak
mengandung pembuluh darah dan kaya akan ujung-ujung serat saraf.3
Fungsi dari kornea adalah menerima serta meneruskan cahaya yang masuk
ke mata dan memberikan perlindungan terhadap bagian sensitif mata yang
ada di bawahnya.
2. Aqueous humor
Aqueous humor adalah cairan pengisi antara kornea dan lensa mata.
Aqueous humor berfungsi memberi dan mempertahankan bentuk pada
mata.
3. Lensa
Terdiri atas 3 lapisan yaitu kapsul lensa, epitel subkapsul, dan serat lensa.
Serat-serat lensa merupakan sel yang kehilangan inti dan organel lainnya,
kemudian diisi oleh protein lensa bernama crystallin yang akan
meningkatkan indeks pembiasan lensa. Lensa tidak mengandung
pembuluh darah, nutrisinya diperoleh lewat aqueous humor dan korpus
vitreus. Lensa bersifat impermeabel, namun transparan.3 lensa mata
mempunyai peran yang penting yaitu memfokuskan bayangan supaya
jatuh tepat di bintik kuning.
4. Iris
Permukaan posterior iris lebih halus dan memiliki banyak sel-sel pigmen
yang akan mencegah cahaya melintas lewat iris. Hal ini membuat cahaya
terfokuskan masuk lewat pupil. Jumlah sel melanosit yang terdapat pada
iris akan memengaruhi warna mata. Terdapat 2 jenis otot polos, yaitu otot
dilator pupil dan otot konstriktor pupil. 3 letaknya berada tepat di belakang
kornea.
5. Pupil
Adalah celah yang terletak di tengah iris.3 Fungsi dari pupil adalah sebagai
tempat cahaya masuk dan mengatur jumlah cahaya
6. Vitreus humor
Adalah cairan bening pengisi bola mata yang terletak di antara lensa mata
dan retina. Vitrous humor memiliki fungsi yang sama dengan aqueous
humour, yaitu memberi dan mempertahankan bentuk pada mata.
Fungsinya meneruskan cahaya dari lensa menuju ke retina.
7. Retina
Retina merupakan lapisan terdalam bola mata, mengandung sel
fotoreseptor batang dan kerucut. Di retina terdapat lempeng optik yang
merupakan tempat keluarnya nervus optikus.3 Retina memiliki fungsi
untuk menangkap cahaya dan kemudian meneruskannya sampai ke saraf
mata.
1. Mengapa disediakan 3 posisi retina?
Karena akan dilihat (didemostrasikan) berbagai bentuk refraksi yang
terjadi pada mata saat terjadinya proses penglihatan, baik itu pada:
a. Mata emetrop tanpa akomodasi
b. Mata miopia
c. Mata hipermetropia

Pada penglihatan normal , kornea dan lensa mata membelokkan sinar


pada titik fokus yang tepat pada sentral retina. Bola mata manusia
mempunyai panjang kira-kira 2 cm, dan untuk memfokuskan sinar ke
bintik kuning diperlukan kekuatan 50 Dioptri. Kornea mempunyai
kekuatan 40 dioptri dan lensa mata berkekuatan 10 dioptri. Apabila
kekuatan untuk membiaskan tidak sama dengan 50 Dioptri maka sinar
akan difokuskan di depan retina seperti pada rabun jauh / miopia dan
dikoreksi dengan kacamata (-) atau di belakang retina seperti pada rabun
dekat / hipermetropia, yang membutuhkan kacamata (+). Apabila
pembiasan tidak difokuskan pada satu titik seperti pada astigmatisma maka
diberikan kacamata silinder untuk mengoreksinya. Kelainan refraksi
dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia dan astigmatisma.4

2. Bagaimana cara membedakan lensa sferis negatif dengan lensa sferis


positif?
Dengan menggerakkan lensa di atas deretan huruf, maka akan terlihat
bahwa pada lensa positif huruf akan bergerak ke arah yang berlawanan
dengan gerakan lensa, pada lensa negatif terjadi peristiwa sebaliknya yaitu
huruf bergerak searah dengan gerakan lensa.
3. Cara apakah yang lebih baik untuk menentukan jenis dan kekuatan lensa?
Cara terbaik yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan alat
yang bernama lensometer . Lensometer sendiri ada yang manual, dan ada
yang digital. Selain menggunakan lensometer juga bisa menggunakan auto
refractometer untuk mengukur lensa yang tepat untuk digunakan seorang
pasien yang mengalami gangguan pada penglihatannya. Lensometer
adalah instrumen optik yang digunakan untuk mengukur kekuatan lensa
(Dioptri), mengetahui arah base lensa prisma dan mengetahui titik fokus
sebuah lensa. Dalam perkembangannya Automatic Lensometer dapat pula
dipergunakan untuk mengukur nilai kemampuan material lensa dalam
menahan radiasi sinar Ultra Violet (UV). 5
4. Sebutkan sifat bayangan yang terbentuk!
Sifat bayangan yang terbentuk pada saat praktikum adalah terbalik,
maya, tidak diperbesar atau diperkecil (normal). Bayangan maya adalah
bayangan yang terbentuk dari perpotongan perpanjangan sinar-sinar pantul
cahaya.5
5. Sebutkan analogi keadaan ini dengan mata sebenarnya!
Sifat bayangan yang terbentuk pada saat praktikum adalah terbalik,
maya, tidak diperbesar atau diperkecil (normal). Pada mata emetrop, sifat
bayangan yang terbentuk seharusnya nyata, terbalik, dan diperkecil. 5
Pupil adalah bagian mata yang berfungsi mengatur besar kecilnya
cahaya yang masuk ke bola mata. Retina adalah selaput tipis di bagian
belakang bola mata. Lapisan itu paling banyak mengandung saraf
penglihatan. Bayangan yang ditangkap retina bersifat nyata dan terbaik.
Fovea atau bintik kuning adalah bagian retina, tempat berkumpulnya
ujing-ujung saraf penglihatan sehingga paling peka terhadap rangsang
(impuls) cahaya.5
Syarat kita dapat melihat benda adalah harus ada cahaya. Cahaya dapat
berasal langsung dari sumber cahaya atau berasal dari cahaya yang
dipantulkan oleh benda-benda yang ada di sekeliling kita. Cahaya masuk
menembus kornea, terus melewati lensa mata, dan akhirnya sampai ke
retina. Bayangan benda jatuh tepat di bintik kuning, bersifat nyata,
terbalik, dan diperkecil. Bayangan itu merupakan rangsangan atau
informasi yang dibawa oleh syaraf penglihatan menuju pusat syaraf
penglihatan di otak. Di otak, rangsangan ditafsirkan dan barulah kemudian
kita mendapat kesan melihat benda.6
Lensa mata mengatur penyesuaian terhadap jarak benda dengan jalan
mengatur cembung dan pipihnya lensa sehingga bayangan jatuh di retina.
Proses itu disebut berakomodasi. Apabila jarak benda sangat dekat, lensa
akan mencembung. Sebaliknya, apabila jarak benda jauh, lensa mata akan
memipih. Lensa mata dalam keadaan secembung-cembungnya, dikatakan
berakomodasi maksimum. Sebaliknya, lensa mata dalam keadaan sepipih-
pipihnya, dikatakan berakomodasi minimum atau tidak berakomodasi.6
6. Mengapa bayangan menjadi kabur?
Pada keadaan ini bayangan menjadi kabur karena diameter bola mata
yang memendek dan membuat bayangan lebih panjang dan jatuhnya
dibelakang retina. Disebut mata hipermetropia. Bayangan menjadi kabur
pada penderita hipermetropi juga diakibatkan karena pertumbuhan bola
mata dan axial length bertambah yang mengakibatkan titik fokus berada
dibelakang retina, serta kornea dan lensa mendatar yang mengakibatkan
bayangan tidak cukup dibiaskan.7 Kelainan refraksi dimana sinar sejajar
yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi ) akan
dibias membentuk bayangan di belakang retina.8
7. Lensa apa yang saudara gunakan untuk koreksi?
Lensa yang digunakan ialah lensa konveks (cembung) (+1 Dioptri).
Lensa cembung (konveks / convex) memiliki bagian tengah lebih tebal
daripada bagian tepinya. Sinar-sinar bias pada lensa ini bersifat
mengumpul (konvergen). Oleh karena itu, lensa cembung bersebut lensa
konvergen. Jarak fokus lensa cembung bernilai positif (+) sehingga kuat
lensa cembung bernilai positif (+). Untuk lensa cembung, makin kuat
lensanya, makin kuat lensa itu mengumpulkan sinar. 8
8. Mengapa bayangan menjadi kabur?
Pada keadaan ini bayangan menjadi kabur karena diameter bola mata
yang memanjang dan membuat bayangan lebih pendek dan jatuhnya
didean retina. Disebut mata miopia. Miopia adalah anomali refraksi pada
mata dimana bayangan difokuskan di depan retina, ketika mata tidak
dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan pada kondisi
refraktif dimana cahaya yang sejajar dari suatu objek yang masuk pada
mata akan jatuh di depan retina, tanpa akomodasi. Miopia berasal dari
bahasa Yunani “muopia” yang memiliki arti menutup mata. Miopia
merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya adalah
“nearsightedness” (American Optometric Association, 2006).
Miopia adalah keadaan pada mata dimana cahaya atau benda yang
jauh letaknya jatuh atau difokuskan didepan retina. Supaya objek atau
benda jauh tersebut dapat terlihat jelas atau jatuh tepat di retina diperlukan
kaca mata minus (Rini, 2004).
Miopia atau sering disebut sebagai rabun jauh merupakan jenis
kerusakan mata yang disebabkan pertumbuhan bola mata yang terlalu
panjang atau kelengkungan kornea yang terlalu cekung (Sidarta, 2007).
Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan
sinar yang berlebihan sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di
depan retina (bintik kuning). Pada miopia, titik fokus sistem optik media
penglihatan terletak di depan makula lutea. Hal ini dapat disebabkan
sistem optik (pembiasan) terlalu kuat, miopia refraktif atau bola mata
terlalu panjang (Sidarta, 2003).
9. Lensa apa yang saudara gunakan untuk tindakan tersebut?
Lensa yang digunakan ialah lensa konkaf (cekung) (-0,5 Dioptri). Lensa
cekung (konkaf / concave) memiliki bagian tengah yang lebih tipis
daripada bagian tepinya. Sinar-sinar bias pada lensa ini bersifat
memencar (divergen). Oleh karena itu, lensa cekung disebut lensa
divergen. jarak fokus lensa cekung bernilai negatif (-), maka kuat lensa
cekung bernilai negatif (-).Untuk lensa cekung, makin kuat lensanya,
makin kuat lensa itu menyebarkan sinar. Koreksi miopia dengan
menggunakan lensa konkaf atau lensa negatif, perlu diingat bahwa cahaya
yang melalui lensa konkaf akan disebarkan. Karena itu, bila permukaan
refraksi mata mempunyai daya bias terlalu besar, seperti pada miopia,
kelebihan daya bias ini dapat dinetralisasi dengan meletakkan lensa sferis
konkaf di depan mata. 8
10. Apa contoh keadaan yang sesuai dengan kondisi mata afakia?
Mata afakia biasanya terjadi pada keadaan pasca operasi
pengangkatan lensa dan katarak immatur. Pada stadium dini
pembentukan katarak, protein pada selaput lensa dibawah kapsul
mengalami denaturasi. Protein tadi berkoagulasi membentuk daerah
keruh menggantikan serabut-serabut protein lensa yang dalam keadaan
normal seharusnya transparan. 1,9
11. Bagaimana cara yang dapat dilakukan untuk mengoreksi mata afakia?
Menggunakan kacamata dengan lensa sferis cembung berkekuatan
tinggi, lensa kontak serta intraokuler lensa. Misalnya pada pasien katarak
yang telah menghalangi cahaya dengan hebat sehingga menganggu
penglihatan dapat diperbaiki dengan cara mengangkat lensa melalui
operasi atau memberikan lensa implant. Bila hal ini dilakukan mata akan
kehilangan sebagian besar daya biasnya, dan harus digantikan dengan
lensa konveks yang kuat didepan mata atau ditanam sebuah lensa plastik
buatan didalam mata pada tempat lensa yang dikeluarkan.1
12. Jenis lensa apakah yang dapat digunakan untuk mengoreksi mata afakia?
Jenis lensa sferis cembung, karena pada afakia terjadi hipermetropi
tinggi.

1. Guyton, AC dan Hall, JE. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC,
2006.
2. Sherwood, L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC, 2012.
3. Saladin, K.S. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function. 3rd ed.
New York: McGraw-Hill, 2003.
4. Vaughan and Asbury. Oftamologi Umum/ Paul Riordan-Eva, Jhon P. Whitcher.
Edisi 17. Jakarta : EGC, 2009; Hal, 389-407.
5. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi Keempat. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011.
6. Goss DA, Theodore PG, Jeffrey TK, Wendy MT, Thomas TN, Karla Z.
optometric clinical practice guideline care of the patient with myopia. Lindbergh
Blvd, St. Louis: American Optometric Association, 2006; hlm. 7-11.
7. Pelak VS. Evaluation of diplopia: An anatomic and systemic approach.Hospital
Physician: March, 2004.
8. Froetscher M & Baehr M. Duus Topical Diagnosis in Neurology. 4th edition.
Stuttgart: Thieme, 2005; p. 130 – 137
9. Lumbantobing S. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, 2006; p 25 – 46.
10. Barret, Kim E et all. Ganong’s Review of Medical Physiology 23th Edition.
USA : McGraw Hill, 2010.
4. Ilyas, HS. 2006. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ke- 3. Balai penerbit FKUI,.
Jakarta.
Dapus :
5. Sembulingam K, Sembulingam P. Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran. 5th ed. Jilid 2.
Tangerang: Binarupa Askara Publisher; 2013. p. 486-494.
6.Silverthorn DU. 2014. Fisiologi manusia. Edisi ke-6. Jakarta: EGC.
7. Vaughan and Asbury. Oftamologi Umum/ Paul Riordan-Eva, Jhon P.
Whitcher. Edisi 17. Jakarta : EGC, 2009; Hal, 389-407.
8. Dwi Ahmad Yani. 2008. Kelainan Refraksi Dan Kacamata. Surabaya: Surabaya
Eye Clinic,17 (5

1. 9. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi Keempat. Jakarta: Badan


Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011.

Anda mungkin juga menyukai