Anda di halaman 1dari 18

BAB II

KAJIAN TEORI
2.1 Sitem Visual
Sistem penglihatan adalah bagian dari sistem indra yang membuat organisme mampu melihat. Sistem
penglihatan menafsirkan informasi dari cahaya untuk mendirikan representasi dunia di sekeliling tubuh.
Mata adalah alat utama sistem ini.
2.2 Prinsip Kerja Sistem Visual Pada Manusia
Persepsi visual adalah proses interpretasi cahaya yang masuk ke mata menjadi informasi visual yang
spesifik di otak. Sistem penglihatan manusia mendapat informasi visual dari lingkungan sekitarnya lalu
diproses menjadi sinyal saraf yang menghasilkan persepsi visual. Informasi visual yang diterima oleh mata
diproses di area-area yang berbeda pada otak. Interpretasi terhadap suatu objek yang melalui beberapa
rangkaian proses. Persepsi warna, persepsi gerak, persepsi ruang dan persepsi kedalaman dari informasi
visual memberikan kode spesifik yang dianalisis oleh korteks oksipital sehingga manusia dapat melihat
suatu objek.
Informasi visual yang dihasilkan oleh sistem penglihatan menghasilkan persepsi yang berbeda seperti
gerakan, warna, dan kedalaman. Beberapa pasien dapat mengeluhkan kesulitan dalam mengenali objek,
menentukan warna, menentukan jarak, dan melihat benda yang bergerak. Keluhan tersebut terkait proses
interpretasi visual yang pada patofisiologinya terdapat di area-area tertentu pada otak. Dokter mata dapat
memahami keluhan penglihatan pasien menjadi diagnosis yang selanjutnya berpengaruh terhadap
pemilihan terapi dengan memahami proses persepsi visual.
Proses visual adalah proses interpretasi cahaya yang masuk ke mata dan ditangkap oleh retina sampai
menjadi informasi visual yang spesifik di otak. bayangan di retina mendukung pembentukan pada
kemampuan refraksi mata.
Cahaya mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai retina. Terjadi perubahan energi cahaya menjadi
aksi potensial di retina. Sinyal yang terbentuk pada nervus optikus, kiasma optikus, traktus optikus, korpus
genikulat lateral dan korteks serebri. Iris mengatur jumlah cahaya yang masuk melewati hari untuk
mencapai fotoreseptor retina. Iris memiliki 2 kelompok jaringan otot polos, yaitu otot sirkuler dan radial.
Saat otot sirkuler, berkontraksi, pupil mengecil untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk. Saat otot
radial kontraksi, pupil melebar untuk memperbesar jumlah cahaya yang masuk.
Kekuatan lensa pada bentuk-bentuk yang diatur oleh otot siliaris. Otot siliaris adalah bagian dari korpus
siliaris yaitu komponen lapisan koroid di anterior. Otot siliaris akan relaksasi dan lensa mendatar untuk
penglihatan jauh. Otot siliaris kontraksi untuk membuat lensa menjadi lebih cembung dan lebih kuat untuk
penglihatan dekat. cahaya akan ditangkap oleh fotoreseptor retina dan dibersihkan oleh sel ganglion
menuju saraf optikus Nervus optikus memasuki ruang intrakranial melalui foramen optikum. Tuberkulum
anterior sella nervus optikus kiri dan kanan bergabung menjadi satu membentuk kiasma optikum. Serabut
bagian hidung dari masing-masing mata akan berdekusasi kemudian menyatu dengan serabut temporal
yang lain membentuk traktus optikus dan melanjutkan perjalanan ke korpus genikulat lateral dan kolikulus
superior.
Serabut saraf yang bersinaps di korpus genikulat lateral adalah jaras visual, sedangkan saraf saraf yang
berakhir di kolikulus superior menghantarkan impuls visual untuk refleks pupil. Serabut saraf yang
membawa impuls penglihatan akan berlanjut melalui radiasi optik atau traktus genikulokalkarina ke korteks
penglihatan primer di girus kalkarina. Serabut yang berasal dari bagian medial korpus genikulatum lateral
membawa impuls lapang pandang inferior sedangkan serabut yang berasal dari bagian lateral membawa
impuls lapang pandan superior. persepsi visual diartikan sebagai produk akhir dari proses interpretasi dari
informasi yang ditangkap oleh retina kemudian diubah menjadi kode-kode saraf yang diambil di bagian
sensorik korteks.
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi normal tubuh manusia hingga dapat melakukan suatu
aktivitas organik. Fisiologi persepsi visual adalah proses cahaya sebagai informasi visual yang diterima dan
diinterpretasi oleh otak. Persepsi visual adalah proses mengolah impuls cahaya menjadi informasi visual
yang spesifik di otak. Sistem penglihatan manusia mendapat informasi visual dari lingkungan sekitarnya
lalu memproses menjadi sinyal saraf yang menghasilkan suatu persepsi visual. Persepsi warna, Persepsi
uang dan kedalaman dari informasi visual akan memberikan kode tertentu yang dianalisis oleh korteks
sehingga manusia dapat melihat suatu objek dengan berbagai detail mengalami refraksi, melewati pupil
dan mencapai retina. Terjadi perubahan energi cahaya menjadi aksi potensial di retina. Sinyal yang
terbentuk pada nervus optikus, kiasma optikus, traktus optikus, korpus genikulat lateral dan korteks serebri.
2.3 Bagian-Bagian yang terdapat pada Mata

1
A. Organ mata bagian dalam terdiri dari :
1) Kornea
Kornea (korneos) adalah bagian mata yang terletak di lapisan paling luar. Bagian ini berupa
selaput bening yang bersifat tembus pandang (transparan). Sifat kornea ini membuat
cahaya dapat masuk ke dalam sel-sel penerima cahaya di bagian dalam bola mata. Selain
berfungsi melindungi mata dari benda-benda asing dari luar, kornea juga berfungsi dalam
melakukan refraksi di lensa mata.
2) Iris
Iris adalah bagian mata yang berfungsi mengatur besar kecilnya pupil. Bagian ini jugalah
yang memberi warna pada mata. Sebagai contoh, orang Asia memiliki mata dengan warna
hitam hingga coklat, orang Eropa memiliki mata berwarna biru hingga hijau, dan lain
sebagainya.

3) Pupil
Pupil adalah bagian mata yang berupa sebuah lubang kecil yang berfungsi mengatur jumlah
cahaya yang masuk ke bola mata. Besar kecilnya pupil diatur oleh iris. Ketika cahaya yang
datang terlalu terang, pupil akan mengecil. Sedangkan saat cahaya yang datang terlalu
redup, pupil akan membesar. Mekanisme kerja pupil ini membentu mata agar dapat
menerima cahaya dalam jumlah tepat.
4) Lensa
Lensa mata adalah bagian mata yang berfungsi membentuk sebuah gambar. Gambar yang
dibentuk lensa mata kemudian diteruskan untuk kemudian diterima retina. Lensa mata dapat
menipis atau menebal sesuai dengan jarak mata dengan benda yang dilihatnya. Saat jarak
benda terlalu dekat, lensa mata akan menipis, sedangkan saat jarak benda terlalu jauh,
lensa mata akan menebal.
5) Otot-Otot Siliria
Mengatur lensa agar tetap ditempatnya saat ligament-ligamen
mengalami ketegangan ketika melihat dari jarak dekat.
6) Bind Spot
Bintik buta atau blind spot adalah bagian mata yang tidak sensitif
terhadap cahaya. Jika bayangan benda jatuh tepat pada bagian ini, maka benda tidak dapat
terlihat oleh mata.
7) Fovea
Daerah retina dengan diameter 0.33 cm yang berfungsi untuk
penglihatan akuitas tinggi (detail-detail halus).
8) Retina

2
Retina adalah bagian mata berupa lapisan tipis sel yang terletak di bagian belakang bola
mata. Bagian ini berfungsi menangkap bayangan yang dibentuk lensa mata kemudian
mengubahnya menyadi sinyal syaraf. Retina merupakan bagian mata yang sangat sensitif
cahaya karena ia memiliki 2 sel fotoreseptor, yaitu rods dan
cones.

9) Saraf Optic
Saraf optik adalah bagian mata yang berfungsi meneruskan informasi bayangan benda yang
diterima retina menuji otak. Melalui saraf inilah sebetulnya kita dapat menentukan
bagaimana bentuk suatu benda yang kita lihat. Jika syaraf optik ini rusak, itu
berarti kita tidak dapat melihat alias buta.
B. Organ mata bagian luar terdiri dari :
1) Alis
Alis berfungsi menahan air keringat atau air yang jatuh dari kening
(dahi) agar tidak masuk ke dalam mata. Beberapa orang mencukur alisnya, padahal secara
logika mencukur alis sebetulnya tidak baik.
2) Bulu Mata
Bulu mata berfungsi untuk menjaga mata dari masuknya benda-
benda asing berukuran kecil seperti debu atau pasir.
3) Kelopak Mata
Kelopak mata berfungsi untuk menjaga bola mata dari masuknya benda asing dari luar mata
seperti debu, goresan, pasir, atau asap. Selain itu, bagian mata ini juga berfungsi untuk
menyapu bola mata dengan cairan dan mengatur jumlah cahaya yang masuk menuju mata.
Fungsi-fungsi dari kelopak mata ini ditunjang oleh mekanisme buka tutup (berkedip) oleh
otot kelopak.
4) Air Mata
Kelenjar lakrima atau kelenjar air mata adalah bagian mata yang berfungsi menghasilkan air
mata. Air mata bermanfaat untuk melembabkan mata, membersihkan mata dari debu,
serta
mematikan kuman yang masuk ke mata.
2.4 Sistem Kerja Mata
Mata manusia memiliki cara kerja otomatis yang sempurna, mata dibentuk dengan 40 unsur utama yang
berbeda dan ke semua bagian ini memiliki fungsi penting dalam proses melihat kerusakan atau ketiadaan
salah satu fungsi bagiannya saja akan menjadikan mata mustahil dapat melihat. Lapisan tembus cahaya di
bagian depan mata adalah kornea, tepat di belakangnya terdapat iris, selain memberi warna pada mata,
iris juga dapat mengubah ukurannya secara otomatis sesuai kekuatan cahaya yang masuk, dengan
bantuan otot yang melekat padanya. Misalnya ketika berada di tempat gelap iris akan membesar untuk
memasukkan cahaya sebanyak mungkin. Ketika kekuatan cahaya bertambah, iris akan mengecil untuk
mengurangi cahaya yang masuk ke mata.
Ketika cahaya mengenai mata sinyal saraf terbentuk dan dikirimkan ke otak, untuk memberikan pesan
tentang keberadaan cahaya, dan kekuatan cahaya.Lalu otak mengirim balik sinyal dan memerintahkan
sejauh mana otot di sekitar iris harus mengerut. Bagian mata lainnya yang bekerja bersamaan dengan
struktur ini adalah lensa.Lensa bertugas memfokuskan cahaya yang memasuki mata pada lapisan retina di
bagian belakang mata.Karena otot-otot di sekeliling lensa cahaya yang datang ke mata dari berbagai sudut
dan jarak berbeda dapat selalu difokuskan ke retina. Semua sistem yang telah kami sebutkan tadi
berukuran lebih kecil, tapi jauh lebih unggul daripada peralatan mekanik yang dibuat untuk meniru desain

3
mata dengan menggunakan teknologi terbaru, bahkan sistem perekaman gambar buatan paling modern di
dunia ternyata masih terlalu sederhana jika dibandingkan mata.
Jika kita renungkan segala jerih payah dan pemikiran yang dicurahkan untuk membuat alat perekaman
gambar buatan ini kita akan memahami betapa jauh lebih unggulnya teknologi penciptaan mata. Jika kita
amati bagian-bagian lebih kecil dari sel sebuah mata maka kehebatan penciptaan ini semakin terungkap.
Anggaplah kita sedang melihat mangkuk kristal yang penuh dengan buah-buahan, cahaya yang datang
dari mangkuk ini ke mata kita menembus kornea dan iris kemudian difokuskan pada retina oleh lensa jadi
apa yang terjadi pada retina, sehingga sel-sel retina dapat merasakan adanya cahaya ketika partikel
cahaya yang disebut foton mengenai sel-sel retina. Ketika itu mereka menghasilkan efek rantai layaknya
sederetan kartu domino yang tersusun dalam barisan rapi.Kartu domino pertama dalam sel retina adalah
sebuah molekul bernama 11-cis retinal.
Ketika sebuah foton mengenainya molekul ini berubah bentuk dan kemudian mendorong perubahan
protein lain yang berikatan kuat dengannya yakni rhodopsin. Kini rhodopsin berubah menjadi suatu bentuk
yang memungkinkannya berikatan dengan protein lain yakni transdusin. Transdusin ini sebelumnya sudah
ada dalam sel namun belum dapat bergabung dengan rhodopsin karena ketidak sesuaian bentuk.
Penyatuan ini kemudian diikuti gabungan satu molekul lain yang bernama GTP kini dua protein yakni
rhodopsin dan transdusin serta 1 molekul kimia bernama GTP telah menyatu tetapi proses sesungguhnya
baru saja dimulai senyawa bernama GDP kini telah memiliki bentuk sesuai untuk mengikat satu protein lain
bernama phosphodiesterase yang senantiasa ada dalam sel. Setelah berikatan bentuk molekul yang
dihasilkan akan menggerakkan suatu mekanisme yang akan memulai serangkaian reaksi kimia dalam sel.
Mekanisme ini menghasilkan reaksi ion dalam sel dan menghasilkan energi listrik, energi ini merangsang
saraf-saraf yang terdapat tepat di belakang sel retina. Dengan demikian bayangan yang ketika mengenai
mata berwujud seperti foton cahaya ini meneruskan perjalanannya dalam bentuk sinyal listrik. Sinyal ini
berisi informasi visual objek di luar mata agar mata dapat melihat sinyal listrik yang dihasilkan dalam retin
na harus diteruskan dalam pusat penglihatan di otak. Namun sel-sel saraf tidak berhubungan langsung
satu sama lain ada celah kecil yang memisah titik-titik sambungan mereka lalu bagaimana sinyal listrik ini
melanjutkan perjalanannya di sini serangkaian mekanisme rumit terjadi energi listrik diubah menjadi energi
kimia tanpa kehilangan informasi yang sedang dibawa dan dengan cara ini informasi diteruskan dari satu
sel saraf ke sel saraf berikutnya. Molekul kimia pengangkut ini yang terletak pada titik sambungan sel-sel
saraf berhasil membawa informasi yang datang dari mata dari satu saraf ke saraf yang lain. Ketika
dipindahkan ke saraf berikutnya, sinyal ini diubah lagi menjadi sinyal listrik dan melanjutkan perjalanannya
ke tempat titik sambungan lainnya.
Dengan cara ini sinyal berhasil mencapai pusat penglihatan pada otak, di sini sinyal tersebut dibandingkan
informasi yang ada di pusat memori dan bayangan tersebut ditafsirkan akhirnya kita dapat melihat
mangkuk yang penuh buah-buahan sebagaimana kita saksikan sebelumnya. karena adanya sistem
sempurna yang terdiri atas ratusan komponen kecil ini dan semua rentetan peristiwa yang menakjubkan ini
terjadi pada waktu kurang dari 1 detik.

2.5 Sel Fotoreseptor


Retina merupakan suatu struktur yang terorganisasi, dengan kemampuan untuk memulai pengolahan
informasi penglihatan sebelum informasi tersebut dihantarkan. Lapisan neural retina memproses seluruh
sinyal visual yang datang. Proses ini terjadi pada sel-sel fotoreseptor yang responsif terhadap rangsangan
cahaya.
Sel – sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mengubah rangsang cahaya tersebut menjadi suatu
impuls saraf yang dihantarkan oleh jaras-jaras penglihatan menuju korteks penglihatan. Sel batang atau sel
kerucut akan mengalami suatu proses fototransduksi untuk mengubah cahaya yang masuk ke dalam retina
menjadi sinyal listrik. Rodopsin yang terdapat pada membran diskus segmen luar sel fotoreseptor batang
dan cone opsin yang terdapat pada sel kerucut menyerap cahaya untuk memulai kaskade biokimia
sehingga sel berada dalam keadaan hiperpolarisasi.
A. Anatomi Retina
Lapisan retina merupakan lapisan terdalam dari bola mata. Retina adalah lembaran jaringan saraf yang
tipis dan transparan yang melapisi dua pertiga bagian dalam posterior dinding bola mata. Retina terletak
pada bagian anterior sejauh korpus siliaris dan berakhir pada ora serata dengan tepi yang tidak rata.
Retina mempunyai ketebalan 0,1 mm pada ora serata dan 0,56 mm pada polus posterior. Retina memiliki
makula yang berdiameter 5-6 mm, yang terletak di antara pembuluh darah retina temporal. Daerah ini
dikenal sebagai area sentralis, seperti yang terlihat pada gambar 2.1. Secara histologis area ini terdiri dari
dua 2 atau lebih lapisan dari sel-sel ganglion. Lutein dan zeaxanthin yang terdapat pada bagian sentral
makula menyebabkan warna kuning pada daerah ini.

4
Gambar 2.1 Anatomi makula (area sentral)
Dikutip dari : Chalam5
Bagian tengah makula dengan diameter 1,5 mm yaitu fovea (fovea centralis) memiliki ukuran yang
sebanding dengan ukuran diskus optikus. Bagian dari fovea yang tidak memiliki pembuluh darah retina di
kenal sebagai foveal avascular zone (FAZ). Foveal avascular zone letaknya sesuai dengan area foveola.
Diameter dari FAZ sendiri bervariasi antara 250 – 600 mikrometer.
Foveola adalah cekungan yang terdapat di sentral dari fovea yang terletak 4 milimeter ke arah temporal
dan 0,8 milimeter inferior dari bagian tengah diskus optikus. Foveola memiliki diameter 0,35 milimeter
dengan ketebalan 0,10 3 milimeter di bagian tengahnya. Lapisan fotoreseptor pada foveola seluruhnya
tersusun atas sel kerucut yang tersusun ramping dan memadat yang berperan dalam tajam penglihatan.
Foveola memiliki cekungan yang disebut sebagai umbo.

Gambar 2.2 Lapisan retina


Dikutip dari : Riordan-Eva2
Retina terdiri dari dua struktur yaitu epitel pigmen retina di bagian luar dan neural retina di bagian dalam,
seperti yang terlihat pada gambar 2.2. Lapisan dari retina mulai dari sisi dalamnya adalah sebagai berikut :
(1) membran limitan interna.
(2) lapisan serabut saraf yang mengandung akson-akson sel ganglion yang berjalan menuju nervus
optikus.
(3) lapisan sel ganglion.
(4) lapisan pleksiform bagian dalam, yang mengandung sinap sel ganglion dengan sel amakrin dan sel
bipolar.
(5) lapisan inti dalam badan-badan sel bipolar, amakrin dan horizontal.
(6) lapisan pleksiform bagian luar, yang mengandung sinap sel bipolar dan horizontal dengan fotoreseptor.
(7) lapisan inti luar sel fotoreseptor.
(8) membran limitan eksterna.
(9) lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar sel batang dan kerucut.
(10) epitel pigmen retina.
Sel fotoreseptor terdiri dari 95% sel batang dan sisanya adalah sel kerucut. Sel batang adalah sel
fotoreseptor yang sensitif terhadap keadaan gelap atau sedikit cahaya, sedangkan sel kerucut sensitif
terhadap warna dan cahaya yang terang.
1. Anatomi Sel Batang
5
Sel batang memiliki ukuran panjang sekitar 100 – 120 mikrometer. Sel batang dapat dibagi menjadi
beberapa bagian seperti yang terlihat pada gambar 2.3. Sel batang tidak ditemukan di daerah fovea namun
jumlah sel batang akan semakin bertambah di daerah retina perifer, kepadatannya berkurang secara
bertahap sampai mendekati ujung lapisan retina.

Gambar 2.3 Morfologi sel batang


Dikutip dari : Fain9
Segmen luar sel batang mempunyai panjang sekitar 25-45 mikrometer yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya waktu, jumlah cahaya, dan spesies. 5 Segmen luar sel batang terdiri dari ratusan
sampai seribu diskus yang tersusun seperti tumpukan koin dan sekitar ±90 % protein yang terkandung di
dalamnya adalah rhodopsin.
Protein yang terkandung di dalam diskus sel batang dibagi menjadi 2 kategori yaitu struktural dan
fungsional. Komponen yang paling banyak terkandung dalam diskus membran adalah rodopsin, yaitu
protein yang berikatan dengan kromofor 11-cis-retinal yang merupakan derivat dari vitamin A dan yang
menginisiasi proses fototransduksi.
Gambar 2.4 Molekul rodopsin
Dikutip dari : Chalam5
Fragmen diskus segmen luar dari sel batang akan mengalamai fagositosis oleh sel epitel pigmen retina.

Lisozim yang banyak terkandung dalam sel epitel pigmen retina dapat mencerna lebih dari 2000 diskus
setiap harinya. Penelitian yang dilakukan oleh Young, dengan menggunakan asam amino yang diberi label
dengan radioaktif yang berhubungan dengan komponen diskus, menunjukkan pergerakan dari protein yang
terlabel tersebut bergerak dari segmen dalam menuju daerah basal kemudian bergerak menuju diskus
yang baru dibentuk di segmen luar. Diskus yang diberi label tersebut bergerak menuju ujung segmen luar
dan akhirnya terlihat di dalam fagosom sel epitel pigmen retina. Penelitian ini 6 menunjukkan bahwa
komponen dari membran diskus dibentuk di segmen dalam dan bergerak menuju silia untuk bergabung di
dalam diskus pada dasar segmen luar. Diskus ini secara bertahap akan berpindah ke arah luar, dengan
pembentukan diskus yang baru. Saat diskus yang lama mencapai ujung, diskus tersebut akan lepas dan
ditangkap oleh sel epitel pigmen retina untuk difagosit. Diskus dari segmen luar sel batang akan terlepas
secara terus menerus, dimana pelepasan diskus ini lebih sering terjadi pada saat pagi hari.

6
Rodopsin merupakan protein membran plasma yang membungkus diskus, seperti yang terlihat pada
gambar 2.4. Rodopsin merupakan protein yang dapat berdifusi secara bebas. Fotopigmen ini terbuat dari
349 asam amino dan mempunyai 7 helical loops yang tertanam di dalam membran lipid. Pada asam amino
ke 296 di membran loop ke 7, kromofor 11-cis retinal berikatan dengan lisin oleh ikatan basa Schiff.
Rodopsin mengabsorpsi sinar hijau pada panjang gelombang 510 nm. Rodopsin kurang baik dalam
mengabsorpsi sinar biru dan kuning, serta tidak sensitif terhadap gelombang sinar yang lebih panjang
(sinar merah).
Membran plasma dari segmen luar sel batang terdiri dari protein (retinal rod cGMP-gated cation channel)
yang meregulasi ion dan molekul yang akan masuk dan keluar dari segmen luar ini. Segmen dalam dan
segmen luar sel batang dihubungkan oleh silia yang ramping. Silia ini terdiri dari sembilan pasang 7
tubulus. Lipid dan protein yang dibentuk di dalam segmen dalam sel batang mengalir menuju segmen luar
sel batang melalui silia tersebut.
Bagian dari segmen dalam sel batang, terdiri atas mioid dan elipsoid. Retikulum endoplasma dan badan
golgi banyak terdapat pada bagian mioid, sedangkan mitokondria yang memanjang banyak terdapat pada
bagian elipsoid. Hal ini berhubungan dengan sisntesis energi dan protein yang dibutuhkan oleh
fotoreseptor. Mioid merupakan bagian yang terdekat dengan badan sel dan sintesis protein terjadi di
bagian ini.
Bagian terdalam dari sel batang adalah badan sinaps atau sperula. Sperula terbentuk dari invaginasi
kompleks sinaps yang terdiri dari 1 atau lebih dendrit sel bipolar dan 2 prosesus sel horizontal. Sinaps ini
merupakan hubungan antara interneuron di retina, yang menghubungkan sel batang dengan sel horizontal
dan sel bipolar. Sel batang mengeluarkan neurotransmiter glutamat.
2. Anatomi Sel Kerucut
Sel kerucut mempunyai bentuk yang panjang dan ramping, ukurannya sekitar 65-75 mikrometer. Jumlah
dari sel kerucut menurun secara cepat di daerah sentral dari retina. Sel kerucut ini mempunyai struktur
yang hampir sama dengan sel batang. Segmen luarnya berbentuk kerucut, bagian dasarnya lebih lebar
dari sel batang dan ukurannya semakin mengecil dengan ujung yang membulat.
Cone opsin yang komposisinya sama dengan rodopsin pada sel batang juga terdapat pada sel kerucut.
Pigmen fotosensitif ini berada pada membran diskus seperti pada sel batang. Diskus dari sel kerucut
berlekatan dengan membran sel, tidak seperti pada diskus sel batang dimana diskus dan membran selnya
merupakan struktur yang terpisah.
Gambar 2.5 Morfologi sel kerucut
Dikutip dari : Chen J8
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa pembentukan dari diskus sel kerucut terjadi pada bagian

basal, tetapi karena banyaknya hubungan di sekitar plasmalema, molekul yang diberi label dapat
berdifusi melalui segmen luar dari sel kerucut dibandingkan menetap di diskus seperti yang terjadi
pada sel batang. Struktur segmen dalam sel kerucut menyerupai segmen dalam sel batang. Segmen
dalam dan luar sel kerucut dihubungkan oleh silia. Segmen dalam 9 menyatu dengan badan sel yang
mengandung nukleus yang besar. Pedikel atau badan sinaps dari sel kerucut mempunyai struktur
yang lebih kompleks dari sperula pada sel batang. Pedikel dari sel kerucut bersinaps dengan sel
batang, sel kerucut lainnya seperti dengan sel horizontal dan sel bipolar.

7
B. Fisiologi Sel Fotoreseptor

Gambar 3.1 Regenerasi rodopsin


Dikutip dari : Khurana10
Sel batang dan sel kerucut bekerja sebagai ujung saraf sensoris untuk penglihatan. Sinar yang jatuh pada
retina mengakibatkan perubahan fotokimia yang akan memicu rangkaian reaksi biokimia yang
menghasilkan perubahan listrik yang disebut sebagai fototransduksi. Reaksi biokimia yang terjadi meliputi
bleaching dari rodopsin, regenerasi rodopsin dan siklus visual.
Cahaya yang diabsorpsi oleh sel batang akan merubah 11-cis-retinal menjadi all-trans-retinal melalui
beberapa tahap. Semua molekul all-trans-retinal akan terpisah dari opsin. Proses pemisahan opsin dengan
molekul 11-cis-retinal disebut fotodekomposisi dan dikatakan rodopsin bleached oleh cahaya. All-trans-
retinal yang terpisah dari opsin dan vitamin A (retinal) akan membentuk 11-cis-retinal kembali. Opsin akan
bersatu kembali dengan 11-cis-retinal di segmen luar sel batang untuk membentuk rodopsin. Keseluruhan
proses ini disebut regenerasi rodopsin, seperti yang terlihat pada gambar 3.1.
Proses bleaching dari rodopsin terjadi di bawah pengaruh cahaya, sedangkan proses regenerasi rodopsin
berlangsung sama baiknya pada kondisi gelap maupun terang.
Gambar 3.2 Siklus visual
Dikutip dari : Khurana10
Regenerasi pigmen visual harus tetap seimbang saat terjadi bleaching dalam proses fototransduksi di sel
fotoreseptor. Keseimbangan antara fotodekomposisi dan regenerasi pigmen visual ini disebut siklus visual,
seperti yang terlihat pada gambar 3.2.
C. Peran Sel Fotoreseptor
Sel fotoreseptor berperan dalam inisiasi proses melihat yakni dalam proses fototransduksi. Inisiasi proses
melihat pada sel fotoreseptor diperlukan agar impuls saraf tersebut dapat diteruskan menuju pusat
penglihatan.
Proses fototransduksi yang terjadi pada sel batang dan sel kerucut adalah suatu proses yang mengubah
energi cahaya menjadi sinyal listrik. Proses fototransduksi yang terjadi pada kedua sel fotoreseptor ini pada
dasarnya adalah sama. Depolarisasi terjadi pada keadaan gelap dimana dikeluarkan neurotransmiter
glutamat, sedangkan pada keadaan terang sel-sel fotoreseptor akan mengalami hiperpolarisasi dan
pengeluaran neurotransmiter glutamat dihentikan.

2.6 Sistem Visual Menangkap Warna

8
Terdapat dua teori untuk proses melihat warna, yaitu teori pemrosesan komponen dan teori pemrosesan
oponen.
1. Teori Komponen.
Teori komponen memiliki kata lain yaitu teori trikomatik yang merupakan teori penglihatan warna oleh
Thomas Young di tahun 1802 lalu disempurnakan oleh Hermans Von Hemholtz pada tahun 1852. Menurut
teori ini, terdapat tiga macam reseptor kerucut (cones) warna, yaitu hijau, merah, dan biru (biasa juga
disebut RGB) yang memiliki sensitivitas berbeda. Ketiga reseptor ini berperan dalam mengkodekan dan
menerjemahkan warna dengan sebuah stimulus tertentu. Setiap warna yang terlihat oleh mata adalah hasil
kombinasi dari ketiga warna dasar ini dengan perbandingan berbeda. Menurut teori ini, ada sebuah kondisi
dimana seseorang tidak bisa melihat atau membedakan warna, secara total atau sebagian, dan kondisi ini
disebut dengan buta warna.
a) Akromatisme atau Akromatopsia.
Ini adalah kebutaan warna total dimana individu yang menderitanya melihat semua warna sebagai
tingkatan warna abu-abu.
b) Diakromatisme
Hal ini adalah kebutaan tidak sempurna yang menyangkut ketidakmampuan individu untuk
membedakan warna merah dan hijau. Ada 3 tipe dari diakromatisme, yaitu:
 Deatrinophia, kehilangan kerucut hijau sehingga tidak bisa melihat warna hijau.
 Protanophia, kehilangan kerucut merah sehingga tidak bisa melihat warna merah.
 Tritanophia, ditandai oleh ketidakberesan dalam warna biru dan kuning karena conus biru atau
kuning tidak peka terhadap suatu daerah spektrum visual.
2. Teori Oponen
Teori oponen ini dikemukakan oleh Ewald Hering pada tahun 1878.
Ia mengatakan bahwa ada dua golongan sel yang berbeda untuk melihat warna. Yaitu, sistem visual untuk
mengkodekan warna dan golongan sel lainnya untuk mengkode brightness. Dua teori ini, Komponen dan
Oponen, awalnya diperdebatkan oleh para peneliti. Tetapi akhirnya peneliti menemukan bukti bahwa
memang ada dua mekanisme proses pengkodean warna yang terjadi secara bersama dalam sistem visual
manusia.
Menurut Hering, buta warna sebagian dikarenakan individu tidak mempunyai substansi warna merah-hijau,
sedangkan buta warna kuning-hitam jarang terjadi. Selain itu, individu penderita buta warna total juga
jarang, dan buta warna total dikarenakan individu tidak mempunyai substansi fotochemis sama sekali. Ada
berbagai macam tes untuk mengetahui apakah seseorang mengalami buta warna atau tidak, antara lain
adalah:
a) Tes Holmgren
Tes ini digunakan untuk menyelidiki kemampuan seseorang untuk membedakan warna. Tes ini
dilakukan dengan cara, pemeriksa akan menunjukkan beberapa utas benang wol dengan berbagai
macam warna. Lalu, individu yang diperiksa diminta untuk mencari gulungan benang dengan warna
yang sama.
b) Tes Isihara (Jepang) dan Tes Stilling (Jerman)

9
Tes dengan cara ini adalah yang paling umun dilakukan. Individu yang diperiksa akan diminta untuk
menyebutkan angka, gambar atau huruf yang terbuat dari titik-titik yang terdiri dari beberapa macam
warna. Angka, gambar, dan huruf tersebut juga dikelilingi oleh titik-titik warna pula.

2.7 Application: Restoring Lost Vision (Memulihkan Kehilangan Penglihatan)


World Health Organization (2013) memperkirakan bahwa 285 juta orang di seluruh dunia menderita
kebutaan atau gangguan penglihatan, tetapi para peneliti sekarang memiliki beberapa strategi yang
menjanjikan untuk memulihkan kehilangan penglihatan seperti jaringan elektroda berbasis kamera,
implan polimer fotosensitif, dan sel punca terapi. Bagi orang yang mengalami gangguan
penglihatan, pasien akan memakai kacamata eye tracking yang akan memonitor apa yang terjadi
dalam adegan visual. Kacamata ini juga akan melacak dengan tepat ke mana mata diarahkan
sehingga kita tahu informasi mana yang harus dikirimkan ke bagian pusat retina otak. Untuk
mendapatkan informasi dari kamera ke otak pertama-tama dilakukan terapi gen untuk mengubah
neuron tertentu di jalur visual menjadi 11 fotoreseptor pada tempat retina yang rusak di mata orang
yang mengalami gangguan penglihatan. Sekarang kita bisa merangsang neuron-neuron itu dengan
cahaya, dan data awal kami menunjukkan bahwa stimulasi fotoreseptor yang terbaru ini
mmendorong respons saraf yang besar dalam sistem visual. Beberapa sistem lain sedang dalam uji
klinis, termasuk: yang menggunakan chip peka cahaya yang dipasang di belakang retina. Salah
satu kelebihannya adalah memungkinkan penerima untuk melihat sekeliling dengan menggerakkan
mata daripada memutar kepala (Stingl et al., 2013). Banyak sekali percoba-percobaan para ahli
dalam mengatasi masalah ini. Namun masih banyak yang perlu dikembangkan dan diteliti lebih
lanjut.
2.8 Mekanisme-Mekanisme Korteks Penglihatan
Seluruh korteks oksipital maupun daerah-daerah besar korteks temporal dan korteks parietal terlibat
dalam penglihatan. Korteks visual terdiri atas tiga tipe yang berbeda, yaitu :
a. Korteks Visual Primer
Daerah korteks yang kebanyakan menerima inputnya dari nuklei genikulat lateral (nuklei penghantar
visual di talamus). Lokasinya di daerah posterios lobus oksipital, banyak diantaranya bersembunyi
dalam fisura longitudinal.

b. Korteks Visual Sekunder


Daerah-daerah yang kebanyakan menerima inputnya dari korteks visual primer yang berlokasi di
dua daerah:
 Korteks Prestriate yaitu bekas jaringan dalam lobus oksipital yang mengelilingi korteks visual
primer.
 Korteks Inferotemporal yaitu korteks lobus temporal inferior.
c. Korteks Asosiasi Visual
Daerah-daerah yang menerima input dari daerah-daerah korteks visual sekunder maupun daerah-
daerah sekunder system sensorik lainnya. Berlokasi di beberapa bagian korteks serebral, tetapi
daerah tunggal terbesar ada dalam korteks parietal posterior.
Aliran utama informasi visual dalam korteks adalah korteks visual primer, kebanyakan informasi
masuk ke dalam korteks visual primer melalui nuklei genikulat lateral lalu informasi diterima,
digabungkan, dan diseregresikan ke dalam banyak jalur yang berproyeksi secara terpisah ke
daerah-daerah fungsional korteks visual sekunder lalu ke daerah-daerah korteks asosiasi. Semakin
tinggi tingkat hierarki visual, maka neuron-neuronnya memiliki medan reseptif yang lebih besar dan
stimuli yang direspon oleh neuronneuron itu lebih spesifik dan lebih kompleks.
Terdapat dua arus utama yang mengonduksikan informasi dari korteks visual primer melalui
berbagai daerah terspesialisasi di korteks sekunder dan korteks asosiasi, yaitu:
1) Arus Dorsal
10
Mengalir dari korteks visual primer ke korteks prestriat dorsal lalu ke korteks parietal
posterior. Kebanyakan neuron korteks visual dalam arus dorsal merespons paling kuat ke
stimuli spasial.
2) Arus Ventral
Mengalir dari korteks visual primer ke korteks presteriat ventral lalu ke korteks
inferotemporal. Kebanyakan neuron dalam arus ventral merespons karakteristik objek.
Bahkan ada klaster-klaster neuron yang masing-masing merespons secara khusus ke
golongan objek-objek tertentu seperti wajah, tubuh, dan lainnya.
Ungerleider dan Mishkin menyatakan teori “Di Mana” vs “Apa”, dimana arus dorsal terlibat dalam
persepsi “di mana” dan arus ventral terlibat dalam persepsi “apa”. Berbeda dengan Goodale dan
Milner yang menyatakan teori “Kontrol Perilaku” vs “Persepsi yang Disadari”.
Untuk mengidentifikasi berbagai daerah korteks visual pada manusia digunakan alat seperti PET,
fMRI dan evoked potentials. Dengan mengidentifikasi daerah-daerah aktivasi yang terkait dengan
berbagai properti visual, para peneliti sejauh ini telah memetakan sekitar selusin daerah fungsional
yang berbeda pada korteks visual manusia.
2.9 Mekanisme Proses Visual
1. Cahaya Memasuki Mata dan Mencapai Retina
Iris bertugas untuk mengatur cahaya masuk ke dalam mata melalui pupil lalu melalui lensa dan
sampai ke retina. Ukuran pupil disesuaikan dengan respons terhadap berbagai perubahan cahaya.
 sensitivity (kepekaan, kemampuan untuk mendeteksi benda yang terdapat pada cahaya
yang redup), jika cahayanya terang dan sensitivitasnya kurang maka pupilnya akan menciut
atau mengerut (kontriksi) sehingga gambar yang diterimaretina lebih tajam dan kedalaman
fokusnya lebih tajam. Lalu bila cahayanya terlalu redup dan sensitivitasnya menjadi tinggi
maka pupil akan melebar (dilatasi) agar banyak cahaya yang masuk sehingga gambar yang
diterima retina tidak terlalu tajam dan kedalaman fokusnya menjadi kurang tajam.
 actuity (kemampuan untuk melihat detail-detail objek). Bila kita melihat dari jarak dekat,
maka ligamen akan tegang, sehingga terdapat otot otot siliaria untuk meningkatkan
kemampuan lensa membelokkan cahaya untuk mendekatkan objek ke fokus yang tajam.
Bila kita memfokuskan dari jarak jauh, maka lensa menjadi datar.
Accommodation (akomodasi) adalah proses menyesuaikan konfigurasi lensa untuk memfokuskan
gambar pada retina. Ketajaman penglihatan disebut visus. Visus ini berkaitan erat dengan
mekanisme akomodasi. Adanya kontraksi menyebabkan peningkatan kekuatan lensa, sedangkan
relaksasi menyebabkan pengurangan kekuatan. Akomodasi memiliki batas maksimum, jika benda
yang telah difokus didekatkan, maka bayangan akan kabur. Titik terdekat yang masih dilihat jelas
oleh mata dengan akomodasi maksimum disebut punctum proximum (PP).
Umur seseorang sangat berpengaruh karena semakin tua umur seseorang, makin jauh jarak PP.
Selain itu, elastisitas lensa juga berkurang dan daya mencembung juga berkurang (disebut
PRESBYOPIA). Berkurangnya elastisitas oleh proses penuaan adalah adanya akibat terjadinya
pengapuran. Endapan-endapan kapur ini menghambat elastisitas mata. Klasifikasi ini juga dapat
menyebabkan katarak pada kornea.
Titik terjauh yang masih dapat dilihat dengan jelas tanpa mata berakomodasi adalah tidak terbatas,
kondisi ini disebut punctum remotum (PR). Dalam akomodasi ini juga terdapat Amplitudo
Akomodasi (AA), yaitu jarak benda yang dapat dilihat kekuatan refraksi statis (PR). Pada
presbyopia, AA berkurang karena kekuatan refraksi dinamisnya berkurang.
Posisi mata sebagian vertebrata berpasangan di sebelah kanan dan kirinya seperti tupai atau
seekor burung berguna untuk melihat ke semua arah tanpa harus menggerakkan kepalanya.
Namun, posisi mata pada manusia memiliki mata yang bersebelahan di depan kepalanya karena
dengan posisi ini mata dapat melihat objek menjadi tiga dimensi dari gambar dua dimensi
(binokuler) yang diterima retina dan dapat melihat seberapa jauh objek berada walaupun tidak
mampu untuk melihat ke belakang kecuali dengan menggerakan kepalanya ke belakang.
Penglihatan tiga dimensi ini penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama kegiatan yang
memerlukan ketepatan jarak, seperti menangkap bola, memasukkan benang ke dalam lubang
11
jarum.

Perbedaan posisi mata antara


manusia dengan burung

Dengan penglihatan binokuler, seseorang dapat menentukan atau merasakan jarak. Karena jarak
satu mata dengan tepi mata berbeda kurang lebih 2 inci lebih pendek. Bayangan pada kedua retina
berbeda satu sama lain, yaitu suatu benda yang terletak 1 inci di depan batang hidung membentuk
bayangan pada bagian temporal retina tiap mata, sedangkan benda kecil pada 20 kaki di depan
batang hidung mempunyai bayangan pada titik-titik yang sangat bersesuaian di bagian tengah
mata.
Melihat tiga dimensi adalah melihat dengan dua mata secara jelas dan nyata pada suatu benda,
yaitu arah panjang, tinggi dan jarak, sedangkan melihat dua dimensi, yaitu arah panjang dan tinggi.
Jadi, ada perbedaan jika dilihat dengan dua mata dan dilihat dengan satu mata saja, hal ini disebut
parrallaxis (beda lihat).
Penglihatan tiga dimensional ini selain membutuhkan penglihatan binokuler juga memerlukan titik
disparat dan titik identik.
 Titik-titik identik (sejajar) adalah titik di dalam kedua retina yang menghasilkan penglihatan
bila dirangsang oleh satu benda.
 Titik disparat adalah titik pada kedua retina yang tidak sejajar sehingga bayangan bisa
terlihat kembar akibat bayangan-bayangan jatuh tidak pada titik yang sama pada kedua
retina.
Objek di luar mata yang terlihat sebagai kembar inilah yang disebut diplopia. Diplopia terjadi akibat
kesan dobel (kembar) yang ditimbulkan oleh titik-titik disparat tersebut. Diplopia terjadi apabila ada
supresi pada pelupuk mata sehingga tidak berlangsung penglihatan binokuler normal.
Berikut ini adalah beberapa gangguan faal penglihatan yang bersifat fungsionil atau diplopia:
 Aniseikonea, yaitu diplopia yang terdapat sesudah melihat secara disparsi.
 Disparsi, yaitu setelah melihat benda sejauh 1 atau 2 meter, kemudian menutup mata
bergantian. Maka akan didapatkan perbadaan bentuk, tempat, dan besar benda.
 Ambliopia, yaitu berkurangnya kemampuan penglihatan tanpa disertai kelainan organis.

 Supresi, yaitu mata yang diplopia ditutup dan mengeliminasi bayangan dari mata lainnya.
Demi Lune atau monokuler adalah daerah yang hanya dapat dilihat dengan 1 mata saja, yaitu kiri
atau kanan saja. Faktor yang memengaruhi dalam penglihatan dengan 1 mata saja adalah sebagai
berikut :
 Faktor Penutupan, benda yang menutupi atau dilihat berada di muka benda yang ditutupi.
 Pembagian gelap dan terang, bagian yang terkena sinar akan tampak terang, sedangkan
bagian lain akan kelihatan gelap. Dengan adanya pembagian ini, maka dapat dibedakan
antara sebuah bola dengan sebuah lingkaran.
 Perspektif Linier, bila suatu benda diletakkan pada jarak yang jauh maka sudut pandangnya
pun semakin kecil.
2. Retina dan Translasi Menerjemahkan Cahaya Menjadi Sinyal-Sinyal Neuron
Retina terdiri dari lima lapisan yang berbeda, yaitu :
12
a) Receptors cells
Merupakan sel-sel yang di khususkan untuk menerima sinyal-sinyal mekanik, kimiawi atau
radian (pemancar panas) yang ada disekeliling kita.
b) Horizontal cells
Berguna sebagai komunikasi lateral (yang dimaksudkan komunikasi lateral adalah
komunikasi yang melewati channel-channel utamasensori input).
c) Bipolar cells
Sel-sel yang berada di bagian tengah retina.
d) Amacrine cells
Memiliki fungsi yang sama seperti horizontal cells.
e) Retinal ganglion cells
Merupakan lapisan neuron di dalam retina yang memiliki serabut-serabut saraf yang bertolak
pada bola mata (kelima lapisan ini terletak dari belakang ke depan bola mata).

Masing masing tipe neuro memiliki beragam subtype, lebih dari 50 jenis neuron retina diketahui.
Sel-sel amakrin dan sel-sel horizontal terspesialisasi untuk komunikasi lateral (komunikasi di
seluruh saluran utama input sensorik) Cahaya mencapai reseptor hanya setelah melewati empat
lapisan lainnya. Setelah sampai reseptor, reseptor akan aktif dan kemudian pesan neuron akan
diterjemahkan balik dari reseptor ke sel-sel ganglion retina setelah melewati lapisan lainnya. Akson-
aksonnya berada di seluruh bagian dalam retina dan berkumpul dalam bentuk bundel sebelum
akhirnya keluar dari bola mata.
Alur balik pesan neuron ini menimbulkan masalah, yaitu : 1) Cahaya yang datang terdistorsi oleh
lapisan retina yang harus dilaluinya sebelum mencapai reseptor, 2)agar bundel akson ganglion
retinabisa keluar dari bola mata, harus ada celah di lapisan reseptor yang disebut titik buta.
Terdapat dua tipe reseptor yang berbeda pada manusia Dengan adanya dua tipe reseptor pada
retina tersebut, muncul teori dupleksitas, yaitu teori bahwa cone dan rod memediasi jenis
penglihatan yang berbeda, yaitu :
 Photopic Vision (Penglihatan fotopic di mediasi oleh cones) Mendominasi cahaya yang
terang dan memberikan persepsi berwarna dengan akuitas tinggi (sangat detail) tentang
dunia. Dalam cahaya yang redup, cones tidak aktif.
 Scotopic Vision (Penglihatan skotopik, di mediasi oleh rod) Mendominasi cahaya yang
redup atau dalam kegelapan, kehilangan detaildan warna.
Tranduksi visual adalah proses konversi cahaya menjadi sinyal-sinyal neural oleh reseptor-reseptor
visual. Penelitian tentang tranduksi visual pada tahun 1876, menemukan bahwa saat pigmen
(substansi yang menyerap cahaya ) merah diekstraksi dari retina kodok, ternyata rod
mendominasinya. Pigmen tersebut dikenal sebagai rhodopsin, ketika rhodopsin dipapari cahaya
intens secara terus menerus, maka pigmen itu akan kehilangan warnanya, begitu juga dengan rods
akan kehilangan kemampuannya untuk menyerap cahaya. Namun, ketika dalam cahaya yang redup
atau gelap, rods mendapatkan kembali warna merah dan kapasitas menyerap cahayanya.

13
Rhodopsin adalah sebuah reseptor protein-G yang merespons cahaya dan bukan terhadap molekul
neurotransmitter. Resepor rhodopsin menginisiasi sebuah cascade (pancaran) berbagai peristiwa
kimiawi intraseluler ketika mereka diaktifkan. Saat rods berada dalam kegelapan, saluran-saluran
sodium terbuka secara parsial sehingga membuat rods sedikit terdepolarisasi dan memungkinkan
aliran neurotransmitter glutamate ekuitatorik terus menerus keluar darinya.
Pada waktu terang rhodopsin dipecah terus menerus sehingga akan habis atau tidak, sedangkan
pada saat gelap rhodopsin tidak dipecah sehingga banyak tertimbun.
3. Dari Retina ke Korteks
Visual dalam otak terdapat banyak jalur yang membawa informasi visual. Jalur visual paling besar
adalah retina genicudate striatepathway yang mengonduksi sinyal-sinyal dari masingmasing retina
dari primary visual cortex atau striate cortex melalui di thalamus.
Sekitar 90 % akson sel ganglion retina menjadi Jalur-jalur retina genikula striat dan hanya terdapat
pada system Organisasi jalur-jalur visual depan dilihat melalui gambar berikut ini. Dari gambar di
atas dapat dilihat jalur organisasi visual primer. Semua sinyal dari medan visual kiri menuju ke
korteks visual primer kanan secara tetap (ipsilateral) dari hemiretina temporal mata kanan atau
secara kontralateral (berseberangan) melalui optic chiasm dari hemiretina nasal mata kiri (berlaku
juga sebaliknya bila semua sinyal dari medan visual kanan).
Setiap nucleus genikulat lateral memiliki bersifat retinotopic, yaitu level dalam system
diorganisasikan seperti sebuah peta retina. Artinya bahwa setiap dua stimuli yang dihadirkan ke
daerah yang berdekatan retina akan membangkitkan neuron-neuron yang berdekatan di semua
level dalam system. Susunan retinotropik korteks visual primer memiliki representasi
disproporsional dari fovea, meskipun besar dari korteks visual primer (sekitar 25 %) digunakan
untuk menganalisis input-inputnya.
Pada dasarnya terdapat dua saluran komunikasi parallel yang mengalir melalui nucleus genikulat
lateral. Saluran tersebut adalah sebagai berikut :
1) Parvocellular layers (saluran p)
Merupakan saluran yang mengalir melalui empat lapisan teratas. Neuron-neuron
parvocellular responsif terhadap warna, detail-detail pola halus, objek-objek yang stationer
atau bergerak lambat. Cone memberi mayoritas input ke lapisan p.
2) Magnocellular layer (saluran M)
Merupakan saluran yang mengalir melalui dua lapisan terbawah karena terdiri dari
neuroneuron dengan badan sel yang besar (magno berarti besar). Neuron pada
magnocellular responsive terhadap gerakan. Rods memberi mayoritas input ke lapisan-
lapisan M. Neuron-neuron pada lapisan P dan lapisan M berproyeksi ke tempat yang
berbeda di lapisan striate cortex bagian bawah. Porsi-porsi M dan P dari lapisan IV
berproyeksi ke bagian yang berbeda di korteks visual.
2.10 Kerusakan-Kerusakan Pada Sistem Visual
1. Buta Warna
Buta warna atau Defisiensi penglihatan warna terjadi Ketika seorang memiliki respon yang buruk atau tidak
mampu membedakan presepsi beberapa warna atau semua warna yang mana orang yang dengan kondisi

14
mata yang normal dapat membedakannya. Buta warna dapat didefinisikan juga sebagai kondisi dimana
terdapat kelainan mata yang disebabkan oleh ketidakmampuan sel-sel kerucut (cone cell) yang terdapat
pada retina mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu sehingga objek yang terlihat bukanlah
warna yang sesungguhnya.
Buta warna merupakan keadaan langka, dimana hanya sekitar 1 dari 100.000 orang yang mengidap
kelangkaan tersebut. Keadaan tersebut biasanya terjadi karena kekurangan sel kerucut yang diwariskan
dari orangtua. Orang dengan keadaan buta warna melihat dalam bayangan abuabu. Mereka juga sangat
16etika16e16 terhadap cahaya dan memiliki ketajaman visual yang buruk.
Buta warna retina merah-hijau terbagi atas dua, yaitu :
a. Buta Warna Proptanopia
Buta warna proptanopia adalah keadaan dimana Ketika melihat warna merah tampak hitam, warna jingga
dan hijau akan terlihat kuning
b. Buta Warna Deuteranopia.
Buta warna deuteranopia adalah keadaan dimana melihat warna merah menjadi kuning kecoklatan dan
warna hijau menjadi krem.
c. Tritanopia
Tritanopia adalah keadaan ketika seseorang tidak memiliki sel kerucut gelombang pendek. Seorang yang
mengidap tritanopia akan kesulitan membedakan warna biru kuning merupakan jenis dikromasi yang
sangat jarang dijumpai.
Sebagai contoh, sebut saja adi. Adi memiliki buta warna proptanopia. Ketika adi melihat bunga mawar
yang identic dengan warna merah, ia akan melihat bunga mawar itu bewarna hitam alih-alih merah.
Kebalikannya, jika Adi memiliki buta warna deuteranopia Ketika ia melihat bunga mawar 17 merah, Adi
akan melihat bunga mawar itu bewarna kuning dengan aksen kecoklatan.

2. Skotoma

Skotoma adalah kerusakan pada korteks visual primer. Skotoma merupakan daerah buta yang ada di
daerah yang berhubungan dengan medan visual kontralateral kedua bola mata. Terkadang, noda buta
dapat melebar dan menutup sebagian besar medan penglihatan. Tes untuk mendeteksi skotoma adalah
tes perimetri (Pinel, 2009). Banyak pasien dengan skotoma ekstensif tidak menyadarinya.
3. Blindsight

15
Blindsight adalah fenomena yang terjadi pada pasien skotoma. Blindsight adalah kemampuan merespons
stimuli visual dalam skotomanya meskipun memiliki ke adaran yang disadari terhadap stimuli tersebut.
Contohnya adalah ketika pasien merasa dapat menjangkau dan memegang benda dalam skotomanya,
padahal ia sama sekali tidak dapat melihatnya.

4. Kerusakan pada Arus Dorsal dan Arus Ventral


Arus dorsal dan ventral menjalankan fungsi visual yang berbeda. Arus dorsal berfungsi dalam persepsi
letak objek berada sedangakan ventral berfungsi untuk mengidentifikasikan apa objek tersebut. Teori ini
memprediksi bahwa.
a) Kerusakan pada arus dorsal akan menghasilkan kinerja yang buruk pada tes-tes lokasi dan
gerakan atau persepsi spasial visual.
b) Kerusakan pada arus ventral menunjukan hasil yang buruk pada tes rekognisi visual yang
melibatka kesadaran verbal yang merupakan kesadaran yang disadari.
5. Prospagnosia
Prospagnnosia adalah gangguan rekognisi visual yang menyebabkan kesulitan dalam mengenali wajah
(agnosia). Agnosia adalah ketidakmampuan dalam mengenali. Visual agnosia adalah agnosia spesifik
pada stimuli visual. Pasien agnosia visual sering melihat bagian wajah campur aduk antara dagu, mulut,
hidung, mata dan tidak melihat wajah secara keseluruhan yang utuh. Mereka juga sering tidak mengenali
dirinya sendiri saat bercermin didepan kaca.
2.11 Penyakit Pada Mata
1. Miopia (Rabun jauh)
Saat Anda menderita rabun jauh atau miopia, maka segala sesuatu yang berada pada jarak tertentu atau
jauh akan terlihat kabur. Resiko Anda untuk menderita gangguan mata yang satu ini akan meningkat bila
salah satu atau kedua orang tua Anda menderita miopia atau bila Anda sering membaca dengan jarak
dekat.
Penyebab dari miopia biasanya adalah karena bola mata terlalu panjang atau bentuk kornea yang
abnormal atau akibat adanya kelainan pada lensa mata. Berbagai kelainan tersebut menyebabkan titik
fokus jatuh tepat di depan retina, bukan pada retina. Gejala miopia biasanya mulai terjadi saat anak
memasuki usia sekolah dan remaja. Anak biasanya akan memerlukan penggantian kacamata beberapa
kali karena perubahan minus matanya. Keadaan ini biasanya akan stabil (minus tidak berubah lagi) saat
anak berusia awal 20 tahun.

Penderita miopia biasanya mengalami kesulitan untuk mengemudi, berolahraga, atau melihat papan iklan
atau bahkan televisi. Gejala yang biasa ditemukan adalah pandangan kabur, sering menyipitkan mata, dan
mata terasa sangat lelah. Untuk mengatasinya, Anda dapat menggunakan kacamata, lensa kontak, atau
melakukan tindakan pembedahan laser.

Tindakan pembedahan laser (iLASIK) merupakan suatu teknik pembedahan untuk membentuk ulang
kornea mata Anda yang dapat membantu mengatasi rabun jauh, rabun dekat, maupun silinder.

Tindakan pembedahan ini memiliki tingkat kesuksesan yang cukup tinggi (lebih dari 90%), akan tetapi
sebaiknya tidak dilakukan bila Anda memiliki mata kering yang cukup parah, memiliki bentuk kornea yang
tipis atau abnormal, atau menderita gangguan penglihatan berat. Efek samping yang mungkin terjadi
adalah sensitif terhadap cahaya.

2. Rabun Dekat (Hiperopia)

Sebagian besar orang dilahirkan dengan rabun dekat ringan, yang biasanya akan menghilang saat
memasuki usia kanak-kanak. Bila rabun dekat tetap ada, maka orang tersebut biasanya akan mengalami
kesulitan untuk melihat benda-benda yang terletak cukup dekat dengannya (benda tampak kabur atau
buram). Keadaan ini dapat menurun dalam keluarga.

Rabun dekat seringkali terjadi karena bentuk bola mata terlalu pendek. Hal ini menyebabkan titik fokus
jatuh di belakang retina, bukan pada retina. Pada kasus yang berat, penderita juga dapat mengalami
kesulitan melihat benda atau objek yang terletak cukup jauh.

16
Selain kelainan bentuk bola mata, kelainan bentuk kornea atau lensa juga dapat menyebabkan terjadinya
rabun dekat. Anak-anak yang menderita rabun dekat biasanya memiliki mata juling (strabismus) atau mata
malas (amblyopia) dan mungkin mengalami kesulitan membaca. Oleh karena itu, dianjurkan untuk
memeriksakan kesehatan mata anak Anda ke seorang dokter spesialis mata.

Gejala yang dapat ditemukan adalah kesulitan untuk membaca, pandangan kabur di malam hari, mata
terasa lelah, dan nyeri kepala. Untuk mengatasinya, gunakanlah kacamata atau lensa kontak atau
melakukan tindakan pembedahan.

3. Presbiopia

Kesulitan membaca tulisan merupakan salah satu tanda penuaan. Keadaan ini disebut dengan presbiopia
(artinya mata tua dalam bahasa Yunani). Pada sebagian besar orang, keadaan ini mulai terjadi saat
mereka memasuki usia 40 tahun.

Presbiopia terjadi karena lensas mata menjadi kurang fleksibel dan tidak dapat mengubah bentuknya untuk
memfokuskan penglihatan pada benda yang berjarak dekat. Untuk mengatasinya, gunakanlah kacamata.

4. Astigmatisma (Silinder)

Jika Anda menderita astigmatisma atau silinder pada salah satu atau kedua bola mata, maka pandangan
Anda pada jarak berapa pun biasanya terganggu. Keadaan ini terjadi saat kornea memiliki bentuk yang
tidak normal. Akibatnya, terbentuk banyak titik fokus yang jatuh pada berbagai tempat pada retina.
Penggunaan kacamata atau lensa kontak dapat membantu mengatasinya. Selain itu, tindakan
pembedahan juga dapat membantu mengatasinya.

Gejala yang dapat ditemukan adalah pandangan kabur, nyeri kepala, dan mata terasa sangat lelah.

5. Glaukoma

Glaukoma dapat membuat Anda kehilangan penglihatan Anda dengan merusak saraf optik di dalam mata
Anda. Penderita mungkin tidak akan mengalami gejala apapun. Gejala awal yang biasa ditemukan adalah
hilangnya lapang pandang sebagian, awalnya lapang pandang samping, yang kemudian akan diikuti oleh
hilangnya lapang pandang pusat.

Pada sebagian besar kasus glaukoma, peningkatan tekanan di dalam mata menyebabkan terjadinya
kerusakan saraf optik dan membuat penderita kehilangan penglihatannya. Pada keadaan normal, mata
manusia dipenuhi oleh cairan yang berfungsi untuk memberikan nutrisi pada berbagai struktur di dalam
mata. Akan tetapi, bila cairan ini menjadi berlebihan, maka tekanan di dalam mata Anda pun akan
meningkat dan merusak saraf optik yang terletak di bagian belakang mata.

Untuk mendeteksi adanya glaukoma sedini mungkin, dianjurkan agar Anda melakukan pemeriksaan mata
secara teratur setiap 1-2 tahun sekali, terutama bila Anda telah berusia lebih dari 40 tahun. Glaukoma
dapat diatasi dengan obat-obatan atau tindakan pembedahan. Tanpa pengobatan glaukoma akan
menyebabkan terjadinya kebutaan total.

6. Degenerasi Makula

Age related macular degeneration (AMD) atau degenerasi makula terkait usia akan merusak dan
menghancurkan penglihatan pusat, yang akan membuat Anda sulit untuk membaca atau mengemudi
kendaraan bermotor. Gejala yang dapat ditemukan adalah lapang pandang pusat tampak hitam atau garis
lurus tampak bergelombang. Resiko terjadinya AMD akan meningkat bila Anda berusia lebih dari 60 tahun,
merokok, memiliki tekanan darah tinggi, menderita obesitas, berjenis kelamin wanita, atau memiliki
anggota keluarga yang menderita glaukoma.

AMD terjadi akibat adanya gangguan yang mengenai bagian pusat dari retina, yang disebut dengan
makula. Degenerasi makula terbagi menjadi 2 jenis yaitu "basah" dan "kering". Pada AMD "kering",
17
biasanya ditemukan kumpulan bintik kuning yang disebut dengan drusen pada makula. Seiring dengan
semakin memburuknya penyakit, jaringan makula pun akan hancur. Hal ini tentu saja akan mengganggu
proses penghantaran sinyal dari retina ke dalam otak.

Pada AMD "basah", terbentuk pembuluh darah abnormal, yang akan membentuk jaringan parut pada
makula dan merusak makula. Garis lurus yang tampak bergelombang merupakan gejala awal dari AMD
"basah". AMD "basah" merupakan jenis AMD yang lebih berat dan lebih cepat berkembang. Kedua jenis
AMD akan membuat lapang pandang pusat Anda tampak seperti suatu area kehitaman.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sistem penglihatan adalah bagian dari sistem indra yang membuat organisme mampu melihat.
2. Proses visual adalah proses interpretasi cahaya yang masuk ke mata dan ditangkap oleh retina
sampai menjadi informasi visual yang spesifik di otak. bayangan di retina mendukung pembentukan
pada kemampuan refraksi mata.
3. Mata merupakan bagian dari system visual yang sangat vital, Lebih dari 70 persen dari semua
reseptor sensorik dalam tubuh manusia terdapat di mata.
4. Mata manusia memiliki cara kerja otomatis yang sempurna, mata dibentuk dengan 40 unsur utama
yang berbeda dan ke semua bagian ini memiliki fungsi penting dalam proses melihat kerusakan
atau ketiadaan salah satu fungsi bagiannya saja akan menjadikan mata mustahil dapat melihat.
5. Sel fotoreseptor berperan dalam inisiasi proses melihat yakni dalam proses fototransduksi. Inisiasi
proses melihat pada sel fotoreseptor diperlukan agar impuls saraf tersebut dapat diteruskan menuju
pusat penglihatan.
6. Teori Komponen dan Oponen, awalnya diperdebatkan oleh para peneliti. Tetapi akhirnya peneliti
menemukan bukti bahwa memang ada dua mekanisme proses pengkodean warna yang terjadi
secara bersama dalam sistem visual manusia.
7. Orang yang mengalami gangguan penglihatan, pasien akan memakai kacamata eye tracking yang
akan memonitor apa yang terjadi dalam adegan visual. Kacamata ini juga akan melacak dengan
tepat ke mana mata diarahkan sehingga kita tahu informasi mana yang harus dikirimkan ke bagian
pusat retina otak.
8. Seluruh korteks oksipital maupun daerah-daerah besar korteks temporal dan korteks parietal
terlibat dalam penglihatan.
9. Proses penglihatan dimulai dari cahaya yang mengenai benda lalu masuk ke mata lalu diterima
oleh retina. Sensor-sensor yang terdapat di retina mengirimkan sinyal dari gambar benda ke otak
melalui sel saraf penglihatan.
10. Buta warna atau Defisiensi penglihatan warna terjadi ketika seorang memiliki respon yang buruk
atau tidak mampu membedakan presepsi beberapa warna atau semua warna yang mana orang
yang dengan kondisi mata yang normal dapat membedakannya.
11. Penyakit pada mata terdiri atas: (1) Miopia (Rabun jauh), (2) Rabun Dekat (Hiperopia), (3)
Presbiopia, (4) Astigmatisma (Silinder), (5) Glaukoma,
(6) Degenerasi Makula.
B. Saran
Diharapkan teman-teman sekalian bisa mengerti dan memahami apa yang sekiranya kami coba
sampaikan melalui makalah ini.

18

Anda mungkin juga menyukai