Anatomi fisiologi mata terdiri dari organ luar dan organ dalam. Organ luar mencakup Bulu
mata, Alis mata, dan Kelopak mata atau palpebra. Sementara bagian organ dalam mencakup
Konjungtiva, kornea, sklera, pupil, iris, lensa mata, retina atau selaput jala dan saraf optik.
Bulu mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata. Berfungsi untuk
menyaring cahaya yang masuk ke mata, melindungi mata dari debu dan benda asing yang
beterbangan di udara.
Alis mata merupakan rambut tipis yang tumbuh di atas kelopak mata. Berfungsi untuk
menghambat keringat yang mengalir ke arah mata.
Kelopak mata merupakan lapisan kulit terluar yang tipis, dan sering membuka dan menutup
(berkedip-kedip). Fungsinya adalah melindungi lapisan mata bagian dalam dari benda asing
atau cahaya yang berlebihan. kelopak mata ini dapat bergerak refleks menutup ketika ada
benda asing yang hendak memasuki area mata atau ketika terkena cahaya yang menyilaukan.
Organ bagian dalam mata merupakan organ yang bekerja secara sistematik dan terstruktur
mengatur cahaya yang datang dari sumbernya hingga sampai ke retina dan diteruskan ke otak
menjadi sebuah objek visual. Organ-organ tersebut diantaranya adalah:
1. Konjungtiva
Konjungtiva merupakan jaringan tipis yang membungkus sklera dan kornea. Dalam
konjungtiva terdapat banyak pembuluh darah dan serat saraf. Juga terdapat kelenjar
musin yang menjaga bola mata agar tetap basah khusunya pada kornea. Bagian ini
pula yang biasa menyerap obat-obatan untuk mata. Selaput konjungtiva menahan
masuknya benda asing seperti bulu mata, debu dan lainnya. sehingga tidak masuk ke
bagian yang lebih dalam. Benda-benda asing yang masuk dan tertahan di konjungtiva,
akan dibawa ke sudut kelopak mata. Karena itulah Konjungtiva sering kali terkena
iritasi dan peradangan atau disebut juga konjungtivitis.
2. Kornea
Kornea merupakan lapisan tipis transparan terluar dari bola mata persis dibalik
kelopak mata yang berbentuk seperti kubah dan membungkus iris, pupil dan bilik
anterior. Berfungsi menerima cahaya yang masuk dan memfokuskannya ke pupil.
3. Sklera
Sklera merupakan lapisan dinding mata yang berwarna putih mempunyai ketebalan rata-
rata 1 milimeter namun di bagian irensi otot tebalnya menjadi 3 mili meter dengan struktur
lapisan jaringan yang lebih kuat. Berfungsi melindungi organ-organ dalam mata yang sensitif
dan vital.
4. Pupil dan Iris
Pupil merupakan bagian pusat mata yang berwarna hitam. Bagian ini bisa mengecil
dan membesar. Sedangkan iris merupakan jaringan halus yang berwarna di sekitar
pupil berbentuk diafragma. Posisinya berada setelah kornea dan sebelum lensa.
Fungsinya adalah mengatur jumlah cahaya yang masuk ke bagian yang lebih dalam
yaitu lensa. Saat berada di daerah yang gelap atau minim cahaya iris akan menekan
pupil sehinga cahaya yang masuk lebih banyak dan kita bisa berjalan di kegelapan
sedangkan ketika berada di daerah yang terang benderang maka irish akan menyempit
dan pupil melebar sehingga cahaya yang masuk jadi lebih sedikit. Jadi membesar dan
menyempitnya pupil dipengaruhi oleh kerja dari iris.
5. Lensa Mata
Lensa merupakan struktur cembung yang bening tak berwarna. Berada di belakang
iris dan di depan retina,lensa di gantung oleh zonula sebagi penghubung dengan
korpus siliare. Lensa di apit oleh aliran dua cairan humor aqueus dan humor vitreus.
Fungsinya adalah mengatur fokus cahaya agar jatuh tepat pada bintik kuning retina.
Lensa akan menipis saat melihat objek yang jauh dan menebal saat melihat objek
yang dekat.
Retina merupakan lapisan yang paling sensitif terhadap cahaya, khususnya pada
bagian yang disebut sebagai bintik kuning atau Fovea. Terletak di bagian belakang
bola mata. Fungsinya mentransfer pesan visual dari lensa ke otak melalui saraf optik.
Retina memiliki banyak ujung serat saraf optik. Gambaran cahaya atau pesan visual
yang di terima oleh retina kemudian diubah menjadi gelombang listrik yang di
salurkan lewat serat saraf optik ke otak.
7. Saraf Optik
Saraf Optik merupakan kumpulan saraf yang terletak di bagian retina, sebagai
pengahantar pesan visual dalam bentuk gelombang listrik ke otak.
8. Humor Aqueus
Humor aqueus merupakan aliran cairan jernih yang diproduksi oleh korpus siliare
sebagai zat pembawa suplemen makanan untuk kornea dan lensa yang tidak memiliki
pembuluh darah. Kemudian mengangkut zat buangan dari hasil metabolisme kedua
organ tersebut. Cairan ini juga bergerak mengisi bagian anterior dan posterior mata,
sehingga tekanan bola mata tetap terjaga.
9. Humor Vitreus
Humor vitreus merupakan cairan berbentuk gel yang mengisi segmen antara lensa dan
retina. Cairan ini yang mengisi 2/3 dari volume mata.
mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata menyesuaikan
jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta
menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak
di sini akan di bahas struktur dan fungsi mata. mata kita terdiri dari bermacam-macam
struktur sekaligus dengan fungsinya. struktur dari mata itu sendiri atau bisa di sebut dengan
anatomi mata meliputi Sklera, Konjungtiva, Kornea, pupil, iris, lensa, retina, saraf optikus,
Humor aqueus, serta Humor vitreus yang masing-masingnya memiliki fungsi atau kerjanya
sendiri. aku bahas satu-satu aja kali yah mengenai struktur dan fungsi mata, dimana masing-
masing dari struktur mata mempunyai Fisiologi mata itu sendiri. Berikut Struktur mata
beserta fisiologisnya:
Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan relatif
kuat.Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar
sklera.Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris,
pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.Pupil : daerah hitam di tengah-
tengah iris.Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea
dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara
merubah ukuran pupil.Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor
aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.Retina : lapisan
jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata; berfungsi mengirimkan
pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang
membawa pesan visuil dari retina ke otak.Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang
mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber
makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.Humor vitreus : gel
transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior
mata).
Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Iris mengatur jumlah cahaya yang
masuk dengan cara membuka dan menutup, seperti halnya celah pada lensa kamera. Jika
lingkungan di sekitar gelap, maka cahaya yang masuk akan lebih banyak; jika lingkungan di
sekitar terang, maka cahaya yang masuk menjadi lebih sedikit. Ukuran pupil dikontrol oleh
otot sfingter pupil, yang membuka dan menutup iris.
Lensa terdapat di belakang iris. Dengan merubah bentuknya, lensa memfokuskan cahaya ke
retina. Jika mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot silier akan berkontraksi,
sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Jika mata memfokuskan pada objek yang
jauh, maka otot silier akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Sejalan
dengan pertambahan usia, lensa menjadi kurang lentur, kemampuannya untuk menebal
menjadi berkurang sehingga kemampuannya untuk memfokuskan objek yang dekat juga
berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia.
Retina mengandung saraf-saraf cahaya dan pembuluh darah. Bagian retina yang paling
sensitif adalah makula, yang memiliki ratusan ujung saraf. Banyaknya ujung saraf ini
menyebabkan gambaran visuil yang tajam. Retina mengubah gambaran tersebut menjadi
gelombang listrik yang oleh saraf optikus dibawa ke otak.
Saraf optikus menghubungkan retina dengan cara membelah jalurnya. Sebagian serat saraf
menyilang ke sisi yang berlawanan pada kiasma optikus (suatu daerah yang berada tepat di
bawah otak bagian depan). Kemudian sebelum sampai ke otak bagian belakang, berkas saraf
tersebut akan bergabung kembali.
mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja sama
menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu. Tulang orbita yang
melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya, yaitu :
Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otakSaraf
lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mataSaraf lainnya
menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot pada tulang orbita.
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan,
sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah
ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.
Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak secara bebas ke segala
arah. Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri, virus, jamur dan
bahan-bahan berbahaya lainnya, tetapi juga memungkinkan mata tetap terbuka sehingga
cahaya masih bisa masuk. adapun struktur pelindung mata,meliputi:
Orbita
Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf, pembuluh darah,
lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata.
Kelopak Mata
Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak mata secara
refleks segera menutup untuk melindungi mata dari benda asing, angin, debu dan cahaya
yang sangat terang. Ketika berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan cairan ke seluruh
permukaan mata dan ketika tertutup, kelopak mata mempertahankan kelembaban permukaan
mata. Tanpa kelembaban tersebut, kornea bisa menjadi kering, terluka dan tidak tembus
cahaya. Bagian dalam kelopak mata adalah selaput tipis (konjungtiva) yang juga
membungkus permukaan mata.
Bulu mata
Bulu Mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata dan berfungsi
membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier (penghalang). Kelenjar kecil di
ujung kelopak mata menghasilkan bahan berminyak yang mencegah penguapan air mata.
Kelenjar lakrimalis
Kelenjar Lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan menghasilkan
air mata yang encer. Air mata mengalir dari mata ke dalam hidung melalui 2 duktus
lakrimalis; setiap duktus memiliki lubang di ujung kelopak mata atas dan bawah, di dekat
hidung. Air mata berfungsi menjaga kelembaban dan kesehatan mata, juga menjerat dan
membuang partikel-partikel kecil yang masuk ke mata. Selain itu, air mata kaya akan
antibodi yang membantu mencegah terjadinya infeksi.
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang paling
sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap.
Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian visual.
Organ luar
Bulu mata berfungsi menyaring cahaya yang akan diterima.
Alis mata berfungsi menahan keringat agar tidak masuk ke bola mata.
Kelopak mata ( Palebra) berfungsi untuk menutupi dan melindungi mata.
Organ dalam
Bagian-bagian pada organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya dari sumbernya menuju
ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf manusia. Bagian-bagian tersebut adalah:
Kornea
Merupakan bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya dari sumber cahaya.
Sklera
Merupakan bagian dinding mata yang berwarna putih. Tebalnya rata- rata 1 milimeter
tetapi pada irensi otot, menebal menjadi 3 milimeter.
Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan kuantitas cahaya
yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi
ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang. Lebar pupil
dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya.Iris berfungsi sebagai diafragma. Iris inilah
terlihat sebagai bagian yang berwarna pada mata.
Lensa mata
Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi lensa
mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning
retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata akan
menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya datang dari dekat), lensa
mata akan menebal.
Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya, khususnya bagian retina
yang disebut bintik kuning. Setelah retina, cahaya diteruskan ke saraf optik.
Saraf optik
Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju ke otak.
Palpebra
o Palpebra melindungi mata dari cedera dan cahaya yang berlebihan.
o Tdd : Palpebra superior dan inferior
o Permukaan suferficial ditutupi oleh kulit dan permukaan dalam diliputi oleh
membran mukosa à conjunctiva.
o Conjunctiva membentuk ruang potensial yaitu saccus conjunctivalis.
o sudut lateral fissura palpebra lebih tajam dari medial.
o Sudut medial dan bola mata dipisahkan oleh rongga sempit (lacus lacrimalis)
dan terdapat tonjolan kecil ( caruncula lacrimalis)
Tunika fibrosa :
Choroidea
Corpus Cilliary
Iris dan pupil
Tunika Nervosa : Retina
Retina (12)
Persarafan
Saraf yang bertangung jawab terhadap mata manusia adalah saraf optikus (Nervus II). Bagian mata
yang mengandung saraf optikus adalah retina. Saraf optikus adalah kumpulan jutaan serat saraf yang
membawa pesan visual dari retina ke otak.
Sedangkan saraf yang menggerakkan otot bola mata adalah saraf okulomotoris (Nervus III),
saraf ini bertanggungjawab terhadap pergerakan bola mata, membuka kelopak mata, dan
mengatur konstraksi pupil mata.
Sedangkan saraf yang menggerakkan otot bola mata adalah saraf okulomotoris (Nervus III),
saraf ini bertanggungjawab terhadap pergerakan bola mata, membuka kelopak mata, dan
mengatur konstraksi pupil mata.
Saraf lainnya yang mempengaruhi fungsi mata adalah saraf lakrimalis yang merangsang
dalam pembentukan air mata oleh kelenjar air mata. Kelenjar Lakrimalis terletak di puncak
tepi luar dari mata kiri dan kanan dan menghasilkan air mata yang encer.
Humor aqueous berperan sebagai pembawa zat makanan dan oksigen untuk organ di dalam
mata yang tidak berpembuluh darah yaitu lensa dan kornea, disamping itu juga berguna untuk
mengangkut zat buangan hasil metabolisme pada kedua organ tersebut. Adanya cairan
tersebut akan mempertahankan bentuk mata dan menimbulkan tekanan dalam bola
mata/tekanan intra okuler.
Buta warna adalah berkurangnya kualitas penglihatan terhadap warna yang umumnya
diturunkan kepada anak dari orang tua sejak dilahirkan. Penderita buta warna cenderung
mengalami kesulitan saat melihat warna merah, hijau, biru, atau campuran warna-warna ini.
Kasus buta warna total sangat jarang ditemukan dan kebanyakan penderita buta warna bisa
beradaptasi dengan kondisi ini sehingga tidak selalu dianggap sebagai kondisi yang serius.
Beberapa kasus penyakit buta warna juga dapat dialami pada fase hidup dewasa.
Penderita buta warna mungkin hanya bisa melihat beberapa gradasi warna, sementara
sebagian besar orang yang normal dapat melihat ratusan warna. Gejala lainnya, sebagian
penderita buta warna tidak dapat membedakan antara warna merah dan hijau, namun bisa
melihat warna biru dan kuning dengan mudah. Sebagian orang bahkan tidak menyadari
bahwa mereka mengalami buta warna sebelum menjalani tes penglihatan warna.
Sebagian besar penderita buta warna akan sulit membedakan gradasi warna merah, kuning,
dan hijau seperti warna oranye dan cokelat. Tipe ini disebut dengan buta warna merah-hijau.
Tipe ini juga menjadikan penderita sulit membedakan antara warna merah dengan warna
hitam dan berbagai gradasi warna ungu. Pria memiliki kecenderungan mengalami buta warna
tipe ini lebih besar dibandingkan dengan wanita. Tipe buta warna yang paling jarang terjadi
adalah buta warna tipe biru-kuning di mana penderita tidak bisa membedakan warna biru,
hijau, dan kuning.
Seorang penderita buta warna dari berbagai jenis kondisi di atas dapat melihat warna-warna
tersebut lebih kusam dibandingkan orang-orang yang memiliki penglihatan normal.
Penyebab Buta Warna
Proses melihat warna melintasi spektrum cahaya diawali dengan kemampuan alamiah mata
dalam membedakan warna-warna dasar, seperti warna merah, biru, dan hijau. Namun, mata
seorang penderita buta warna tidak dapat melihat atau membedakan warna sebagaimana mata
normal. Hal ini terjadi karena ada gangguan pigmen pada reseptor penglihatan warna (sel
kerucut di mata). Ketika salah satu pigmen hilang, maka mata akan memiliki masalah dalam
melihat warna tertentu.
Dalam banyak kasus, buta warna disebabkan oleh faktor genetik orang tua, namun bisa saja
terjadi akibat efek samping dari sebuah pengobatan atau gangguan kesehatan yang telah ada
sebelumnya.
Faktor genetik. Kebanyakan penderita buta warna yang mengalaminya sejak lahir
disebabkan oleh faktor genetik yang berikatan dengan kromosom X. Seorang ayah penderita
buta warna tidak akan memiliki anak yang menderita buta warna kecuali pasangannya
memiliki gen buta warna. Hal ini mungkin karena wanita lebih berperan dalam menjadi
pembawa gen (carrier) yang akan mewarisi buta warna kepada anak. Penderita buta warna
akibat faktor genetik juga jauh lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita, walau
terkadang kondisi ini dapat melewati satu generasi. Anak perempuan dipastikan mengidap
buta warna jika kedua orang tua adalah pembawa gen buta warna.
Penyakit. Terdapat sejumlah penyakit yang bisa menyebabkan buta warna, seperti penyakit
Parkinson, penyakit Alzheimer, glaukoma, kanker darah (leukemia), diabetes, pecandu
minuman beralkohol kronis, degenerasi makula, dan anemia sel sabit.
Usia. Kemampuan seseorang untuk membedakan warna perlahan-lahan akan berkurang
seiring pertambahan usia. Ini adalah hal yang alami dalam proses penuaan dan tidak perlu
dicemaskan secara berlebihan.
Bahan kimia. Seseorang bisa mengalami buta warna jika terpapar bahan kimia beracun,
misalnya di tempat kerja, seperti karbon disulfida dan pupuk.
Efek samping pengobatan tertentu. Beberapa pengobatan berpotensi menyebabkan buta
warna, seperti digoxin, phenytoin, klorokuin, dan sildenafil. Jika gangguan disebabkan oleh
pengobatan, biasanya pandangan akan kembali normal setelah berhenti mengonsumsi obat.
Kebanyakan kasus buta warna diakibatkan oleh faktor genetik, namun bisa juga berkembang
setelah dilahirkan. Ada beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis buta warna, di
antaranya:
Tes Ishihara. Tes ini yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis buta warna, namun
hanya bisa mendiagnosis kondisi buta warna merah-hijau. Penderita akan diminta untuk
mengenali angka yang samar-samar tertera di dalam sebuah gambar yang terbentuk dari
titik-titik berwarna.
Tes penyusunan. Tes ini dilakukan dengan cara menyusun objek berwarna dalam susunan
gradasi warna yang berbeda-beda, lalu pasien akan diminta untuk menyusun benda
berwarna tersebut sesuai dengan gradasi warna yang dilihatnya.
Pentingnya Mengenali Buta Warna Sejak Awal
Penting bagi orang tua untuk dapat mengenali karakteristik dan gejala-gejala buta warna
sejak awal karena kondisi ini dapat berdampak kepada kemampuan belajar anak. Anak-anak
yang mengalami buta warna akan merasa kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari di
rumah maupun di lingkungan luar rumah, termasuk di sekolah jika guru tidak mengetahui
masalah ini juga. Beberapa contoh aktivitas penting lain yang bisa terganggu, yaitu:
Walau sampai saat ini belum ada obat atau metode untuk mengobati buta warna, namun
banyak penderita buta warna yang mampu belajar untuk beradaptasi dan menemukan cara
dalam mengatasi masalah pembedaan warna. Di samping itu, teknologi medis juga telah
menciptakan alat bantu bagi penderita buta warna, seperti lensa mata khusus dan
disediakannya setelan tertentu pada perangkat elektronik, perlengkapan rumah tangga, atau
komputer demi memudahkan hambatan yang ditemui oleh pengidap kondisi ini. Orang-orang
di sekitar pengidap buta warna pun dapat turut membantu, misalnya dengan menyiapkan alat
belajar yang sesuai atau memeriksa makanan sebelum dikonsumsi pengidap.
Gejala buta warna masih dapat dikurangi dengan mengobati kondisi-kondisi yang
mendasarinya atau jika buta warna yang diderita diakibatkan oleh pengobatan tertentu atau
gangguan kesehatan yang telah ada sebelumnya.
Apa itu buta warna? Buta warna adalah suatu keadaan di mana mata seseorang tidak mampu
untuk menangkap warna tertentu. Seseorang yang memiliki buta warna akan kesulitan
melihat warna merah, hijau, biru atau campuran warna-warna. Sangat jarang bahwa seorang
penderita penyakit ini tidak melihat warna sama sekali.
Masalah buta warna dapat mengubah hidup seseorang, misalnya mungkin membuat
seseorang lebih sulit untuk belajar dan membaca, dan mungkin tidak dapat menjangkau karir
atau lapangan perkerjaan tertentu. Tapi anak-anak dan orang dewasa penderita buta warna
dapat belajar untuk menyesuaikan masalah dalam melihat warna.
Jenis warna yang tidak dapat dilihat oleh seseorang yang menderita penyakit ini tidak akan
berubah dari waktu ke waktu. Jika dari awal tidak mampu melihat warna hijau, maka
selamanya memang orang tersebut akan kesulitan melihat warna hijau.
Masalah penglihatan warna atau buta warna tidak selalu diwariskan. Dalam beberapa kasus,
seseorang dapat memiliki masalah buta warna karena didapatkan tiba-tiba dalam perjalanan
hidupnya. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal. Adapun penyebab buta warna adalah:
Penuaan
Masalah mata, seperti glaukoma, degenerasi makula, katarak, retinopati karena
hipertensi atau retinopati karena diabetes
Cedera mata
Efek samping dari beberapa obat-obatan.
Seseorang yang menderita penyakit ini mungkin dapat melihat beberapa warna tetapi
tidak dengan warna yang lain. Misalnya, penderita buta warna mungkin tidak dapat
membedakan antara merah dan hijau tapi bisa melihat biru dan kuning dengan mudah.
Seorang buta warna melihat warna yang berbeda secara tidak disadari dari warna yang
dilihat oleh mata orang-orang yang tidak menderitanya.
Seseorang yang buta warna mungkin hanya dapat melihat beberapa nuansa warna,
sementara sebagian orang bisa melihat ribuan warna.
Dalam kasus yang jarang terjadi, beberapa orang hanya melihat hitam, putih, dan abu-
abu.
Pada tes buta warna jenis lain, Anda diberikan chip warna, lalu Anda diberikan kesempatan
untuk memberikan warna chip yang sama. Orang dengan masalah penglihatan warna tidak
bisa mengatur chip berwarna dengan benar.
Karena masalah penglihatan warna dapat memiliki dampak besar pada kehidupan seseorang,
penting untuk mendeteksi masalah buta warna ini sedini mungkin. Pada anak-anak, masalah
penglihatan warna dapat memengaruhi kemampuan belajar dan kecepatan membaca. Dan
masalah penglihatan warna dapat membatasi pilihan pekerjaan atau karir tertentu.
Kebanyakan ahli merekomendasikan pemeriksaan warna pada anak-anak antara usia 3-5
tahun, setidaknya sekali sebelum memasuki sekolah.
Buta warna yang bukan diwariskan dapat diobati, tergantung pada penyebabnya. Sebagai
contoh, jika katarak yang menyebabkan masalah dengan penglihatan warna, operasi untuk
mengangkat katarak dapat mengembalikan penglihatan warna normal.
Anda dapat menemukan cara untuk membantu menyembuhkan masalah penglihatan warna.
Berikut adalah cara mengobat buta warna:
Memakai lensa kontak berwarna. Ini dapat membantu Anda melihat perbedaan antara
warna. Tapi lensa ini tidak memberikan penglihatan warna normal dan dapat
mendistorsi objek.
Memakai kacamata anti-ultraviolet. Orang dengan masalah penglihatan warna yang
parah bisa melihat perbedaan antara warna yang lebih baik ketika cahaya lebih redup
atau tidak silau.
Belajar untuk mencari isyarat terang-gelap atau peletakkan barang bukan dari warna.
Sebagai contoh, Anda dapat mempelajari urutan tiga lampu berwarna pada lalu lintas.
Merah itu di atas, kuning itu di tengah, hijau itu di bawah. Dengan begitu penderita
buta warna tidak kesulitan untuk berada di jalan raya.
Buta warna partial adalah seseorang yang tidak bisa membedakan warna
atau tingkat kecerahan suatu warna. Sebagian besar penderita buta warna
masuk dalam kategori buta warna partial. Sedangkan buta warna total
adalah mereka yang hanya bisa mendeteksi warna hitam dan putih saja. Buta warna bukanlah
suatu penyakit, tetapi kelainan genetik. Kelainan genetik ini masuk dalam kategori pautan
sex (sex linked), karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya seorang lelaki lebih
mungkin menderita buta warna jika ibunya seorang buta warna atau pembawa sifat buta
warna. Sedangkan seorang perempuan yang lahir dari seorang buta warna kemungkinan
hanya akan menjadi karier saja. Karena bukan penyakit, maka buta warna ini tidak bisa di
sembuhkan. yang bisa hanya upaya pencegahan saja. yaitu mencegah agar jangan menikah
dengan seseorang yang menjadi pembawa sifat buta warna.
Buta warna partial adalah seseorang yang tidak bisa membedakan warna
atau tingkat kecerahan suatu warna. Sebagian besar penderita buta warna
masuk dalam kategori buta warna partial. Sedangkan buta warna total
adalah mereka yang hanya bisa mendeteksi warna hitam dan putih saja.
Buta warna bukanlah suatu penyakit, tetapi kelainan genetik. Kelainan
genetik ini masuk dalam kategori pautan sex (sex linked), karena
kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya seorang lelaki lebih
mungkin menderita buta warna jika ibunya seorang buta warna atau pembawa sifat buta
warna. Sedangkan seorang perempuan yang lahir dari seorang buta warna kemungkinan
hanya akan menjadi karier saja. Karena bukan penyakit, maka buta warna ini tidak bisa di
sembuhkan. yang bisa hanya upaya pencegahan saja. yaitu mencegah agar jangan menikah
dengan seseorang yang menjadi pembawa sifat buta warna.
BUTA WARNA
A. Pengertian
Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-
sel kerucutmata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu akibat faktor genetis.
Buta warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya,
kelainan ini sering juga disebaut sex linked, karena kelainan ini dibawa olehkromosom X. Artinya
kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta
warna pada laki dan wanita. Seorang wanita terdapat istilah 'pembawa sifat' hal ini menujukkan ada
satu kromosom X yang membawa sifat buta warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara fisik tidak
mengalami kelalinan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya. Tetapi wanita dengan
pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua
kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita tsb menderita buta warna.
Saraf sel di retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan putih, serta sel kerucut yang
peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi ketika syaraf reseptor cahaya di retina mengalami
perubahan, terutama sel kerucut.
Untuk memahami bagaimana buta warna bekerja, Anda pertama kali harus memahami komponen-
komponen mata yang menggabungkan untuk memberikan gambar yang Anda lihat. Anda mungkin
akrab dengan komponen seperti retina, iris, lensa, kornea etc. Menggabungkan bagian-bagian yang
terakhir untuk fokus dan proyek gelombang cahaya ke retina. Disfungsi dalam hasil kornea
sightedness pendek atau panjang sightedness etc; Namun penyebab buta warna terletak di retina.
Retina yang bertanggung jawab untuk melewati cahaya apa pun informasi yang itu tiba di bawah saraf
optik ke otak. Retina terdiri dari kedua ‘batang’ dan ‘kerucut’ sel. Sel-sel batang sangat sensitif
terhadap cahaya, dalam kenyataannya lebih dari 100x sensitif seperti sel-sel kerucut. Sel batang
menjadi aktif dalam kondisi cahaya rendah dan biasanya dalam penglihatan tepi. Demonstrasi
sederhana ini adalah untuk pergi ke luar pada awan-free berikutnya malam dan melihat bintang-
bintang. Jika Anda melihat langsung ke arah mereka, Anda mungkin tidak melihat banyak, tetapi jika
Anda mencoba untuk mempelajari visi periferal Anda, Anda akan menemukan bahwa jauh lebih
terang terdeteksi, karena ini adalah di mana fungsi sel batang. Akan tetapi, sel-sel batang tidak ada
hubungannya dengan apakah seseorang buta warna, seluruh kegiatan yang terjadi dengan sel kerucut!
C. Klasifikasi
1. Trikromasi
Yaitu mata mengalami perubahan tingkat sensitivitas warna dari satu atau lebih sel kerucut pada
retina. Jenis buta warna inilah yang sering dialami oleh orang-orang. Ada tiga klasifikasi turunan pada
trikomasi:
· Trinomali (low blue), kondisi di mana warna biru sulit dikenali penderita.
2. Dikromasi
Yaitu keadaan ketika satu dari tiga sel kerucut tidak ada. Ada tiga klasifikasi turunan:
Protanopia, sel kerucut warna merah tidak ada sehingga tingkat kecerahan warna merah atau
perpaduannya kurang
Deuteranopia, retina tidak memiliki sel kerucut yang peka terhadap warna hijau
3. Monokromasi
Monokromasi sebenarnya sering dianggap sebagai buta warna oleh orang umum. Kondisi ini ditandai
dengan retina mata mengalami kerusakan total dalam merespon warna. Hanya warna hitam dan putih
yang mampu diterima retina.
D. Penyebab
a. kongenital, bersifat resesif terkait dengan kromosom X
E. Patofisiologi
Buta warna adalah kondisi yang diturunkan secara genetik. Dibawa oleh kromosom X pada
perempuan, buta warna diturunkan kepada anak-anaknya. Ketika seseorang mengalami buta warna,
mata mereka tidak mampu menghasilkan keseluruhan pigmen yang dibutuhkan untuk mata berfungsi
dengan normal.
Pada bagian tengah retina, terdapat photoreceptor atau cone (seperti kantung) yang memungkinkan
kita untuk bisa membedakan warna. Photoreceptor ini terdiri dari tiga pigmen warna ; yaitu merah,
hijau dan biru. Gangguan persepsi terhadap warna terjadi apabila satu atau lebih dari pigmen tersebut
tidak ada atau sangat kurang. Mereka dengan persepsi warna normal disebut Trichromats. Mereka
yang mengalami defisiensi salah satu pigmen warna disebut dengan Anomalous Trichromats. Type ini
adalah yang paling sering ditemukan. Sedangkan mereka yang sama sekali tidak memiliki salah satu
dari pigmen warna itu disebut drichromat.
Gangguan persepsi warna dapat dideteksi dengan menggunakan table warna khusus yang disebut
dengan Ishuhara Test Plate. Pada setiap gambar terdapat angka yang dibentuk dari titik-titik berwarna.
Gambar digantung di bawah pencahayaan yang baik dan pasien diminta untuk mengidentifikasi angka
yang ada pada gambar tersebut. Ketika pada tahap ini ditemukan adanya kelainan, test yang lebih
detail laggi akan diberikan.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. oftalmoskop
Suatu alat dengan system pencahayaan khusus, untuk melihat bagian dalam mata terutama retina dan
struktur terkaitnya
uji ishihara
dengan memakai sejumlah lempeng polikromatik yang berbintik, warna primer dicetak diatas
latar belakang mosaic bintik-bintik serupa dengan aneka warna sekunderyang
membingungkan, bintik-bintik primer disusun menurut pola (angka atau bentuk geometric)
yang tidak dapat dikenali oleh pasien yang kurang persepsi warna
b. uji pencocokan benang
pasien diberi sebuah gelendong benang dan diminta untuk mengambilgelendong yang
warnanya cocok dari setumpuk gelendong yang berwarna-warni
3. tes sensitivitas kontras
Adalah kesanggupan mata melihat perbedaan kontras yang halus, dimana pada pasien dengan
gangguan pada retina, nervus optikus atau kekeruhan media mata tidak sanggup melihat
perbedaan kontras tersebut
4. tes elektrofisiologik
a. elektroletingrafi (ERG)
untuk mengukur respon listrik retina terhadap kilatan cahaya bagian awal respon flash ERG
mencerminkan fungsi fotoreseptor sel krucut dan sel batang
b. elektro okulografi (EOG)
untuk mengukur potensial korneoretina tetap. Kelainan EOG terutama terjadi pada penyakit
secara dipus mempengaruhi epitel pigmen retina dan fotoreseptor
H. Pengobatan
Tidak ada pengobatan atau tindakan yang dapat dilakukan untuk mengobati masalah
gangguan persepsi warna. Namun penderita buta warna ringan dapat belajar mengasosiasikan
warna dengan objek tertentu.
Untuk mengurangi gejala dapat digunakan kacamata berlensa dengan filter warna khusus
yang memungkinkan pasien melakukan interpretasi kembali warna
Definisi:
Alat:
Buku catatan
Prosedur:
Tidak semua orang mempunyai visus yang sama. Visus dipergunakan untuk
menentukan penggunaan kacamata. Visus penderita bukan saja memberi pengertian
tentang optiknya (kaca mata) tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi
keterangan tentang baik buruknya fungsi mata secara keseluruhan.
Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan penglihatan
memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan mata yang mengakibatkan
turunnya visus. Visus perlu dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan mata.
V =D/d
Keterangan:
Pada tabel di bawah ini terlihat visus yang dinyatakan dalam sistem desimal, Snellen
dalam meter dan kaki.
1. Bila visus 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh
orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter.
2. Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka
30, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/30.
3. Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka
50, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/50.
4. Bila visus adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yang
oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter.
5. Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka
dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada
jarak 60 meter.
6. Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang
diperlihatkan pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan
pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1/60, yang berarti
hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.
7. Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan visus pasien yang lebih
buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian
tangan pada jarak 1 meter, berarti visus adalah 1/300.
8. Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat
melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~.
Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.
9. Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan
penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta total. Visus dan penglihatan kurang
dibagi dalam tujuh kategori. Adapun penggolongannya adalah sebagai berikut:
1. Penglihatan normal
Tidak menimbulkan masalah yang gawat, akan tetapi perlu diketahui penyebabnya.
Mungkin suatu penyakit masih dapat diperbaiki.
Dengan kacamata kuat atau kaca pembesar masih dapat membaca dengan cepat.
Masih mungkin orientasi dan mobilitas umum akan tetapi mendapat kesukaran pada
lalu lintas dan melihat nomor mobil. Untuk membaca diperlukan lensa pembesar kuat.
Membaca menjadi lambat.
1. Low vision nyata
Hampir buta
Penglihatan kurang dari 4 kaki untuk menghitung jari. Penglihatan tidak bermanfaat,
kecuali pada keadaan tertentu. Harus mempergunakan alat nonvisual.
Buta total
Tidak mengenal rangsangan sinar sama sekali. Seluruhnya tergantung pada alat indera
lainnya atau tidak mata. Di bawah ini ditunjukkan tabel penggolongan keadaan tajam
penglihatan normal, tajam penglihatan kurang (low vision) dan tajam penglihatan
dalam keadaan buta.
Definisi :
Alat :
1. Kartu snellen
2. Buku pencatat
Tahap I. Pengamatan:
1. Bila responden tidak dapat melanjutkan lagi bacaan huruf di kartu Snellen atau
kartu E atau hitung jari maka pada mata tersebut dipasang PINHOLE.
2. Hasil pemeriksaan pinhole ditulis dalam kotak dengan pinhole. Cara penulisan
huruf yang terbaca sama dengan cara pemeriksaan tanpa pinhole.
3. Dengan pinhole responden dapat melanjutkan bacaannya sampai baris paling
bawah (normal, 20/20) berarti responden tersebut GANGGUAN REFRAKSI.
4. Dengan pinhole responden dapat melanjutkan bacaannya tetapi tidak sampai
baris normal (20/20) pada usia anak sampai dewasa berarti responden tersebut
GANGGUAN REFRAKSI dengan mata malas.
5. Bila dengan pinhole responden tidak dapat melanjutkan bacaan huruf atau
memperagakan posisi huruf E maka disebut KATARAK.
Rangsangan yang di terima oleh neuron afferent sel ganglion retina diteruskan
Cara Pemeriksaan :
Keterangan :
Respon pupil langsung di nilai ketika diberikan cahaya yang terang , pupil akan
konstriksi ( mengecil ). Dilakukan pada masing-masing mata
Dinilai bila cahaya diberikan pada salah satu mata , maka fellow eye akan memberikan
respon yang sama . Observasi dengansumber cahaya lain yang lebih redup
1. Isokoria fisiologis
1. Abnormal pupil
Pemeriksaan Oftalmoskopi
Definisi :
Suatu teknik pemeriksaan yang digunakan untuk melihat adnya kelainan pada
fundus okuli. Pada pemeriksaan ini cahaya yang berasal dari alat oftalmoskop akan
memberikan reflex pada fundus dan akan tampak gambaran yang ada.
Alat :
1. Oftalmoskop
2. Dilator (tropicamide / midriacyl 0,5%-1%)
Persiapan klien :
Persiapan lingkungan :
Prosedur :
Coba untuk mempertahankan kedua mata anda agar tetap terbuka dan rileks seperti
jika anda menatap tempat jauh karena tindakan ini akan mengurangi kekaburan yang
berfluktuasi pada saat kedua mata anda mencoba berakomodasi
Definisi :
Ishihara merupakan tes yang digunakan untuk menguji adanya kelainan mengenali
warna (buta warna) pada klien. Tes ini digunakan untuk mengetahui cacat warna
merah dan hijau akibat kerusakan retina (sel bipolar-badan ganglion genikulatum
lateral)
Alat :
Gambar ishihara
Persiapan klien :
Prosedur :
1. Klien diminta melihat kartu dan menentukan gambar yang dilihat, misalnya
angka 25
2. Klien iminta menyebukan gambar tesebut dalam waktu 3-10 detik bila lebih
terdapat kelaian buta warna
Definisi:
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengethui tekanan bola mata (tekanan intraocular)
meningkat atau rendah. Alat ini diberi beban dan diletakkan pada permukaan korne
dan akan menekan bola mata ke dalam. Adanya tekanan tonometri ii akan
mendapatkan perlawanan tekanan yang ada dalam bola mata. Pemeriksaan ini
dilakukan pada pederita yang dicurigai menderita glaucoma, klien pra dan pasca
bedah mata. Pemeriksaan ini tidak dilakukan ada klien yangmengalami luka pada
kornea.
Tonometri yang akan digunakan pada klien harus steril untuk mencegah terjadinya
infeksi. Beban yang digunakan pada tonometri schiotz adalah 5,5 gr, 7,5 gr, 10 gr, dan
15 gr. Gunakan beban terkecil dahulu mulai dari 5,5 gr. Jika hasil skala pengukuran
dengan beban 5,5 gr adaah 1-3, ganti beban dengan 7,5 dan seterusnya.
Alat:
1. Tonometri schiotz
2. Analgesic tetes mata
3. Kapas bersih dalam kom
Persiapan klien :
Persiapan lingkungan
Prosedur :
1. Bersihkan mata klien dengan kapas bersih
2. Teteskan pantocaine 2-3 tetes, tunggu 5menit (sampai klien tidak merasakan
pedas di mata)
3. Atur kalibrasi tonometri
4. Minta klien melihat satu titik diatas (lngit-langit ruangan) ata u minta klien
meletakkan ibu jari di atas mata (letakkan jarak ibu jari sejauhnya dari mata)
5. Letakkan tonometridiatas permukaaan kornea, jangan ditekan lalu perhatikan
skala yang tertera pada alat (0-5)
6. Konfersikan hasil nilai dari skala dengan table untuk mengetahui TIO (tekanan
intraocular), bila hasil lebih tinggi dari 20 mmHg, klien dicurigai menderita
glaucoma dan bila lebih dari 25 mmHg, klien sudah menderita gloukoma.
Contoh pembacaan:
Bila hasil pengukuran tertera pada angka 5 denagn beban yang digunakan 5,5 gram, ini
berarti TIO adalah 5/5,5. Perhatikan table konversi hasil 5 dengan beban 5,5 adalah 17
Augendruck-Pressure, mmHg
Zeiger Ausschlag Scale reading Tonometerstiftewitch-Pluger load
5.5 gram 7,5 gram 10 gram 15 gram
0,0 41,5 59,5 81,5 127,5
0,5 37,8 54,2 75,1 117,9
1,0 34,5 49,8 69,3 109,3
1,5 31,6 45,8 64,0 101,4
2,0 29,0 42,1 59,1 94,3
2,5 26,6 38,8 54,7 88,0
3,0 24,4 35,8 50,6 81,8
3,5 22,4 33,0 46,9 76,2
4,0 20,6 30,4 43,4 71,0
4,5 18,9 28,0 40,2 66,2
5,0 17,3 25,8 37,2 61,8
5,5 15,9 23,8 34,4 57,6
6,0 14,6 21,9 31,8 53,6
6,5 13,4 20,1 29,4 49,9
7,0 12,2 18,5 27,2 46,5
7,5 11,2 17,0 25,1 43,2
8,0 10,2 15,6 23,1 40,2
8,5 9,4 14,3 21,3 38,1
9,0 8,5 13,1 19,6 34,6
9,5 7,8 12,0 18,0 32,0
10,0 7,1 10,9 16,5 29,6
10,5 6,5 10,0 15,1 27,4
11,0 5,9 9,0 13,8 25,3
11,5 5,3 8,3 12,6 23,3
12,0 4,9 7,5 11,5 21,4
12,5 4,4 6,8 10,5 19,7
13,0 4,0 6,2 9,5 18,1
13,5 5,6 8,6 16,5
14,0 5,0 7,8 15,1
14,5 4,5 7,1 13,7
15,0 4,0 6,4 12,6
15,5 5,8 11,4
16,0 5,2 10,4
16,5 4,7 9,4
17,0 4,2 8,5
17,5 7,7
18,0 6,9
18,5 6,2
19,0 5,6
19,5 4,9
20.0 4,5
Definisi :
Lampu cela terdiri atas mikroskop dan sebuah sumber cahaya khusus,
digunakan untuk memeriksa penyakit atau kelainan pada kelopak mata atau bola mata,
sehingga bisa didiagnosis dan diobati lebih baik. Berkat penyinaran yang baik, dan
pembesaran yang kuat maka daerah yang diperiksa dapat dilihat jelas (misalnya
kreatitis dendrite, benda asing dikornea, tumor iris).
Prosedur :
SOP GONIOSKOPI
Definisi :
Merupakan cara untuk melihat langsung sudut bilik mata depan dengan memakai
lensa dn cermin khusus. Pemeriksaan ini dikerjakan pada semua kasus dugaan
gloukoma, untuk mengetahui tahapan tumor yang menyerang iris dan untuk
memeriksa benda asing disudut bilik mata depan.
Prosedur :
Hasil pemeriksaan :
Pada umumnya (juga pada kasus glaucoma menahun) struktur bilik mata depan bisa
dilihat jelas pada sudut yang sangat sempit, tetapi tekanan intarokularnya normal,
penderita mempunyai resiko tinggi terjadinya glaucoma sudut tertutup bila pupil
melebar baik spontan maupun karena obat-obatan.
Definisi:
Uji yang digunakan untuk mengukur secara kasar kuantitas air mata di dalam kantong
konjungtiva.
Indikasi:
Persiapan pasien:
Prosedur:
– Dalam waktu 5 menit kertas filter akan terbasahi oleh air mata sepanjang 10 mm
– Jika hasil pemeriksaan yang dilakukan berulang-ulang kurang dari 10 mm, maka
jelas bahwa produksi air mata kurang dari semestinya.
Definisi:
Uji flouresens merupakan uji untuk mengetahui adanya kerusakan pada kornea mata.
Uji ini menggunakan strep flouresens yang ditempelkan pada permukaan mata/kornea.
Zat yang ada pada strep ini berubah warna jika dalam keadaan alkali. Kornea yang
mengalami kerusakan akan berubah warna menjadi hijau kekuningan karena kornea
bersifat basa.uji ini biasanya dilakukan pada penderita yang mengalami trauma mata
akibat zat kimia dan ulkus kornea.
Alat:
1. Flouresens strep.
2. Obat tetes anestesi (pantocaine 1%).
3. Aquades/cairan garam fisiologis.
4. Kapas basah dalam kom.
5. Spuit.
6. Lampu senter.
7. Handuk.
Persiapan klien:
Persiapan lingkungan:
1. Mengatur pencahayaan.
2. Menjaga privasi klien.
Prosedur:
Evaluasi:
– Jika tidak ada cacat epitel kornea, maka lapisan zat warna akan tersebar rata
melapisi kornea.
– Bila permukaan kornea cacat, daerah tersebut menyerap lebih banyak fluoresein
sehingga berwarna hijau tua.
– Di dalam status perlu dicatat dan dibuat sketsanya sehingga bisa dipakai sebagai
pembanding di kemudian hari untuk melihat kemajuan penyembuhannya.
SOP Persepsi Cahaya dan Persepsi Warna
Jika ada pemeriksaan fundus terhalangi oleh media yang keruh, uji fungsi retina secara
kasar dapat dilakukan dengan merangsang macula memakai cahaya atau hanya
dengan uji persepsi cahaya dan persepsi warna.
Definisi:
Prosedur yang dilakukan untuk melihat apakah makula berfungsi dengan baik atau
tidak.
– Senter
Persiapan pasien:
Prosedur:
– Menyiapkan pasien dengan meminta pasien untuk duduk dan memejamkan mata
– Memijat bola mata secara lembut dengan menggunakan ujung lampu senter yang
menyala
Evaluasi:
Jika makula berfungsi dengan baik, penderita akan melihat area sentral dikelilingi
pmbuluh-pembuluh darah retina. Sebaliknya jika fungsi makula kurang baik maka
area sentral akan berwarna gelap, bukan merah, dan tidak terlihat pembuluh darah
retina. Pengujin ini memiliki dua kelemahan yaitu sifatya sangat subjektif dan
beberapa penderita sulit memahami.
Definisi:
Tindakan yang dilakukan untuk menili apakah retin masih berfungsi atau tidak.
– Perban
Persiapan pasien:
Prosedur:
– Salah satu mata pasien ditutup dengan perban, kemudian ditutup lagi dengan
tangan pasiel sendiri agar betul-betul tidak ada cahaya yang masuk
– Menyuruh pasien untuk melihat lurus ke depan denga mata yang tidak ditutup
Evaluasi:
Jika semua pertanyaan dijawab dengan benar, bisa dipastikan retina berfungsi normal.
Definisi:
Tindakan yang dilakukan untuk mengukur kemampuan visual (visual potential). Jika
ada kekeruhan kornea, atau kekeruhan media refraksi lainnya, dan juga ada penyakit
makula atau penyakit saraf optic, maka kemampuan visualnya diragukan.
– Kartu Snellen
Persiapan pasien:
Prosedur:
1) Interferometri laser
Prosedur:
Definisi:
Bayangan terkecil yang masih bisa dilihat kemudian dikaitkan dengan pengukuran
ketajaman dengan Snellen untuk memastikan kemampuan tajam penglihatan mata ini.
Prosedur:
Evaluasi:
Walaupun kedua cara ini merupakan sarana yang bisa dipercaya untuk mengukur
tajam penglihatan, bisa saja terjadi kesalahan positif atau kesalahan negative
tergantung jenis penyakitnya. Jadi alat ini bisa membantu, tetapi tidak bisa dipercaya
sepenuhnya untuk menentukan kemmpuuan tajam penglihatan mata dengan
kekeruhan media refraksi.
Eksoftalmometri
Definisi:
Alat untuk mengukur derajat proyeksi anterior mata. Ini adalah suatu metode yang
cermat untuk mendiagnosis, lebih-lebih untuk mengikuti perkembangan eksoftalmus
pasien.
– Eksoftalmometer
– Cermin
Persiapan pasien:
Prosedur:
– Kedua bagian eksoftalmometer yang cekung ditempatkan pada tepi lateral orbita
dan kemudian skala dibaca dan dicatat
– Mata kanan pasien memfiksasi ke mata kiri pemeriksa. Kedudukan kornea secara
bersamaan dapat langsung dilihat dalam cermin dan dapat dibaca langsung pada skala
dalam millimeter. Selanjutnya mata kiri diperiksa dengan cara yang sama, mata kiri
pasien memfiksasi pada mata kanan pemeriksa.
Nilai penonjolan mata normal 12-20 mm. Biasanya sama untuk kedua mata dan
menyatakan jarak anterior kornea dengan tepi lateral orbita. Apabila didiagnosis
eksoftalmus (nilai pembacaan lebih dari 20 mm) harus dicari sebab-sebabnya misalnya
penyakit tiroid atau tumor orbita. Pemeriksaan eksoftalmometri berkala sangat
membantu pengamatan perjalanan penyakit.
PENGERTIAN Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan mata dan gangguan
pada mata.
TUJUAN 1. Melakukan pemeriksaan fisik mata
2. Melakukan pemeriksaan pupil
3. Melakukan pemeriksaan visus
4. Melakukan pemeriksaan lapang pandang
5. Melakukan pemeriksaan buta warna
No. TAHAP TINDAKAN 0 1 2 3 4
A. TAHAP PRA INTERAKSI
1. Memastikan program terapi pasien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat dan bahan
1. Snellen chart
2. Ishihara book
3. Senter
4. Kasa atau kapas
B. TAHAP ORIENTASI
1. Memberikan salam dan menyapa nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanan
4. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
C. TAHAP KERJA
1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan alat (alat alat didekatkan )
3. Memasang sampiran/menjaga privacy
4. Berikan posisi yang nyaman pada klien, idealnya posisi duduk
5. Posisikan klien dengan cahaya yang cukup
6. Pemeriksaan fisik mata :
Duduk berhadapan dengan pasien
Kaji kesimetrisan mata
Kaji keadaan sekitar orbita
Kaji alis mata, bulu mata
Kaji apakah kelopak mata dapat menutup dan mebuka dengan sempurna
/ tidak,
Kaji konjungtiva palpebra (Ikterus? Anemis? Pethecie? White centered
spot? Obstruksi? Inflamasi)
Kaji kondisi lensa mata (jernih / tidak)
Palpasi palpebra dengan menyuruh pasien untuk menutup mata
kemudian palpasi are palpebra (adakah nyeri tekan? Benjolan? Udema?)
7. Pemeriksaan gerakan otot-otot mata :
Pasien dan pemeriksa berhadapan
Beritahu pasien untuk memfokuskan pada satu titik (catat jika ada
gerakan spontan)
Gerakkan jari tangan anda ke 8 arah mata angin
Beritahu pasien untuk mengikuti gerakan jari tangan
8. Pemeriksaan pupil :
Pasien dan pemeriksa berhadapan
Menggunakan senter, nilai refleks cahaya pada pupil (catat reaksi pupil
kanan dan kiri)
9. Pemeriksaan visus :
Pasien dan pemeriksa berhadapan
Pasien duduk pada jarak 6 meter dari snellen chart, kemudia mata yang
satu ditutup
Pasien dipersilahkan membaca huruf yang terdapat pada snellen chart,
dari yang paling besar sampai pada huruf yang dapat terlihat oleh mata
normal
Jika pasien buta huruf, maka pemeriksaan visus menggunakan jari.
Pasien diminta untuk menghitung jari pemeriksa pada jarak 1m, 2m,
sampai 6m
Jika pasien tidak dapat menghitung, maka gunakan lambaian tangan
10. Pemeriksaan lapang pandang :
Pemeriksa dan pasien saling berhadapan
Satu mata pasien memandang lurus ke depan (ke arah mata pemeriksa)
Mata yang lain ditutup
Bila yang akan diperiksa mata kanan, maka mata kanan pemeriksa juga
dipejamkan
Salah satu jari tangan pemeriksa direntangkan dan digerakkan dari
depan ke belakang. Pasien diminta untuk menunjuk ke arah tangan yang
bergerak
11. Pemeriksaan buta warna :
Dengan menggunakan ishihara book , lakukan tes buta warna dengan
cara meminta pasien untuk melihat dan menyebutkan angka yang
tampak pada setiap halaman buku. Hasil bacaan pasien dikonfirmasikan
dengan jawaban yang tersedia untuk menentukan diagnosis.
D. TAHAP TERMINASI
1. Rapikan pasien dan bereskan peralatan
2. Cuci tangan
3. Observasi keadaan pasien
4. Catat tindakan yang dilakukan dan hasilnya
TOTAL : Jombang, ...../ ...../ ...
Etiologi:
Gangguan lapang pandangan sering diakibatkan kerusakan fungsi pada kiasma optic. Pada
kiasma terjadi persilangan serabut saraf optic bagian nasal. Kelianan pada daerah ini dapat
disebabkan tekanan tumor intraselar ataupun supraselar. Kraniofaringoma dapat merupakan
penyebab utama penekanan kiasma.
Visus adalah sebuah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbol-
simbol berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah distandardisasi
serta ukuran dari simbol yang bervariasi. Ini adalah pengukuran fungsi visual yang tersering
digunakan dalam klinik. Istilah “visus 20/20” adalah suatu bilangan yang menyatakan jarak
dalam satuan kaki yang mana seseorang dapat membedakan sepasang benda. Satuan lain
dalam meter dinyatakan sebagai visus 6/6. Dua puluh kaki dianggap sebagai tak terhingga
dalam perspektif optikal (perbedaan dalam kekuatan optis yang dibutuhkan untuk
memfokuskan jarak 20 kaki terhadap tak terhingga hanya 0.164 dioptri). Untuk alasan
tersebut, visus 20/20 dapat dianggap sebagai performa nominal untuk jarak penglihatan
manusia, visus 20/40 dapat dianggap separuh dari tajam penglihatan jauh dan visus 20/10
adalah tajam penglihatan dua kali normal.
Visus terbagi menjadi dua yaitu visus sentralis dan visus perifer. Visus sentralis dibagi dua
yaitu visus sentralis jauh dan visus sentralis dekat. Visus sentralis jauh merupakan ketajaman
penglihatan untuk melihat benda benda yang letaknya jauh. Pada keadaan ini mata tidak
melakukan akomodasi. Visus sentralis dekat yang merupakan ketajaman penglihatan untuk
melihat benda benda dekat misalnya membaca, menulis dan lain lain. Pada keadaan ini mata
harus akomodasi supaya bayangan benda tepat jatuh di retina.
Visus perifer menggambarkan luasnya medan penglihatan dan diperiksa dengan perimeter.
Fungsi dari visus perifer adalah untuk mengenal tempat suatu benda terhadap sekitarnya dan
pertahanan tubuh dengan reaksi menghindar jika ada bahaya dari samping. Dalam klinis visus
sentralis jauh tersebut diukur dengan menggunakan grafik huruf snellen yang dilihat pada
jarak 20 kaki atau sekitar 6 meter. Jika hasil pemeriksaan tersebut visusnya 20/20 maka tajam
penglihatannya dikatakan normal dan jika visus <20/20 maka tajam penglihatanya dikatakan
kurang.
Ketajaman penglihatan/visual (atau sering disebut dengan visus) adalah kemampuan sistem
visual untuk membedakan lingkungan yang dapat diukur dengan rangsangan visual yang
dicetak maupun yang diproyeksikan. Ketajaman penglihatan yang sangat baik memberi input
kepada pemeriksa bahwa mata yang diperiksa mempunyai media yang bersih, gambar
terfokus pada retina, jalur visual aferen berfungsi, dan korteks visual mentafsirkan sinyal
yang diterima dengan baik. Pengukuran ketajaman visual adalah tes yang paling sensitif dari
integritas sistem visual dan memenuhi semua kriteria standar dari tes skrining yang baik.
Tujuan dari pengujian ketajaman penglihatan adalah untuk menentukan ketajaman visual
terbaik dari setiap mata. Untuk itu dapat digunakan grafik Snellen standar yang dicetak
(digunakan dengan jarak 20 kaki atau 6m). Pemeriksaan dilakukan pada satu mata pada satu
waktu dan mata yang satunya lagi ditutup. Jika pasien menggunakan kaca mata jauh, kaca
mata tersebut harus dipakai selama pengujian.
Pada pemeriksaan, jangan membuang waktu dengan meminta pasien membaca setiap huruf.
Cara yang mudah dan lebih cepat adalah dengan menginstruksikan pasien untuk membaca
baris terkecil yang dapat dilihatnya. Seringkali, pasien akan membaca pada baris 20/20.
Pada paragraf di atas, dokudok.com menggunakan istilah 20/20 yang sama artinya dengan 6/6
yang sering digunakan di Indonesia; 20/20 menggunakan satuan kaki sedang 6/6
menggunakan meter; Jika pembaca ingin menggunakan satuan meter, dapat mengkalikan
bilangan 20 dengan 30 dan membaginya 100 (1 kaki sama dengan 30cm )
1. Grafik Snellen.
2. Grafik Snellen E atau C atau dengan ilustrasi untuk pasien yang tidak dapat membaca atau
berbicara.
3. Penutup mata (tidak terlalu penting).
4. Penutup lubang jarum (jika ada).
5. Senter.
6. Dokumentasi pasien.
Prosedur Pemeriksaan Visus
1. Pastikan ruangan cukup terang atau dapat menggunakan penerangan lampu pada grafik.
2. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.
3. Cuci dan keringkan penutup mata. Jika tidak ada, minta pasien untuk mencuci tangan.
4. Posisikan pasien, boleh dalam keadaan duduk atau berdiri, pada jarak 6 meter dari grafik
5. Pengujian dilakukan pada setiap mata secara terpisah – mata ‘buruk’ yang pertama diperiksa.
6. Minta pasien untuk memakai kacamatanya (jika pasien punya), tutup mata yang tidak
diperiksa (baik menggunakan penutup mata atau meminta pasien menutupnya dengan
menggunakan tangannya), dan mulai membaca grafik Snellen.
7. Baris terkecil yang bisa dibaca oleh pasien akan dinyatakan sebagai fraksi (bilangan per),
misalnya 6/18 atau 6/24. Angka di atas per merujuk pada jarak grafik dari pasien (6 meter)
dan angka yang di bawah per adalah jarak dalam meter di mana seseorang tanpa penurunan
visus harus dapat melihat grafik dengan baik.
8. Dalam dokumentasi pasien, catat visus untuk setiap mata. Catat juga apakah pemeriksaan
dilakukan dengan atau tanpa koreksi (kacamata), misalnya:
Visus kanan = 6/18 (dengan koreksi) Visus kiri = 6/24 (dengan koreksi)
9. Jika pasien tidak dapat membaca huruf terbesar (paling atas) pada jarak 6 meter, majukan
pasien lebih dekat, satu meter pada satu waktu, sampai huruf paling atas dapat dilihat –
Visus kemudian akan dicatat dengan angka 5/60 atau 4/60, dan lain-lain.
10. Jika huruf paling atas tidak dapat dibaca pada jarak 1 meter (1/60), gunakan jari Anda pada
berbagai jarak kurang dari 1 meter dan minta apakah pasien dapat menghitungnya. Ini
dicatat sebagai penghitungan jari (CF). Catat sebagai: Visus = Penghitungan jari.
11. Jika pasien tidak bisa menghitung jari, lambaikan tangan Anda dan minta apakah pasien
dapat melihatnya. Ini dicatat sebagai gerakan tangan. Catat sebagai: Visus = Lambaian
tangan.
12. Jika pasien tidak bisa melihat gerakan tangan, beri sinar senter ke arah matanya dari arah
empat kuadran. Dokumentasikan pada kuadran yang relevan, dapat menggunakan kode
seperti Persepsi Cahaya (PC atau √), atau Persepsi Cahaya Negatif (PCN atau X). Catat seperti
contoh pada gambar di bawah ini:
Jika 6/6 (penglihatan normal) tidak tercapai, uji satu mata pada satu waktu dengan penutup
mata lubang jarum (pinhole) ditambah kacamata saat ini dan ulangi prosedur di atas pada
jarak 6 meter saja. Penggunaan lubang jarum ini memungkinkan penilaian penglihatan sentral.
Jika penglihatan membaik, itu menunjukan gangguan disebabkan kesalahan refraksi, yang
diperbaiki dengan kacamata atau resep baru.
Penutup mata lubang jarum digunakan bertujuan untuk meminimalisir kesalahan refraksi dari
cahaya yang mengakibatkan gangguan penglihatan, dan hanya memperbolehkan cahaya pada
sentral saja yang masuk; Cahaya ini tidak direfraksikan dan akan mencapai makula
Jika menggunakan Grafik E atau C
Arahkan pasien untuk melihat ke setiap huruf pada setiap baris dan meminta pasien untuk
menunjukan arah yang terbuka dari setiap huruf. Selanjutnya ikuti prosedur dan metode
pencatatan yang sama seperti di atas.
Biologi
Ketajaman penglihatan dapat dianggap sebagai “tanda vital” dari fungsi mata. Seperti yang
dinyatakan sebelumnya, ketika ketajaman visual ditemukan menjadi 6/6 (20/20 jika dalam
kaki), maka informasi yang diperoleh:
Pemeriksaan ini secara bersama-sama dengan konfrontasi uji lapangan pandang dan fungsi
pupil, dapat menjawab keluhan pasien dalam hal penurunan ketajaman penglihatan.
Fungsional
Ketajaman penglihatan yang lebih buruk daripada 6/12 terkait dengan kesulitan dalam
melihat huruf-huruf kecil. Di negara dengan penegakan hukum yang ketat, hasil tersebut
berhubungan dengan boleh tidaknya seseorang mendapat SIM. Diperlukan ketajaman
penglihatan dari 6/12 ke 6/24 atau lebih baik setidaknya pada satu mata untuk boleh
mengendarai sebuah mobil. Ketajaman penglihatan dari 6/60 atau lebih buruk pada mata
yang lebih baik (better seeing eye) merupakan parameter yang sering digunakan dalam
menentukan kebutaan secara hukum.
Hukum
Dalam memeriksa tiap pasien dengan keluhan pada mata, terutama dalam keadaan darurat,
pengujian dan pencatatan ketajaman penglihatan sebelum pemeriksaan mata ataupun
pengobatan sangat penting untuk dilakukan. Hal ini berguna untuk mencegah salah paham di
masa depan tentang waktu dan penyebab kehilangan penglihatan.
1. Tonometri schiotz
2. Analgesic tetes mata
3. Kapas bersih dalam kom
Persiapan klien :
Persiapan lingkungan
Persiapkan sketsel dan atur pencahayaan
Prosedur :
Contoh pembacaan:
Bila hasil pengukuran tertera pada angka 5 denagn beban yang digunakan 5,5 gram, ini
berarti TIO adalah 5/5,5. Perhatikan table konversi hasil 5 dengan beban 5,5 adalah 17
Tonometri
Tonometri adalah tehnik untuk mengukur tekanan intra okuler tekanan intra
okuler. Tonometri Schiozt memakai instrument metal yang dipegang tangan
(tonometer) yang diletakan pada permukaan kornea yang dianestesi. Hasilnya
bervariasi namun cukup baik untuk mengestimasi tekanan intra okuler. Alat
pengukur tekanan lain, tonometer aplanasi dari Goldman, dihubungkan dengan
lampu slit untuk megukur tekanan intra okuler. Dianggap sebagai bentuk alat
ukur tekanan intra okuler yang paling akurat.