Anda di halaman 1dari 45

Anatomi fisiologi mata manusia

Anatomi fisiologi mata terdiri dari organ luar dan organ dalam. Organ luar mencakup Bulu
mata, Alis mata, dan Kelopak mata atau palpebra. Sementara bagian organ dalam mencakup
Konjungtiva, kornea, sklera, pupil, iris, lensa mata, retina atau selaput jala dan saraf optik.

Organ Luar Mata

 Bulu mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata. Berfungsi untuk
menyaring cahaya yang masuk ke mata, melindungi mata dari debu dan benda asing yang
beterbangan di udara.
 Alis mata merupakan rambut tipis yang tumbuh di atas kelopak mata. Berfungsi untuk
menghambat keringat yang mengalir ke arah mata.
 Kelopak mata merupakan lapisan kulit terluar yang tipis, dan sering membuka dan menutup
(berkedip-kedip). Fungsinya adalah melindungi lapisan mata bagian dalam dari benda asing
atau cahaya yang berlebihan. kelopak mata ini dapat bergerak refleks menutup ketika ada
benda asing yang hendak memasuki area mata atau ketika terkena cahaya yang menyilaukan.

Organ Dalam Mata

Organ bagian dalam mata merupakan organ yang bekerja secara sistematik dan terstruktur
mengatur cahaya yang datang dari sumbernya hingga sampai ke retina dan diteruskan ke otak
menjadi sebuah objek visual. Organ-organ tersebut diantaranya adalah:

1. Konjungtiva

Konjungtiva merupakan jaringan tipis yang membungkus sklera dan kornea. Dalam
konjungtiva terdapat banyak pembuluh darah dan serat saraf. Juga terdapat kelenjar
musin yang menjaga bola mata agar tetap basah khusunya pada kornea. Bagian ini
pula yang biasa menyerap obat-obatan untuk mata. Selaput konjungtiva menahan
masuknya benda asing seperti bulu mata, debu dan lainnya. sehingga tidak masuk ke
bagian yang lebih dalam. Benda-benda asing yang masuk dan tertahan di konjungtiva,
akan dibawa ke sudut kelopak mata. Karena itulah Konjungtiva sering kali terkena
iritasi dan peradangan atau disebut juga konjungtivitis.

2. Kornea

Kornea merupakan lapisan tipis transparan terluar dari bola mata persis dibalik
kelopak mata yang berbentuk seperti kubah dan membungkus iris, pupil dan bilik
anterior. Berfungsi menerima cahaya yang masuk dan memfokuskannya ke pupil.

3. Sklera
Sklera merupakan lapisan dinding mata yang berwarna putih mempunyai ketebalan rata-
rata 1 milimeter namun di bagian irensi otot tebalnya menjadi 3 mili meter dengan struktur
lapisan jaringan yang lebih kuat. Berfungsi melindungi organ-organ dalam mata yang sensitif
dan vital.
4. Pupil dan Iris

Pupil merupakan bagian pusat mata yang berwarna hitam. Bagian ini bisa mengecil
dan membesar. Sedangkan iris merupakan jaringan halus yang berwarna di sekitar
pupil berbentuk diafragma. Posisinya berada setelah kornea dan sebelum lensa.
Fungsinya adalah mengatur jumlah cahaya yang masuk ke bagian yang lebih dalam
yaitu lensa. Saat berada di daerah yang gelap atau minim cahaya iris akan menekan
pupil sehinga cahaya yang masuk lebih banyak dan kita bisa berjalan di kegelapan
sedangkan ketika berada di daerah yang terang benderang maka irish akan menyempit
dan pupil melebar sehingga cahaya yang masuk jadi lebih sedikit. Jadi membesar dan
menyempitnya pupil dipengaruhi oleh kerja dari iris.

5. Lensa Mata

Lensa merupakan struktur cembung yang bening tak berwarna. Berada di belakang
iris dan di depan retina,lensa di gantung oleh zonula sebagi penghubung dengan
korpus siliare. Lensa di apit oleh aliran dua cairan humor aqueus dan humor vitreus.
Fungsinya adalah mengatur fokus cahaya agar jatuh tepat pada bintik kuning retina.
Lensa akan menipis saat melihat objek yang jauh dan menebal saat melihat objek
yang dekat.

6. Retina (selaput jala)

Retina merupakan lapisan yang paling sensitif terhadap cahaya, khususnya pada
bagian yang disebut sebagai bintik kuning atau Fovea. Terletak di bagian belakang
bola mata. Fungsinya mentransfer pesan visual dari lensa ke otak melalui saraf optik.
Retina memiliki banyak ujung serat saraf optik. Gambaran cahaya atau pesan visual
yang di terima oleh retina kemudian diubah menjadi gelombang listrik yang di
salurkan lewat serat saraf optik ke otak.

7. Saraf Optik

Saraf Optik merupakan kumpulan saraf yang terletak di bagian retina, sebagai
pengahantar pesan visual dalam bentuk gelombang listrik ke otak.

8. Humor Aqueus

Humor aqueus merupakan aliran cairan jernih yang diproduksi oleh korpus siliare
sebagai zat pembawa suplemen makanan untuk kornea dan lensa yang tidak memiliki
pembuluh darah. Kemudian mengangkut zat buangan dari hasil metabolisme kedua
organ tersebut. Cairan ini juga bergerak mengisi bagian anterior dan posterior mata,
sehingga tekanan bola mata tetap terjaga.

9. Humor Vitreus

Humor vitreus merupakan cairan berbentuk gel yang mengisi segmen antara lensa dan
retina. Cairan ini yang mengisi 2/3 dari volume mata.

mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata menyesuaikan
jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta
menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak
di sini akan di bahas struktur dan fungsi mata. mata kita terdiri dari bermacam-macam
struktur sekaligus dengan fungsinya. struktur dari mata itu sendiri atau bisa di sebut dengan
anatomi mata meliputi Sklera, Konjungtiva, Kornea, pupil, iris, lensa, retina, saraf optikus,
Humor aqueus, serta Humor vitreus yang masing-masingnya memiliki fungsi atau kerjanya
sendiri. aku bahas satu-satu aja kali yah mengenai struktur dan fungsi mata, dimana masing-
masing dari struktur mata mempunyai Fisiologi mata itu sendiri. Berikut Struktur mata
beserta fisiologisnya:

Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan relatif
kuat.Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar
sklera.Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris,
pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.Pupil : daerah hitam di tengah-
tengah iris.Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea
dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara
merubah ukuran pupil.Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor
aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.Retina : lapisan
jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata; berfungsi mengirimkan
pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang
membawa pesan visuil dari retina ke otak.Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang
mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber
makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.Humor vitreus : gel
transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior
mata).

Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Iris mengatur jumlah cahaya yang
masuk dengan cara membuka dan menutup, seperti halnya celah pada lensa kamera. Jika
lingkungan di sekitar gelap, maka cahaya yang masuk akan lebih banyak; jika lingkungan di
sekitar terang, maka cahaya yang masuk menjadi lebih sedikit. Ukuran pupil dikontrol oleh
otot sfingter pupil, yang membuka dan menutup iris.

Lensa terdapat di belakang iris. Dengan merubah bentuknya, lensa memfokuskan cahaya ke
retina. Jika mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot silier akan berkontraksi,
sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Jika mata memfokuskan pada objek yang
jauh, maka otot silier akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Sejalan
dengan pertambahan usia, lensa menjadi kurang lentur, kemampuannya untuk menebal
menjadi berkurang sehingga kemampuannya untuk memfokuskan objek yang dekat juga
berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia.

Retina mengandung saraf-saraf cahaya dan pembuluh darah. Bagian retina yang paling
sensitif adalah makula, yang memiliki ratusan ujung saraf. Banyaknya ujung saraf ini
menyebabkan gambaran visuil yang tajam. Retina mengubah gambaran tersebut menjadi
gelombang listrik yang oleh saraf optikus dibawa ke otak.

Saraf optikus menghubungkan retina dengan cara membelah jalurnya. Sebagian serat saraf
menyilang ke sisi yang berlawanan pada kiasma optikus (suatu daerah yang berada tepat di
bawah otak bagian depan). Kemudian sebelum sampai ke otak bagian belakang, berkas saraf
tersebut akan bergabung kembali.

Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:


Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor aqueus yang merupakan
sumber energi bagi struktur mata di dalamnya. Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2
bagian (bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris, dan bilik posterior : mulai dari iris
sampai lensa). Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior, lalu
melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui saluran yang
terletak ujung iris.

Segmen posterior : mulai dari tepi


lensa bagian belakang sampai ke retina, berisi humor vitreus yang membantu menjaga bentuk
bola mata.

mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja sama
menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu. Tulang orbita yang
melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya, yaitu :

Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otakSaraf
lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mataSaraf lainnya
menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot pada tulang orbita.

Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan,
sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah
ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.

Struktur Pelindung Mata

Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak secara bebas ke segala
arah. Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri, virus, jamur dan
bahan-bahan berbahaya lainnya, tetapi juga memungkinkan mata tetap terbuka sehingga
cahaya masih bisa masuk. adapun struktur pelindung mata,meliputi:

Orbita

Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf, pembuluh darah,
lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata.

Kelopak Mata

Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak mata secara
refleks segera menutup untuk melindungi mata dari benda asing, angin, debu dan cahaya
yang sangat terang. Ketika berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan cairan ke seluruh
permukaan mata dan ketika tertutup, kelopak mata mempertahankan kelembaban permukaan
mata. Tanpa kelembaban tersebut, kornea bisa menjadi kering, terluka dan tidak tembus
cahaya. Bagian dalam kelopak mata adalah selaput tipis (konjungtiva) yang juga
membungkus permukaan mata.

Bulu mata

Bulu Mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata dan berfungsi
membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier (penghalang). Kelenjar kecil di
ujung kelopak mata menghasilkan bahan berminyak yang mencegah penguapan air mata.
Kelenjar lakrimalis

Kelenjar Lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan menghasilkan
air mata yang encer. Air mata mengalir dari mata ke dalam hidung melalui 2 duktus
lakrimalis; setiap duktus memiliki lubang di ujung kelopak mata atas dan bawah, di dekat
hidung. Air mata berfungsi menjaga kelembaban dan kesehatan mata, juga menjerat dan
membuang partikel-partikel kecil yang masuk ke mata. Selain itu, air mata kaya akan
antibodi yang membantu mencegah terjadinya infeksi.

Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang paling
sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap.
Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian visual.

Organ luar
 Bulu mata berfungsi menyaring cahaya yang akan diterima.
 Alis mata berfungsi menahan keringat agar tidak masuk ke bola mata.
 Kelopak mata ( Palebra) berfungsi untuk menutupi dan melindungi mata.
Organ dalam
Bagian-bagian pada organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya dari sumbernya menuju
ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf manusia. Bagian-bagian tersebut adalah:

 Kornea

Merupakan bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya dari sumber cahaya.

 Sklera

Merupakan bagian dinding mata yang berwarna putih. Tebalnya rata- rata 1 milimeter
tetapi pada irensi otot, menebal menjadi 3 milimeter.

 Pupil dan iris

Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan kuantitas cahaya
yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi
ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang. Lebar pupil
dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya.Iris berfungsi sebagai diafragma. Iris inilah
terlihat sebagai bagian yang berwarna pada mata.

 Lensa mata

Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi lensa
mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning
retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata akan
menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya datang dari dekat), lensa
mata akan menebal.

 Retina atau Selaput Jala

Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya, khususnya bagian retina
yang disebut bintik kuning. Setelah retina, cahaya diteruskan ke saraf optik.
 Saraf optik

Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju ke otak.
Palpebra
o Palpebra melindungi mata dari cedera dan cahaya yang berlebihan.
o Tdd : Palpebra superior dan inferior
o Permukaan suferficial ditutupi oleh kulit dan permukaan dalam diliputi oleh
membran mukosa à conjunctiva.
o Conjunctiva membentuk ruang potensial yaitu saccus conjunctivalis.
o sudut lateral fissura palpebra lebih tajam dari medial.
o Sudut medial dan bola mata dipisahkan oleh rongga sempit (lacus lacrimalis)
dan terdapat tonjolan kecil ( caruncula lacrimalis)

LAPISAN BOLA MATA


Mata tertanam pada adiposum orbitae, terdapat 3 lapisan :

Tunika fibrosa :

 Bagian posterior yang opak


 Sclera
 Bagian anterior yang transparan
 Cornea

Tunika Vasculosa Pigmentosa :

 Choroidea
 Corpus Cilliary
 Iris dan pupil
 Tunika Nervosa : Retina

Ada 2 sistem vaskularisasi bola mata :

1. Sistem arteri siliar, terdiri dari :

 Arteri siliaris anterior (9)


 Arteri siliaris posterior brevis (7)
 Arteri siliaris longus (4)

1. Sistem arteri Sentralis

 Retina (12)

Persarafan
Saraf yang bertangung jawab terhadap mata manusia adalah saraf optikus (Nervus II). Bagian mata
yang mengandung saraf optikus adalah retina. Saraf optikus adalah kumpulan jutaan serat saraf yang
membawa pesan visual dari retina ke otak.
Sedangkan saraf yang menggerakkan otot bola mata adalah saraf okulomotoris (Nervus III),
saraf ini bertanggungjawab terhadap pergerakan bola mata, membuka kelopak mata, dan
mengatur konstraksi pupil mata.

Sedangkan saraf yang menggerakkan otot bola mata adalah saraf okulomotoris (Nervus III),
saraf ini bertanggungjawab terhadap pergerakan bola mata, membuka kelopak mata, dan
mengatur konstraksi pupil mata.
Saraf lainnya yang mempengaruhi fungsi mata adalah saraf lakrimalis yang merangsang
dalam pembentukan air mata oleh kelenjar air mata. Kelenjar Lakrimalis terletak di puncak
tepi luar dari mata kiri dan kanan dan menghasilkan air mata yang encer.

Sistem cairan mata – Intraokular


Mata diisi dengan cairan intraokuolar, yang mempertahankan tekanan yang cukup pada bola
mata untuk menjaga distensinya. Cairan ini dibagi dua : Humor aqueous (anterior lensa),
Humor vitreus (posterior lensa & retina).

Humor aqueous berperan sebagai pembawa zat makanan dan oksigen untuk organ di dalam
mata yang tidak berpembuluh darah yaitu lensa dan kornea, disamping itu juga berguna untuk
mengangkut zat buangan hasil metabolisme pada kedua organ tersebut. Adanya cairan
tersebut akan mempertahankan bentuk mata dan menimbulkan tekanan dalam bola
mata/tekanan intra okuler.

Sirkulasi Aqueous Humor

Buta warna adalah berkurangnya kualitas penglihatan terhadap warna yang umumnya
diturunkan kepada anak dari orang tua sejak dilahirkan. Penderita buta warna cenderung
mengalami kesulitan saat melihat warna merah, hijau, biru, atau campuran warna-warna ini.

Kasus buta warna total sangat jarang ditemukan dan kebanyakan penderita buta warna bisa
beradaptasi dengan kondisi ini sehingga tidak selalu dianggap sebagai kondisi yang serius.
Beberapa kasus penyakit buta warna juga dapat dialami pada fase hidup dewasa.

Gejala Buta Warna

Penderita buta warna mungkin hanya bisa melihat beberapa gradasi warna, sementara
sebagian besar orang yang normal dapat melihat ratusan warna. Gejala lainnya, sebagian
penderita buta warna tidak dapat membedakan antara warna merah dan hijau, namun bisa
melihat warna biru dan kuning dengan mudah. Sebagian orang bahkan tidak menyadari
bahwa mereka mengalami buta warna sebelum menjalani tes penglihatan warna.

Tipe-tipe Buta Warna

Sebagian besar penderita buta warna akan sulit membedakan gradasi warna merah, kuning,
dan hijau seperti warna oranye dan cokelat. Tipe ini disebut dengan buta warna merah-hijau.
Tipe ini juga menjadikan penderita sulit membedakan antara warna merah dengan warna
hitam dan berbagai gradasi warna ungu. Pria memiliki kecenderungan mengalami buta warna
tipe ini lebih besar dibandingkan dengan wanita. Tipe buta warna yang paling jarang terjadi
adalah buta warna tipe biru-kuning di mana penderita tidak bisa membedakan warna biru,
hijau, dan kuning.

Seorang penderita buta warna dari berbagai jenis kondisi di atas dapat melihat warna-warna
tersebut lebih kusam dibandingkan orang-orang yang memiliki penglihatan normal.
Penyebab Buta Warna

Proses melihat warna melintasi spektrum cahaya diawali dengan kemampuan alamiah mata
dalam membedakan warna-warna dasar, seperti warna merah, biru, dan hijau. Namun, mata
seorang penderita buta warna tidak dapat melihat atau membedakan warna sebagaimana mata
normal. Hal ini terjadi karena ada gangguan pigmen pada reseptor penglihatan warna (sel
kerucut di mata). Ketika salah satu pigmen hilang, maka mata akan memiliki masalah dalam
melihat warna tertentu.

Dalam banyak kasus, buta warna disebabkan oleh faktor genetik orang tua, namun bisa saja
terjadi akibat efek samping dari sebuah pengobatan atau gangguan kesehatan yang telah ada
sebelumnya.

Ada beberapa penyebab seseorang mengalami buta warna, di antaranya:

 Faktor genetik. Kebanyakan penderita buta warna yang mengalaminya sejak lahir
disebabkan oleh faktor genetik yang berikatan dengan kromosom X. Seorang ayah penderita
buta warna tidak akan memiliki anak yang menderita buta warna kecuali pasangannya
memiliki gen buta warna. Hal ini mungkin karena wanita lebih berperan dalam menjadi
pembawa gen (carrier) yang akan mewarisi buta warna kepada anak. Penderita buta warna
akibat faktor genetik juga jauh lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita, walau
terkadang kondisi ini dapat melewati satu generasi. Anak perempuan dipastikan mengidap
buta warna jika kedua orang tua adalah pembawa gen buta warna.
 Penyakit. Terdapat sejumlah penyakit yang bisa menyebabkan buta warna, seperti penyakit
Parkinson, penyakit Alzheimer, glaukoma, kanker darah (leukemia), diabetes, pecandu
minuman beralkohol kronis, degenerasi makula, dan anemia sel sabit.
 Usia. Kemampuan seseorang untuk membedakan warna perlahan-lahan akan berkurang
seiring pertambahan usia. Ini adalah hal yang alami dalam proses penuaan dan tidak perlu
dicemaskan secara berlebihan.
 Bahan kimia. Seseorang bisa mengalami buta warna jika terpapar bahan kimia beracun,
misalnya di tempat kerja, seperti karbon disulfida dan pupuk.
 Efek samping pengobatan tertentu. Beberapa pengobatan berpotensi menyebabkan buta
warna, seperti digoxin, phenytoin, klorokuin, dan sildenafil. Jika gangguan disebabkan oleh
pengobatan, biasanya pandangan akan kembali normal setelah berhenti mengonsumsi obat.

Diagnosis dan Perawatan Buta Warna

Kebanyakan kasus buta warna diakibatkan oleh faktor genetik, namun bisa juga berkembang
setelah dilahirkan. Ada beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis buta warna, di
antaranya:

 Tes Ishihara. Tes ini yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis buta warna, namun
hanya bisa mendiagnosis kondisi buta warna merah-hijau. Penderita akan diminta untuk
mengenali angka yang samar-samar tertera di dalam sebuah gambar yang terbentuk dari
titik-titik berwarna.
 Tes penyusunan. Tes ini dilakukan dengan cara menyusun objek berwarna dalam susunan
gradasi warna yang berbeda-beda, lalu pasien akan diminta untuk menyusun benda
berwarna tersebut sesuai dengan gradasi warna yang dilihatnya.
Pentingnya Mengenali Buta Warna Sejak Awal

Penting bagi orang tua untuk dapat mengenali karakteristik dan gejala-gejala buta warna
sejak awal karena kondisi ini dapat berdampak kepada kemampuan belajar anak. Anak-anak
yang mengalami buta warna akan merasa kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari di
rumah maupun di lingkungan luar rumah, termasuk di sekolah jika guru tidak mengetahui
masalah ini juga. Beberapa contoh aktivitas penting lain yang bisa terganggu, yaitu:

 Kesulitan membedakan rambu lalu lintas.


 Membedakan obat yang tidak dilabeli dengan baik.
 Membedakan daging matang dan mentah.
 Memengaruhi pilihan pekerjaan yang memerlukan pengenalan warna secara akurat, seperti
masinis, pemandu lalu-lintas udara, pilot, dan ahli listrik.

Walau sampai saat ini belum ada obat atau metode untuk mengobati buta warna, namun
banyak penderita buta warna yang mampu belajar untuk beradaptasi dan menemukan cara
dalam mengatasi masalah pembedaan warna. Di samping itu, teknologi medis juga telah
menciptakan alat bantu bagi penderita buta warna, seperti lensa mata khusus dan
disediakannya setelan tertentu pada perangkat elektronik, perlengkapan rumah tangga, atau
komputer demi memudahkan hambatan yang ditemui oleh pengidap kondisi ini. Orang-orang
di sekitar pengidap buta warna pun dapat turut membantu, misalnya dengan menyiapkan alat
belajar yang sesuai atau memeriksa makanan sebelum dikonsumsi pengidap.

Gejala buta warna masih dapat dikurangi dengan mengobati kondisi-kondisi yang
mendasarinya atau jika buta warna yang diderita diakibatkan oleh pengobatan tertentu atau
gangguan kesehatan yang telah ada sebelumnya.

Terakhir diperbarui: 20 September 2018

Ditinjau oleh: dr. Marianti

Apa itu buta warna? Buta warna adalah suatu keadaan di mana mata seseorang tidak mampu
untuk menangkap warna tertentu. Seseorang yang memiliki buta warna akan kesulitan
melihat warna merah, hijau, biru atau campuran warna-warna. Sangat jarang bahwa seorang
penderita penyakit ini tidak melihat warna sama sekali.

Masalah buta warna dapat mengubah hidup seseorang, misalnya mungkin membuat
seseorang lebih sulit untuk belajar dan membaca, dan mungkin tidak dapat menjangkau karir
atau lapangan perkerjaan tertentu. Tapi anak-anak dan orang dewasa penderita buta warna
dapat belajar untuk menyesuaikan masalah dalam melihat warna.

Penyebab Buta Warna


Sebagian besar masalah penglihatan warna diwariskan dari gen orangtua dan mulai terjadi
pada saat lahir. Manusia memiliki tiga jenis sel kerucut di mata, sel kerucut merah, hijau, atau
biru. Kita dapat melihat warna ketika sel-sel kerucut mendapatkan sensasi untuk menangkap
cahaya dalam jumlah yang berbeda dari tiga warna dasar ini. Konsentrasi tertinggi sel kerucut
ditemukan di makula, yang merupakan bagian tengah retina.
Buta warna terjadi ketika seseorang tidak memiliki salah satu jenis sel kerucut atau salah satu
sel kerucut tidak bekerja dengan baik. Efeknya adalah seseorang tidak dapat melihat salah
satu dari tiga warna dasar, atau mungkin melihat warna yang berbeda dari warna yang
sebenarnya.

Jenis warna yang tidak dapat dilihat oleh seseorang yang menderita penyakit ini tidak akan
berubah dari waktu ke waktu. Jika dari awal tidak mampu melihat warna hijau, maka
selamanya memang orang tersebut akan kesulitan melihat warna hijau.

Masalah penglihatan warna atau buta warna tidak selalu diwariskan. Dalam beberapa kasus,
seseorang dapat memiliki masalah buta warna karena didapatkan tiba-tiba dalam perjalanan
hidupnya. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal. Adapun penyebab buta warna adalah:

 Penuaan
 Masalah mata, seperti glaukoma, degenerasi makula, katarak, retinopati karena
hipertensi atau retinopati karena diabetes
 Cedera mata
 Efek samping dari beberapa obat-obatan.

Gejala Buta Warna


Gejala-gejala buta warna atau masalah penglihatan warna bervariasi, di antaranya:

 Seseorang yang menderita penyakit ini mungkin dapat melihat beberapa warna tetapi
tidak dengan warna yang lain. Misalnya, penderita buta warna mungkin tidak dapat
membedakan antara merah dan hijau tapi bisa melihat biru dan kuning dengan mudah.
 Seorang buta warna melihat warna yang berbeda secara tidak disadari dari warna yang
dilihat oleh mata orang-orang yang tidak menderitanya.
 Seseorang yang buta warna mungkin hanya dapat melihat beberapa nuansa warna,
sementara sebagian orang bisa melihat ribuan warna.
 Dalam kasus yang jarang terjadi, beberapa orang hanya melihat hitam, putih, dan abu-
abu.

Diagnosis Buta Warna


Tes untuk mengukur seberapa baik Anda mengenali warna yang berbeda, biasanya dengan
kartu ishihara. Pada satu tes di lembar ishihara, Anda akan melihat set titik-titik berwarna dan
mencoba untuk menemukan pola di dalamnya, seperti huruf atau angka. Pola yang dilihat
orang normal akan membentuk huruf atau angka tertentu, sedangkan pada penderita, pola
tersebut dapat membentuk hurut atau angka yang berbeda, atau justru tidak membentuk pola.

Pada tes buta warna jenis lain, Anda diberikan chip warna, lalu Anda diberikan kesempatan
untuk memberikan warna chip yang sama. Orang dengan masalah penglihatan warna tidak
bisa mengatur chip berwarna dengan benar.

Karena masalah penglihatan warna dapat memiliki dampak besar pada kehidupan seseorang,
penting untuk mendeteksi masalah buta warna ini sedini mungkin. Pada anak-anak, masalah
penglihatan warna dapat memengaruhi kemampuan belajar dan kecepatan membaca. Dan
masalah penglihatan warna dapat membatasi pilihan pekerjaan atau karir tertentu.
Kebanyakan ahli merekomendasikan pemeriksaan warna pada anak-anak antara usia 3-5
tahun, setidaknya sekali sebelum memasuki sekolah.

Cara Mengobati Buta Warna


Buta warna yang diwarisi tidak dapat diobati atau diperbaiki. Untuk jenis yang paling sering
dari penyakit buta warna ini adalah merah-hijau. Tidak ada penanganan yang diperlukan,
karena mata berfungsi secara normal untuk melihat. Seseorang justru mungkin tidak
menyadari bahwa buta warna jika hanya warna merah atau hijau, kecuali ada suatu
kesempatan yang menyadarkan dirinya bahwa warna yang dilihat berbeda dari oleh orang
lain.

Buta warna yang bukan diwariskan dapat diobati, tergantung pada penyebabnya. Sebagai
contoh, jika katarak yang menyebabkan masalah dengan penglihatan warna, operasi untuk
mengangkat katarak dapat mengembalikan penglihatan warna normal.

Anda dapat menemukan cara untuk membantu menyembuhkan masalah penglihatan warna.
Berikut adalah cara mengobat buta warna:

 Memakai lensa kontak berwarna. Ini dapat membantu Anda melihat perbedaan antara
warna. Tapi lensa ini tidak memberikan penglihatan warna normal dan dapat
mendistorsi objek.
 Memakai kacamata anti-ultraviolet. Orang dengan masalah penglihatan warna yang
parah bisa melihat perbedaan antara warna yang lebih baik ketika cahaya lebih redup
atau tidak silau.
 Belajar untuk mencari isyarat terang-gelap atau peletakkan barang bukan dari warna.
Sebagai contoh, Anda dapat mempelajari urutan tiga lampu berwarna pada lalu lintas.
Merah itu di atas, kuning itu di tengah, hijau itu di bawah. Dengan begitu penderita
buta warna tidak kesulitan untuk berada di jalan raya.

Buta warna adalah | Pengertian dan Definisi


Share :
Tweet
Pengertian dan definisi Buta warna. Buta warna adalah kelainan penglihatan yang
berhubungan dengan ketidak mampuan mata untuk membedakan warna tertentu. Retina mata
kita memiliki 2 jenis sel yang sensitive terhadap cahaya. Yaitu sel batang (rod cell) yang aktif
pada cahaya rendah dan sel kerucut (cone cell) yang aktif pada cahaya intensitas tinggi /
terang. Ketika kedua jenis sel tidak sempurna maka terjadilah kasus buta warna. Buta warna
bukan berarti tidak bisa melihat warna, tetapi hanya tidak bisa membedakan warna dan
tingkat kecerahannya saja. Karena di dunia ini tidak ada orang yang tidak bisa melihat warna,
kecuali orang buta. Buta warna di bedakan kedalam 2 kategori, yaitu:

 Buta warna Partial


 Buta warna Total

Buta warna partial adalah seseorang yang tidak bisa membedakan warna
atau tingkat kecerahan suatu warna. Sebagian besar penderita buta warna
masuk dalam kategori buta warna partial. Sedangkan buta warna total
adalah mereka yang hanya bisa mendeteksi warna hitam dan putih saja. Buta warna bukanlah
suatu penyakit, tetapi kelainan genetik. Kelainan genetik ini masuk dalam kategori pautan
sex (sex linked), karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya seorang lelaki lebih
mungkin menderita buta warna jika ibunya seorang buta warna atau pembawa sifat buta
warna. Sedangkan seorang perempuan yang lahir dari seorang buta warna kemungkinan
hanya akan menjadi karier saja. Karena bukan penyakit, maka buta warna ini tidak bisa di
sembuhkan. yang bisa hanya upaya pencegahan saja. yaitu mencegah agar jangan menikah
dengan seseorang yang menjadi pembawa sifat buta warna.

Jenis-jenis Buta warna


Secara umum, ada 3 jenis buta warna, yaitu:

1. Buta warna Monokromasi


Buta warna Monokromasi adalah suatu kelainan di mana retina mata mengalami kerusakan
total sehingga tidak dapat membedakan warna. Para penderita buta warna monokromasi
hanya mengenal 2 jenis warna saja, yaitu hitam atau putih. Kedua warna ini mewakili warna-
warna terang dan gelap. Warna terang akan terlihat putih dan warna gelap akan terlihat
sebagai hitam. Kasus buta warna jenis ini sangat jarang di temui tetapi ada.
Buta warna adalah kelainan penglihatan yang berhubungan dengan ketidak mampuan mata untuk
membedakan warna tertentu. Retina mata kita memiliki 2 jenis sel yang sensitive terhadap cahaya.
Yaitu sel batang (rod cell) yang aktif pada cahaya rendah dan sel kerucut (cone cell) yang aktif pada
cahaya intensitas tinggi / terang. Ketika kedua jenis sel tidak sempurna maka terjadilah kasus buta
warna. Buta warna bukan berarti tidak bisa melihat warna, tetapi hanya tidak bisa membedakan
warna dan tingkat kecerahannya saja. Karena di dunia ini tidak ada orang yang tidak bisa melihat
warna, kecuali orang buta. Buta warna di bedakan kedalam 2 kategori, yaitu:

 Buta warna Partial


 Buta warna Total

Buta warna partial adalah seseorang yang tidak bisa membedakan warna
atau tingkat kecerahan suatu warna. Sebagian besar penderita buta warna
masuk dalam kategori buta warna partial. Sedangkan buta warna total
adalah mereka yang hanya bisa mendeteksi warna hitam dan putih saja.
Buta warna bukanlah suatu penyakit, tetapi kelainan genetik. Kelainan
genetik ini masuk dalam kategori pautan sex (sex linked), karena
kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya seorang lelaki lebih
mungkin menderita buta warna jika ibunya seorang buta warna atau pembawa sifat buta
warna. Sedangkan seorang perempuan yang lahir dari seorang buta warna kemungkinan
hanya akan menjadi karier saja. Karena bukan penyakit, maka buta warna ini tidak bisa di
sembuhkan. yang bisa hanya upaya pencegahan saja. yaitu mencegah agar jangan menikah
dengan seseorang yang menjadi pembawa sifat buta warna.

Jenis-jenis Buta warna


Secara umum, ada 3 jenis buta warna, yaitu:

1. Buta warna Monokromasi


Buta warna Monokromasi adalah suatu kelainan di mana retina mata mengalami kerusakan
total sehingga tidak dapat membedakan warna. Para penderita buta warna monokromasi
hanya mengenal 2 jenis warna saja, yaitu hitam atau putih. Kedua warna ini mewakili warna-
warna terang dan gelap. Warna terang akan terlihat putih dan warna gelap akan terlihat
sebagai hitam. Kasus buta warna jenis ini sangat jarang di temui tetapi ada.

Definisi Buta Warna mekanisme, tanda gejala

BUTA WARNA

A. Pengertian
Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-
sel kerucutmata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu akibat faktor genetis.

Buta warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya,
kelainan ini sering juga disebaut sex linked, karena kelainan ini dibawa olehkromosom X. Artinya
kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta
warna pada laki dan wanita. Seorang wanita terdapat istilah 'pembawa sifat' hal ini menujukkan ada
satu kromosom X yang membawa sifat buta warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara fisik tidak
mengalami kelalinan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya. Tetapi wanita dengan
pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua
kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita tsb menderita buta warna.

Saraf sel di retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan putih, serta sel kerucut yang
peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi ketika syaraf reseptor cahaya di retina mengalami
perubahan, terutama sel kerucut.

B. Mekanisme buta warna

Untuk memahami bagaimana buta warna bekerja, Anda pertama kali harus memahami komponen-
komponen mata yang menggabungkan untuk memberikan gambar yang Anda lihat. Anda mungkin
akrab dengan komponen seperti retina, iris, lensa, kornea etc. Menggabungkan bagian-bagian yang
terakhir untuk fokus dan proyek gelombang cahaya ke retina. Disfungsi dalam hasil kornea
sightedness pendek atau panjang sightedness etc; Namun penyebab buta warna terletak di retina.

Retina yang bertanggung jawab untuk melewati cahaya apa pun informasi yang itu tiba di bawah saraf
optik ke otak. Retina terdiri dari kedua ‘batang’ dan ‘kerucut’ sel. Sel-sel batang sangat sensitif
terhadap cahaya, dalam kenyataannya lebih dari 100x sensitif seperti sel-sel kerucut. Sel batang
menjadi aktif dalam kondisi cahaya rendah dan biasanya dalam penglihatan tepi. Demonstrasi
sederhana ini adalah untuk pergi ke luar pada awan-free berikutnya malam dan melihat bintang-
bintang. Jika Anda melihat langsung ke arah mereka, Anda mungkin tidak melihat banyak, tetapi jika
Anda mencoba untuk mempelajari visi periferal Anda, Anda akan menemukan bahwa jauh lebih
terang terdeteksi, karena ini adalah di mana fungsi sel batang. Akan tetapi, sel-sel batang tidak ada
hubungannya dengan apakah seseorang buta warna, seluruh kegiatan yang terjadi dengan sel kerucut!
C. Klasifikasi

1. Trikromasi
Yaitu mata mengalami perubahan tingkat sensitivitas warna dari satu atau lebih sel kerucut pada
retina. Jenis buta warna inilah yang sering dialami oleh orang-orang. Ada tiga klasifikasi turunan pada
trikomasi:

· Protanomali, seorang buta warna lemah mengenal merah

· Deuteromali, warna hijau akan sulit dikenali oleh penderita

· Trinomali (low blue), kondisi di mana warna biru sulit dikenali penderita.

2. Dikromasi
Yaitu keadaan ketika satu dari tiga sel kerucut tidak ada. Ada tiga klasifikasi turunan:
Protanopia, sel kerucut warna merah tidak ada sehingga tingkat kecerahan warna merah atau
perpaduannya kurang

Deuteranopia, retina tidak memiliki sel kerucut yang peka terhadap warna hijau

Tritanopia, sel kerucut warna biru tidak ditemukan.

3. Monokromasi
Monokromasi sebenarnya sering dianggap sebagai buta warna oleh orang umum. Kondisi ini ditandai
dengan retina mata mengalami kerusakan total dalam merespon warna. Hanya warna hitam dan putih
yang mampu diterima retina.

D. Penyebab
a. kongenital, bersifat resesif terkait dengan kromosom X

b. resesif, bila ada kelainan pada makula dan saraf optic

E. Patofisiologi
Buta warna adalah kondisi yang diturunkan secara genetik. Dibawa oleh kromosom X pada
perempuan, buta warna diturunkan kepada anak-anaknya. Ketika seseorang mengalami buta warna,
mata mereka tidak mampu menghasilkan keseluruhan pigmen yang dibutuhkan untuk mata berfungsi
dengan normal.

Pada bagian tengah retina, terdapat photoreceptor atau cone (seperti kantung) yang memungkinkan
kita untuk bisa membedakan warna. Photoreceptor ini terdiri dari tiga pigmen warna ; yaitu merah,
hijau dan biru. Gangguan persepsi terhadap warna terjadi apabila satu atau lebih dari pigmen tersebut
tidak ada atau sangat kurang. Mereka dengan persepsi warna normal disebut Trichromats. Mereka
yang mengalami defisiensi salah satu pigmen warna disebut dengan Anomalous Trichromats. Type ini
adalah yang paling sering ditemukan. Sedangkan mereka yang sama sekali tidak memiliki salah satu
dari pigmen warna itu disebut drichromat.

F. Tanda dan Gejala


Tanda seorang mengalami buta warna tergandung pada beberapa factor; apakah kondisinya
disebabkan factor genetik, penyakit, dan tingkat buta warnanya; sebagian atau total. Gejala umumnya
adalah kesulitan membedakan warna merah dan hijau (yang paling sering terjadi), atau kesulitan
membedakan warna biru dan hijau (jarang ditemukan).Gejala untuk kasus yang lebih serius berupa;
objek terlihat dalam bentuk bayangan abu-abu (kondisi ini sangat jarang ditemukan), dan penglihatan
berkurang.

Gangguan persepsi warna dapat dideteksi dengan menggunakan table warna khusus yang disebut
dengan Ishuhara Test Plate. Pada setiap gambar terdapat angka yang dibentuk dari titik-titik berwarna.
Gambar digantung di bawah pencahayaan yang baik dan pasien diminta untuk mengidentifikasi angka
yang ada pada gambar tersebut. Ketika pada tahap ini ditemukan adanya kelainan, test yang lebih
detail laggi akan diberikan.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. oftalmoskop

Suatu alat dengan system pencahayaan khusus, untuk melihat bagian dalam mata terutama retina dan
struktur terkaitnya

2. tes penglihatan warna

uji ishihara
dengan memakai sejumlah lempeng polikromatik yang berbintik, warna primer dicetak diatas
latar belakang mosaic bintik-bintik serupa dengan aneka warna sekunderyang
membingungkan, bintik-bintik primer disusun menurut pola (angka atau bentuk geometric)
yang tidak dapat dikenali oleh pasien yang kurang persepsi warna
b. uji pencocokan benang
pasien diberi sebuah gelendong benang dan diminta untuk mengambilgelendong yang
warnanya cocok dari setumpuk gelendong yang berwarna-warni
3. tes sensitivitas kontras
Adalah kesanggupan mata melihat perbedaan kontras yang halus, dimana pada pasien dengan
gangguan pada retina, nervus optikus atau kekeruhan media mata tidak sanggup melihat
perbedaan kontras tersebut

4. tes elektrofisiologik
a. elektroletingrafi (ERG)
untuk mengukur respon listrik retina terhadap kilatan cahaya bagian awal respon flash ERG
mencerminkan fungsi fotoreseptor sel krucut dan sel batang
b. elektro okulografi (EOG)
untuk mengukur potensial korneoretina tetap. Kelainan EOG terutama terjadi pada penyakit
secara dipus mempengaruhi epitel pigmen retina dan fotoreseptor
H. Pengobatan

Tidak ada pengobatan atau tindakan yang dapat dilakukan untuk mengobati masalah
gangguan persepsi warna. Namun penderita buta warna ringan dapat belajar mengasosiasikan
warna dengan objek tertentu.
Untuk mengurangi gejala dapat digunakan kacamata berlensa dengan filter warna khusus
yang memungkinkan pasien melakukan interpretasi kembali warna

SOP PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG

Definisi:

Pemeriksaan lapang pandang merupakan pemeriksaan pada keluasan pandang


klien terhadap aspek lateral, medial, superior, dan inferior penglihatan.

Alat:

Buku catatan

Prosedur:

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien


2. Anjurkan klien untuk berdiri, pemeriksa berdiri sekitar 2,5 meter didepan klien,
usahakan tinggi mata sejajar antara klien dan pemeriksa
3. Tutup mata yang tidak diperiksa
4. Anjurkan klien untuk melihat mata pemeriksa dengan menggunakan mata yang
akan diperiksa. Perawat juga mefokuskan pandanganpada klien
5. Tempatkan jari pemeriksa pada bagian depan tepat diantara klien dan perawa
6. Perlahan gerakan tangan kea rah lateral, kemudian ke tengah kembali, lalu
gerakkan kea rah medial, ke tengah kembali, kearah superior dan inferior
7. Anjurkan klien untuk memberi isyarat dengan lisan apabila ia tidak dapat
melihat jari pemeriksa ketika digerakkan
8. Catat area yang tidak dapat diidentifikasi oleh klien
9. Lakukan pemeriksaan yang sama pada mata yang lain

Pemeriksaan Visus Mata

Tidak semua orang mempunyai visus yang sama. Visus dipergunakan untuk
menentukan penggunaan kacamata. Visus penderita bukan saja memberi pengertian
tentang optiknya (kaca mata) tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi
keterangan tentang baik buruknya fungsi mata secara keseluruhan.
Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan penglihatan
memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan mata yang mengakibatkan
turunnya visus. Visus perlu dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan mata.

Pemeriksaan visus dapat dilakukan dengan menggunakan Optotype Snellen, kartu


Cincin Landolt, kartu uji E, dan kartu uji Sheridan/Gardiner. Optotype Snellen terdiri
atas sederetan huruf dengan ukuran yang berbeda dan bertingkat serta disusun dalam
baris mendatar. Huruf yang teratas adalah yang besar, makin ke bawah makin kecil.
Penderita membaca Optotype Snellen dari jarak 6 m, karena pada jarak ini mata akan
melihat benda dalam keadaan beristirahat atau tanpa akomodasi. Pembacaan mula-
mula dilakukan oleh mata kanan dengan terlebih dahulu menutup mata kiri. Lalu
dilakukan secara bergantian. Tajam penglihatan dinyatakan dalam pecahan.
Pembilang menunjukkan jarak pasien dengan kartu, sedangkan penyebut adalah jarak
pasien yang penglihatannya masih normal bisa membaca baris yang sama pada kartu.
Dengan demikian dapat ditulis rumus:

V =D/d

Keterangan:

V = ketajaman penglihatan (visus)

d = jarak yang dilihat oleh penderita

D = jarak yang dapat dilihat oleh mata normal

Pada tabel di bawah ini terlihat visus yang dinyatakan dalam sistem desimal, Snellen
dalam meter dan kaki.

1. Data Penggolongan Visus dalam Desimal

2. Data Penggolongan Visus

Dengan Optotype Snellen dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan


melihat seseorang, seperti :

1. Bila visus 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh
orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter.
2. Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka
30, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/30.
3. Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka
50, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/50.
4. Bila visus adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yang
oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter.
5. Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka
dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada
jarak 60 meter.
6. Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang
diperlihatkan pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan
pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1/60, yang berarti
hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.
7. Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan visus pasien yang lebih
buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian
tangan pada jarak 1 meter, berarti visus adalah 1/300.
8. Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat
melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~.
Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.
9. Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan
penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta total. Visus dan penglihatan kurang
dibagi dalam tujuh kategori. Adapun penggolongannya adalah sebagai berikut:

1. Penglihatan normal

Pada keadaan ini penglihatan mata adalah normal dan sehat.

1. Penglihatan hampir normal

Tidak menimbulkan masalah yang gawat, akan tetapi perlu diketahui penyebabnya.
Mungkin suatu penyakit masih dapat diperbaiki.

1. Low vision sedang

Dengan kacamata kuat atau kaca pembesar masih dapat membaca dengan cepat.

1. Low vision berat

Masih mungkin orientasi dan mobilitas umum akan tetapi mendapat kesukaran pada
lalu lintas dan melihat nomor mobil. Untuk membaca diperlukan lensa pembesar kuat.
Membaca menjadi lambat.
1. Low vision nyata

Bertambahnya masalah orientasi dan mobilisasi. Diperlukan tongkat putih untuk


mengenal lingkungan. Hanya minat yang kuat masih mungkin membaca dengan kaca
pembesar, umumnya memerlukan Braille, radio, pustaka kaset.

Hampir buta

Penglihatan kurang dari 4 kaki untuk menghitung jari. Penglihatan tidak bermanfaat,
kecuali pada keadaan tertentu. Harus mempergunakan alat nonvisual.

Buta total

Tidak mengenal rangsangan sinar sama sekali. Seluruhnya tergantung pada alat indera
lainnya atau tidak mata. Di bawah ini ditunjukkan tabel penggolongan keadaan tajam
penglihatan normal, tajam penglihatan kurang (low vision) dan tajam penglihatan
dalam keadaan buta.

SOP PEMERIKSAAN VISUS

Definisi :

Prosedur ini digunakan untuk mengukur ketajaman penglihatan individu. Prosedur


Pemeriksaan Mata ini dilakukan dengan menggunakan Kartu Snellen dan Pinhole.

Alat :

1. Kartu snellen
2. Buku pencatat

Tahap I. Pengamatan:

Pemeriksa memegang senter perhatikan:

1. Posisi bolamata: apakah ada juling


2. Konjungtiva: ada pterigium atau tidak
3. Kornea: ada parut atau tidak
4. Lensa: jernih atau keruh/ warna putih

Tahap II. Pemeriksaan Tajam Penglihatan Tanpa Pinhole:


1. Pemeriksaan dilakukan di pekarangan rumah (tempat yang cukup terang),
responden tidak boleh menentang sinar matahari.
2. Gantungkan kartu Snellen atau kartu E yang sejajar mata responden dengan
jarak 6 meter (sesuai pedoman tali).
3. Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan.
4. Mata kiri responden ditutup dengan telapak tangannya tanpa menekan
bolamata.
5. Responden disuruh baca huruf dari kiri-ke kanan setiap baris kartu Snellen
atau memperagakan posisi huruf E pada kartu E dimulai baris teratas atau
huruf yang paling besar sampai huruf terkecil (baris yang tertera angka 20/20).
6. Penglihatan normal bila responden dapat membaca sampai huruf terkecil
(20/20).
7. Bila dalam baris tersebut responden dapat membaca huruf atau memperagakan
posisi huruf E KURANG dari setengah baris maka yang dicatat ialah baris yang
tertera angka di atasnya.
8. Bila dalam baris tersebut responden dapat membaca huruf atau memperagakan
posisi huruf E SETENGAH baris atau LEBIH dari setengah baris maka yang
dicatat ialah baris yang tertera angka tersebut. Pemeriksaan Tajam Penglihatan
dengan HITUNG JARI:
9. Bila responden belum dapat melihat huruf teratas atau terbesar dari kartu
Snellen atau kartu E maka mulai HITUNG JARI pada jarak 3 meter (tulis
03/060).
10. Hitung jari 3 meter belum bisa terlihat maka maju 2 meter (tulis 02/060), bila
belum terlihat maju 1 meter (tulis 01/060).
11. Bila belum juga terlihat maka lakukan GOYANGAN TANGAN pada jarak 1
meter (tulis 01/300).
12. Goyangan tangan belum terlihat maka senter mata responden dan tanyakan
apakah responden dapat melihat SINAR SENTER (tulis 01/888).
13. Bila tidak dapat melihat sinar disebut BUTA TOTAL (tulis 00/000).

Tahap III, Pemeriksaan Tajam Penglihatan dengan PINHOLE:

1. Bila responden tidak dapat melanjutkan lagi bacaan huruf di kartu Snellen atau
kartu E atau hitung jari maka pada mata tersebut dipasang PINHOLE.
2. Hasil pemeriksaan pinhole ditulis dalam kotak dengan pinhole. Cara penulisan
huruf yang terbaca sama dengan cara pemeriksaan tanpa pinhole.
3. Dengan pinhole responden dapat melanjutkan bacaannya sampai baris paling
bawah (normal, 20/20) berarti responden tersebut GANGGUAN REFRAKSI.
4. Dengan pinhole responden dapat melanjutkan bacaannya tetapi tidak sampai
baris normal (20/20) pada usia anak sampai dewasa berarti responden tersebut
GANGGUAN REFRAKSI dengan mata malas.
5. Bila dengan pinhole responden tidak dapat melanjutkan bacaan huruf atau
memperagakan posisi huruf E maka disebut KATARAK.

SOP Pemeriksaan Refleks Pupil


Definisi :

Pupil merupakan tempat masuknya cahaya ke dalam bola mata.

Jalur refleks cahaya :

Rangsangan yang di terima oleh neuron afferent sel ganglion retina diteruskan

ke area pretektal, nukleus Edinger – Westphal. Saraf Parasimpatis keluar bersama


dengan nervus okulomotorius menuju ganglion siliaris dan terus ke m.spinter pupil.

Cara Pemeriksaan :

1. Mata pasien fiksasi pada jarak tertentu


2. Berikan objek yang bisa di lihat dan dikenali ( Gambar atau benda )
3. Sumber cahaya haruslah terang dan mudah di manipulasi
4. Observasi general pupil : bentuk, ukuran, lokasi, warna iris, kelainan bawaan ,
dan kelainan lain.
5. Rangsangan cahaya diberikan 2-5 detik.

Keterangan :

1. Refleks pupil langsung ( Unconsensual)

Respon pupil langsung di nilai ketika diberikan cahaya yang terang , pupil akan
konstriksi ( mengecil ). Dilakukan pada masing-masing mata

1. Refleks pupil tidak langsung ( consensual )

Dinilai bila cahaya diberikan pada salah satu mata , maka fellow eye akan memberikan
respon yang sama . Observasi dengansumber cahaya lain yang lebih redup

1. Isokoria fisiologis

Dapat ditemukan pada 20% populasi perbedaan ke 2 pupil < 1mm.

1. Abnormal pupil

Apabila ditemukan pupil yang :

 Anisokoria (beda , 1mm dianggap fisiologis)


 Kecil atau besar dari normal (3-4 mm)

Pemeriksaan Oftalmoskopi

Definisi :
Suatu teknik pemeriksaan yang digunakan untuk melihat adnya kelainan pada
fundus okuli. Pada pemeriksaan ini cahaya yang berasal dari alat oftalmoskop akan
memberikan reflex pada fundus dan akan tampak gambaran yang ada.

Sebelum pemeriksaan dilakukan, pupil dibuat dilatasi kecuali bila terdapat


keadaan sebagai berikut :

1. Bilik mata dangkal


2. Kerusakan pupil (terjadi trauma)
3. Glukoma dengan sudut sempit

Alat :

1. Oftalmoskop
2. Dilator (tropicamide / midriacyl 0,5%-1%)

Persiapan klien :

1. Beri klien penjelasan tentang teknik pemeriksaa


2. Bila klien dating sendiri atau dengan mengendarai kendaraan sendiri,
informasikan bahwa obat yang diteteskan akan berdampak silau karena pupil
mata midriasis

Persiapan lingkungan :

Klien ditempatkan pada kamar yang gelap

Prosedur :

1. Gelapkan ruangan, nyalakan lampu oftalmoskop dan putar piringan lensanya


sampai pemeriksa melihat pancaran cahaya putih dan lebar. Arahkan cahaya
tersebut pada punggung tangan pemeriksa untuk mengecek tipe cahayanya,
intensitas cahaya yang diinginkan dan kekuatan batere pada oftalmokop
2. Putarlah piringan lensa hingga dioptri 0 (dioptri merupakan satuan untuk
mengukur kekuatan lensa dan mengkonvergensikan atau mengdivergensikan
cahaya). Pada dioptri ini lensa tidak mengkonvergensikan atau
mengdivergensikan cahaya. Letakkan jari telunjuk pemeriksa pada pinggir
piringan lensa agar anda dapat memutar piringan tersebut untuk mengfokuskan
lensa ketika pemeriksamemeriksa fundus okuli
3. Ingat. Pegang alat oftalmoskop dengan tangan kanan pemeriksa untuk
memeriksa mata kanan pasien, begitu juga pada sisi sebaliknya. Tindakan ini
akan menjaga tangan pemeriksa agar tidak membentur hidung pasien dan
memberi pemeriksa mobilitas yang lebih besar serta jarak pemeriksa yang lebih
dekat untuk melihat fundus dengan jelas. Awalnya mungkin anda akan
mengalami kesulitan dalam menggunakan mata yang tidak dominan, tetapi
kesulitan ini akan semakin berkurang dengan latihan
4. Pegang oftalmoskop kuat-kuat hingga menempel permukaan medial orbita anda
dengan bagian tangkainya sedikit dimiringkan kea rah lateral pada sudut
sekitar 20˚ dari bidang vertical. Pastikan agar anda dapat melihat dengan jelas
lewat aperture. Minta pasien untuk memandang sedikit ke atas dan diatas bahu
anda langsung pada sebuah titik terdapat tembok.
5. Tempatkan diri anda pada jarak sekitar 15 inci (sekitar38 cm) dari tubuh pasien
dan dengan sudut 15˚ disebelah lateral dari garis pandang pasien. Arahkan
pancaran cahaya oftalmoskop pada pupil pasien dan cari kilauan cahaya orange
pada pupiltersebut- yang merupakan pantulan (refleksi cahaya merah)
perhatikan setiap kekeeruhan yang menganggu pantulan cahaya merah ini.
6. Kini tepatkan ibu jari tangan pemeriksa yang lain pada alis mata pasien (teknik
akan membuat pemerisaan anda lebih mantap tetapi tidak selalu harus
dilakukan). Dengan menjaga agar pancaran cahaya terus terfokus pada
pantulan cahaya merah, gerakkan oftalmoskop kedalam dengan sudut 15˚ kea
rah pupil sampai anda sangat dekat dengan pupil dan hamper menyentuh bulu
mata pasien.

Coba untuk mempertahankan kedua mata anda agar tetap terbuka dan rileks seperti
jika anda menatap tempat jauh karena tindakan ini akan mengurangi kekaburan yang
berfluktuasi pada saat kedua mata anda mencoba berakomodasi

Anda mungkin perlu mengurangi intensitas pancaran cahayanya untuk


membuat pemeriksaan anda tersa lebih nyaman bagi pasien, menghindari hippus
(spasme pupil) dan memperbaiki hasil pengamatan anda.

SOP Uji Ishihara

Definisi :

Ishihara merupakan tes yang digunakan untuk menguji adanya kelainan mengenali
warna (buta warna) pada klien. Tes ini digunakan untuk mengetahui cacat warna
merah dan hijau akibat kerusakan retina (sel bipolar-badan ganglion genikulatum
lateral)

Ishihara berbentuk gambar-gambar pseudoisokromatik yang disusun titik


dengan kepadatan warna berbeda sehingga orang normal dapat mengenal gambar
yang dibentuk oleh titik-titik tersebut

Alat :

Gambar ishihara

Persiapan klien :

Berikan penjelasan pada klien tentang prosedur pelaksanaan/ teknik pemeriksaan


Persiapkan lingkungan:

Atur pencahayaan (tidak menyilaukan mata klien)

Prosedur :

1. Klien diminta melihat kartu dan menentukan gambar yang dilihat, misalnya
angka 25
2. Klien iminta menyebukan gambar tesebut dalam waktu 3-10 detik bila lebih
terdapat kelaian buta warna

SOP Pemeriksaan Tonometri Schiotz

Definisi:

Pemeriksaan ini digunakan untuk mengethui tekanan bola mata (tekanan intraocular)
meningkat atau rendah. Alat ini diberi beban dan diletakkan pada permukaan korne
dan akan menekan bola mata ke dalam. Adanya tekanan tonometri ii akan
mendapatkan perlawanan tekanan yang ada dalam bola mata. Pemeriksaan ini
dilakukan pada pederita yang dicurigai menderita glaucoma, klien pra dan pasca
bedah mata. Pemeriksaan ini tidak dilakukan ada klien yangmengalami luka pada
kornea.

Tonometri yang akan digunakan pada klien harus steril untuk mencegah terjadinya
infeksi. Beban yang digunakan pada tonometri schiotz adalah 5,5 gr, 7,5 gr, 10 gr, dan
15 gr. Gunakan beban terkecil dahulu mulai dari 5,5 gr. Jika hasil skala pengukuran
dengan beban 5,5 gr adaah 1-3, ganti beban dengan 7,5 dan seterusnya.

Alat:

1. Tonometri schiotz
2. Analgesic tetes mata
3. Kapas bersih dalam kom

Persiapan klien :

1. Menjelaskan maksud dan tujuan pada klien


2. Penderita diminta untuk berbaring

Persiapan lingkungan

Persiapkan sketsel dan atur pencahayaan

Prosedur :
1. Bersihkan mata klien dengan kapas bersih
2. Teteskan pantocaine 2-3 tetes, tunggu 5menit (sampai klien tidak merasakan
pedas di mata)
3. Atur kalibrasi tonometri
4. Minta klien melihat satu titik diatas (lngit-langit ruangan) ata u minta klien
meletakkan ibu jari di atas mata (letakkan jarak ibu jari sejauhnya dari mata)
5. Letakkan tonometridiatas permukaaan kornea, jangan ditekan lalu perhatikan
skala yang tertera pada alat (0-5)
6. Konfersikan hasil nilai dari skala dengan table untuk mengetahui TIO (tekanan
intraocular), bila hasil lebih tinggi dari 20 mmHg, klien dicurigai menderita
glaucoma dan bila lebih dari 25 mmHg, klien sudah menderita gloukoma.

Contoh pembacaan:

Bila hasil pengukuran tertera pada angka 5 denagn beban yang digunakan 5,5 gram, ini
berarti TIO adalah 5/5,5. Perhatikan table konversi hasil 5 dengan beban 5,5 adalah 17

Tabel Kalibrasi Pengukuran Tonometri Schiotz

Dikutip dari Sidarta Ilyas, 2006

Augendruck-Pressure, mmHg
Zeiger Ausschlag Scale reading Tonometerstiftewitch-Pluger load
5.5 gram 7,5 gram 10 gram 15 gram
0,0 41,5 59,5 81,5 127,5
0,5 37,8 54,2 75,1 117,9
1,0 34,5 49,8 69,3 109,3
1,5 31,6 45,8 64,0 101,4
2,0 29,0 42,1 59,1 94,3
2,5 26,6 38,8 54,7 88,0
3,0 24,4 35,8 50,6 81,8
3,5 22,4 33,0 46,9 76,2
4,0 20,6 30,4 43,4 71,0
4,5 18,9 28,0 40,2 66,2
5,0 17,3 25,8 37,2 61,8
5,5 15,9 23,8 34,4 57,6
6,0 14,6 21,9 31,8 53,6
6,5 13,4 20,1 29,4 49,9
7,0 12,2 18,5 27,2 46,5
7,5 11,2 17,0 25,1 43,2
8,0 10,2 15,6 23,1 40,2
8,5 9,4 14,3 21,3 38,1
9,0 8,5 13,1 19,6 34,6
9,5 7,8 12,0 18,0 32,0
10,0 7,1 10,9 16,5 29,6
10,5 6,5 10,0 15,1 27,4
11,0 5,9 9,0 13,8 25,3
11,5 5,3 8,3 12,6 23,3
12,0 4,9 7,5 11,5 21,4
12,5 4,4 6,8 10,5 19,7
13,0 4,0 6,2 9,5 18,1
13,5 5,6 8,6 16,5
14,0 5,0 7,8 15,1
14,5 4,5 7,1 13,7
15,0 4,0 6,4 12,6
15,5 5,8 11,4
16,0 5,2 10,4
16,5 4,7 9,4
17,0 4,2 8,5
17,5 7,7
18,0 6,9
18,5 6,2
19,0 5,6
19,5 4,9
20.0 4,5

SOP Pemeriksaan dengan lampu cela (Biomikroskopi)

Definisi :

Lampu cela terdiri atas mikroskop dan sebuah sumber cahaya khusus,
digunakan untuk memeriksa penyakit atau kelainan pada kelopak mata atau bola mata,
sehingga bisa didiagnosis dan diobati lebih baik. Berkat penyinaran yang baik, dan
pembesaran yang kuat maka daerah yang diperiksa dapat dilihat jelas (misalnya
kreatitis dendrite, benda asing dikornea, tumor iris).

Peralatan dan bahan :


Lampu celah

Prosedur :

1. Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan


2. Pasien dan pemeriksa duduk berhadapan
3. Dagu pasien ditempatkan pada sandaran dan dahinya disandarkan pada ranhka
lampu cela.
4. Pemeriksa mengamati mata pasien melalui mikroskop
5. Gerakkan focus mikroskop dan cahanya kedepan atau kebelakang, kelopak
mata, kornea, bilik mata depan dan iris dapat diteliti dengan mudah dan cepat

SOP GONIOSKOPI

Definisi :

Merupakan cara untuk melihat langsung sudut bilik mata depan dengan memakai
lensa dn cermin khusus. Pemeriksaan ini dikerjakan pada semua kasus dugaan
gloukoma, untuk mengetahui tahapan tumor yang menyerang iris dan untuk
memeriksa benda asing disudut bilik mata depan.

Peralatan dan bahan :

1. Larutan anasthesi local


2. Gonio lensa

Prosedur :

1. Jelaskan prosedur pada pasien


2. Tetesi mata pasien dengan larutan anasthesi tropical
3. Posisikan pasien duduk di depan lampu celah
4. Pasang gonio lensa pada mata
5. Dengan cermin khusus dan dengan pembesaran, sudut bilik mata depan dan iris
dapat dipantau
6. Putar cermin sehingga bagian-bagian sudut dan sekelilingnya dapat diperiksa

Hasil pemeriksaan :

Pada umumnya (juga pada kasus glaucoma menahun) struktur bilik mata depan bisa
dilihat jelas pada sudut yang sangat sempit, tetapi tekanan intarokularnya normal,
penderita mempunyai resiko tinggi terjadinya glaucoma sudut tertutup bila pupil
melebar baik spontan maupun karena obat-obatan.

SOP Uji schirmer

Definisi:

Uji yang digunakan untuk mengukur secara kasar kuantitas air mata di dalam kantong
konjungtiva.

Indikasi:

Semua penderita dengan keluhan mata kering atau iritasi menahun.

Persiapan alat dan bahan:

– Kertas Schirmer ukuran 5 x 35 mm

Persiapan pasien:

– Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien

Prosedur:

– Menyiapkan alat dan bahan

– Menyiapkan pasien dengan meminta pasien untuk berbaring

– Ujung kertas filter dibengkokkan

– Menyelipkan ujing kertas filter yang telah dibengkokkan ke dalam kantong


konjungtiva di dekat sudut mata dalam

– Meminta pasien memejamkan mata

– Biarkan selama 5 menit


Evaluasi:

– Dalam waktu 5 menit kertas filter akan terbasahi oleh air mata sepanjang 10 mm

– Jika hasil pemeriksaan yang dilakukan berulang-ulang kurang dari 10 mm, maka
jelas bahwa produksi air mata kurang dari semestinya.

SOP UJI FLOURESENS PADA KORNEA MATA

Definisi:

Uji flouresens merupakan uji untuk mengetahui adanya kerusakan pada kornea mata.
Uji ini menggunakan strep flouresens yang ditempelkan pada permukaan mata/kornea.
Zat yang ada pada strep ini berubah warna jika dalam keadaan alkali. Kornea yang
mengalami kerusakan akan berubah warna menjadi hijau kekuningan karena kornea
bersifat basa.uji ini biasanya dilakukan pada penderita yang mengalami trauma mata
akibat zat kimia dan ulkus kornea.

Alat:

1. Flouresens strep.
2. Obat tetes anestesi (pantocaine 1%).
3. Aquades/cairan garam fisiologis.
4. Kapas basah dalam kom.
5. Spuit.
6. Lampu senter.
7. Handuk.

Persiapan klien:

1. Menjelaskan maksud dan tujuan dari pemeriksaan.


2. Klien didudukkan dengan posisi kepala mengadah dan bersandar pada
kursi/terbaring di atas tempat tidur.

Persiapan lingkungan:

1. Mengatur pencahayaan.
2. Menjaga privasi klien.
Prosedur:

1. Bersihkan mata penderita dengan kapas basah.


2. Eltakkan handuk di pundak sebagai pengalas.
3. Teteskan anestesi pantocaine. Efek dari flouresens ini adalh nyeri, tunggu 3-5
menit.
4. Basahi strep flouresens dengan aquades/ cairan garam fisiologis.
5. Buka kelopak mata inferior, tempelkan pad pada forniks inferior, dan minta
pasien untuk memejamkan mata selama 5-20 detik.
6. Ambil flouresens strep dan bilas dengna aquades/garam fisiologis dengan
menggunakan spuit secara perlahan-lahan hingga bersih (tidak ada patokan
berapa cc cairan yang digunakan unutk irigasi, lakukan irigasi sampai bersih
dan tidak terdapat bekas warna flouresens yang tampak pada kornea).
7. Periksa kornea dengan lampu senter.
8. Bila terdapat erosi, akan terlihat warna hijau kekuningan. Zat warna ini akan
menghilang sendiri dalam waktu 30 menit.

Evaluasi:

– Jika tidak ada cacat epitel kornea, maka lapisan zat warna akan tersebar rata
melapisi kornea.

– Bila permukaan kornea cacat, daerah tersebut menyerap lebih banyak fluoresein
sehingga berwarna hijau tua.

– Di dalam status perlu dicatat dan dibuat sketsanya sehingga bisa dipakai sebagai
pembanding di kemudian hari untuk melihat kemajuan penyembuhannya.
SOP Persepsi Cahaya dan Persepsi Warna

Jika ada pemeriksaan fundus terhalangi oleh media yang keruh, uji fungsi retina secara
kasar dapat dilakukan dengan merangsang macula memakai cahaya atau hanya
dengan uji persepsi cahaya dan persepsi warna.

1. 1. Uji Fungsi Makula

Definisi:

Prosedur yang dilakukan untuk melihat apakah makula berfungsi dengan baik atau
tidak.

Persiapan alat dan bahan:

– Senter

Persiapan pasien:

– Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien

Prosedur:

– Menyiapkan alat dan bahan

– Menyiapkan pasien dengan meminta pasien untuk duduk dan memejamkan mata

– Memijat bola mata secara lembut dengan menggunakan ujung lampu senter yang
menyala

– Menanyakan serta meminta menggambarkan apa yang dilihatnya.

Evaluasi:

Jika makula berfungsi dengan baik, penderita akan melihat area sentral dikelilingi
pmbuluh-pembuluh darah retina. Sebaliknya jika fungsi makula kurang baik maka
area sentral akan berwarna gelap, bukan merah, dan tidak terlihat pembuluh darah
retina. Pengujin ini memiliki dua kelemahan yaitu sifatya sangat subjektif dan
beberapa penderita sulit memahami.

1. 2. Persepsi Warna dan Proyeksi Cahaya

Definisi:

Tindakan yang dilakukan untuk menili apakah retin masih berfungsi atau tidak.

Persiapan alat dan bahan:

– Perban

– Sumber cahaya warna merah dan putih

Persiapan pasien:

– Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien

Prosedur:

– Menyiapkan alat dan bahan

– Menyiapkan pasien dengan meminta pasien untuk duduk

– Salah satu mata pasien ditutup dengan perban, kemudian ditutup lagi dengan
tangan pasiel sendiri agar betul-betul tidak ada cahaya yang masuk

– Menyuruh pasien untuk melihat lurus ke depan denga mata yang tidak ditutup

– Seberkas cahaya ditempatkan di empat kuadran berbeda-beda dan meminta


pasien untuk membedakan antara cahaya merah dan cahaya putih

Evaluasi:

Jika semua pertanyaan dijawab dengan benar, bisa dipastikan retina berfungsi normal.

sop Mengukur Tajam Potensial

Definisi:
Tindakan yang dilakukan untuk mengukur kemampuan visual (visual potential). Jika
ada kekeruhan kornea, atau kekeruhan media refraksi lainnya, dan juga ada penyakit
makula atau penyakit saraf optic, maka kemampuan visualnya diragukan.

Persiapan alat dan bahan:

– Sinar laser (Interferometri Laser)

– Kartu Snellen

Persiapan pasien:

– Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien

Prosedur:

– Menyiapkan alat dan bahan

– Menyiapkan pasien dengan meminta pasien untuk duduk

– Digunakan dua jenis pola bayangan yang berbeda:

1) Interferometri laser

Prosedur:

– Menggunakan sinar laser untuk menghasilkan interferensi jumbai-jumbai atau


kisi-kisi (fringers or grating) yang oleh pasien dilihat sebagai seri garis-garis sejajar.

– Dengan diciutkannya lebar garis-garis dan jarak antara garis-garis secara


progresif. Suatu titik akhir akan dicapai jika pasien tidak dapat lagi membedakan
garis-garis ini.

2) Pengukuran tajam potensial

Definisi:

Bayangan terkecil yang masih bisa dilihat kemudian dikaitkan dengan pengukuran
ketajaman dengan Snellen untuk memastikan kemampuan tajam penglihatan mata ini.

Prosedur:

– Pasien dinilai seperti biasa sesuai dengan kemampuanya menentukan baris-baris


huruf yang dibaca.

Evaluasi:
Walaupun kedua cara ini merupakan sarana yang bisa dipercaya untuk mengukur
tajam penglihatan, bisa saja terjadi kesalahan positif atau kesalahan negative
tergantung jenis penyakitnya. Jadi alat ini bisa membantu, tetapi tidak bisa dipercaya
sepenuhnya untuk menentukan kemmpuuan tajam penglihatan mata dengan
kekeruhan media refraksi.

Eksoftalmometri

Definisi:

Alat untuk mengukur derajat proyeksi anterior mata. Ini adalah suatu metode yang
cermat untuk mendiagnosis, lebih-lebih untuk mengikuti perkembangan eksoftalmus
pasien.

Persiapan alat dan bahan:

– Eksoftalmometer

– Cermin

Persiapan pasien:

– Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien

Prosedur:

– Menyiapkan alat dan bahan

– Menyiapkan pasien dengan meminta pasien untuk berdiri menyandar pada


dinding dan menatap mata pemeriksa

– Kedua bagian eksoftalmometer yang cekung ditempatkan pada tepi lateral orbita
dan kemudian skala dibaca dan dicatat

– Hasil pemeriksaan harus tetap sama pada pemeriksaan berturut-turut bila


diinginkan kecermatan pemeriksaan

– Pemeriksa melihat kornea mata kanan pasien melalui cermin

– Mata kanan pasien memfiksasi ke mata kiri pemeriksa. Kedudukan kornea secara
bersamaan dapat langsung dilihat dalam cermin dan dapat dibaca langsung pada skala
dalam millimeter. Selanjutnya mata kiri diperiksa dengan cara yang sama, mata kiri
pasien memfiksasi pada mata kanan pemeriksa.

– Kedua pembacaan dan derajat eksoftalmus dicatat dalam millimeter.


Hasil Pemeriksaan Normal dan Abnormal

Nilai penonjolan mata normal 12-20 mm. Biasanya sama untuk kedua mata dan
menyatakan jarak anterior kornea dengan tepi lateral orbita. Apabila didiagnosis
eksoftalmus (nilai pembacaan lebih dari 20 mm) harus dicari sebab-sebabnya misalnya
penyakit tiroid atau tumor orbita. Pemeriksaan eksoftalmometri berkala sangat
membantu pengamatan perjalanan penyakit.

SOP PEMERIKSAAN MATA

PENGERTIAN Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan mata dan gangguan
pada mata.
TUJUAN 1. Melakukan pemeriksaan fisik mata
2. Melakukan pemeriksaan pupil
3. Melakukan pemeriksaan visus
4. Melakukan pemeriksaan lapang pandang
5. Melakukan pemeriksaan buta warna
No. TAHAP TINDAKAN 0 1 2 3 4
A. TAHAP PRA INTERAKSI
1. Memastikan program terapi pasien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat dan bahan
1. Snellen chart
2. Ishihara book
3. Senter
4. Kasa atau kapas
B. TAHAP ORIENTASI
1. Memberikan salam dan menyapa nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanan
4. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
C. TAHAP KERJA
1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan alat (alat alat didekatkan )
3. Memasang sampiran/menjaga privacy
4. Berikan posisi yang nyaman pada klien, idealnya posisi duduk
5. Posisikan klien dengan cahaya yang cukup
6. Pemeriksaan fisik mata :
 Duduk berhadapan dengan pasien
 Kaji kesimetrisan mata
 Kaji keadaan sekitar orbita
 Kaji alis mata, bulu mata
 Kaji apakah kelopak mata dapat menutup dan mebuka dengan sempurna
/ tidak,
 Kaji konjungtiva palpebra (Ikterus? Anemis? Pethecie? White centered
spot? Obstruksi? Inflamasi)
 Kaji kondisi lensa mata (jernih / tidak)
 Palpasi palpebra dengan menyuruh pasien untuk menutup mata
kemudian palpasi are palpebra (adakah nyeri tekan? Benjolan? Udema?)
7. Pemeriksaan gerakan otot-otot mata :
 Pasien dan pemeriksa berhadapan
 Beritahu pasien untuk memfokuskan pada satu titik (catat jika ada
gerakan spontan)
 Gerakkan jari tangan anda ke 8 arah mata angin
 Beritahu pasien untuk mengikuti gerakan jari tangan
8. Pemeriksaan pupil :
 Pasien dan pemeriksa berhadapan
 Menggunakan senter, nilai refleks cahaya pada pupil (catat reaksi pupil
kanan dan kiri)
9. Pemeriksaan visus :
 Pasien dan pemeriksa berhadapan
 Pasien duduk pada jarak 6 meter dari snellen chart, kemudia mata yang
satu ditutup
 Pasien dipersilahkan membaca huruf yang terdapat pada snellen chart,
dari yang paling besar sampai pada huruf yang dapat terlihat oleh mata
normal
 Jika pasien buta huruf, maka pemeriksaan visus menggunakan jari.
Pasien diminta untuk menghitung jari pemeriksa pada jarak 1m, 2m,
sampai 6m
 Jika pasien tidak dapat menghitung, maka gunakan lambaian tangan
10. Pemeriksaan lapang pandang :
 Pemeriksa dan pasien saling berhadapan
 Satu mata pasien memandang lurus ke depan (ke arah mata pemeriksa)
 Mata yang lain ditutup
 Bila yang akan diperiksa mata kanan, maka mata kanan pemeriksa juga
dipejamkan
 Salah satu jari tangan pemeriksa direntangkan dan digerakkan dari
depan ke belakang. Pasien diminta untuk menunjuk ke arah tangan yang
bergerak
11. Pemeriksaan buta warna :
Dengan menggunakan ishihara book , lakukan tes buta warna dengan
cara meminta pasien untuk melihat dan menyebutkan angka yang
tampak pada setiap halaman buku. Hasil bacaan pasien dikonfirmasikan
dengan jawaban yang tersedia untuk menentukan diagnosis.
D. TAHAP TERMINASI
1. Rapikan pasien dan bereskan peralatan
2. Cuci tangan
3. Observasi keadaan pasien
4. Catat tindakan yang dilakukan dan hasilnya
TOTAL : Jombang, ...../ ...../ ...

DEFINISI JARAS PENGLIHATAN (Visual Pathway)


Jalur penglihatan merupakan saluran saraf dari retina ke pusat penglihatan pada daerah
oksipital otak. Terdapat beberapa dasar jalur penglihatan, seperti:
- Retina bagian nasal dari macula diproyeksikan ke arah temporal lapang pandangan
- Serabut saraf bagian nasal retina menyilang kiasma optik.
- Serabut saraf bagian temporal berjalan tidak bersilang pada kiasma optic.

II. DEFINISI LAPANG PANDANGAN


Bila kita memfiksasi pandangan kita ke satu benda, benda ini terlihat nyata, sedangkan
benda-benda di sekitarnya tampak kurang tajam. Seluruh lapangan yang terlihat, bila kita
memfiksasi mata ke satu benda disebut lapangan pandang. Terdapat tiga jenis lapangan
pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas dilihat oleh kedua mata,
lapangan binokular yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan lapangan monokular
yaitu kawasan yang bisa dilihat oleh salah satu mata saja. Lapang pandangan normal pada
satu mata terletak 90o temporal, 80o merdial, 60o atas dan 75o bawah.

III. DEFINISI DEFEK LAPANG PANDANGAN


Defek lapang pandangan adalah hilangnya sebagian lapang pandangan yang normal dan
berbeda dari buta pada satu mata atau buta pada dua mata. Defek lapangan pandang biasanya
disebabkan oleh lesi di berbagai lokasi dalam jaras penglihatan, yaitu dari retina sampai
daerah oksipital otak.

IV. ETIOLOGI DAN JENIS DEFEK LAPANG PANDANGAN

Etiologi:
Gangguan lapang pandangan sering diakibatkan kerusakan fungsi pada kiasma optic. Pada
kiasma terjadi persilangan serabut saraf optic bagian nasal. Kelianan pada daerah ini dapat
disebabkan tekanan tumor intraselar ataupun supraselar. Kraniofaringoma dapat merupakan
penyebab utama penekanan kiasma.

Visus adalah sebuah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbol-
simbol berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah distandardisasi
serta ukuran dari simbol yang bervariasi. Ini adalah pengukuran fungsi visual yang tersering
digunakan dalam klinik. Istilah “visus 20/20” adalah suatu bilangan yang menyatakan jarak
dalam satuan kaki yang mana seseorang dapat membedakan sepasang benda. Satuan lain
dalam meter dinyatakan sebagai visus 6/6. Dua puluh kaki dianggap sebagai tak terhingga
dalam perspektif optikal (perbedaan dalam kekuatan optis yang dibutuhkan untuk
memfokuskan jarak 20 kaki terhadap tak terhingga hanya 0.164 dioptri). Untuk alasan
tersebut, visus 20/20 dapat dianggap sebagai performa nominal untuk jarak penglihatan
manusia, visus 20/40 dapat dianggap separuh dari tajam penglihatan jauh dan visus 20/10
adalah tajam penglihatan dua kali normal.
Visus terbagi menjadi dua yaitu visus sentralis dan visus perifer. Visus sentralis dibagi dua
yaitu visus sentralis jauh dan visus sentralis dekat. Visus sentralis jauh merupakan ketajaman
penglihatan untuk melihat benda benda yang letaknya jauh. Pada keadaan ini mata tidak
melakukan akomodasi. Visus sentralis dekat yang merupakan ketajaman penglihatan untuk
melihat benda benda dekat misalnya membaca, menulis dan lain lain. Pada keadaan ini mata
harus akomodasi supaya bayangan benda tepat jatuh di retina.
Visus perifer menggambarkan luasnya medan penglihatan dan diperiksa dengan perimeter.
Fungsi dari visus perifer adalah untuk mengenal tempat suatu benda terhadap sekitarnya dan
pertahanan tubuh dengan reaksi menghindar jika ada bahaya dari samping. Dalam klinis visus
sentralis jauh tersebut diukur dengan menggunakan grafik huruf snellen yang dilihat pada
jarak 20 kaki atau sekitar 6 meter. Jika hasil pemeriksaan tersebut visusnya 20/20 maka tajam
penglihatannya dikatakan normal dan jika visus <20/20 maka tajam penglihatanya dikatakan
kurang.

Ketajaman penglihatan/visual (atau sering disebut dengan visus) adalah kemampuan sistem
visual untuk membedakan lingkungan yang dapat diukur dengan rangsangan visual yang
dicetak maupun yang diproyeksikan. Ketajaman penglihatan yang sangat baik memberi input
kepada pemeriksa bahwa mata yang diperiksa mempunyai media yang bersih, gambar
terfokus pada retina, jalur visual aferen berfungsi, dan korteks visual mentafsirkan sinyal
yang diterima dengan baik. Pengukuran ketajaman visual adalah tes yang paling sensitif dari
integritas sistem visual dan memenuhi semua kriteria standar dari tes skrining yang baik.

Kriteria standar dari tes skining yang baik adalah:

1. Biaya atau risiko minimal bagi pasien;


2. Pengukuran dapat dilakukan dengan cepat dan mudah, dengan pelatihan pemeriksa yang
sederhana
3. Mempunyai prevalensi tinggi untuk mendeteksi kelainan

Tujuan dari pengujian ketajaman penglihatan adalah untuk menentukan ketajaman visual
terbaik dari setiap mata. Untuk itu dapat digunakan grafik Snellen standar yang dicetak
(digunakan dengan jarak 20 kaki atau 6m). Pemeriksaan dilakukan pada satu mata pada satu
waktu dan mata yang satunya lagi ditutup. Jika pasien menggunakan kaca mata jauh, kaca
mata tersebut harus dipakai selama pengujian.

Pada pemeriksaan, jangan membuang waktu dengan meminta pasien membaca setiap huruf.
Cara yang mudah dan lebih cepat adalah dengan menginstruksikan pasien untuk membaca
baris terkecil yang dapat dilihatnya. Seringkali, pasien akan membaca pada baris 20/20.

Pada paragraf di atas, dokudok.com menggunakan istilah 20/20 yang sama artinya dengan 6/6
yang sering digunakan di Indonesia; 20/20 menggunakan satuan kaki sedang 6/6
menggunakan meter; Jika pembaca ingin menggunakan satuan meter, dapat mengkalikan
bilangan 20 dengan 30 dan membaginya 100 (1 kaki sama dengan 30cm )

Peralatan Pemeriksaan Visus

1. Grafik Snellen.
2. Grafik Snellen E atau C atau dengan ilustrasi untuk pasien yang tidak dapat membaca atau
berbicara.
3. Penutup mata (tidak terlalu penting).
4. Penutup lubang jarum (jika ada).
5. Senter.
6. Dokumentasi pasien.
Prosedur Pemeriksaan Visus

1. Pastikan ruangan cukup terang atau dapat menggunakan penerangan lampu pada grafik.
2. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.
3. Cuci dan keringkan penutup mata. Jika tidak ada, minta pasien untuk mencuci tangan.
4. Posisikan pasien, boleh dalam keadaan duduk atau berdiri, pada jarak 6 meter dari grafik
5. Pengujian dilakukan pada setiap mata secara terpisah – mata ‘buruk’ yang pertama diperiksa.
6. Minta pasien untuk memakai kacamatanya (jika pasien punya), tutup mata yang tidak
diperiksa (baik menggunakan penutup mata atau meminta pasien menutupnya dengan
menggunakan tangannya), dan mulai membaca grafik Snellen.
7. Baris terkecil yang bisa dibaca oleh pasien akan dinyatakan sebagai fraksi (bilangan per),
misalnya 6/18 atau 6/24. Angka di atas per merujuk pada jarak grafik dari pasien (6 meter)
dan angka yang di bawah per adalah jarak dalam meter di mana seseorang tanpa penurunan
visus harus dapat melihat grafik dengan baik.
8. Dalam dokumentasi pasien, catat visus untuk setiap mata. Catat juga apakah pemeriksaan
dilakukan dengan atau tanpa koreksi (kacamata), misalnya:

Visus kanan = 6/18 (dengan koreksi) Visus kiri = 6/24 (dengan koreksi)

9. Jika pasien tidak dapat membaca huruf terbesar (paling atas) pada jarak 6 meter, majukan
pasien lebih dekat, satu meter pada satu waktu, sampai huruf paling atas dapat dilihat –
Visus kemudian akan dicatat dengan angka 5/60 atau 4/60, dan lain-lain.
10. Jika huruf paling atas tidak dapat dibaca pada jarak 1 meter (1/60), gunakan jari Anda pada
berbagai jarak kurang dari 1 meter dan minta apakah pasien dapat menghitungnya. Ini
dicatat sebagai penghitungan jari (CF). Catat sebagai: Visus = Penghitungan jari.
11. Jika pasien tidak bisa menghitung jari, lambaikan tangan Anda dan minta apakah pasien
dapat melihatnya. Ini dicatat sebagai gerakan tangan. Catat sebagai: Visus = Lambaian
tangan.
12. Jika pasien tidak bisa melihat gerakan tangan, beri sinar senter ke arah matanya dari arah
empat kuadran. Dokumentasikan pada kuadran yang relevan, dapat menggunakan kode
seperti Persepsi Cahaya (PC atau √), atau Persepsi Cahaya Negatif (PCN atau X). Catat seperti
contoh pada gambar di bawah ini:

Selanjutnya Ulangi Seluruh Prosedur untuk Mata Kedua

Jika 6/6 (penglihatan normal) tidak tercapai, uji satu mata pada satu waktu dengan penutup
mata lubang jarum (pinhole) ditambah kacamata saat ini dan ulangi prosedur di atas pada
jarak 6 meter saja. Penggunaan lubang jarum ini memungkinkan penilaian penglihatan sentral.
Jika penglihatan membaik, itu menunjukan gangguan disebabkan kesalahan refraksi, yang
diperbaiki dengan kacamata atau resep baru.

Penutup mata lubang jarum digunakan bertujuan untuk meminimalisir kesalahan refraksi dari
cahaya yang mengakibatkan gangguan penglihatan, dan hanya memperbolehkan cahaya pada
sentral saja yang masuk; Cahaya ini tidak direfraksikan dan akan mencapai makula
Jika menggunakan Grafik E atau C

Arahkan pasien untuk melihat ke setiap huruf pada setiap baris dan meminta pasien untuk
menunjukan arah yang terbuka dari setiap huruf. Selanjutnya ikuti prosedur dan metode
pencatatan yang sama seperti di atas.

Signifikansi Klinis Pemeriksaan Visus

Biologi

Ketajaman penglihatan dapat dianggap sebagai “tanda vital” dari fungsi mata. Seperti yang
dinyatakan sebelumnya, ketika ketajaman visual ditemukan menjadi 6/6 (20/20 jika dalam
kaki), maka informasi yang diperoleh:

 Mata telah benar dibiaskan.


 Media okular jelas.
 Wilayah foveal retina berfungsi.
 Saraf optik dan visual yang korteks umumnya utuh.

Pemeriksaan ini secara bersama-sama dengan konfrontasi uji lapangan pandang dan fungsi
pupil, dapat menjawab keluhan pasien dalam hal penurunan ketajaman penglihatan.

Fungsional

Ketajaman penglihatan yang lebih buruk daripada 6/12 terkait dengan kesulitan dalam
melihat huruf-huruf kecil. Di negara dengan penegakan hukum yang ketat, hasil tersebut
berhubungan dengan boleh tidaknya seseorang mendapat SIM. Diperlukan ketajaman
penglihatan dari 6/12 ke 6/24 atau lebih baik setidaknya pada satu mata untuk boleh
mengendarai sebuah mobil. Ketajaman penglihatan dari 6/60 atau lebih buruk pada mata
yang lebih baik (better seeing eye) merupakan parameter yang sering digunakan dalam
menentukan kebutaan secara hukum.

Hukum

Dalam memeriksa tiap pasien dengan keluhan pada mata, terutama dalam keadaan darurat,
pengujian dan pencatatan ketajaman penglihatan sebelum pemeriksaan mata ataupun
pengobatan sangat penting untuk dilakukan. Hal ini berguna untuk mencegah salah paham di
masa depan tentang waktu dan penyebab kehilangan penglihatan.

SOP Pemeriksaan Tonometri Schiotz


Definisi:
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengethui tekanan bola mata (tekanan intraocular)
meningkat atau rendah. Alat ini diberi beban dan diletakkan pada permukaan korne
dan akan menekan bola mata ke dalam. Adanya tekanan tonometri ii akan
mendapatkan perlawanan tekanan yang ada dalam bola mata. Pemeriksaan ini
dilakukan pada pederita yang dicurigai menderita glaucoma, klien pra dan pasca
bedah mata. Pemeriksaan ini tidak dilakukan ada klien yangmengalami luka pada
kornea.
Tonometri yang akan digunakan pada klien harus steril untuk mencegah terjadinya
infeksi. Beban yang digunakan pada tonometri schiotz adalah 5,5 gr, 7,5 gr, 10 gr, dan
15 gr. Gunakan beban terkecil dahulu mulai dari 5,5 gr. Jika hasil skala pengukuran
dengan beban 5,5 gr adaah 1-3, ganti beban dengan 7,5 dan seterusnya.
Alat:

1. Tonometri schiotz
2. Analgesic tetes mata
3. Kapas bersih dalam kom

Persiapan klien :

1. Menjelaskan maksud dan tujuan pada klien


2. Penderita diminta untuk berbaring

Persiapan lingkungan
Persiapkan sketsel dan atur pencahayaan
Prosedur :

1. Bersihkan mata klien dengan kapas bersih


2. Teteskan pantocaine 2-3 tetes, tunggu 5menit (sampai klien tidak merasakan
pedas di mata)
3. Atur kalibrasi tonometri
4. Minta klien melihat satu titik diatas (lngit-langit ruangan) ata u minta klien
meletakkan ibu jari di atas mata (letakkan jarak ibu jari sejauhnya dari mata)
5. Letakkan tonometridiatas permukaaan kornea, jangan ditekan lalu perhatikan
skala yang tertera pada alat (0-5)
6. Konfersikan hasil nilai dari skala dengan table untuk mengetahui TIO (tekanan
intraocular), bila hasil lebih tinggi dari 20 mmHg, klien dicurigai menderita
glaucoma dan bila lebih dari 25 mmHg, klien sudah menderita gloukoma.

Contoh pembacaan:
Bila hasil pengukuran tertera pada angka 5 denagn beban yang digunakan 5,5 gram, ini
berarti TIO adalah 5/5,5. Perhatikan table konversi hasil 5 dengan beban 5,5 adalah 17

Tabel Kalibrasi Pengukuran Tonometri Schiotz


Dikutip dari Sidarta Ilyas, 2006
Augendruck-Pressure, mmHg
Zeiger Ausschlag Scale reading Tonometerstiftewitch-Pluger load
5.5 gram 7,5 gram 10 gram 15 gram
0,0 41,5 59,5 81,5 127,5
0,5 37,8 54,2 75,1 117,9
1,0 34,5 49,8 69,3 109,3
1,5 31,6 45,8 64,0 101,4
2,0 29,0 42,1 59,1 94,3
2,5 26,6 38,8 54,7 88,0
3,0 24,4 35,8 50,6 81,8
3,5 22,4 33,0 46,9 76,2
4,0 20,6 30,4 43,4 71,0
4,5 18,9 28,0 40,2 66,2
5,0 17,3 25,8 37,2 61,8
5,5 15,9 23,8 34,4 57,6
6,0 14,6 21,9 31,8 53,6
6,5 13,4 20,1 29,4 49,9
7,0 12,2 18,5 27,2 46,5
7,5 11,2 17,0 25,1 43,2
8,0 10,2 15,6 23,1 40,2
8,5 9,4 14,3 21,3 38,1
9,0 8,5 13,1 19,6 34,6
9,5 7,8 12,0 18,0 32,0
10,0 7,1 10,9 16,5 29,6
10,5 6,5 10,0 15,1 27,4
11,0 5,9 9,0 13,8 25,3
11,5 5,3 8,3 12,6 23,3
12,0 4,9 7,5 11,5 21,4
12,5 4,4 6,8 10,5 19,7
13,0 4,0 6,2 9,5 18,1
13,5 5,6 8,6 16,5
14,0 5,0 7,8 15,1
14,5 4,5 7,1 13,7
15,0 4,0 6,4 12,6
15,5 5,8 11,4
16,0 5,2 10,4
16,5 4,7 9,4
17,0 4,2 8,5
17,5 7,7
18,0 6,9
18,5 6,2
19,0 5,6
19,5 4,9
20.0 4,5
Diposting oleh Rustandi di 05.38
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke Twitter

Tonometri
Tonometri adalah tehnik untuk mengukur tekanan intra okuler tekanan intra
okuler. Tonometri Schiozt memakai instrument metal yang dipegang tangan
(tonometer) yang diletakan pada permukaan kornea yang dianestesi. Hasilnya
bervariasi namun cukup baik untuk mengestimasi tekanan intra okuler. Alat
pengukur tekanan lain, tonometer aplanasi dari Goldman, dihubungkan dengan
lampu slit untuk megukur tekanan intra okuler. Dianggap sebagai bentuk alat
ukur tekanan intra okuler yang paling akurat.

Pemberian pewarna fluoresen dan anestesi topical diperluakn sebelum tonometri


aplanasi. tekanan intra okuler juga dapat diukur dengan pneumotonometer, yang
memberikan semprotan udara kecil ke mata untuk mengukur tekanannya.
Metoda ini terutama berguna bila tidak diinginkan kontak dengan kornea.
Mengkaji tekanan intra okuler merupakan komponen biasa pada pemeriksaan
mata komprehensif dan tekanan harus sering diukur pada pasien yang menderita
glaucoma atau yang mempunyai resiko mengalami hipertensi intra okuler.
Peningkatan tekanan intra okuler merupakan tanda cardinal pada glaucoma ,
penyakit yang bertanggung jawab terjadinya kebutaan pada lebih dari seperlima
kasus kebutaan di Amerika Serikat.
Penentuan umum tekanan intra okuler dapat dilakukan dengan memberikan
tekanan ringan jari pada sclera mata yang tertutup. Kedua ujung jari tengah
diletakan pada kelopak mata atas yang tertutup. Salah satu jari menekan dengan
lembut kedalam sementara jari satunya lagi merasakan kerasnya tekanan yang
ditimbukan melawannya. Beberapa pemeriksa kemudian membandingkan
tegangan yang dirasakan atau dipersepsi pada mata pasien dengan tekanan
matanya sendiri. BIla dilakukan dengan baik , maneuver ini dapat member
perkiraan kasar, dan memerlukan latihan. Namun, bila memerlukan pengukuran
yang akurat, perlu dilakukan tonometri. Hidrasi pasien dapat dikaji dengan
meraba tegangan intraokuler.Bola mata yang lunak merupakan tanda dehidrasi.
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Anda mungkin juga menyukai