Anda di halaman 1dari 65

SISTEM KOORDINASI

INDRA DAN HORMON


Kelompok 4
Sistem Koordinasi (Sistem Indra dan Sistem Endokrin)
Anggota:
1. Karina Indah Khumaeroh
2. Muhammad Rijalul Haq
3. Putri Kurnia Ramadani
4. Rizqi Cahya Ramadhan
5. Shafa Salsabila
01
SISTEM INDRA
SENSORY SYSTEM
Sistem Indra (Sensory System)
Sistem indra adalah bagian dari sistem saraf yang berfungsi
untuk proses informasi indra. Di dalam sistem indra, terdapat
reseptor indra, jalur saraf, dan bagian dari otak ikut serta dalam
tanggapan indra. Untuk memperoleh berbagai informasi dari
lingkungannya, sistem saraf dilengkapi dengan
bermacam-macam reseptor. Reseptor yang bertugas menerima
rangsangan disebut indra.

Alat indra adalah sel-sel reseptor sensori yang mampu mendeteksi berbagai rangsangan,
lalu akan diteruskan ke otak. Kemudian otak akan mengolah rangsangan yang diterima,
menafsirkan dan memerintah efektor.

Fungsi alat indra terutama adalah untuk mengenal lingkungan luar dan memberikan
respons terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan tersebut. Setiap
reseptor hanya menerima jenis perubahan lingkungan (stimulus atau rangsang) tertentu.
Reseptor diberi nama menurut jenis stimulus yang
diterimanya, yaitu
Kemoreseptor (Chemoreceptors)
Juga dikenal sebagai kemosensor , adalah sel reseptor sensorik khusus yang mentransduksi zat
kimia (endogen atau diinduksi) untuk menghasilkan sinyal biologis. Menerima rangsang zat
kimia
Fotoreseptor (Photoreceptors)
Menerima rangsang cahaya

Mekanoreseptor (Mechanoreceptors)
Mekanoreseptor adalah reseptor sensorik yang merespon kekuatan mekanik, seperti
tekanan atau distorsi. Menerima rangsang fisik seperti tekanan, sentuhan, dan getaran

Termoreseptor (Thermoreceptors)
Termoreseptor adalah reseptor sensorik yang merespon berbagai suhu. Menerima
rangsang suhu
Beberapa reseptor, seperti sel-sel sensorik dari mata, telinga,
lidah, dan hidung merupakan penerima dan pengenal perubahan
lingkungan luar. Secara keseluruhan kelompok reseptor tersebut
dikenal sebagai eksteroseptor. Sedangkan kelompok reseptor
penerima rangsang dari dalam tubuh, seperti lapar, haus, dan
tekanan darah disebut interoseptor. Selain kedua reseptor
tersebut, ada juga reseptor yang berada dalam otot, yaitu
proprioseptor.

Manusia memiliki lima macam alat indra, yaitu indra penglihat,


indra pendengar, indra peraba, indra pencium, dan indra perasa.
Selain itu, terdapat indra yang membantu mengkoordinasi sikap
tubuh yang disebut kinestesis.

Kinestesis adalah perasaan yang sangat kompleks yang


ditimbulkan oleh rangsangan dalam otot, urat, dan pergelangan.
Bersifat mempunyai daya menyadari gerakan otot; berkemampuan
psikomotorik.
Indra Penglihatan (Visual System)
Panca indera pertama yang akan dibahas adalah indera penglihat atau mata. Mata ini berada di
bagian wajah manusia yang letaknya di bawah dahi serta ada kanan dan kiri hidung. Mata ini sangat
diperlukan oleh manusia dalam mengirim rangsangan untuk dikirim otak. Rangsangan itu berasal dari
apa yang kita lihat.
Mata adalah sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya pada fotoreseptor dan mengubah
energi cahaya menjadi impuls saraf.

Sistem visual terdiri dari organ sensorik (mata) dan bagian dari sistem saraf pusat (retina yang
mengandung sel fotoreseptor, saraf optik, saluran optik dan korteks visual) yang memberikan
organisme indera penglihatan (kemampuan untuk mendeteksi dan memproses cahaya tampak) serta
memungkinkan pembentukan beberapa fungsi respons foto non-gambar.
Mata (eye[s])
Struktur bagian luar dan fungsinya
1. Alis
Alis mata berfungsi sebagai pelindung
mata yang peka dari tetesan keringat
yang jatuh dari bagian dahi, air hujan,
atau sinar matahari yang berlebihan

3. Kelopak Mata
2. Bulu Mata
Fungsi utama kelopak mata adalah untuk melindungi
Rambut-rambut ini berfungsi untuk
mata serta membuat kelembaban permukaan mata
melindungi supaya debu, keringat atau
(kornea) terjaga secara konstan, sehingga kelopak
air yang menetes dari dahi tidak masuk
mata bertanggung jawab untuk menyebarkan
ke mata.
lapisan air mata secara merata di seluruh permukaan
mata
Aksesoris mata
Orbita
Lekukan tulang yang berisi bola mata

Alis
Untuk melindungi mata dari keringat

Otot mata
(2 pasang otot rektus dan 1 pasang otot sadak), untuk
menggerakkan mata ke arah vertikal, horizontal, dan
menyilang
Air mata
Mengandung garam, mukosa, dan lisozim. Untuk membasahi
permukaan mata dan mempertahankan kelembapannya

Kelopak mata
Melindungi mata dari kekeringan dan debu
Struktur bagian dalam dan fungsinya
Mata sebagai organ penglihatan pada manusia berisi
sejumlah reseptor untuk cahaya (fotoreseptor). Mata
terbentuk hamper bundar dengan diameter 2,5cm. organ ini
terdapat sepasang yang masing masing terletak didalam
rongga orbital tengkorak.
Dinding bola mata terdiri atas tiga lapisan yaitu sklera,
koroid, dan retina.

Sklera
Merupakan lapisan terluar yang berfungsi sebagai pelindung
bola mata.
Kornea Konjungtiva
Adalah sklera bagian depan yang Pada lapisan konjungtiva, terdapat kelenjar
transparan seperti gelas. Kornea air mata (glandula lakrimaris) yang
dilapisi oleh selaput tipis transparan berperan menjaga kelembapan dan
dan banyak mengandung pembuluh kesehatan mata dengan cara mengeluarkan
darah yang disebut konjungtiva. air mata
Koroid
Lapisan tengah disebut koroid, berupa jaringan ikat yang mempunyai banyak
pembuluh darah dan sejumlah pigmen. Lapisan koroid berfungsi memberi
makan pada retina dan menyerap cahaya yang masuk lewat retina untuk
mencegah refleksi yang dapat menimbulkan kesan lain. Pada bagian depan
mata, koroid memisahkan diri dari sklera dan membentuk iris

Iris
Adalah struktur annular tipis di mata, yang bertanggung
jawab untuk mengontrol diameter dan ukuran pupil,
dengan demikian sejumlah cahaya dapat mencapai retina.
Warna mata ditentukan oleh iris. Dalam istilah optik, pupil
adalah lubang mata, sedangkan iris adalah diafragma.

Pupil
Pada bagian depan, lapisan koroid sedikit terbuka membentuk celah dalam iris yang
disebut pupil. Pupil berperan dalam pengaturan cahaya yang masuk ke dalam retina.
Pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika
kondisi ruangan terang
Retina
Lapisan terdalam dalam bola mata disebut retina, berupa lapisan tipis yang sensitif terhadap
cahaya dan berisi epitel sensorik. Saraf mata (nervus optikus) berasal dari retina. Jadi, retina dapat
dianggap sebagai film pada kamera. Manusia dapat melihat benda karena adanya cahaya. Cahaya
yang ditangkap mata berturut-turut akan melalui kornea, aqueous humor, pupil. lensa, vitreus
humor, dan retina

Lensa mata
Berfungsi memfokuskan cahaya yang terpantul dari benda-benda
yang terlihat sehingga menjadi bayangan yang jelas pada retina.
Cahaya ini akan merangsang fotoreseptor untuk menyampaikan
impuls ke saraf penglihat dan berlanjut sampai lobus oksipitalis pada
otak besar.

Makula Kornea
Makula adalah bagian mata yang tengahnya berfungsi Kornea adalah bagian mata yang
sebagai penglihatan supaya lebih jelas. Selain itu, makula berbentuk jaringan seperti kubah
juga berfungsi sebagai penerima cahaya. Oleh karena itu, transparan. Selain itu, kornea berfungsi
kondisi makula harus diperhatikan dengan baik supaya sebagai pembentuk bagian mata paling luar
penglihatan dan pengatur cahaya yang masuk pada mata dan sebagai pintu keluar masuknya cahaya
tidak terganggu. yang datang dari luar.
Pada retina terdapat ujung-ujung saraf penerima rangsang cahaya (fotoreseptor). Ada dua macam
fotoreseptor, yaitu sel berbentuk batang (basilus) dan sel berbentuk kerucut (konus). Sel-sel batang
sangat penting untuk penglihatan pada saat intensitas cahaya lemah, misalnya menjelang malam. Sel
sel batang tidak dapat melihat warna.

Sel kerucut (konus) sangat penting untuk penglihatan di waktu terang.


Dengan adanya sel kerucut, kita dapat melihat warna.

Sel kerucut mempunyai kepekaan terhadap panjang gelombang cahaya


biru, hijau, dan merah. Hal ini bergantung pada jenis protein opsin.
Kekurangan jenis protein opsin dapat menyebabkan ketidakmampuan
membedakan warna tertentu (buta warna).

Pada retina terdapat satu titik atau bintik yang tidak mempunyai sel-sel
batang, bintik ini disebut bintik buta. Pada mata normal, lensa matanya
dapat berakomodasi untuk memfokuskan objek yang jaraknya jauh
maupun dekat.
Retina
Membran Pembatas Bagian dalam (Inner limiting membrane)
Membran basal yang dielaborasi oleh sel Müller
Lapisan serat saraf (Nerve fibre layer)—Akson badan sel
ganglion (ada lapisan tipis sel Müller di antara lapisan ini dan membran
pembatas bagian dalam)
Lapisan sel ganglion (Ganglion cell layer)—Mengandung inti sel
ganglion, yang aksonnya menjadi serabut saraf optik, dan beberapa sel
amakrin yang tergeser
Lapisan pleksiform dalam (Inner plexiform layer) Mengandung
sinaps antara akson sel bipolar dan dendrit sel ganglion dan amakrin
Lapisan inti dalam (Inner nuclear layer)—Mengandung inti dan
badan sel di sekitarnya (perikarya) sel amakrin , sel bipolar , dan sel
horizontal
Lapisan pleksiform luar (Outer plexiform layer) — Proyeksi
batang dan kerucut yang masing-masing berakhir di batang spherule
dan pedikel kerucut. Ini membuat sinapsis dengan dendrit sel bipolar
dan sel horizontal. Di daerah makula , ini dikenal sebagai lapisan Serat
Henle.
Lapisan inti luar (Outer nuclear layer) — Badan sel batang dan
kerucut
Membran pembatas eksternal (External limiting membrane)
Lapisan yang memisahkan bagian segmen dalam fotoreseptor dari inti
selnya.
Segmen dalam / lapisan segmen luar (Inner segment / outer
segment layer) — Segmen dalam dan segmen luar batang dan
kerucut. Segmen luar berisi peralatan penginderaan cahaya yang
sangat khusus.
Epitel pigmen retina (Retinal pigment epithelium) — Lapisan
tunggal sel epitel kuboid. Lapisan ini paling dekat dengan koroid, dan
memberikan nutrisi dan fungsi pendukung ke retina saraf.
Mekanisme melihat
1 2
Cahaya yang
dipantulkan oleh Intensitas
benda ditangkap cahaya yang
oleh mata, telah diatur oleh
kemudian pupil diteruskan
menembus kornea menembus lensa
dan diteruskan mata ke retina
melalui pupil

3 4 5
Pada bintik
Daya akomodasi Cahaya yang disampaikan
kuning, impuls
lensa mata ke otak akan
cahaya
mengatur cahaya, diinterpretasikan, sehingga
disampaikan oleh
agar jatuh tepat di kita bisa mengetahui apa
saraf optik ke
bintik kunng retina yang kita lihat
otak
Nukleus Genikulatum Lateral (Lateral Geniculate Nucleus)
Nukleus genikulatum lateral adalah pusat relai di talamus pada
sistem visual. Ini adalah proyeksi yang kecil, ovoid, dan ventral
dari thalamus di mana thalamus terhubung dengan saraf optik.
Ada dua LGN, satu di kiri dan satu lagi di sisi kanan talamus. Pada
manusia, kedua LGN memiliki enam lapisan neuron bergantian
dengan serat optik.

LGN menerima informasi langsung dari sel ganglion retina


asendens melalui traktus optikus dan dari sistem pengaktifan
retikuler.

LGN menerima informasi langsung dari sel ganglion retina asendens melalui traktus optikus dan dari
sistem pengaktifan retikuler. Neuron LGN mengirimkan aksonnya melalui radiasi optik,sebuah jalur
langsung yang mengarah ke korteks visual primer. Selain itu, LGN menerima banyak koneksi umpan
balik yang kuat dari korteks visual primer. Pada manusia dan mamalia lainnya, dua jalur terkuat yang
menghubungkan mata ke otak adalah jalur yang memproyeksikan ke bagian dorsal LGN di talamus, dan
ke colliculus superior.
Korteks Visual (Visual Cortex)
Korteks visual otak adalah area korteks serebral yang memproses
informasi visual Korteks visual terletak di lobus oksipital. Input sensorik
yang berasal dari mata akan berjalan melalui LGN di talamus dan
kemudian mencapai korteks visual.

Area korteks visual yang menerima input sensorik dari nukleus


genikulatum lateral adalah korteks visual primer, juga dikenal sebagai
area visual 1 (V1 ), area Brodmann 17, atau korteks lurik.

Area ekstrastriat terdiri dari area visual 2, 3, 4, dan 5 (juga dikenal sebagai V2, V3, V4, dan V5, atau area
Brodmann 18 dan semua area Brodmann 19)

Kedua belahan otak terdapat korteks visual; korteks visual di


belahan kiri menerima sinyal dari bidang visual kanan, dan
korteks visual di belahan kanan menerima sinyal dari bidang
visual kiri.
Indra Pendengaran (Auditory System)
Panca indera kedua yang akan dibahas adalah indera pendengar atau biasa disebut dengan
telinga. Telinga mempunyai kemampuan khusus untuk mengetahui berbagai macam
getaran bunyi sekaligus sebagai penjaga keseimbangan.

Sistem pendengaran mengubah berbagai sinyal mekanik yang lemah menjadi serangkaian
sinyal listrik yang kompleks di sistem saraf pusat. Bunyi adalah serangkaian perubahan
tekanan di udara.

Suara sering bervariasi dalam frekuensi dan


intensitas dari waktu ke waktu. Manusia
dapat mendeteksi suara yang menyebabkan
gerakan hanya sedikit lebih besar daripada
gerakan Brown. Jelas, jika kita mendengar
gerakan molekul udara yang tak
henti-hentinya (kecuali pada nol mutlak), kita
tidak akan memiliki keheningan.
Struktur Telinga (Ear Structure)
Telinga terdiri atas tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga
luar terdiri atas daun telinga (pinna), lubang telinga luar (meatus auditorius), dan gendang
telinga (membran timpani). Bagian daun telinga berfungsi untuk membantu memusatkan
bunyi yang masuk ke dalam saluran telinga dan menggetarkan gendang telinga.

Di dalam saluran telinga terdapat banyak kelenjar yang


menghasilkan zat seperti lilin yang disebut serumen atau
kotoran telinga. Kotoran telinga harus dibersihkan
secara berkala agar tidak menumpuk. Penumpukan
kotoran telinga di saluran pendengaran dapat
menyebabkan tuli konduktif atau tuli sementara.

Hanya bagian saluran yang memproduksi sedikit serumen yang memiliki rambut. Pada ujung
saluran terdapat gendang telinga yang meneruskan suara ke telinga dalam.
Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan
disampaikan ke tulang pendengaran. Pada telinga tengah
terdapat tiga tulang pendengaran (osikel) yang ketiganya
berperan sebagai amplifier (penguat). Ketiga tulang
pendengaran tersebut, yaitu martil (maleus), landasan
(inkus), dan sanggurdi (stapes). Tulang martil melekat pada
gendang telinga (membran timpani). Sanggurdi melekat
pada tingkap jorong (tingkap bundar).

Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan ke tulang pendengaran.
Pada telinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran (osikel) yang ketiganya berperan sebagai
amplifier (penguat). Ketiga tulang pendengaran tersebut, yaitu martil (maleus), landasan (inkus),
dan sanggurdi (stapes). Tulang martil melekat pada gendang telinga (membran timpani). Sanggurdi
melekat pada tingkap jorong (tingkap bundar).

Di dalam koklea terdapat organ korti yang berfungsi mengubah getaran suara menjadi impuls.
Organ korti terdiri atas sel rambut dan sel penyokong. Sel rambut menghubungkan bagian otak
dengan saraf vestibulokoklearis.
Koklea (rumah siput) berisi cairan endolimfe dan permukaan dalamnya merupakan tempat
bermuara saraf. Ujung-ujung saraf ini sangat peka oleh getaran. Semua ujung saraf ini menyatu
membentuk saraf pendengar. Apabila koklea khususnya organ korti mengalami kerusakan pada
sarafnya maka dapat menyebabkan gangguan yang disebut tuli saraf.

Gelombang suara yang ditangkap telinga luar akan


menggetarkan membran timpani. Getaran ini, pada
bagian tengah telinga akan diteruskan ke
tulang-tulang pendengaran, yaitu martil, landasan,
dan sanggurdi. Akhirnya, tingkap jorong ikut bergetar.
Getaran tingkap jorong akan menggetarkan cairan di
dalam koklea (rumah siput).

Cairan yang bergetar menstimulasi ujung-ujung saraf pendengar. Otak besar menerima impuls
ini dan menerjemahkannya, kemudian kita mempersepsikannya sebagai suara. Rangsangan
suara disampaikan ke otak melalui saraf yang menyambungkan telinga dan otak, yaitu nervus
vestibulokoklearis.
Selain sebagai alat pendengar, telinga juga mempunyai fungsi sebagai alat keseimbangan.
Interoseptor khusus yang berfungsi sebagai alat keseimbangan terletak pada telinga dalam dan
disebut labirin (saluran gelung). Saluran gelung (labirin) terdiri atas tiga saluran yang berkaitan
dan berperan dalam menjaga keseimbangan.

Labirin terdiri atas alat keseimbangan untuk


merasakan Gerakan kepala, yaitu tiga saluran
setengan lingkaran (kanalis semisirkularis) dan
alat untuk mengetahui kedudukan kepala, yaitu
utriculus serta sakulus berupa rongga rongga
kecil.

Pada beberapa orang Gerakan atau getaran yang terjadi sepanjang perjalanan dapat
menyebabkan gangguan keseimbangan berupa mabuk perjalanan (motion sickness). Gejalanya
antara lain mual, muntah, pusing dan berkeringat.
Indra Peraba (Somatosensory System)
Sistem somatosensori adalah bagian dari sistem sensorik yang berhubungan dengan persepsi sadar
akan sentuhan, tekanan, nyeri, suhu, posisi, gerakan, dan getaran, yang timbul dari otot, persendian,
kulit, dan fasia.
Ini adalah bagian dari sistem saraf sensorik, yang juga mewakili
rangsangan visual, pendengaran, penciuman, dan pengecapan.
Somatosensasi dimulai ketika struktur mekanis dan termosensitif di
kulit atau organ internal merasakan rangsangan fisik seperti tekanan
pada kulit. Sistem somatosensori adalah sistem 3-neuron yang
menyampaikan sensasi yang terdeteksi di perifer dan
menyampaikannya melalui jalur melalui sumsum tulang belakang,
batang otak, dan inti talamus diteruskan ke korteks sensorik di lobus
parietal.
Informasi sensorik kemudian diproses secara lokal di sumsum tulang belakang untuk mendorong
refleks, dan juga disampaikan ke otak untuk persepsi sentuhan dan propriosepsi secara sadar.
Perhatikan, informasi somatosensori dari wajah dan kepala memasuki otak melalui neuron sensorik
perifer di saraf kranial, seperti saraf trigeminal.
Indra peraba dan perasa disebut tangoreseptor dan terdapat di kulit. Kulit adalah suatu alat penerima
rangsang dari luar (eksteroseptor) berupa rangsang panas, dingin, sentuhan, tekanan, dan sakit.
Ujung-ujung saraf peraba dan perasa an terdapat pada folikel rambut yang tersebar pada permukaan kulit
dengan tidak merata. Letaknya pun berlainan terhadap permukaan kulit. Pada umumnya ujung ujung saraf
terletak di lapisan dermis, kecuali perasa nyeri yang dapat mencapai epidermis.

Ujung-ujung saraf peraba dan perasa ada yang terbungkus kapsul


disebut ujung saraf korpuskula atau puting peraba. ujung saraf
bebas. Contoh ujung saraf korpuskula adalah ujung saraf Meissner
(reseptor sentuhan), Paccini (reseptor lit. tekanan), sedangkan ujung
saraf Ruffini (reseptor panas) dan Krausse (reseptor dingin)
merupakan ujung-ujung saraf bebas.

Ujung-ujung saraf Paccini selain pada kulit, terdapat pula pada alat-alat dalam, seperti bongkol
sendi, lambung, usus, dan kandung kemih sehingga kita merasakan lapar, kenyang, dan ingin
buang air.
Indra Pengecap (Gustatory System)
Sistem gustatory atau indera pengecap adalah sistem sensorik yang sebagian bertanggung jawab atas
persepsi rasa (flavor). Rasa adalah persepsi yang dihasilkan atau dirangsang ketika suatu zat di dalam
mulut bereaksi secara kimiawi dengan sel-sel reseptor rasa yang terletak pada kuncup-kuncup pengecap
di rongga mulut, kebanyakan di lidah.

Rasa, bersama dengan penciuman dan stimulasi saraf trigeminal


(mencatat tekstur, rasa sakit, dan suhu), menentukan rasa
makanan dan zat lainnya. Manusia memiliki reseptor rasa pada
kuncup pengecap dan area lain termasuk permukaan atas lidah
dan epiglotis. Korteks gustatory bertanggung jawab atas persepsi
rasa.
Pada manusia, makanan dapat dirasakan karena adanya
reseptor pengecap yang disebut sel-sel pengecap, atau putting
pengecap (papila) pada lidah.

Pada manusia papilla ini berjumlah kurang lebih 2.000 buah, terdapat tiga jenis papilla, yaitu papilla
filiformis (fili=benang), papilla sirkumvalata (sirkum= bulat), dan papilla fungiformis (fungi=jamur).
Struktur Lidah (Tongue Structure)
Lidah adalah hidrostat otot yang membentuk bagian dari dasar
rongga mulut. Sisi kiri dan kanan lidah dipisahkan oleh bagian
vertikal jaringan fibrosa yang dikenal sebagai septum lingual.
Pembagian ini sepanjang lidah kecuali bagian paling belakang
dari bagian faring dan terlihat sebagai alur yang disebut sulkus
median.

Lidah manusia dibagi menjadi bagian anterior dan posterior oleh sulkus terminalis yang
merupakan alur berbentuk V. Puncak sulkus terminal ditandai oleh foramen buta, foramen
sekum, yang merupakan sisa dari divertikulum tiroid median dalam perkembangan embrio awal.

Bagian oral anterior adalah bagian yang terlihat terletak di depan dan membentuk kira-kira dua
pertiga panjang lidah. Bagian faring posterior adalah bagian yang paling dekat dengan
tenggorokan, kira-kira sepertiga dari panjangnya. Bagian-bagian ini berbeda dalam hal
perkembangan embriologis dan suplai sarafnya.
Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ada dipinggir papila, terdiri atas dua sel yaitu sel
penyokong dan sel pengecap, lidah dapat merasakan epat macam rasa kecap utama, yaitu manis,
asin, pahit, dan masam.
Lidah dapat mengalami gangguan atau kelainan. Gangguan yang sering terjadi adalah sariawan.
Sariawan biasanya terjadi akibat kekurangan vitamin c dan zat besi atau akibat luka tergigit.
Sariawan ditempat yang sama selama dua minggu hingga satu bulan dapat menjadi indikasi
adanya kanker rongga mulut.
Indra Pencium (Olfactory System)
Sistem penciuman, atau indera penciuman, adalah sistem sensorik yang digunakan untuk mencium
(olfaksi). Penciuman adalah salah satu indera khusus, yang berhubungan langsung dengan organ
tertentu. Kebanyakan mamalia dan reptil memiliki sistem penciuman utama dan sistem penciuman
aksesori. Sistem penciuman utama mendeteksi zat di udara, sedangkan sistem aksesori merasakan
rangsangan fase cairan.

Indera penciuman dan pengecap (gustatory system) sering disebut bersama sebagai sistem
kemosensori karena keduanya memberikan informasi kepada otak tentang komposisi kimia objek
melalui proses yang disebut transduksi.
Indra pembau atau pencium terdapat di hidung, yaitu pada selaput lendir (mukosa). Mukosa
berisi sel-sel bipolar pencium (olfaktorius). Sel-sel bipolar ini memiliki tonjolan ujung dendrit
berupa rambut-rambut halus yang dihubungkan oleh urat saraf. Rambut-rambut tersebut
berfungsi menerima rangsangan zat kimia berupa gas.

Saat mencium bau-bauan, gas memasuki rongga hidung bercampur dengan lendir. Kemudian,
merangsang ujung-ujung saraf pada bulbus olfaktori. Impuls ini diteruskan oleh saraf pembau ke
saraf pusat sensorik pada rongga hidung dan akhirnya diinterpretasikan sebagai bau.
Gangguan Pada Sistem Indra
Rabun Jauh (Hipermetropi)
Hipermetropi merupakan gangguan mata di mana penderitanya
tidak dapat melihat benda yang dekat dengan jelas. Pengidap
hipermetropi dapat ditolong dengan kacamata berlensa cembung.
Gangguan mata tersebut terjadi karena lensa mata terlalu pipih
atau bola mata terlalu pendek sehingga bayangan jatuh di belakang
retina.

Rabun Dekat (Miopi)


Miopi adalah gangguan mata di mana pengidap tidak dapat melihat
benda-benda yang letaknya jauh dari jangkauan mata.
Gangguan mata ini disebabkan lensa mata terlalu cembung atau
bola mata terlalu panjang sehingga bayangan benda jatuh di depan
retina.
Untuk memperbaiki kelainan mata seperti ini diperlukan lensa yang
bersifat memancarkan berkas sinar, yaitu lensa cekung.
Astigmatis (Mata Silindris)
Astigmatis adalah kelainan pada mata yang menyebabkan
penglihatan menjadi kabur. Hal ini terjadi karena pengidap
tidak mampu melihat garis-garis horizontal dan vertikal secara
bersama-sama.
Mata juga tidak mampu memfokuskan pandangan karena
kornea mata tidak berbentuk bola. Kelainan ini dapat diatasi
dengan memakai kacamata silindris.

Presbiopia (Rabun dekat dan jauh)


Presbiopia adalah kelainan yang ditandai dengan mata tidak dapat melihat
dekat dan jauh. Hal itu terjadi karena daya akomodasi mata mulai berkurang.
Kelainan ini biasanya dialami oleh orang tua sehingga disebut mata tua.
Kelainan ini dapat diatasi dengan memakai kacamata berlensa rangkap, yaitu
bagian atas berlensa cekung (negatif) dan bagian bawah berlensa cembung
(positif).
Katarak

Katarak merupakan kelainan yang terjadi pada lensa mata.


Lensa mata menjadi kabur dan keruh sehingga cahaya yang
masuk tidak dapat mencapai retina.
Biasanya, katarak diderita oleh orang yang berusia lanjut.
Katarak dapat diatasi dengan tindakan operasi.

Rabun Ayam Keratomalasi Juling Glaukoma Buta Warna


Otitis Media
Otitis media adalah infeksi atau radang pada telinga bagian tengah.
Penyakit ini biasanya dimulai dari gejala pilek seperti sakit
tenggorokan, hidung berair, dan demam.
Bila infeksi pilek menyebar ke telinga, tabung eustachius akan
tersumbat oleh penumpukan cairan. Inilah yang menyebabkan
peradangan pada telinga bagian tengah.

Tinnitus (Telinga Berdenging)


Tinnitus adalah bunyi atau dengungan pada telinga. Kondisi ini
sebenarnya bukan penyakit, melainkan gejala dari penyakit tertentu.
Contohnya telinga, masalah pada sistem sirkulasi tubuh, atau
kehilangan kemampuan mendengar seiring bertambahnya usia.
Tinnitus merupakan kondisi yang bisa dialami semua orang dari segala
usia, tapi biasanya dialami oleh lansia berusia di atas 65 tahun.
Labirinitas
Labirinitis adalah penyakit infeksi telinga bagian dalam yang
menyebabkan peradangan. Ini dapat terjadi ketika pilek, flu, atau bila
infeksi telinga tengah menyebar ke telinga bagian dalam.
Gangguan telinga dapat memengaruhi pendengaran dan keseimbangan
seseorang, menyebabkan pusing, mual, vertigo, dan masalah
penglihatan.
Labirinitis dapat disebabkan oleh bakteri atau virus yang bisa muncul
tiba-tiba dan tanpa peringatan.

Penyakit Meneire

Penyakit Ménière adalah penyakit pada telinga yang mempengaruhi


keseimbangan dan bagian pendengaran dari telinga bagian dalam.
Gangguan telinga ini bersifat jangka panjang yang dapat terus memburuk seiring
waktu.
Orang yang menderita penyakit ini akan mengalami gejala vertigo seperti pusing
dengan sensasi berputar, linglung, dan merasa seperti mabuk.
Otosklerosis Sindrom Pendred

Sindrom Usher Schwannoma Vestibular


Psoriasis
Adalah peradangan pada kulit yang menyebabkan kulit bersisik,
menebal, mudah terkelupas, dan kadang juga terasa gatal. Psoriasis
biasanya muncul di kulit bagian lutut, siku, punggung bagian bawah, dan
kulit kepala.
Kondisi ini diduga terjadi akibat gangguan sistem kekebalan tubuh.
Selain itu, ada faktor-faktor yang dapat menjadi pemicu psoriasis,
seperti stres, infeksi tenggorokan, dan cuaca dingin.

Vitiligo
Adalah penyakit yang menyebabkan warna kulit memudar. Area kulit
yang memudar biasanya bertambah besar seiring waktu. Selain bisa
menyerang area kulit mana pun di tubuh, vitiligo juga dapat terjadi di
bagian dalam mulut, mata, rambut, dan area kelamin. Disebabkan oleh
Kelainan genetik yang diturunkan, Penyakit autoimun, Paparan sinar
matahari (radiasi ultraviolet), Paparan bahan kimia, dan stress.
Hiperalgesia Hiperestesia

Hipoestesia Parestesia
Hipogeusia

Penurunan kemampuan untuk merasakan berbagai rasa. Seseorang yang


mengalami gangguan ini masih bisa merasakan rasa makanan, tapi
kepekaannya berkurang.

Ageusia Disgeusia Aliageusia Phantogeusia


Kondisi di mana Gangguan indra ketika makanan atau Kondisi yang membuat
seseorang tidak bisa pengecapan yang minuman yang seseorang
merasakan rasa menyebabkan persepsi biasanya terasa lezat berhalusinasi tentang
apapun dari makanan rasa seseorang berubah. mulai terasa tidak rasa tertentu atau
yang dimakannya. Misalnya semua makanan enak. mencicipi sesuatu yang
Kondisi ini jarang jadi terasa manis, asam, sebenarnya tidak ada
terjadi. pahit, atau metalik.
Anosmia
Anosmia adalah ketidakmampuan atau penurunan kemampuan untuk mencium.
Ini bisa permanen atau sementara yang tergantung pada penyebabnya.
Faktanya, beberapa orang memiliki anosmia sejak lahir, sedangkan yang lain
kehilangan kemampuan untuk mencium akibat beberapa kondisi.

Disebabkan oleh Gangguan Obstruksi, Trauma Kepala, Penuaan dan Proses


Neurodegeneratif, Penyakit Bawaan Lahir, dan Terapi Radiasi

Hiperosmia
Hiperosmia adalah sensitif berlebihan terhadap suatu rangsangan bau.
Rangsangan bau yang biasanya tidak mengganggu jadi terasa berlebihan dan
mengganggu. Walaupun angka kejadian lebih kecil dari hiposmia
Hiperosmia disebabkan oleh Perubahan hormonal, Migrain, Penyakit saraf
yang mengganggu saraf olfaktorius atau jalur pembawa informasi ke otak,
Konsumsi obat jenis metamfetamin, Penderita diabetes melitus, Kekurangan
vitamin B12.
02
SISTEM HORMON
ENDOCRINE SYSTEM
Sistem Endokrin (Endocrine System)
Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang tidak mempunyai saluran (duktus). Sebagian besar hormone
merupakan protein. Sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak yang merupakan derivate dari
kolesterol. Hormon berfungsi dalam mengatur dan memelihara fungsi normal tubuh seperti
pertumbuhan dan perkembangan, homeostasis, reproduksi, metabolisme, dan tingkah laku.

Hormon dilepaskan ke dalam aliran darah dari kelenjar, dan


dipengaruhi kegiatan di dalam sel-sel. Hormon diperlukan dalam jumlah
yang sedikit, namun mempunyai kemampuan kerja yang besar dan lama
untuk memicu respons tubuh yang sangat luas. Hormon masuk ke dalam
sistem peredaran darah untuk mempengaruhi kerja organ-organ lain
yang berada jauh dari kelenjar endokrin. Umumnya, kelenjar bekerja
spesifik pada organ-organ tertentu yang disebut organ sasaran.

Sistem saraf bersama sistem hormon merupakan system koordinasi yang mengatur dan mengendalikan
segala aktivitas tubuh secara langsung maupun tidak langsung. Pengaturan dan pengendalian berupa
penyampaian informasi yang kemudian diolah dan disampaikan dalam bentuk respons.
Terdapat hubungan yang erat sistem saraf dengan sistem hormon. Sistem hormon dapat bekerja
apabila ada pengendalian dalam sistem saraf. Hormon dari hipofisis baru dapat diproduksi jika ada
neurohormon (hormon yang diproduksi oleh sel-sel neurosekresi) dari hipotalamus yang berupa
hormon (faktor) Pelepas (releasing factor). Misalnya, neurohormon yang dapat melepas hormon
pertumbuhan, disebut Growth Hormone Releasing Factor (GHRF). Hormone ini diterjemahkan menjadi
faktor Pelepas hormon pertumbuhan

Jadi, hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus Sebagian


besar merupakan faktor pelepas (RF). Hormon yang bukan
faktor Pelepas yang dibuat pada hipotalamus adalah hormon
yang disimpan pada hipofisis bagian belakang.
Hormone-hormon tersebut adalah hormone antidiuretic
(ADH) atau vasopressin.

Jadi, hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus Sebagian besar merupakan faktor pelepas (RF).
Hormon yang bukan faktor Pelepas yang dibuat pada hipotalamus adalah hormon yang disimpan pada
hipofisis bagian belakang. Hormon-hormon tersebut adalah hormone antidiuretic (ADH) atau
vasopressin.
Kelenjar Pada Sistem Endokrin
Kelenjar yang membentuk sistem endokrin menghasilkan
pembawa pesan kimia yang disebut hormon yang berjalan
melalui darah ke bagian lain dari tubuh.

Kelenjar endokrin yang penting termasuk kelenjar hipofisis,


tiroid, paratiroid, timus, dan adrenal.

Ada kelenjar lain yang mengandung jaringan endokrin dan


mengeluarkan hormon, termasuk pankreas, ovarium, dan
testis.

Sistem endokrin dan saraf bekerja sama secara erat. Otak


mengirimkan instruksi ke sistem endokrin. Sebagai
imbalannya, ia mendapat umpan balik konstan dari kelenjar.
Kelenjar Hipofisis (Pituitari)

Kelenjar hipofisis disebut juga kelenjar penguasa (Master of Gland) karena hipofisis
mengkoordinasikan berbagai fungsi dari kelenjar endokrin lainnya. Beberapa hormon
hipofisis memiliki efek langsung, beberapa hormon lainnya yang dihasilkan hipofisis
mengendalikan kecepatan pelepasan hormon oleh organ lain. Terdapat tiga bagian yang
menyusun hipofisis, yaitu hipofisis bagian depan (anterior), hipofisis intermediet, dan
hipofisis bagian belakang (posterior).
Tidak semua kelenjar endokrin berada di bawah
kendali hipofisis. Beberapa di antaranya
memberikan respons, baik langsung maupun tidak
langsung, terhadap konsentrasi zat-zat di dalam
darah, contohnya adalah sebagai berikut.
a. Sel-sel penghasil insulin pada pankreas
memberikan respons terhadap gula dan asam
lemak.
b. Sel-sel paratiroid memberikan respons
terhadap kalsium dan fosfat.
C. Medula adrenal (bagian dari kelenjar adrenal)
memberikan respons terhadap perangsangan
langsung dari sistem saraf parasimpatis.
Kelenjar Tiroid (Kelenjar Gondok)

Kelenjar tiroid terletak pada leher depan di bawah jakun. Kelenjar ini terdiri atas dua lobus lateral
yang dihubungkan oleh bagian yang mengecil di tengah tengah disebut isthmus. Kelenjar tiroid
menghasilkan hormon tiroksin, kalsitonin, dan triiodotironin yang terdiri atas asam amino dan
iodium.
Hormon tiroksin sangat esensial untuk perkembangan dan pertumbuhan otak dan jaringan-jaringan
lainnya, merangsang metabolisme, dan menurunkan kadar kalsium darah. Apabila kadar tiroksin
dalam darah rendah (hipotiroidisme) maka kecepatan metabolisme menurun dan mengakibatkan
turunnya produksi panas.
Kelenjar Paratiroid (Kelenjar Anak Gondok)

Kelenjar paratiroid memproduksi parathormon (PTH)yang berfungsi mengatur dan mengontrol


kadar kalsium dan fosfat dalam darah. Bersama-sama dengan hormon kalsitosin yang dihasilkan
kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid akan menyebabkan kalsium dan fosfat dalam tulang larut
dalam darah. Kadar kalsium (Ca) dalam darah sangat penting untuk kontraksi otot.
Kelenjar Adrenal (Kelenjar Anak Ginjal)

Kelenjar adrenal (juga dikenal sebagai kelenjar suprarenal)


adalah kelenjar endokrin yang menghasilkan berbagai hormon
termasuk adrenalin dan steroid aldosteron dan kortisol.
Kelenjar adrenal terdiri atas dua bagian, yaitu bagian luar
disebut korteks dan bagian dalam disebut medula. Kedua
bagian ini mensekresikan hormon hormon yang berbeda.

Adrenal korteks terdiri atas tiga lapisan, masing-masing dari


luar ke dalam, yaitu zona glomerulosa, zona pisciculata, dan
zona reticularis
Kelenjar Pankreas (Pulau Langerhans)
Kelenjar pankreas atau pulau Langerhans memiliki
fungsi sebagai kelenjar endokrin dan juga sebagai
kelenjar eksokrin.
Fungsi eksokrin adalah memproduksi getah
pankreas dan NaHCO, yang masuk ke dalam usus
dua belas jari melalui salurannya untuk membantu
proses pencernaan makanan.

Fungsi endokrinnya dilakukan oleh pulau


Langerhans yang terdapat pada pankreas sebelah
dalam. Pada pulau Langerhans ini terdapat tiga jenis
sel, yaitu sel alfa, sel beta, dan sel delta.
Kelenjar Timus (Kelenjar Kacangan)

Kelenjar timus menghasilkan hormon timosin yang berfungsi dalam sistem imunitas tubuh
sehingga hormon ini hanya aktif pada masa pertumbuhan. Kelenjar ini juga merupakan penimbun
hormon somatotropin.
Kelenjar Pada Usus dan Lambung

Pada usus dua belas jari dihasilkan hormon sekretin dan kolesistokinin. Hormon sekretin
berfungsi merangsang pengeluaran getah pankreas. Hormon kolesistokinin merangsang
pengeluaran getah empedu. Pada lambung dikeluarkan hormon gastrin yang merangsang
pengeluaran getah lambung.
Kelenjar Kelamin

Kelenjar kelamin terdiri atas testis pada pria dan ovarium pada wanita.
Kedua kelejar kelamin ini mempunyai sifat sitogenik karena menghasilkan
sel kelamin, yaitu spermatozoa pada pria dan ovum pada wanita.
Kelenjar Kelamin Pria (Testis)
Sel-sel interstitial yang terletak di antara tubulus
seminiferus pada testis akan mensekresikan hormon
testosteron.
Hormon ini berfungsi merangsang pematangan dari sel-sel
kelamin (sperma) dan pembentukan tanda tanda kelamin
sekunder pada pria, seperti pertumbuhan rambut (kumis,
janggut, bulu dada), bahu yang melebar, dan suara yang
membesar.
Pada pembentukan hormon testosteron dikendalikan oleh
ICTH (Interstitial Cell Stimulating Hormone) dari hipofisis
bagian anterior ICTH dan testosteron tetap diproduksi
selama hidup meskipun konsentrasinya menurun setelah
usia lanjut.
Kelenjar Kelamin Wanita (Ovarium)
Ovarium mensekresikan hormon kelamin, yaitu
estrogen dan progesteron.
Hormon estrogen disekresikan ovarium oleh
sel-sel folikel de Graff atas pengaruh Follicle
Stimulating Hormone (FSH) yang disekresikan
oleh hipofisis bagian anterior.

Estrogen bertanggung jawab terhadap


pematangan proses oogenesis (pembentukan sel
telur), pemeliharaan fungsi organ kelamin,
merangsang perkembangan ciri-ciri kelamin
sekunder, seperti pembesaran payudara,
penimbunan lemak di daerah tertentu (bahu,
pinggul, dan paha), pertumbuhan rambut kelamin,
dan merubah suara menjadi lembut.
Gangguan Pada Sistem Endokrin
Diabetes
Adalah penyakit kronis atau yang berlangsung jangka panjang.
penyakit ini ditandai dengan kadar gula darah hingga di atas nilai
normal. Diabetes terjadi ketika tubuh pengidapnya tidak lagi mampu
mengambil gula (glukosa) ke dalam sel dan menggunakannya sebagai
energi. Kondisi ini pada akhirnya menghasilkan gula ekstra dalam aliran
darah tubuh.

Kanker Adrenal (Adrenal Cancer)


Kanker adrenal adalah penyakit kanker yang menyerang satu atau kedua kelenjar
kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal. Kelenjar adrenal terdiri dari dua
bagian yang berbentuk seperti segitiga kecil dan berfungsi menghasilkan sejumlah
hormon penting bagi tubuh seperti kortisol, aldesteron, dan androgen adrenal.
Kelenjar adrenal terbagi menjadi dua area utama. Pertama, bagian luar (korteks)
yang menjadi area produksi hormon untuk mengatur metabolisme tubuh. Pada
area ini lah tumor paling sering terbentuk.
Gondok
Gondok adalah penyakit yang menimbulkan reaksi pembesaran
kelenjar tiroid dan terjadi secara abnormal. Gondok juga memiliki nama
lain yaitu goiter. Kelenjar tiroid sendiri, merupakan kelenjar yang
berbentuk seperti kupu-kupu dan terletak di leher, di bawah Adam’s
apple atau jakun.

Growth Hormone Deficiency (GHD)


Kekurangan hormon pertumbuhan / Growth Hormone Deficiency (GHD)
terjadi ketika kelenjar hipofisis tidak menghasilkan hormon pertumbuhan
yang cukup. GHD lebih sering terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa.
GHD terjadi pada sekitar 1 dari 7.000 kelahiran. Kondisi ini juga merupakan
gejala dari beberapa penyakit genetik, termasuk sindrom Turner dan sindrom
Prader-Willi. Pada kondisi yang jarang terjadi, GHD juga bisa terjadi pada
orang dewasa.
Menopause Menopause adalah berakhirnya siklus menstruasi secara alami yang biasanya
terjadi saat wanita memasuki usia 45–55 tahun. Seorang wanita bisa dikatakan
sudah menopause bila tidak lagi mengalami menstruasi selama 12 bulan
berturut-turut.
Menopause tidak hanya ditandai dengan berhentinya menstruasi. Wanita yang
telah menopause juga mengalami banyak perubahan, mulai dari penampilan fisik,
kondisi psikologis, hingga hasrat seksual. Selain itu, wanita yang sudah
menopause juga tidak bisa hamil lagi.

Low Testoterone
Testosteron rendah adalah kondisi umum dialami oleh pria di mana tubuh
menghasilkan jumlah hormon pria yang tidak mencukupi, yang disebut juga
defisiensi testosterone atau hipogonadisme. Terdapat dua jenis
hipogonadisme: primer dan pusat.
Hipogonadisme primer disebabkan oleh masalah pada gonad, atau bagian otak
yang bertugas untuk menerima sinyal yang berkaitan dengan produksi
hormon, sedangkan hipogonadisme pusat disebabkan oleh masalah otak yang
menghambat hipotalamus dan kelenjar hipofisis memproduksi jumlah
testosterone yang cukup.
Metabolic Syndrome Turner Syndrome

Sindrom ovarium polikistik (PCOS) Penyakit Graves


Pengaruh Obat-Obatan (NAPZA) terhadap Kerja
Sistem Koordinasi
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika,
dan zat adiktif NAPZA adalah bahan atau zat atau obat
yang jika masuk ke dalam tubuh dapat mempengaruhi
tubuh terutama otak atau susunan saraf pusat sehingga
menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan
fungsi sosial.

Narkotika berarti segala bahan kecuali makanan, air, dan oksigen, yang jika masuk ke dalam tubuh
akan mengubah fungsinya secara fisik atau psikologis.

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku. dan digunakan untuk mengobati gangguan jiwa (UU RI No.5
tahun 1997).
Zat adiktif atau zat berbahaya lainnya adalah zat, bahan kimia dan
biologi baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat
membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung
maupun tidak langsung yang mempunyai sifat karsinogenik,
teratogenik, mutagenik, korosif, dan iritasi.
Pengaruh yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan narkotika.
1. Pecandu narkotika akan mengalami kemunduran daya pikir,
lemah ingatan, pelupa, dan menjadi dungu.
2. Pengaruh terhadap sistem saraf, yaitu akan menimbulkan
halusinasi.
3. Pengaruh terhadap sistem peredaran darah, yaitu akan
mengotori darah dan meningkatkan kerja jantung akibat adanya
penyempitan pembuluh darah.
4. Pengaruh terhadap sistem pencernaan terutama kerusakan
fungsi hati. sebagai akibat dari pengotoran darah oleh narkotika.
5. Bahaya ketagihan (drug addicts) dan ketergantungan terhadap
narkotika secara fisik dan psikis.
6. Penghentian penggunaan narkotika secara tiba-tiba akan
menimbulkan gejala withdrawal (sakau).
Kesimpulan

Sistem Indra, 5 sistem indra, gangguan sistem


indra, Sistem hormon/endokrin, 8 kelenjar hormon,
gangguan sistem hormon, efek NAPZA
THANKS!
Terima kasih
Kelompok 4
Kelas XI MIPA 1

CREDITS: This presentation template was


created by Slidesgo, including icons by Flaticon,
and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai