BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Pada bagian depan retina terdapat lapisan berpigmen dan berhubungan dengan
koroid dan pada bagian belakng terdapat lapisan saraf dalam. Pada lapisan sel
saraf dalam mengandung reseptor, sel bifolar, sel ganglion, sel horizontar dan sel
akmagrin.
tertutup jika dalam keadaan biasa dan akan membuka ketika kita menelan,
sehingga tekanan udara di dalam telinga tengah dengan udara luar akan
seimbang. Dengan begitu, cedera atau ketulian akibat tidak seimbangnya
tekanan udara dapat dihindari.
c. Telinga Bagian Dalam
Telinga bagian dalam terdiri atas beberapa ronggayang menyerupai
saluran-saluran, yaitu vestibula, tiga saluran setengah lingkaran (saluran semi
serkuler, dan koklea (rumah siput)).
1. Vestibula merupakan bagian pertama dari telinga dalam yang berfungsi
sebagai pintu penghubung antar bagian-bagian telinga.
2. Tiga saluran setengah lingkaran (saluran semi serkuler), yaitu saluran superior,
posterior dan lateral.ketiga saluran ini saling membuat sudut tegak lurus satu
sama lain. Pada salah satu ujung saluran terdapat penebalan yang di sebut
ampula. Saluran semi serkuler berfungsi untuk membantu otak dalam
mengendalikan keseimbangan, dan kesadaran akan kedudukan tubuh kita.
3. Koklea adalah sebuah tabung berbentuk spiral yang membelit dirinya seperti
rumah siput. Belitan-belitan tersebut melingkari sebuah sumbu berbentuk
kerucut yang memiliki bagian tengah dari tulang, dan di sebut modiolus dalam
koklea terdapat jendela oval (vanestra vestibuli) yang menghubungkan telinga
tengah dengan telinga dalam, dan jendela melingardan (fanestra kokhlea) yang
berfungsi sebagai reseptor suara.
pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh
ketebalan kulit.
2). Dermis
Dermis merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering
dianggap sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong
epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi,
yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
3). Subkutis
Subkutis merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri
dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda
menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang
suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat
ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan
mechanical shock absorber.
b. Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh
diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan,
sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan
metabolisme. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari
elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi
mikroorganisme patogen.
Kulit adalah alat indera kita yang mampu menerima rangsangan
temperatur suhu, sentuhan, rasa sakit, tekanan, tekstur, dan lain sebagainya. Pada
kulit terdapat reseptor yang merupakan percabangan dendrit dari neuron sensorik
yang banyak terdapat di sekitar ujung jari, ujung lidah, dahi, dan lain-lain. Lapisan
kulit manusia terdapat beberapa lapisan, yaitu:
a. Epidermis
a) Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, yang memiliki struktur tipis
dengan ketebalan sekitar 0,07 mm terdiri atas beberapa lapisan, yaitu :
Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk
10
b. Dermis
Jaringan dermis memiliki struktur yang lebih rumit daripada epidermis,
yang terdiri atas banyak lapisan. Jaringan ini lebih tebal daripada epidermis yaitu
sekitar 2,5 mm. Dermis dibentuk oleh serabut-serabut khusus yang membuatnya
lentur, yang terdiri atas kolagen, yaitu suatu jenis protein yang membentuk
sekitar 30% dari protein tubuh. Kolagen akan berangsur-angsur berkurang
seiring dengan bertambahnya usia. Itulah sebabnya seorang yang sudah tua
tekstur kulitnya kasar dan keriput. Lapisan dermis terletak di bawah lapisan
epidermis. Lapisan dermis terdiri atas beberapa bagian, yaitu
a) Akar Rambut
b) Pembuluh Darah
c) Kelenjar Minyak (glandula sebasea)
d) Kelenjar Keringat (glandula sudorifera), dan
e) Serabut Saraf
Pada lapisan dermis kulit terdapat puting peraba yang merupakan ujung
akhir saraf sensoris. Ujung-ujung saraf tersebut merupakan indera perasa panas,
dingin, nyeri, dan sebagainya. Oleh karena itu kulit merupakan organ terluas
dimana pada organ ini terdapat reseptor panas (ruffini), tekanan (paccini), dingin
(krause), rasa nyeri atau sakit (ujung saraf bebas), serta reseptor sentuhan
(meissner).
a. Fisiologi Peraba
Fungsi kulit secara umum :
1. Sebagai proteksi.
a) Masuknya benda- benda dari luar(benda asing ,invasi bacteri.
11
reaksi kimia intra sel kira-kira 2 kali untuk tiap perubahan 10oC, dengan perkataan
lain deteksi suhu mungkin tidak disebabkan oleh perangsangan fisik langsung
tetapi oleh perangsangan kimia dari ujung saraf tersebut karena di ubah oleh suhu.
Serat saraf sensorik aferen berakhir sebagai ujung akhir saraf bebas
padabanyak jaringan tubuh dan merupakan reseptor sensorik utama dalam
kulit.Serat akhir saraf bebas ini merupakan serat saraf yang tak bermielin,
atau seratsaraf bermielin berdiameter kecil, yang semua telah kehilangan
pembungkusnya sebelum berakhir, dilanjutkan serat saraf terbuka yang
berjalan di antara sel epidermis. Sebuah serat saraf seringkali bercabang-
cabang banyak dan mungkin berjalan ke permukaan, sehingga hampir
mencapai stratum korneum. Serat yang berbeda mungkin menerima
perasaan raba, nyeri dan suhu. Sehubungan dengan folikel rambut, banyak
cabang serat saraf yang berjalan longitudinal dan melingkari folikel
rambut dalam dermis.
pembau atau sistem olfaction biasa juga disebut dengan Organon Olfaktus, dapat
menerima stimulus benda-benda kimia sehingga reseptomya disebut pula
chemoreceptor. Benda kimia yang dapat menstimulasi sel saraf dalam hidung
adalah substansi yang dapat larut dalam zat cair (lendir) yang terdapat pada cilia
yang menutupi sel tersebut. Makin berbau suatu substansi, maka hal tersebut
menunjukkan bahw amakin banyak molekul yang dapat larut dalam air dan lemak
(konsentrasi penguapannya tinggi).
Organon olfaktus terdapat pada hidung bagian atas, yaitu pada concha
superior dan membran ini hanya menerima rangsang benda-benda yang dapat
menguap dan berwujud gas.
Bagian-bagiannya adalah sebagai berikut:
a. Concha Superior
b. ConchaMedialis
c. Concha Inferior
d. Septum nasi (sekat hidung)
Oral Sensory
Banyak sensasi yang dialami sebagai bagian dari rasa makanan. Jauh
sebelum konsumsi, makanan dievaluasi melalui penglihatan dan bau. isyarat ini
berkontribusi harapan untuk palatabilitas dan rasa. Rasa, tekstur, dan bau
bergabung untuk menciptakan rasa makanan secara keseluruhan di dalam mulut.
rasa ini lagi dievaluasi untuk palatabilitas. Mulut bertindak tidak hanya sebagai
titik kontrol untuk penerimaan atau penolakan makanan tetapi juga sebagai titik
awal kontak fisik langsung dengan makanan. Orthonasal bau (bau yang masuk
melalui lubang hidung) dan penampilan dari makanan dapat dinilai dari kejauhan,
tapi rasa dan tekstur yang dinilai selama kontak makanan dengan permukaan oral.
Selain itu, bau retronasal (bau yang melewati bagian belakang mulut dan menjadi
bagian hidung) memberikan kontribusi yang besar untuk rasa makanan dan
terutama dirasakan setelah makanan telah ditempatkan di dalam rongga mulut.
Merangsang indera tertentu dalam mulut baik mempersiapkan tubuh untuk
konsumsi zat menghasilkan nutrisi atau membantu dalam expectorating
17
lainnya adalah sel matang yang terletak ke arah bagian tengah indera dan akan
segera terurai dan larut. Sensasi rasa pengecap timbul akibat deteksi zat kimia
oleh resepor khusus di ujung sel pengecap (taste buds) yang terdapat di
permukaan lidah dan palatum molle. Sel pengecap tetap mengalami perubahan
pada pertumbuhan, mati dan regenerasi. Proses ini bergantung pada pengaruh
saraf sensoris karena jika saraf tersebut dipotong maka akan terjadi degenerasi
pada pengecap.
Rangsangan kimia yang berasal dari luar tubuh diterima oleh reseptor
kimia (chemoreseptor). Kemoreseptor kita terhadap lingkungan luar adalah
berupa tunas pengecap yang terdapat pada lidah. Agar suatu zat dapat dirasakan,
zat itu harus larut dalam kelembapan mulut sehingga dapat menstimulasi kuncup
rasa atau tunas pengecap. Kuncup rasa kebanyakan terdapat pada permukaan
lidah. Ada juga beberapa yang ditemukan pada langit-langit lunak di belakang
mulut dan lengkung langit-langit. Kemoreseptor ini dapat dibedakan menjadi
empat macam sensasi utama, yaitu rasa manis, rasa asam, rasa asin dan rasa pahit.
Dengan menggunakan larutan sukrosa, asam hidrokalat, NaCl dan kinina sulfat
encer, seorang dapat mengetahui keempat rasa sensasi utama tersebut yang
masing-masing ada di daerah khusus pada lidah. Akan tetapi, memetakan
percobaan semacam ini pun menunjukkan adanya daerah rasa yang sangat
tumpang tindih dan sangat bervariasi pada setiap orang. Penelitian menyebutkan
bahwa adanya variasi yang diwariskan dalam kemampuan rasa. Pemahaman
tentang rasa pahit semakin berkembang dengan informasi gabungan dari
penemuan dan studi TAS2R gen resptor rasa, yang masih memiliki hubungan
genetik dan studi kloning posisional, terutama pada kemampuan untuk mencicipi
phenylthiocarbamide (PTC). Rasa manis dan umami, yang dimediasi oleh
reseptor TAS1R, menjadi baik ditandai pada tingkat genetik molekular. Rasa asin
dan asam masih belum mampu dikarakteriskan hal genetik. Masih diperlukan
pengembangan penilitian untuk menentukan karakteristik gen tersebut.
Lidah adalah alat indera yang berfungsi untuk merasakan rangsangan rasa
dari benda-benda yang masuk ke dalam mulut kita. Lidah sebagai indera pengecap
mempunyai taste buds yang meliputi seluruh permukaannya. Taste buds
20
Rasa asin. Pada rasa asin, ion sodium (Na+) yang menyentuh ujung apikal
dari sel pencecap melalui saluran ion pada mikrovili akan menimbulkan
rangsangan sensasi rasa asin. Pada dasarnya semua kation dapat
memberikan rasa asin namun ukuran diameter ion akan sangat
menentukan. Semakin besar ukuran garam akan mengubah rasa asin ke
arah pahit, seperti halnya NaCl (0.56 nm) asin sedang MgCl2 (0.85 nm)
21
cenderung pahit. Rasa asin yang serupa dengan Na+ adalah lithium.
Kalium atau kation monovalen lain juga dapat digunakan untuk
menggantikan sodium sebagai pemberi rasa asin, namun sering terkendala
adanya rasa samping (aftertaste) pahit. Selain kation, beberapa senyawa
peptida juga memiliki rasa asin atau mampu meningkatkan rasa asin
seperti garam Orn-Tau.HCl.
Rasa asam. Pada rasa asam, sensasi asam dipengaruhi oleh konsentrasi
ion (H+) dalam larutan. Namun stimulus senyawa pada saraf pencecap
lebih bergantung pada asam tertitrasi daripada pHnya. Itu sebabnya, tidak
semua produk dengan pH rendah mempunyai rasa asam. Juga asam
organik memberikan kesan rasa asam lebih kuat daripada asam in-organik
terkait dengan pHnya. Rasa asam terutama diberikan oleh garam-garam
organik tak terdisosiasi seperti asam malat, tartarat, asam sitrat, dan
seterusnya. Perlu dipahami bahwa masing-masing asam tidak murni
memberi rasa asam saja, tetapi juga rasa khas pada setiap asamnya seperti
asam sitrat memberikan juga rasa kesat (tart) dan sepat (astringent) khas
seperti pada tanaman sitrus, sementara asam laktat memberi kesan khas
seperti pada yoghurt atau mentega.
Rasa manis. Nampaknya lebih banyak studi yang dilakukan pada rasa
manis sehingga lebih banyak versi mekanisme yang dilaporkan. Teori
tentang senyawa dengan sensasi rasa manis yang banyak diacu adalah
Shallenberger-Acree-Kie model yang mendasarkan pada korelasi AH
(donor proton)-B (penerima proton) dengan pusat hidrofobik (gamma atau
X) yang membentuk segitiga dengan jarak tertentu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dimerisasi reseptor penting agar senyawa manis
dapat berinteraksi dengan tepat dengan reseptor yang kompleks. Banyak
faktor yang berperan dalam stimuli senyawa pemberi rasa manis, namun
secara ringkas dapat dikatakan bahwa ukuran, sifat geometri, khiralitas dan
karakteristik dari molekul larutan memegang peranan penting dalam
mendeteksi sensasi manis ini. Sensasi manis dapat dihasilkan oleh
berbagai golongan senyawa baik dari kelompol gula, asam amino-peptida-
22
protein, amida siklis, turunan benzene bahkan kloroform. Tentu saja mutu
kemanisan dari senyawa yang berbeda akan berbeda, termasuk keberadaan
rasa sekunder seperti alkali, metalik, lalu juga intensitas dan spektrum
periode manis yang diberikan. Hal inilah yang menjadi tantangan
tersendiri dalam menggantikan pemanis gula sukrosa dengan kelompok
pemanis yang lain.
Rasa pahit. Sensasi senyawa rasa pahit diperoleh dengan mekanisme yang
mirip dengan rasa manis. Hanya saja jarak antar gugus fungsional menjadi
penentu. Rasa pahit umumnya diasosiasikan dengan kelompok komponen
fenolik dan alkaloid seperti naringin pada grapefruit dan anggur, limonin
pada sitrus, kafein pada kopi, dan sebagainya. Selain itu peptida dengan
berat molekul lebih kecil 6000 atau asam amino hidrofobik dapat juga
memberikan rasa pahit. Senyawa pemberi rasa pahit terkini yang
dilaporkan memiliki rasa pahit yang sangat intens adalah “quinozolate”
dengan ambang batas 0.00025 mmol/kg air (Ottinger dan Hofmann, 2001).
Rasa umami. Pada rasa umami, seperti halnya pada rasa manis dan pahit,
senyawa pemberi sensasi ini akan berperan melalui protein G yang
mengkait pada reseptor dan mengaktifkan pembawa pesan kedua (second
messenger). Senyawa pemberi umami yang paling dikenal dan potensial
adalah L-glutamat, asam amino yang terdapat dalam protein hampir semua
produk pangan terutama daging, ikan dan kacang-kacangan. Asam
glutamat bebas secara alami terdapat dalam sumber pangan hewani,
produk laut, sayur dan beberapa buah seperti tomat serta juga pada keju.
Fenomena ini dapat menjadi alasan mengapa pada studi sensasi secara
genetik terlihat bahwa hewan mampu juga merasakan sensasi ini.
23
sel matang yang terletak ke arah bagian tengah indera dan akan segera terurai dan
larut (Guyton : 1997).
Indera pengecap adalah organ penting pada manusia yang membuat
manusia memilih makanan sesuai dengan keinginannya dan kebutuhan-kebutuhan
jaringan, selain itu, dapat juga berfungsi untuk menghindarkan tubuh dari
substansi beracun. Beberapa faktor dapat mempengaruhi rasa, antara lain :
1. Sistem Indera seperti penglihatan, pembau, dan pendengar
2. Makanan : tekstur makanan, suhu, kandungan bahan-bahan,
kandungan air, dan udara dalam makanan (Suhartini : 2015).
Ujung organ untuk indera pengecap yang disebut taste buds terdiri atas
sel-sel gustatory fusiform, tercampur dengan sel-sel sustakular yang terangkai
dalam bentuk kelompok yang menyerupai tong. Prosesus yang menyerupai
rambut dari sel-sel gustatory ini menjulur melalui pori pada bagian superficial dari
taste bud. Ujung serabut-serabut saraf berakhir di sekitar sel-
sel gustatory ini. Bagian lidah yaitu valet dan papilla fungiform mengandung
banyak sekali taste bud meskipun terdapat juga pada palatum, faring, dan laring.
Sensasi cita rasa di bawa ke arah dua per tiga bagian rostral lidah oleh cabang-
cabang saraf fasial korda timpani yang menyertai cabang lingual dari saraf
trigeminus. Sebaliknya bagian lidah yang sepertiga (arah kaudal = posterior)
menerima cita rasa melalui cabang lingual dari saraf (glosofarigeal). Pada
manusia, modalitas rasa yang spesifik ada empat, yaitu manis, asin, pahit, dan
asam. Sensasi yang lain merupakan campuran dari cita rasa dasar, atau kombinasi
berbagai cita rasa dengan indera penciuman (Frandson : 1992).
Terdapat banyak variasi dalam distribusi keempat papil pengecap dasar pada
berbagai spesies dan dalam suatu spesies tertentu antar individu. Pengecapan
memperlihatkan after-reaction dan fenomena kontras yang serupa dalam beberapa
hal dalam after-image dan kontras penglihatan. Sebagian adalah tipuan kimia,
tetapi sebagian lain mungkin benar-benar merupakan fenomena sentral.
Bagian mulut dan wajah yang lebih sensitive terhadap pengenalan bentuk
benda adalah bagian ujung lidah. Hal ini dikarenakan pada bagian ujung lidah
29
banyak mengandung taste bud. Taste bud inilah yang menghantarkan rangsangan,
sehingga makin banyak taste bud makin sensitive bagian lidah tersebut. Daerah
yang paling sensitif pada suhu rendah (air dingin) yaitu pada lidah bagian
posterior, sedangkan daerah yang sensitif terhadap air panas yaitu pada ujung
lidah dan posterior lidah. Bagian lidah ini sensitif dikarenakan pada bagian ujung
lidah banyak terdapat papilla fungiformis yang banyak mengandung taste bud.
Taste bud inilah yang menghantarkan rangsangan, sehingga makin banyak taste
bud makin sensitive bagian lidah tersebut. Tubuh sendiri berespon lebih sensitif
terhadap dingin dari pada panas. Hal ini dikarenakan jumlah reseptor dingin
adalah 23 titik, pada berbagai daerah tubuh jumlah reseptor bervariasi per
sentimeter persegi pada daerah permukaan dada yang luas. Sedangkan jumlah titik
hangatnya lebih sedikit yaitu hanya 13 titik.
Serta bagian lidah yang sensitive terhadap nyeri adalah ujung lidah. Nyeri
dihantarkan oleh reseptor yang terdapat pada taste bud. Pada bagian ujung lidah
banyak terdapat papilla fungiformis yang pada bagian ujungnya banyak terdapat
taste bud sehingga lebih sensitive.
Dalam rongga mulut sendiri selain pada lidah contohnya pada mukosa
rongga mulut, gusi memiliki sensitivitas lebih besar terhadap nyeri dari mukosa
lainnya. Perbedaan ini disebabkan oleh tingkat lapisan epitel yang ada padanya.
Semakin tebal lapisan epitelnya, akan dalam reseptor nyeri yang dapat diterima.
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan tentang anatomi dan fisiologi sistem sensoris tersebut , di
ketahui dalam sistem sensoris di bahas tentang panca indra atau lima indra di
mana di jelaskan bagaimana mekanisme kerja panca indra tersebut dan bagian-
bagian organ yang bersangkutaan, sistem sensoris meliputi:
1. Sistem indra penglihatan (mata)
2. Sistem indra pendengar (telinga)
3. Sistem indra pembau (hidung)
4. Sistem indra pengecap (lidah)
5. Sistem indra peraba (kulit)
Dalam sistem sensoris ini Indera Pendengar (Telinga) merupakan alat
pendengar dan alat keseimbangan. Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga
luar, telinga tengah dan rongga telinga dalam.
Indra penglihatan (mata) yaitu organ sensorik kompleks yang mempunyai
fungsi optikal untuk melihat dan saraf untuk trandsuksi. Mata terdiri dari beberapa
komponen utama, sebagai berikut. Aqeuos humor, korpus siliais, bintik buta,
fovea, iris, kornea, koroid, lensa, ligamentum suspensorium, makula lutea, neuron
bipolar ,otot siliaris, pupil, retina, saraf optikus, sel batang, sel ganglion, sel
kerucut, sklera, vitreus humor.
Indera Peraba (Kulit) merupakan indra peraba, sebab memiliki ujung-
ujung saraf sensori sebagai reseptor khusus untuk sentuhan, tekanan, temperature
(panas dan dingin), serta rasa sakit.
Indera Pengecap (Lidah) merupakan organ yang tersusun atas otot.
Prmukaan lidah banyak tonjolan kecil yang disebut papilla lidah, memberi kesan
lidah terkesan kasar. Pada papilla lidah terdapat indra pengecap.
Indera Pembau (Hidung); aktifnya indra pembau di rangsang oleh gas
yang terhirup oleh hidung. Indra pembau tersebut sangat peka dan kepekaannya
32
mudah hilang jika di hadapkan pada bau yang sama dalam jangka waktu yang
lama.
Rasa, tekstur, dan bau bergabung untuk menciptakan rasa makanan secara
keseluruhan di dalam mulut. rasa ini lagi dievaluasi untuk palatabilitas. Mulut
bertindak tidak hanya sebagai titik kontrol untuk penerimaan atau penolakan
makanan tetapi juga sebagai titik awal kontak fisik langsung dengan makanan.
Sistem sensorik persepsi oral berkaitan dengan makanan adalah trigeminal
(tekstur/sentuh, temperatur, dan chemesthesis), gustatory (rasa), dan sistem
penciuman bau.
Pengenalan rasa oleh otak terjadi karena tranduksi rasa pada lidah. Waktu
sensasi yang diperlukan oleh reseptor mengenali dan menanggapi rangsangan
akan diteruskan ke otak. Sel-sel reseptor untuk pengecapan adalah sel-sel
epithelium yang telah termodifikasi yang diorganisasikan menjadi kuncup
pengecapan yang tersebar di sejumlah bagian permukaan lidah dan mulut. Dari
setiap makanan dan minuman yang dikenali oleh lidah , otak akan
mengintegrasikan input yang berbeda dari kuncup pengecapan dan
mempersiapkan cita rasa yang kompleks. Reseptor rasa manis terletak pada ujung
lidah, reseptor rasa asin terletak pada tepi depan bagian lidah, reseptor rasa asam
terletak ditepi belakang lidah, reseptor rasa pahit terletak di pangkal / dorsal lidah
dan reseptor rasa umami terletak pada ujung lidah.
Kecepatan mengenali suatu benda dipengaruhi oleh luas permukaan benda
dan banyaknya reseptor yang terangsang. Rangsangan tekan disebabkan
perubahan jaringan yang lebih dalam. Sensitivitas terhadap rangsangan ini
tergantung pada reseptor dari rangsangan tekan ini (reseptor taktil ujung saraf
bebas). Tubuh lebih sensitif terhadap rangsangan suhu dingin dari pada suhu
panas. Dikarenakan jumlah reseptor dingin 4-10 kali reseptor panas. Persepsi rasa
terdapat pada beberapa bagian lidah. Rasa asin terletak pada bagian ujung lidah,
rasa manis terlatak pada ujung lidah, rasa asam terletak pada dua pertiga bagian
samping lidah, rasa pahit terletak pada bagian posterior lidah dan palatum mole,
umami terletak pada bagian ujung lidah. Timbulnya rasa nyeri merupakan akibat
rangsangan mekanis reseptor berupa tekanan. Sensasi tekanan disebabkan oleh
33
perubahan bentuk jaringan yang lebih dalam. Reseptor rasa nyeri hanya
dirangsang oleh gradasi panas atau dingin yang ekstrim.
34
DAFTAR PUSTAKA
Bambang, dkk. 2006. Biologi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Campbell, N.A.,J.B. Reece, & Mitchell. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 3.
Jakarta : Erlangga
Frandson, Boron WF & Boulpeap EL. 1992. Medical physiology. Jakarta:EGC
Ganong, W. F. 2003. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Guyton AC, Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi KedokteranEd. ke-9. Jakarta :
EGC
Jalmo, Tri. 2007. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Bandar Lampung: Unila
Junqueira, L. Carlos, Jose Carneiro &Robert Kelley. 1995. Histologi
Dasar.Jakarta: EGC
Pearce, E.C. 2000. Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia
Running, Cordelia. 2016. Human oral sensory systems and swallowing.
Department of Nutrition Science Faculty Publications. Paper 15.
https://docs.lib.purdue.edu/fnpubs/15 Di akses pada tanggal 17 November
2018
Savitri, Diah Ernawati. 1997. Kelainan Jaringan Mulut. Jakarta: Majalah
Kedokteran Gigi
Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia. Ed. ke-2. Jakarta: EGC
Suhartini. 2015. Modul Mastikasi dan Modalitas Rasa dalam Rongga Mulut.
Jember : FKG Universitas Jember
Syaifuddin, H. 2011. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan
Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tartowo, Ns, S.Kep, dkk. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info Media.