Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem sensoris merupakan salah satu sistem yang penting bagi manusia,
karena dengan sistem ini kita dapat merasakan hal-hal yang ada di dunia ini.
Misalkan saat kita makan, kita dapat merasakan apakah makanan itu asin atau
manis atau saat kita mulai tumbuh dan hormon-hormon pertumbuhan mulai
berfungsi. Semua rangsangan itu dapat kita rasakan melalui bermacam-macam
reseptor yang ada di dalam tubuh kita, lalu dari reseptor akan dikirim ke central
nervous system (saraf pusat) kita sebagai sinyal ataupun informasi. Proses
pengiriman sinyal inilah yang termasuk ke dalam Sistem Sensoris.
Sistem sensoris sendiri adalah gabungan dari sistem nervous (saraf) dan
sistem pengindraan pada manusia. Dimana diawali dengan adanya sensasi yang
dapat dideteksi oleh organ-organ lalu berkembang menjadi persepsi yang diproses
di saraf pusat (encephalon dan medulla spinalis).
2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Sensori


2.1.1 Pengertian dan Cakupan Sistem Sensoris
Sistem sensoris atau dalam bahasa Inggris sensory system berarti yang
berhubungan dengan panca indra. Sistem ini membahas tentang organ akhir
yang khusus menerima berbagai jenis rangsangan tertentu. Rangsangan tersebut
dihantarkan oleh sensorys neuron (saraf sensoris) dari berbagai organ indra
menuju otak untuk ditafsirkan. Reseptor sensori, merupakan sel yang dapat
menerima informasi kondisi dalam dan luar tubuh untuk dapat direspon oleh saraf
pusat. Implus listrik yang dihantarkan oleh saraf akan diterjemahkan menjadi
sensasi yang nantinya akan diolah menjadi persepsi di saraf pusat. Namun, dalam
makalah ini hanya akan membahas mengenai reseptor sensori yang menerima
rangsangan dari luar tubuh.
Dalam memahami konsep persepsi, maka tidak akan terlepas dari sistem
sensoris. Dalam bab ini akan dibahas kelima macam sistem sensori manusia
(panca indera/exteroceptive sensory system) yang mengintepretasi stimulus dari
luar tubuh, yaitu penglihatan, perabaan, pendengaran, pembau/penciuman, dan
perasa. Berikut adalah penjelasan tentang anatomi dan fisiologi dari kelima sistem
indra yang ada di tubuh manusia.

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Indra Pada Manusia


Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa indra merupakan reseptor
yang dapat menerima rangsangan atau impuls dari luar tubuh atau bisa disebut
juga eksteroseptor. Ada lima macam indera yang ada pada manusia yaitu indra
penglihat, indra pendengar, indra pengecap, indra peraba dan perasa, dan indra
pencium. Berikut adalah penjelasan mengenai anatomi dan fisiologi jalannya
impuls dari kelima indra ke sistem saraf pusat.
3

1. Indra Penglihatan (Mata)


Mata adalah organ indra pada manusia yang rumit, tersusun dari bercak
sensitif cahaya primitif sehingga mata sangat sensitif terhadap rangsangan cahaya
karena adaphotoreceptor di dalamnya. Di dalam lapisan pelindungnya, mata
mempunyai lapisan reseptor, sistem lensa pemfokusan cahaya oleh reseptor, dan
terhubung atas suatu sistem saraf. Jika dilihat secara struktural bola mata layaknya
kamera, tetapi mekanismenya tidak secanggih mata (ciptaan-Nya) yang sistem
persarafannya amat rumit dan tidak ada bandingannya. Susunan saraf pusat
terhubung melalui suatu berkas serat saraf yang disebut saraf optik ( nervosa
optikus ). Implus saraf dari stimulus photoceptor dibawa ke otak pada lobus
oksipital di serebrum dimana sensi penglihatan diubah menjadi presepsi. Reseptor
penglihatan dapat merespon satu juta stimulus yang berbeda setiap detik.
a. Struktur Anatomi Mata
Bola mata berada di ruang cekung pada tulang tengkorak yang disebut
orbit. Orbit tersusun oleh tujuh tulang tengkorak yaitu tulang frontalis, lakrimalis,
etmoid, zigomatikum, maksila, sphenoid dan palatin yang berfungsi mendukung,
menyanggah dan melindungi mata. Pada orbit terdapat lubang yaitu foramen
optic untuk lintasan saraf optik dan arteri optalmik dan fisura orbital superior yang
berfungsi untuk lintasan safaf dan arteri otot mata. Bagaian-bagaian mata terdiri
dari.
1). Sklera
Merupakan jarinagan ikat fibrosa yang kuat berwarna putih buram dan
tidak tembus cahaya, kecuali dibagian depan yang transparan yang disebut kornea.
Sclera memberi bentuk pada bola mata dan memberikan temapt melekat otot
ekstrinsik.
2). Kornea
kornea merupakan jendela mata, unik karena bentuknya transparan,
terletak pada bagian depan mata berhubungan dengan skllera. Bagian ini
merupakan tempat masuknya cahaya dan memfokuskan bekas cahaya. korena
4

tersusun atas 5 lapisan yaitu epithelium, membrane , buwman, stroma, membrane


descemet dan endothelim.
3). Lapisan Koroid
lapisan koroid berwarna coklat kehitaman dan merupakan lapisan yang
berpigmen mengandung banyak pertumbuhan darah untuk memberi nutrisi dan
oksigen pada retina . warna gelap pada koroit berfungsi untuk mencegah refleksi
atau pemantulan sinar. Pada bagian depan koroid membentuk korpus silialis yang
berlanjut membentuk iris.
4). Iris
Iris merupakan perpanjangan dari korpus silialis ke anterior, bersambung
dengan permukaan lensa anterior. Iris tidak tembus pandang dan berpigmen
berfungsi mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk kedalam mata dengan
cara merubah ukuran pupil. Ukuran pupil dapat berubah karena mengandung
serat-serat otot silkuler yang mampu menciutkan pupil dan serta-serta radikal
yang menyebabkan kelebaran pupil.
5). Lensa
Lensa mempunyai struktur bikonvfeks, tidak mempunyai pembuluh darah,
transparan dan tidak berwarna. Kapsul lensa merupakan membrane ke
semifermiabel, tabelnya sekitar 4mm dan diameternya 9mm. lensa berada
dibelakang iris dan ditahan oleh ligamentum yang disebut zonula. Adanya ikatan
lensa dengan ligamentum ini menyebabkan 2 rongga bola maka yaitu bagian
depan lensa dan bagian belakang lensa. Ruang bagian depan lensa berisi cairan
yang disebut aqueous humor , cairan ini diproduksi oleh korpus silialis dan
ruangan pada bagian belakang lensa berisi cairan vitreous humor. Lensa berfokus
untuk menfokuskan cahaya yang masuk kedalam retina melalui mekanisme
akomudasi yaitu proses penyusuaian secara otomatis pada lensa untuk
memfokuskan objek secara jelas yang beragam.
6). Retina
Retina merupakan lapisan terdalam pada mata, melapisi lapisi 2/3 bola
pada bagian belakang. Pada bagian depan berhubungan dengan korpus silialis
dioraserata. Retina meruapakan bagian mata yang sangat peka terhadap cahaya.
5

Pada bagian depan retina terdapat lapisan berpigmen dan berhubungan dengan
koroid dan pada bagian belakng terdapat lapisan saraf dalam. Pada lapisan sel
saraf dalam mengandung reseptor, sel bifolar, sel ganglion, sel horizontar dan sel
akmagrin.

7). Saraf Optic


Saraf optic merupakan saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam
retina, untuk menuju ke otak.
b. Fisiologi Penglihatan
Fungsi utama mata adalah mengubah energy cahaya menjadi implus saraf
sehingga dapat diterjemahkan oleh otak menjadi gambar fisual. Untuk
menghasilkan gambar fisual yang tepat dan diinginkan terjadilah proses yang
sangat kompleks dimulai adanya gelombang sinar atau cahaya yang masuk ke
mata berkas cahaya yang masuk kemata melalui konjungtiva, korne, okueus
humor, lensa dan fitreurus humor, diaman pada masing-masing tersebut berkas
cahaya dibiaskan (refraksi) sebelum akhirnyaa jatuh tepat di retina. Jumlah cahaya
yang masuk akan diatur oleh iris dengan jalan membesarka atau mengkecilakan
pupil pada iris terdapa 2 otot polos yang tersusun silkuler dan radial yang mampu
bergerak dan mengecil membentuk pupil. Agar sianar objek , menghasilakan sinar
yang jelas pada retina harus dibiaskan (terjadi proses yang disebut pemfokusan).
Pemfokusan cahaya merupakan peran utama dari lensa. Lensa akan mebiaskan
cahaya dan membiaskannya. Kemampuan lensa untuk menyusuaikan cahaya
dekat atau jauh ketitik retina disebut okumudasi .

2. Indra Pendengar (Telinga)


Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara
yang ada di sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui / mengidentifikasi apa
yang terjadi di sekitar kita tanpa harus melihatnya dengan mata kepala kita
sendiri. Orang yang tidak bisa mendengar disebut tuli. Telinga kita terdiri atas tiga
bagian yaitu bagian luar, bagian tengah dan bagian dalam. Berikut adalah
penjelasan tentang struktur anatomi telinga.
6

a. Meatus Auditorius Eksternal (liang telinga luar)


Liang telinga (meatus akustikus eksternus) memiliki Panjang kurang 2,5
cm, berbentuk huruf S. 1/3 bagian luar terdiri dari tulang rawan, banyak terdapat
kelenjar minyak dan kelenjar Serumen (modifikasi kelenjar keringat=kelenjar
serumen). 2/3 bagian sisanya terdiri dari tulang (temporal) dan sedikit kelenjar
serumen. Meatus dibatasi oleh kulit dengan sejumlah rambut, kelenjar sebasea,
dan sejenis kelenjar keringat yang telah mengalami modifikasi menjadi kelenjar
seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang berkelok-kelok yang
menghasilkan zat lemak setengah padat berwarna kecoklat–coklatan yang
dinamakan serumen (minyak telinga). Serumen berfungsi menangkap dan
mencegah infeksi. MAE ini juga berfungsi sebagai buffer terhadap perubahan
kelembaban dan temperatur yang dapat mengganggu elastisitas membran tympani
Adapun fungsi dari daun telinga yaitu menangkap bunyi dari berbagai arah
kedalam liang telinga, kanalis auditorius berfungsi untuk memproteksi membran
timpani dari pada trauma langsung dari luar.
b. Telinga bagian tengah (Kavum timpani)
Telinga tengah terdiri atas membran timpani, osikula (tulang-tulang
pendengaran) dan eustachius.
1. Membran Timpani
Membran timpani atau sering di sebut sebagai gendang telinga dengan
bentuk menyerupai gendang, terletak tepat setelah saluran auditori dan merupakan
penerima rangsang fibrasi pertama. Membran timpani berfungsi untuk
meneruskan suara meuju tulang-tulang pendengaran (osikula).
2. Osikula merupakan tulang-tulang telinga yang terdiri atas tiga tulang kecil,
tersusun pada rongga telinga tengah seperti rantai dan bersambung, dari
membran timpani menuju rongga telinga dalam tulang-tulang tersebut adalah:
(a). Malleus (martil)
(b). Incus (landasan)
(c). Stapes (sanggurdi)
3. Saluran eustacius merupakan saluran di dalam rongga telinga tengah yang
menjorok menghubungkan telinga dengan faring saluran eustacius akan
7

tertutup jika dalam keadaan biasa dan akan membuka ketika kita menelan,
sehingga tekanan udara di dalam telinga tengah dengan udara luar akan
seimbang. Dengan begitu, cedera atau ketulian akibat tidak seimbangnya
tekanan udara dapat dihindari.
c. Telinga Bagian Dalam
Telinga bagian dalam terdiri atas beberapa ronggayang menyerupai
saluran-saluran, yaitu vestibula, tiga saluran setengah lingkaran (saluran semi
serkuler, dan koklea (rumah siput)).
1. Vestibula merupakan bagian pertama dari telinga dalam yang berfungsi
sebagai pintu penghubung antar bagian-bagian telinga.
2. Tiga saluran setengah lingkaran (saluran semi serkuler), yaitu saluran superior,
posterior dan lateral.ketiga saluran ini saling membuat sudut tegak lurus satu
sama lain. Pada salah satu ujung saluran terdapat penebalan yang di sebut
ampula. Saluran semi serkuler berfungsi untuk membantu otak dalam
mengendalikan keseimbangan, dan kesadaran akan kedudukan tubuh kita.
3. Koklea adalah sebuah tabung berbentuk spiral yang membelit dirinya seperti
rumah siput. Belitan-belitan tersebut melingkari sebuah sumbu berbentuk
kerucut yang memiliki bagian tengah dari tulang, dan di sebut modiolus dalam
koklea terdapat jendela oval (vanestra vestibuli) yang menghubungkan telinga
tengah dengan telinga dalam, dan jendela melingardan (fanestra kokhlea) yang
berfungsi sebagai reseptor suara.

3. Indra Pengecap ( Lidah)


Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat
membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal
sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap. Lidah
juga turut membantu dalam tindakan bicara. Struktur lainnya yang berhubungan
dengan lidah sering disebut lingual, dari bahasa Latin lingua atau glossal dari
bahasa Yunani.
Lidah ini, dibangun oleh suatu struktur yang disebut kuncup pengecap
(taste buds). Pada lidah lebih kurang 10.000 kuncup pengecap yang tersebar
8

dipermukaan atas dan di sepanjang pinggir lidah. Kuncup pengecap tertanam


dibagian epitel lidah dan bergabung dengan tonjolan-tonjolan lidah yang disebut
papilla.
Kuncup pengecap dapat membedakan empat cita rasa dasar, yaitu manis,
asam, asin, dan pahit. Rasa manis dan asin dideteksi pada ujung lidah, rasa asam
di tengah sisi-sisi lidah, dan rasa pahit di bagian belakang. Kuncup pengecap di
lidah dapat menerima rangsangan rasa suatu zat dalam bentuk larutan. Oleh
karena itu, makanan harus dikunyah dan dibasahi dengan ludah terlebih dahulu
agar dapat dinikmati rasanya. Makanan yang sudah mengalami proses pencernaan
di rongga mulut menghasilkan bahan kimia yang larut dalam ludah. Bahan kimia
tersebut masuk ke dalam bentuk impuls saraf ke saraf gustatori, kemudian
meneruskannya ke otak.

4. Indra Peraba (Kulit)


a. Anatomi Kulit
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar
16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 –
1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm
tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak
mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit
tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan
dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan
suatu lapisan jaringan ikat.
Secara histopatologis kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu :
1). Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari
epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan
merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal
9

pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh
ketebalan kulit.
2). Dermis
Dermis merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering
dianggap sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong
epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi,
yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
3). Subkutis
Subkutis merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri
dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda
menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang
suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat
ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan
mechanical shock absorber.
b. Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh
diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan,
sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan
metabolisme. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari
elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi
mikroorganisme patogen.
Kulit adalah alat indera kita yang mampu menerima rangsangan
temperatur suhu, sentuhan, rasa sakit, tekanan, tekstur, dan lain sebagainya. Pada
kulit terdapat reseptor yang merupakan percabangan dendrit dari neuron sensorik
yang banyak terdapat di sekitar ujung jari, ujung lidah, dahi, dan lain-lain. Lapisan
kulit manusia terdapat beberapa lapisan, yaitu:
a. Epidermis
a) Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, yang memiliki struktur tipis
dengan ketebalan sekitar 0,07 mm terdiri atas beberapa lapisan, yaitu :
Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk
10

b) Stratum lusidum, yang berfungsi melakukan “pengecatan” terhadap kulit


dan rambut
c) Stratum granulosum, yang menghasilkan pigmen warna kulit, yang disebut
melamin
d) Stratum germinativum, sering dikatakan sebagai sel hidup karena lapisan ini
merupakan lapisan yang aktif membelah.

b. Dermis
Jaringan dermis memiliki struktur yang lebih rumit daripada epidermis,
yang terdiri atas banyak lapisan. Jaringan ini lebih tebal daripada epidermis yaitu
sekitar 2,5 mm. Dermis dibentuk oleh serabut-serabut khusus yang membuatnya
lentur, yang terdiri atas kolagen, yaitu suatu jenis protein yang membentuk
sekitar 30% dari protein tubuh. Kolagen akan berangsur-angsur berkurang
seiring dengan bertambahnya usia. Itulah sebabnya seorang yang sudah tua
tekstur kulitnya kasar dan keriput. Lapisan dermis terletak di bawah lapisan
epidermis. Lapisan dermis terdiri atas beberapa bagian, yaitu
a) Akar Rambut
b) Pembuluh Darah
c) Kelenjar Minyak (glandula sebasea)
d) Kelenjar Keringat (glandula sudorifera), dan
e) Serabut Saraf
Pada lapisan dermis kulit terdapat puting peraba yang merupakan ujung
akhir saraf sensoris. Ujung-ujung saraf tersebut merupakan indera perasa panas,
dingin, nyeri, dan sebagainya. Oleh karena itu kulit merupakan organ terluas
dimana pada organ ini terdapat reseptor panas (ruffini), tekanan (paccini), dingin
(krause), rasa nyeri atau sakit (ujung saraf bebas), serta reseptor sentuhan
(meissner).
a. Fisiologi Peraba
Fungsi kulit secara umum :
1. Sebagai proteksi.
a) Masuknya benda- benda dari luar(benda asing ,invasi bacteri.
11

b) Melindungi dari trauma yang terus menerus.


c) Mencegah keluarnya cairan yang berlebihan dari tubuh.
d) Menyerap berbagai senyawa lipid vit. Adan D yang larut lemak.
e) Memproduksi melanin mencegah kerusakan kulit dari sinar UV.
2. Pengontrol/pengatur suhu.
a) Vasokonstriksi pada suhu dingn dan dilatasi pada kondisi panas
peredaran darah meningkat terjadi penguapan keringat.
3. Proses Hilangnya Panas Dari Tubuh:
a) Radiasi: pemindahan panas ke benda lain yang suhunya lebih rendah.
b) Konduksi : pemindahan panas dari ubuh ke benda lain yang lebih dingin
yang bersentuhan dengan tubuh.
c) Evaporasi : membentuk hilangnya panas lewat konduksi.
d) Kecepatan hilangnya panas dipengaruhi oleh suhu permukaan kulit yang
ditentukan oleh peredaran darah kekulit.(total aliran darah N: 450 ml /
menit.)
4. Sensibilitas
Mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan dan rabaaan.
5. Keseimbangan Air
a) Sratum korneum dapat menyerap air sehingga mencegah kehilangan air
serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan
mempertahankan kelembaban dalam jaringan subcutan.
b) Air mengalami evaporasi (respirasi tidak kasat mata)+ 600 ml / hari
untuk dewasa.
b. Sensasi Suhu
Tingkatan suhu dibedakan oleh tiga jenis organ akhir sensories,
diantaranya reseftor dingin, reseftor hangat dan dua subtife reseftor nyeri yaitu
reseftor nyeri dingin dan reseftor nyeri panas. Dua jenis reseftor nyeri hanya
dirangsang oleh panas atau dingin dalam derajat yang ekstrim sebingga
bertanggung jawab bersama dengan reseftor dingin dan hangat untuk sensasi
dingin yang membekukan atau panas yang membakar.
a) Perangsang Reseptor Suhu
12

Sensasi Dingin, Sejuk, Indeferen Hangat danPanas. Respon empat jenis


serabut saraf, yaitu : serat nyeri dingin, serat dingin, serat hangat dan serat
nyeri panas. Pada daerah sangat dingn hanya serabut nyeri dingin yang
terangsang. Pada suhu di atas 10 sampai 15oC impuls nyeri berhenti, tetapi
reseptor dingin mulai terangsang. Kemudian kira-kira 30oC, reseftor
hangat menjadi terangsang progresif sedangkan reseftor dingin mereda
pada kira-kira 43oC. Akhirnya sekitar 45oC serabut nyeri panas juga mulai
terangsang.
Oleh karena itu dapat dipahami bahwa orang menerima suhu dari sensasi suhu
oleh tingkat perangsang relatif dari berbagai jenis ujung saraf tersebut. Dapat
dipahami mengapa dingin atau panas yang luar biasa dapat menyakitkan dan
mengapa kedua sensasi ini bila cukup kuat dapat memberikan kualitas sensasi
yang hampir tepat sama, yaitu sensasi dingin membekukan dan panas yang
membakar terasa hampir sama.

b) Efek Perangsang dengan Menaikan dan Menurunkan Suhu


Bila suatu reseftor suhu mengalami perubahan suhu yang tiba-tiba, mula-
mula ia merangsang dengan kuat tetapi perangsangan ini menghilangkan dengan
cepat selama semenit pertama dan secara progresif lebih lambat selama setengah
jam atau lebih berikutnya. Dengan perkataan lain, reseftor tersebut sebagian besar
bradaptasi tetapi tidak seluruhnya.
Jadi jelaslah bahwa perubahan suhu bereaksi menyolot terhadap perubahan
suhu disamping dapat bereaksi dengan perubahan suhu yang stabil. Ini berarti
abhwa jika suhu kulit turun secara aktif, orang merasa jauh lebih dingin dari pada
bila suhu tersebut tetap pada tingkat yang sama. Sebaliknay jika suhu meningkat
secara aktif orang tersebut merasa jauh lebih hangat dari pada yang akan
dirasakannya pada suhu yang sama seandainya ia konstan.

c) Mekanisme Perangsang Reseftor Suhu


Diduga reseftor suhu terangsang oleh perubahan kecepatan metabolik
mereka, perubahan ini disebabkan oleh fakta bahwa suhu mengubah kecepatan
13

reaksi kimia intra sel kira-kira 2 kali untuk tiap perubahan 10oC, dengan perkataan
lain deteksi suhu mungkin tidak disebabkan oleh perangsangan fisik langsung
tetapi oleh perangsangan kimia dari ujung saraf tersebut karena di ubah oleh suhu.

d) Penjumlahan Ruangan dari Sensasi Suhu


Jumlah ujung dingin atau hangat dalam tiap sedikit daerah permukaan
tubuh sangat kecil, sehingga sulit untuk menilai gradsi suhu bila daerah kecil
dirangsang. Tetapi bila daerah tubuh yang luas dirangsang, isyarat suhu dari
seluruh daerah tersebut dijumlahkan. Sesungguhnya orang mencapai kemampuan
maksimumnya untuk membedakan varian suhu yang kecil bila seluruh tubuhnya
mengalami perubahan suhu tersebut secara serentak. Misalnya perubahan suhu
yang cepat kecil 0,01oC dapat di diteksi jika perubahan ini mempengaruhi seluruh
permukaan tubuh dengan serentak. Sebaliknya perubahan suhu yang yang
besarnya 100 kali ini mungkin tidak mendeteksi bila permukaan kulit yang
dipengaruhi hanya berukuran kira-kira satu sentimeter persegi.
a) Korpuskula Pacini : tekanan

Korpuskula Pacini (vater pacini) ditemukan di jaringan subkutan


pada telapak tangan, telapak kaki, jari, puting, periosteum, mesenterium,
tendo, ligamen dan genetalia eksterna. Bentuknya bundar atau lonjong, dan
besar (panjang 2 mm, dan diameter 0,5 – 1 mm). Bentuk yang paling besar
dapat dilihat dengan mata telanjang, karena bentuknya mirip bawang.

Setiap korpuskulus disuplai oleh sebuah serat bermielin yang besar


dan juga telah kehilangan sarung sel schwannya pada tepi korpuskulus.
Akson saraf banyak mengandung mitokondria. Akson ini dikelilingi oleh
60 lamela yang tersusun rapat (terdiri dari sel gepeng). Sel gepeng ini
tersusun bilateral dengan dua alur longitudinal pada sisinya.

Korpuskulus ini berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan


yang dalam.

b) Korpuskula Ruffini : panas


14

Korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis dan


kapsula sendi. Mempunyai sebuah kapsula jaringan ikat tipis yang
mengandung ujung akhir saraf yang menggelembung. Korpuskulus ini
merupakan mekanoreseptor, karena mirip dengan organ tendo golgi.

Korpuskulus ini terdiri dari berkas kecil serat tendo (fasikuli


intrafusal) yang terbungkus dalam kapsula berlamela. Akhir saraf tak
bermielin yang bebas, bercabang disekitar berkas tendonya. Korpuskulus
ini terangsang oleh regangan atau kontraksi otot yang bersangkutan juga
untuk menerima rangsangan panas.

c) Korpuskula Krause : dingin

Korpuskulus gelembung (krause) ditemukan di daerah mukokutis


(bibir dan genetalia eksterna), pada dermis dan berhubungan dengan
rambut. Korpuskel ini berbentuk bundar (sferis) dengan diameter sekitar
50 mikron. Mempunyai sebuah kapsula tebal yang menyatu dengan
endoneurium. Di dalam korpuskulus, serat bermielin kehilangan mielin
dan cabangnya tetapi tetap diselubungi dengan sel schwann. Seratnya
mungkin bercabang atau berjalan spiral dan berakhir sebagai akhir saraf
yang menggelembung sebagai gada. Korpuskel ini jumlahnya semakin
berkurang dengan bertambahnya usia.Korpuskel ini berguna sebagai
mekanoreseptor yang peka terhadap dingin.

d) Korpuskula Meissner : sentuhan

Korpuskulus peraba (Meissner) terletak pada papila dermis,


khususnya pada ujung jari, bibir, puting dan genetalia. Bentuknya silindris,
sumbu panjangnya tagak lurus permukaan kulit dan berukuran sekitar 80
mikron dan lebarnya sekitar 40 mikron. Sebuah kapsul jaringan ikat tipis
menyatu dengan perinerium saraf yang menyuplai setiap korpuskel. Pada
bagian tengah korpuskel terdapat setumpuk sel gepeng yang tersusun
transversal. Beberapa sel saraf menyuplai setiap korpuskel dan serat saraf
ini mempunyai banyak cabang mulai dari yang mengandung mielin
maupun yang tak mangandung mielin. Korpuskulus ini peka terhadap
15

sentuhan dan memungkinkan diskriminasi/ pembedaan dua titik (mampu


membedakan rangsang dua titik yang letaknya berdekatan).

e) Korpuskula ujung saraf terbuka: rasa nyeri

Serat saraf sensorik aferen berakhir sebagai ujung akhir saraf bebas
padabanyak jaringan tubuh dan merupakan reseptor sensorik utama dalam
kulit.Serat akhir saraf bebas ini merupakan serat saraf yang tak bermielin,
atau seratsaraf bermielin berdiameter kecil, yang semua telah kehilangan
pembungkusnya sebelum berakhir, dilanjutkan serat saraf terbuka yang
berjalan di antara sel epidermis. Sebuah serat saraf seringkali bercabang-
cabang banyak dan mungkin berjalan ke permukaan, sehingga hampir
mencapai stratum korneum. Serat yang berbeda mungkin menerima
perasaan raba, nyeri dan suhu. Sehubungan dengan folikel rambut, banyak
cabang serat saraf yang berjalan longitudinal dan melingkari folikel
rambut dalam dermis.

Beberapa saraf berhubungan dengan jaringan epitel khusus. Pada epidermis


berhubungan dengan sel folikel rambut dan mukosa oral, akhir sarafmembentuk
badan akhir seperti lempengan (diskus atau korpuskel merkel).Badan ini
merupakan sel yang berwarna gelap dengan banyak juluran sitoplasma. Seperti
mekanoreseptor badan ini mendeteksi pergerakan antara keratinosit dan
kemungkinan juga gerakan epidermis sehubungan dengan jaringan ikat di
bawahnya. Telah dibuktikan bahwa beberapa diskus merkel merespon rangsangan
getaran dan juga resepor terhadap dingin

5. Indra Pencium/Pembau (Hidung)


Manusia dapat membedakan berbagai macam bau bukan karena memiliki
banyak reseptor pembau namun kemampuan tersebut ditentukan oleh prinsip-
prinsip komposisi (component principle). Seperti pada penglihatan warna (hanya
memiliki tiga reseptor wama dasar, namun dari komposisi yang berbeda-beda
dapat dilihat wama yang bermacam-macam), organ pembau hanya memiliki tujuh
reseptor. Namun dapat membedakan lebih dari 600 aroma yang berbeda. Alat
16

pembau atau sistem olfaction biasa juga disebut dengan Organon Olfaktus, dapat
menerima stimulus benda-benda kimia sehingga reseptomya disebut pula
chemoreceptor. Benda kimia yang dapat menstimulasi sel saraf dalam hidung
adalah substansi yang dapat larut dalam zat cair (lendir) yang terdapat pada cilia
yang menutupi sel tersebut. Makin berbau suatu substansi, maka hal tersebut
menunjukkan bahw amakin banyak molekul yang dapat larut dalam air dan lemak
(konsentrasi penguapannya tinggi).
Organon olfaktus terdapat pada hidung bagian atas, yaitu pada concha
superior dan membran ini hanya menerima rangsang benda-benda yang dapat
menguap dan berwujud gas.
Bagian-bagiannya adalah sebagai berikut:
a. Concha Superior
b. ConchaMedialis
c. Concha Inferior
d. Septum nasi (sekat hidung)

Oral Sensory
Banyak sensasi yang dialami sebagai bagian dari rasa makanan. Jauh
sebelum konsumsi, makanan dievaluasi melalui penglihatan dan bau. isyarat ini
berkontribusi harapan untuk palatabilitas dan rasa. Rasa, tekstur, dan bau
bergabung untuk menciptakan rasa makanan secara keseluruhan di dalam mulut.
rasa ini lagi dievaluasi untuk palatabilitas. Mulut bertindak tidak hanya sebagai
titik kontrol untuk penerimaan atau penolakan makanan tetapi juga sebagai titik
awal kontak fisik langsung dengan makanan. Orthonasal bau (bau yang masuk
melalui lubang hidung) dan penampilan dari makanan dapat dinilai dari kejauhan,
tapi rasa dan tekstur yang dinilai selama kontak makanan dengan permukaan oral.
Selain itu, bau retronasal (bau yang melewati bagian belakang mulut dan menjadi
bagian hidung) memberikan kontribusi yang besar untuk rasa makanan dan
terutama dirasakan setelah makanan telah ditempatkan di dalam rongga mulut.
Merangsang indera tertentu dalam mulut baik mempersiapkan tubuh untuk
konsumsi zat menghasilkan nutrisi atau membantu dalam expectorating
17

(merangsang pengeluaran lendir/air liur) dan membersihkan zat-zat yang


berpotensi berbahaya. Sistem sensorik persepsi oral berkaitan dengan makanan
adalah trigeminal (tekstur/sentuh, temperatur, dan chemesthesis), gustatory (rasa),
dan sistem penciuman bau.
Deteksi Tekstur, suhu, dan chemesthesis (perasaan iritasi, kepedasan,
kepedasan) dalam rongga melalui saraf trigeminal (saraf kranial V). Dengan
demikian, sensasi ini sering disebut secara kolektif sebagai “trigeminal” sensasi,
meskipun vagus (saraf kranial X) dan saraf kranial lain juga dapat membawa
sensasi iritan dan suhu ujung saraf dari saraf trigeminal yang di mana-mana di
rongga mulut dan hidung, dan reseptor terletak pada serat saraf ini mendeteksi
berbagai sensasi. Kelas reseptor makan trigeminal termasuk mechanoreceptors
(tekstur), nociceptors (rasa sakit dan iritasi kimia), thermoreceptors (suhu), dan
proprioceptors (lokasi, posisi).
Trigeminal dalam sensori terhadap chemesthesis (iritasi, kepedasan,
kepedasan, kesemutan, terbakar atau pendinginan kimia) adalah dipersarafi oleh
sistem fisiologis yang sama seperti tekstur, dijelaskan di atas. Ini sensasi yang
dirasakan di seluruh bagian mulut dan hidung, dari bibir hingga ke bagian
belakang tenggorokan. Sebenarnya, sensasi ini tidak spesifik pada rongga mulut
dan hidung, tetapi dapat dideteksi oleh ujung saraf bebas di epitel lapisan seluruh
tubuh. Sensasi Chemesthetic disebabkan oleh berbagai bahan makanan, seperti
capsaicin (Kepedasan cabai), cinnamaldehyde (panas kayu manis), karbon
dioksida (iritasi dari minuman berkarbonasi), dan mentol (kesejukan mint).
Penelitian menunjukkan bahwa sensasi terdeteksi secara independen dari rasa dan
bau, dan juga selera, suhu, dan konsentrasi lemak dapat berinteraksi dengan
sensasi chemesthetic untuk menambah atau menekan intensitas oral sensori.
Selanjutnya, frekuensi konsumsi makanan pedas dapat menurunkan peringkat
intensitas untuk membakar senyawa seperti capsaicin yang mempengaruhi
seberapa sering seseorang terkena untuk sensasi chemesthetic dalam makanan,
karena itu dapat sangat mempengaruhi persepsi dari iritasi kimia dan penerimaan
kepedasan dalam makanan itu sendiri.
18

2.2 Modalitas Rasa


2.2.1 Lidah sebagai Indera Pengecap
Cita rasa merujuk pada stimulasi bintil pengecap, reseptor yang ada pada
lidah. Ketika kita membicarakan tentang cita rasa makanan, umumnya yang kita
maksud adalah rasa makanan. Indra lain dalam konteks terpisah, tetapi akson
pengecapan dan penciuman bersatu pada sebuah sel di sebuah area yang disebut
korteks endopiriform. Adanya penggabungan tersebutlah yang memungkinkan
pengecapan dan penciuman menyatukan pengaruhnya dalam hal pemilihan
makanan. Reseptor cita rasa bukanlah neuron sejati, tetapi merupakan sel-sel kulit
yang termodifikasi. Sama seperti neuron, reseptor cita rasa memiliki membran
yang dapat tereksitasi dan melepaskan neurotransmitter untuk mengeksitasi
neuron. Neuron tersebutlah yang akan mengantarkan informasi ke otak. Seperti
layaknya sel kulit, reseptor cita rasa secara bertahap terkikis dan tergantikan, tiap
reseptor bertahan selama 10 hingga 14 hari. Reseptor cita rasa mamalia berada di
dalam bintil pengecap yang terletak di papilla (papillae), suatu struktur yang ada
di permukaan lidah. Tiap papilla mengandung nol hingga 10 atau bahkan lebih
bintil pengecap dan dalam tiap bintil pengecap terdapat sekitar 50 sel reseptor.
Pada manusia dewasa, sebagian besar bintil pengecap terletak pada sepanjang sisi
luar tepian lidah, pada bagian tengah hanya terdapat sedikit bintil pengecap atau
tidak sama sekali.
Pengecap merupakan fungsi utama taste buds dalam rongga mulut, namun
indera pembau juga sangat berperan pada persepsi pengecap. Selain itu, tekstur
makanan seperti yang dideteksi oleh indera pengecap taktil dari rongga mulut dan
keberadaan elemen dalam makanan seperti merica, yang merangsang ujung saraf
nyeri, juga berperan pada pengecap. Makna penting dari indera pengecap adalah
bahwa fungsi pengecap memungkinkan manusia memilih makanan sesuai dengan
keinginannnya dan mungkin juga sesuai dengan kebutuhan jaringan akan
substansi nutrisi tertentu. Indera pengecap kurang lebih terdiri dari 50 sel epitel
yang termodifikasi, beberapa di antaranya disebut sel sustentakular dan lainnya
disebut sel pengecap. Sel pengecap terus menerus digantikan melalui pembelahan
mitosis dari sel disekitarnya, sehingga beberapa diantaranya adalah sel muda dan
19

lainnya adalah sel matang yang terletak ke arah bagian tengah indera dan akan
segera terurai dan larut. Sensasi rasa pengecap timbul akibat deteksi zat kimia
oleh resepor khusus di ujung sel pengecap (taste buds) yang terdapat di
permukaan lidah dan palatum molle. Sel pengecap tetap mengalami perubahan
pada pertumbuhan, mati dan regenerasi. Proses ini bergantung pada pengaruh
saraf sensoris karena jika saraf tersebut dipotong maka akan terjadi degenerasi
pada pengecap.
Rangsangan kimia yang berasal dari luar tubuh diterima oleh reseptor
kimia (chemoreseptor). Kemoreseptor kita terhadap lingkungan luar adalah
berupa tunas pengecap yang terdapat pada lidah. Agar suatu zat dapat dirasakan,
zat itu harus larut dalam kelembapan mulut sehingga dapat menstimulasi kuncup
rasa atau tunas pengecap. Kuncup rasa kebanyakan terdapat pada permukaan
lidah. Ada juga beberapa yang ditemukan pada langit-langit lunak di belakang
mulut dan lengkung langit-langit. Kemoreseptor ini dapat dibedakan menjadi
empat macam sensasi utama, yaitu rasa manis, rasa asam, rasa asin dan rasa pahit.
Dengan menggunakan larutan sukrosa, asam hidrokalat, NaCl dan kinina sulfat
encer, seorang dapat mengetahui keempat rasa sensasi utama tersebut yang
masing-masing ada di daerah khusus pada lidah. Akan tetapi, memetakan
percobaan semacam ini pun menunjukkan adanya daerah rasa yang sangat
tumpang tindih dan sangat bervariasi pada setiap orang. Penelitian menyebutkan
bahwa adanya variasi yang diwariskan dalam kemampuan rasa. Pemahaman
tentang rasa pahit semakin berkembang dengan informasi gabungan dari
penemuan dan studi TAS2R gen resptor rasa, yang masih memiliki hubungan
genetik dan studi kloning posisional, terutama pada kemampuan untuk mencicipi
phenylthiocarbamide (PTC). Rasa manis dan umami, yang dimediasi oleh
reseptor TAS1R, menjadi baik ditandai pada tingkat genetik molekular. Rasa asin
dan asam masih belum mampu dikarakteriskan hal genetik. Masih diperlukan
pengembangan penilitian untuk menentukan karakteristik gen tersebut.
Lidah adalah alat indera yang berfungsi untuk merasakan rangsangan rasa
dari benda-benda yang masuk ke dalam mulut kita. Lidah sebagai indera pengecap
mempunyai taste buds yang meliputi seluruh permukaannya. Taste buds
20

mengandung pori-pori atau dikenal sebagai taste pore yang mengandung


mikrovili pembawa sel gustatori yang akan distimuli oleh berbagai cairan
kimiawi pada saliva. Mikrovili merupakan reseptor permukaan pengecap rasa.
Taste buds mengandung reseptor rasa yaitu asam, asin, manis, pahit, dan
umami. Kita dapat menikmati makanan dan minuman karena adanya indra
pengecap ini. Bagian lidah yang depan berguna untuk merasakan rasa asin, bagian
yang sebelah samping untuk rasa asam, bagian tepi depan berfungsi untuk
merasakan rasa manis dan bagian lidah yang belakang untuk rasa pahit.
Permukaan lidah juga dapat merasakan panas, dingin, kasar, halus dan nyeri.
Dalam bahasa kedokteran, lidah (dan semua yang menyangkut lidah) disebut
Lingual. Lidah sebetulnya adalah kumpulan dari banyak otot. Dilihat dari
ukurannya, otot lidah termasuk otot yang paling kuat pada tubuh kita. Otot-otot ini
memiliki arah yang berbeda-beda, itu sebabnya lidah kita sangat fleksibel dalam
bergerak ke segala arah. Otot lidah ada 2 jenis, otot intrinsik dan ekstrinsik. Otot
intrinsik membuat kita mampu mengubah-ubah bentuk lidah (memanjang,
memendek, membulat), sedangkan otot ekstrinsik lidah membuat lidah dapat
bergerak mengelilingi rongga mulut dan faring.

2.2.2 Macam-macam Rasa


Menurut definisi yang ada, rasa adalah sensasi yang diterima oleh alat
pencecap kita yang berada di rongga mulut. Rasa ditimbulkan oleh senyawa yang
larut dalam air yang berinteraksi dengan reseptor pada lidah dan indera perasa
(trigeminal) pada rongga mulut. Saat ini ada 5 rasa dasar yang dapat dikenali oleh
lidah manusia yaitu manis, pahit, asam, asin dan umami.

 Rasa asin. Pada rasa asin, ion sodium (Na+) yang menyentuh ujung apikal
dari sel pencecap melalui saluran ion pada mikrovili akan menimbulkan
rangsangan sensasi rasa asin. Pada dasarnya semua kation dapat
memberikan rasa asin namun ukuran diameter ion akan sangat
menentukan. Semakin besar ukuran garam akan mengubah rasa asin ke
arah pahit, seperti halnya NaCl (0.56 nm) asin sedang MgCl2 (0.85 nm)
21

cenderung pahit. Rasa asin yang serupa dengan Na+ adalah lithium.
Kalium atau kation monovalen lain juga dapat digunakan untuk
menggantikan sodium sebagai pemberi rasa asin, namun sering terkendala
adanya rasa samping (aftertaste) pahit. Selain kation, beberapa senyawa
peptida juga memiliki rasa asin atau mampu meningkatkan rasa asin
seperti garam Orn-Tau.HCl.
 Rasa asam. Pada rasa asam, sensasi asam dipengaruhi oleh konsentrasi
ion (H+) dalam larutan. Namun stimulus senyawa pada saraf pencecap
lebih bergantung pada asam tertitrasi daripada pHnya. Itu sebabnya, tidak
semua produk dengan pH rendah mempunyai rasa asam. Juga asam
organik memberikan kesan rasa asam lebih kuat daripada asam in-organik
terkait dengan pHnya. Rasa asam terutama diberikan oleh garam-garam
organik tak terdisosiasi seperti asam malat, tartarat, asam sitrat, dan
seterusnya. Perlu dipahami bahwa masing-masing asam tidak murni
memberi rasa asam saja, tetapi juga rasa khas pada setiap asamnya seperti
asam sitrat memberikan juga rasa kesat (tart) dan sepat (astringent) khas
seperti pada tanaman sitrus, sementara asam laktat memberi kesan khas
seperti pada yoghurt atau mentega.
 Rasa manis. Nampaknya lebih banyak studi yang dilakukan pada rasa
manis sehingga lebih banyak versi mekanisme yang dilaporkan. Teori
tentang senyawa dengan sensasi rasa manis yang banyak diacu adalah
Shallenberger-Acree-Kie model yang mendasarkan pada korelasi AH
(donor proton)-B (penerima proton) dengan pusat hidrofobik (gamma atau
X) yang membentuk segitiga dengan jarak tertentu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dimerisasi reseptor penting agar senyawa manis
dapat berinteraksi dengan tepat dengan reseptor yang kompleks. Banyak
faktor yang berperan dalam stimuli senyawa pemberi rasa manis, namun
secara ringkas dapat dikatakan bahwa ukuran, sifat geometri, khiralitas dan
karakteristik dari molekul larutan memegang peranan penting dalam
mendeteksi sensasi manis ini. Sensasi manis dapat dihasilkan oleh
berbagai golongan senyawa baik dari kelompol gula, asam amino-peptida-
22

protein, amida siklis, turunan benzene bahkan kloroform. Tentu saja mutu
kemanisan dari senyawa yang berbeda akan berbeda, termasuk keberadaan
rasa sekunder seperti alkali, metalik, lalu juga intensitas dan spektrum
periode manis yang diberikan. Hal inilah yang menjadi tantangan
tersendiri dalam menggantikan pemanis gula sukrosa dengan kelompok
pemanis yang lain.
 Rasa pahit. Sensasi senyawa rasa pahit diperoleh dengan mekanisme yang
mirip dengan rasa manis. Hanya saja jarak antar gugus fungsional menjadi
penentu. Rasa pahit umumnya diasosiasikan dengan kelompok komponen
fenolik dan alkaloid seperti naringin pada grapefruit dan anggur, limonin
pada sitrus, kafein pada kopi, dan sebagainya. Selain itu peptida dengan
berat molekul lebih kecil 6000 atau asam amino hidrofobik dapat juga
memberikan rasa pahit. Senyawa pemberi rasa pahit terkini yang
dilaporkan memiliki rasa pahit yang sangat intens adalah “quinozolate”
dengan ambang batas 0.00025 mmol/kg air (Ottinger dan Hofmann, 2001).
 Rasa umami. Pada rasa umami, seperti halnya pada rasa manis dan pahit,
senyawa pemberi sensasi ini akan berperan melalui protein G yang
mengkait pada reseptor dan mengaktifkan pembawa pesan kedua (second
messenger). Senyawa pemberi umami yang paling dikenal dan potensial
adalah L-glutamat, asam amino yang terdapat dalam protein hampir semua
produk pangan terutama daging, ikan dan kacang-kacangan. Asam
glutamat bebas secara alami terdapat dalam sumber pangan hewani,
produk laut, sayur dan beberapa buah seperti tomat serta juga pada keju.
Fenomena ini dapat menjadi alasan mengapa pada studi sensasi secara
genetik terlihat bahwa hewan mampu juga merasakan sensasi ini.
23

Gambar 1 peta rasa pada lidah

Mekanisme kerja reseptor cita rasa asin sangatlah sederhana. Reseptor


mendeteksi adanya natrium dan struktur reseptor tersebut hanya mebuka kanal-
kanal ion natrium supaya dapat melintasi membran. Semakin tinggi konsentrasi
natrium pada lidah, maka semakin besar juga respon yang dihasilkan oleh
reseptor. Zati kimia seperti amilorida dapat menghalangi ion sodium yang akan
melintasi membran, sehingga mengurangi intensitas rasa asin. Cara kerja asam
sedikit berbeda. Ketika asam berkaitan dengan reseptor, maka asam akan menutup
kanal ion ion kalium sehingga mencegah keluarnya ion kalium dari neuron.
Hasilnya adalah peningkatan muatan positif di dalam neuron yang menyebabkan
depolarisasi membrane. Secara kimiawi cita rasa manis, pahit dan umami
memiliki kemiripan. Apabila ada sebuah molekul yang berikatan dengan salah
satu reseptor cita rasa tersebut, maka hal tersebut akan mengaktivasi protein G
yang melepaskan penyampai pesan dalam neuron.
Dalam keadaan kering, lidah tidak dapat merasakan apa yang diletakkan
diatasnya, termasuk gula, garam, maupun zat lainnya. Lidah baru merasakan zat
tersebut bila terdapat cairan liur dan zat itu larut dalam air liur tersebut. Kepekaan
manusia untuk membedakan intensutas ras relatif besar, hal ini tergantung pada
faktor individual, nilai ambang, dan konsentrasi substrat yang diberikan.
24

Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan


kimia. Lidah merupakan organ yang tersusun dari otot. Permukaan lidah dilapisi
dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir, dan reseptor
pengecap berupa tunas pengecap. Tunas pengecap terdiri atas sekelompok sel
sensori yang mempunyai tonjolan seperti rambut.Permukaan atas lidah penuh
dengan tonjolan (papila). Tonjolan itu dapat dikelompokkan menjadi tiga macam
bentuk, yaitu :
1. Papilla bentuk benang (filiformis) disebut papilla peraba, tersebar di
seluruh permukaan lidah. Filiformis Terdapat di bagian posterior
berbentuk penonjolan konis, sangatbanyak diseluruh permukaan lidah
epitel tidak mengandung putting pengecap epitel berambut
2. Papilla bentuk dataran yang dikelilingi parit-parit atau berbentuk huruf V
(sirkumvalata) disebut papilla pengecap, terdapat di dekat pangkal lidah
atau di bagian tengah belakang yang peka terhadap rasa pahit. Papillae
yang sangat besar dengan permukaannya yang pipihmeluas di ataspapillae
lain, susunan seperti parit tersebar di daerah “V”bagian posterior lidah
banyak kelenjar mukosa dan serosin banyak putting kecap yang terdapat di
sepanjang sisi papilla.
3. Papilla bentuk jamur (fungiformis) disebut papilla pengecap, terdapat di
tepi lidah bagian depan yang peka terhadap rasa manis, samping depan
peka terhadap rasa asin, dan samping belakang peka terhadap rasa asam.
4. Foliatel Pada pangkal lidah bagian lateral, terdapat beberapa tonjolan-
tonjolan padat bentuk: sirkumvalata banyak putting kecap (Jalmo : 2007).
Di bagian anterior dan diantara filiformis menyerupai jamur karena menpunyai
tangkai sempit dan permukaan yang halus,bagianatas melebar mengandung
putting kecap, tersebar di permukaan atasepitel berlapis pipih tak menanduk
25

Gambar 2 Papila Lidah

Berdasarkan penelitian bersifat psikofisiologik dan neurofisiologik, saat ini


telah mengenali sedikitnya 13 macam reseptor kimia yang mungkin terdapat pada
sel-sel pengecap, yaitu sebagai berikut : 2 reseptor natrium, 2 reseptor kalium, 1
reseptor klorida, 1 reseptor adenosine, 1 reseptor iosin, 2 reseptor manis, 2
reseptor pahit, 1 reseptor glutamate, dan 1 reseptor ion hidrogen.
Tunas pengecap terdapat pada parit-parit papila bentuk dataran, di bagian
samping dari papila berbentuk jamur, dan di permukaan papilla berbentuk benang.
Pengecap merupakan fungsi utama taste buds dalam rongga mulut, namun indera
pembau juga sangat berperan pada persepsi pengecap. Selain itu, tekstur makanan
seperti yang dideteksi oleh indera pengecap taktil dari rongga mulut dan
keberadaan elemen dalam makanan seperti merica, yang merangsang ujung saraf
nyeri, juga berperan pada pengecap. Makna penting dari indera pengecap adalah
bahwa fungsi pengecap memungkinkan manusia memilih makanan sesuai dengan
keinginannnya dan mungkin juga sesuai dengan kebutuhan jaringan akan
substansi nutrisi tertentu (Savitri : 1997).
Indera pengecap kurang lebih terdiri dari 50 sel epitel yang termodifikasi,
beberapa di antaranya disebut sel sustentakular dan lainnya disebut sel pengecap.
Sel pengecap terus menerus digantikan melalui pembelahan mitosis dari sel
disekitarnya, sehingga beberapa di antaranya adalah sel muda dan lainnya adalah
26

sel matang yang terletak ke arah bagian tengah indera dan akan segera terurai dan
larut (Guyton : 1997).
Indera pengecap adalah organ penting pada manusia yang membuat
manusia memilih makanan sesuai dengan keinginannya dan kebutuhan-kebutuhan
jaringan, selain itu, dapat juga berfungsi untuk menghindarkan tubuh dari
substansi beracun. Beberapa faktor dapat mempengaruhi rasa, antara lain :
1. Sistem Indera seperti penglihatan, pembau, dan pendengar
2. Makanan : tekstur makanan, suhu, kandungan bahan-bahan,
kandungan air, dan udara dalam makanan (Suhartini : 2015).
Ujung organ untuk indera pengecap yang disebut taste buds terdiri atas
sel-sel gustatory fusiform, tercampur dengan sel-sel sustakular yang terangkai
dalam bentuk kelompok yang menyerupai tong. Prosesus yang menyerupai
rambut dari sel-sel gustatory ini menjulur melalui pori pada bagian superficial dari
taste bud. Ujung serabut-serabut saraf berakhir di sekitar sel-
sel gustatory ini. Bagian lidah yaitu valet dan papilla fungiform mengandung
banyak sekali taste bud meskipun terdapat juga pada palatum, faring, dan laring.
Sensasi cita rasa di bawa ke arah dua per tiga bagian rostral lidah oleh cabang-
cabang saraf fasial korda timpani yang menyertai cabang lingual dari saraf
trigeminus. Sebaliknya bagian lidah yang sepertiga (arah kaudal = posterior)
menerima cita rasa melalui cabang lingual dari saraf (glosofarigeal). Pada
manusia, modalitas rasa yang spesifik ada empat, yaitu manis, asin, pahit, dan
asam. Sensasi yang lain merupakan campuran dari cita rasa dasar, atau kombinasi
berbagai cita rasa dengan indera penciuman (Frandson : 1992).

2.2.3 Dasar Teori Sensasi di Rongga Mulut


Tiap kuncup pengecap tersusun dari sel-sel yang memiliki rambut berukuran
mikro yang sensitif, disebut mikrovilli. Rambut-rambut super mini ini pada saat
berkontak dengan makanan akan mengirimkan pesan ke otak, lalu otak akan
menerjemahkan sinyal yang diberikan tersebut dan menentukan rasa dari makanan
yang kita makan. Sel reseptor pengecapan adalah kemoreseptor yang berespon
terhadap bahan-bahan yang larut dalam cairan mulut yang membasahi resptor-
27

reseptor tersebut. Reseptor pengecap (Sekunder) dikumpulkan bersama taste bud,


terutama lidah dan palatum. Bahan-bahan ini bekerja pada mikrovilli yang ada di
pori-pori pengecap untuk mencetuskan potensialgenerator di sel reseptor yang
menimbulkan potensial aksi neuron sensorik.
Impuls pengecapan melintasi saraf otak ketujuh, kesembilan dan kesepuluh
menuju otak, tempat berakhir di dalam traktus solitaries. Isyarat mula-mula ke
thalamus dan kemudian ke area operculum-insulaparietal korteks serebri. Area ini
terletak pada pinggir lateral garis post sentralis dalam fisura Sylvii yang erat
hubungannya dengan tertindihnya daerah lidah area somatik 1. Ada beberapa hal
yang dapat membuat reseptor kuncup pengecap menjadi kurang sensitif. Bila kita
mengemut es batu sebelum makan, dinginnya es dapat membuat kuncup pengecap
menjadi kurang sensitif. Begitu juga kalau lidah kita terkena makanan yang terlalu
panas, dapat menyebabkan ‘tongue burning’ dan biasanya baru akan pulih dalam
1-2 hari. Lidah yang kebersihannya tidak terjaga juga dapat menyebabkan
kesensitifan lidah berkurang, karena banyaknya plak yang terkumpul di
permukaan lidah. Selain itu, produksi air liur yang berkurang dan menyebabkan
keadaan mulut kering (xerostomia) juga membuat lidah tidak bekerja maksimal.
Sel reseptor pengecapan adalah kemoreseptor yang berespon terhadap
bahan-bahan yang larut dalam cairan mulut yang membasahi reseptor-reseptor
tersebut. Reseptor pengecap (sekunder ) dikumpulkan bersama pada taste bud,
terutama pada lidah dan palatum. Bahan-bahan ini bekerja pada mikrovili yang
ada di pori-pori pengecap untuk mencetuskan potensial generator di sel reseptor
yang menimbulkan potensial aksi di neuron sensorik.
Serat-serat saraf sensorik dari papil-papil pengecap di dua pertiga anterior
lidah berjalan dengan cabang korda timpani, nervus facialis dan serat-serat saraf
dari sepertiga posterior lidah mencapai batang otak melalui saraf glossofaringeus.
Nukleus traktus solitarius untuk dapat menyatu ke dalam medulla oblongata harus
bergabung dengan kedua sarafnya. Disana mereka bersinap dengan neuron-neuron
ordo kedua yang aksonnya melintasi garis tengah dan bertemu dengan lemnikus
medialis, berakhir di nukleus-nukleus pemancar sensorik spesifik pada talamus
bersama serat untuk sensasi sentuh nyeri dan suhu. Impuls dipancarkan dari sini
28

ke daerah proyeksi pengecapan di korteks serebrum di kaki girus pasca sentralis.


Pengecapan tidak memiliki daerah proyeksi yang terpisah tetapi digambarkan di
bagian girus pasca sentralis yang melayani sensasi kulit dan wajah.
Impuls pengecapan melintasi saraf otak ke tujuh, kesembilan dan kesepuluh
menuju otak, tempat mereka berakhir di dalam traktur solitarius. Isyarat mula-
mula ke talamus dan kemudian ke area operkulum –insulaparietal korteks serebri.
Area ini terletak pada pinggir lateral girus post sentralis dalam fisura sylvii yang
erat berhubungan dengan atau bertindihan dengan daerah lidah area somatik.

Gambar : Trasmission of taste signals into the central nervous system

Terdapat banyak variasi dalam distribusi keempat papil pengecap dasar pada
berbagai spesies dan dalam suatu spesies tertentu antar individu. Pengecapan
memperlihatkan after-reaction dan fenomena kontras yang serupa dalam beberapa
hal dalam after-image dan kontras penglihatan. Sebagian adalah tipuan kimia,
tetapi sebagian lain mungkin benar-benar merupakan fenomena sentral.
Bagian mulut dan wajah yang lebih sensitive terhadap pengenalan bentuk
benda adalah bagian ujung lidah. Hal ini dikarenakan pada bagian ujung lidah
29

banyak terdapat tonjolan papilla fungiformis yang dipermukaannya banyak


terdapat taste bud (reseptor perasa). Semakin banyak taste bud maka daerah
tersebut semakin sensitive. Selain itu juga dapat ditentukan oleh luas permukaan
benda dan jumlah serta sensitivitas reseptor sensorik ujung saraf bebas berupa
reseptor tekan dan raba. Variasi kecepatan waktu dalam mengenali benda-benda
tersebut bergantung sensitivitas dari tiap-tiap orang. Kecepatan mengenali
beberapa bentuk benda ini tergantung pada seberapa luas permukaan benda
tersebut yang bersentuhan pada permukaan lidah. Semakin besar luas permukaan
bendah yang bersentuhan dengan permukaan lidah maka semakin cepat pula
benda tersebut mudah dikenali. Hal ini dikarenakan semakin besar luas
permukaan benda tersebut maka rangsangan yang diberi pada lidah akan semakin
kuat dan reseptor yang terangsan akan semakin banyak sehingga intrepetasi dari
SSP juga semakin cepat.
Bagian mulut yang paling sensitive terhadap jarak antara dua titik adalah
ujung lidah, sedangkan pada daerah wajah yang paling sensitive adalah bibir.
Banyaknya papilla fungiformis pada ujung lidah menyebabkan lidah sensitive
terhadap jarak antara dua titik. Karena papilla fungiformis banyak mengandung
taste bud. Sedangkan pada bibir, sensitive dikarenakan banyak reseptor rasa nyeri
pada bibir. Hal ini juga dapat dikarenakan pada bagian jaringan tersebut lebih
sensitive pada rangsangan tekan. Rangsangan tekan memunculkan sensasi akibat
perubahan bentuk jaringan. Pada bibir dan ujung lidah memiliki tekstur yang lebih
tebal atau dalam sehingga bisa menangkap rangsangan tekana lebih sensitive.
Rangsangan tekan umumnya disebabkan oleh adanya perubahan pada jaringan
yang lebih dalam. Reseptor dari rangsangan tekan adalah reseptor taktil ujung
saraf bebas. Pada daerah yang lebih sensitif seperti pada bagian lidah, dan leher
memiliki reseptor yang lebih banyak pada daerah lain. Sedangkan pada bibir,
sensitive dikarenakan banyak reseptor rasa nyeri pada bibir. Selain itu pada bibir
dan ujung lidah juga memiliki tekstur yang lebih tebal atau dalam sehingga bisa
menangkap rangsangan tekan.
Dan bagian lidah yang paling sensitive terhadap suhu adalah ujung lidah.
Dikarenakan pada bagian ujung lidah banyak terdapat papilla fungiformis yang
30

banyak mengandung taste bud. Taste bud inilah yang menghantarkan rangsangan,
sehingga makin banyak taste bud makin sensitive bagian lidah tersebut. Daerah
yang paling sensitif pada suhu rendah (air dingin) yaitu pada lidah bagian
posterior, sedangkan daerah yang sensitif terhadap air panas yaitu pada ujung
lidah dan posterior lidah. Bagian lidah ini sensitif dikarenakan pada bagian ujung
lidah banyak terdapat papilla fungiformis yang banyak mengandung taste bud.
Taste bud inilah yang menghantarkan rangsangan, sehingga makin banyak taste
bud makin sensitive bagian lidah tersebut. Tubuh sendiri berespon lebih sensitif
terhadap dingin dari pada panas. Hal ini dikarenakan jumlah reseptor dingin
adalah 23 titik, pada berbagai daerah tubuh jumlah reseptor bervariasi per
sentimeter persegi pada daerah permukaan dada yang luas. Sedangkan jumlah titik
hangatnya lebih sedikit yaitu hanya 13 titik.
Serta bagian lidah yang sensitive terhadap nyeri adalah ujung lidah. Nyeri
dihantarkan oleh reseptor yang terdapat pada taste bud. Pada bagian ujung lidah
banyak terdapat papilla fungiformis yang pada bagian ujungnya banyak terdapat
taste bud sehingga lebih sensitive.
Dalam rongga mulut sendiri selain pada lidah contohnya pada mukosa
rongga mulut, gusi memiliki sensitivitas lebih besar terhadap nyeri dari mukosa
lainnya. Perbedaan ini disebabkan oleh tingkat lapisan epitel yang ada padanya.
Semakin tebal lapisan epitelnya, akan dalam reseptor nyeri yang dapat diterima.
31

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan tentang anatomi dan fisiologi sistem sensoris tersebut , di
ketahui dalam sistem sensoris di bahas tentang panca indra atau lima indra di
mana di jelaskan bagaimana mekanisme kerja panca indra tersebut dan bagian-
bagian organ yang bersangkutaan, sistem sensoris meliputi:
1. Sistem indra penglihatan (mata)
2. Sistem indra pendengar (telinga)
3. Sistem indra pembau (hidung)
4. Sistem indra pengecap (lidah)
5. Sistem indra peraba (kulit)
Dalam sistem sensoris ini Indera Pendengar (Telinga) merupakan alat
pendengar dan alat keseimbangan. Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga
luar, telinga tengah dan rongga telinga dalam.
Indra penglihatan (mata) yaitu organ sensorik kompleks yang mempunyai
fungsi optikal untuk melihat dan saraf untuk trandsuksi. Mata terdiri dari beberapa
komponen utama, sebagai berikut. Aqeuos humor, korpus siliais, bintik buta,
fovea, iris, kornea, koroid, lensa, ligamentum suspensorium, makula lutea, neuron
bipolar ,otot siliaris, pupil, retina, saraf optikus, sel batang, sel ganglion, sel
kerucut, sklera, vitreus humor.
Indera Peraba (Kulit) merupakan indra peraba, sebab memiliki ujung-
ujung saraf sensori sebagai reseptor khusus untuk sentuhan, tekanan, temperature
(panas dan dingin), serta rasa sakit.
Indera Pengecap (Lidah) merupakan organ yang tersusun atas otot.
Prmukaan lidah banyak tonjolan kecil yang disebut papilla lidah, memberi kesan
lidah terkesan kasar. Pada papilla lidah terdapat indra pengecap.
Indera Pembau (Hidung); aktifnya indra pembau di rangsang oleh gas
yang terhirup oleh hidung. Indra pembau tersebut sangat peka dan kepekaannya
32

mudah hilang jika di hadapkan pada bau yang sama dalam jangka waktu yang
lama.
Rasa, tekstur, dan bau bergabung untuk menciptakan rasa makanan secara
keseluruhan di dalam mulut. rasa ini lagi dievaluasi untuk palatabilitas. Mulut
bertindak tidak hanya sebagai titik kontrol untuk penerimaan atau penolakan
makanan tetapi juga sebagai titik awal kontak fisik langsung dengan makanan.
Sistem sensorik persepsi oral berkaitan dengan makanan adalah trigeminal
(tekstur/sentuh, temperatur, dan chemesthesis), gustatory (rasa), dan sistem
penciuman bau.
Pengenalan rasa oleh otak terjadi karena tranduksi rasa pada lidah. Waktu
sensasi yang diperlukan oleh reseptor mengenali dan menanggapi rangsangan
akan diteruskan ke otak. Sel-sel reseptor untuk pengecapan adalah sel-sel
epithelium yang telah termodifikasi yang diorganisasikan menjadi kuncup
pengecapan yang tersebar di sejumlah bagian permukaan lidah dan mulut. Dari
setiap makanan dan minuman yang dikenali oleh lidah , otak akan
mengintegrasikan input yang berbeda dari kuncup pengecapan dan
mempersiapkan cita rasa yang kompleks. Reseptor rasa manis terletak pada ujung
lidah, reseptor rasa asin terletak pada tepi depan bagian lidah, reseptor rasa asam
terletak ditepi belakang lidah, reseptor rasa pahit terletak di pangkal / dorsal lidah
dan reseptor rasa umami terletak pada ujung lidah.
Kecepatan mengenali suatu benda dipengaruhi oleh luas permukaan benda
dan banyaknya reseptor yang terangsang. Rangsangan tekan disebabkan
perubahan jaringan yang lebih dalam. Sensitivitas terhadap rangsangan ini
tergantung pada reseptor dari rangsangan tekan ini (reseptor taktil ujung saraf
bebas). Tubuh lebih sensitif terhadap rangsangan suhu dingin dari pada suhu
panas. Dikarenakan jumlah reseptor dingin 4-10 kali reseptor panas. Persepsi rasa
terdapat pada beberapa bagian lidah. Rasa asin terletak pada bagian ujung lidah,
rasa manis terlatak pada ujung lidah, rasa asam terletak pada dua pertiga bagian
samping lidah, rasa pahit terletak pada bagian posterior lidah dan palatum mole,
umami terletak pada bagian ujung lidah. Timbulnya rasa nyeri merupakan akibat
rangsangan mekanis reseptor berupa tekanan. Sensasi tekanan disebabkan oleh
33

perubahan bentuk jaringan yang lebih dalam. Reseptor rasa nyeri hanya
dirangsang oleh gradasi panas atau dingin yang ekstrim.
34

DAFTAR PUSTAKA

Bambang, dkk. 2006. Biologi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Campbell, N.A.,J.B. Reece, & Mitchell. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 3.
Jakarta : Erlangga
Frandson, Boron WF & Boulpeap EL. 1992. Medical physiology. Jakarta:EGC
Ganong, W. F. 2003. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Guyton AC, Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi KedokteranEd. ke-9. Jakarta :
EGC
Jalmo, Tri. 2007. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Bandar Lampung: Unila
Junqueira, L. Carlos, Jose Carneiro &Robert Kelley. 1995. Histologi
Dasar.Jakarta: EGC
Pearce, E.C. 2000. Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia
Running, Cordelia. 2016. Human oral sensory systems and swallowing.
Department of Nutrition Science Faculty Publications. Paper 15.
https://docs.lib.purdue.edu/fnpubs/15 Di akses pada tanggal 17 November
2018
Savitri, Diah Ernawati. 1997. Kelainan Jaringan Mulut. Jakarta: Majalah
Kedokteran Gigi
Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia. Ed. ke-2. Jakarta: EGC
Suhartini. 2015. Modul Mastikasi dan Modalitas Rasa dalam Rongga Mulut.
Jember : FKG Universitas Jember
Syaifuddin, H. 2011. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan
Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tartowo, Ns, S.Kep, dkk. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai