Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap mahkluk hidup berhubungan dengan dunia luarnya. Untuk
mengenali dunia luarnya itu, setiap mahkluk hidup dilengkapi dengan alat
indra. Sistem indra pada manusia juga dikenal engan nama panca indra. Panca
indra ada lima buah organ yang dikhususkan untuk menerima jenis
rangsnagan tertentu. Serabut saraf merupakan alat perantara yang membawa
rangsangan tersebut ditafsirkan. Beberapa rangsangan timbul dari luar ubuh
antara lain senthan, pengecapan, penglihatan, penciuman, dan suara.
Rangsangan lainnya yang berasal dari dalam tubuh anatara lain rasa haus,
lapar, dan rasa sakit (Furqonita,2006).
Alat indera kita memiliki bagian yang dapat menerima rangsang
berupa ujung-ujung saraf sensorik atau sel-sel reseptor. Satu macam reseptor
hanya mampu menanggapi satu macam rangsangan, rangsangan yang
diterima oieh sel reseptor terlebih dulu diubah menjadi impuls saraf dan
kemudian dihantarkan ke pusat susunan saraf melalui serabut saraf sensorik.
Di dalam pusat susunan saraf, impuls saraf tersebut diolah dan diartikan
sehingga individu mengetahui apa yang terjadi di sekitar kita. Setelah itu,
otak memerintahkan jenis tanggapan yang akan diberikan. Perintah dari otak
disampaikan ke otot atau kelenjar sebagai efektor yang bertugas memberi
tanggapan terhadap rangsang tersebut Tubuh manusia mempunyai indera
yang berfungsi sebagai reseptor atau penerima rangsangan dari lingkungan
sekitar. Manusia mempunyai lima macam indera yaitu indera penglihatan
(mata), indera pendengaran (telinga), indera penciuman/pembau (hidung),
indera pengecap (lidah), dan indera peraba (kulit) (Setiadi, 2007).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan sistem indra?
2. Bagaimana sistem panca indra?
3. Apa saja gangguan atau kelainan pada setiap organ sistem indra?

1
C. Tujuan
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, tujuan makalah ini
adalah:
1. Mengetahui pengertian sistem indra.
2. Mengetahui sistem panca indra.
3. Mengeahui berbagai macam gangguan dan kelainan pada setiap organ
sistem indra.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Indra


Panca indera adalah organ akhir yang dikhususkan untuk menerima
jenis rangsangan tertentu. Serabut saraf yang melayaninya merupakan alat
perantara yang membawa kesan rasa dari organ indera menuju otak, dimana
perasaan itu ditafsirkan. Beberapa kesan rasa timbul dari luar,
sepertisentuhan, pengecapan, penglihatan dan penciuman juga pendengaran.
Dalamsegala hal serabut saraf-saraf sensorik dilengkapi dengan ujung akhir,
khusus guna mengumpulkan rangsangan perasaan yang khas itu dimana
setiap organ berhubungan (Pearce,2005).
Indera ini berfungsi untuk mengenali setiap perubahan lingkungan,
baik yang terjadi di dalam maupun di luar tubuh. Indera yang ada pada
makhluk hidup, memiliki sel-sel reseptor khusus. Sel-sel reseptor inilah yang
berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan yang terjadi. Berdasarkan
fungsinya, sel-sel reseptor ini dibagi menjadi dua, yaitu interoreseptor dan
eksoreseptor (Moriwaki,2012).
Manusia menggunakan indra untuk menjaga keselamatan dan
menikmati kehidupan. Dengan adanya indra, manusia dapat melihat,
mendengar, mencium, mencicipi, atau meraba. Indra manusia terdiri atas sel-
sel reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsangan. Rangsangan yang
diterima oleh alat indra dibawa oleh sel saraf menuju ke pusat susunan saraf
(otak atau sumsum tulang belakang). Rangsangan tersebut diterjemahkan di
otak dan diolah menjadi suatu bentuk perintah terhadap otot atau kelenjar.
Selanjutnya, otot atau kelenjar bekerja menjalankan perintah otak sesuai
dengan jenis rangsangan yang diterima oleh indra atau reseptor (Kadaryanto
dkk,2006).
Alat indra adalah alat-alat tubuh yang berfungsi mengetahui keadaan
luar. Alat indra manusia sering disebut panca indra, karena terdiri dari lima
indra yaitu indra penglihat (mata), indra pendengar (telinga), indra

3
pembau/pencium (hidung), indra pengecap (lidah) dan indra peraba (kulit)
(Idel, 2003).

B. Indra Penglihatan
Penglihatan adalah indera yang paling dominan. Mata adalah bola
yang analog dengan camera obscura biasa dan berkontraksi untuk
melaksanakan fungsi-fungsi baik optik maupun sensorik (Haryani,2009).
Mata adalah organ penglihatan yang menerima rangsangan berupa cahaya.
Bola mata terletak di dalam rongga mata dan beralaskan lapisan lemak. Bola
mata dapat bergerak dan diarahkan kesuatu arah dengan bantuan tiga otot
penggerak mata, yaitu : 1)Muskulus rektus okuli medial (otot di sekitar mata),
berfungsi menggerakkan bola mata. 2)Muskulus obliques okuli inferior,
berfungsi menggerakkan bola mata ke bawah dan ke dalam. 3)Muskulus
obliques okuli superior, berfungsi memutar mata ke atas dan ke bawah.Selain
itu, ada otot mata yang berfungsi menutup mata dan mengangkat kelopak mata.
Otot yang berfungsi untuk menutup mata yaitu muskulus orbikularis okuli dan
muskulus rektus okuli inferior. Sedangkan otot mata yang berfungsi
mengangkat kelopak mata, yaitu muskulus levator palpebralis superior
(Arrington, 1972).

Gambar 2.1 Bagian-bagian mata


Adapun penjelasan dari setiap bagian-bagian mata menurut Pearce
(2009) adalah sebagai berikut:

4
1. Sklera adalah pembungkus yang kuat dan fibrus. Sklera membentuk
putih mata dan bersambung pada bagian depan dengan sebuah jendela
membran yang bening, yaitu kornea. Sklera melindungi struktur mata
yang sangat halus, serta membantu mempertahankan bentuk biji mata.
2. Koroid atau lapisan tengah berisi pembuluh darah, yang merupakan
ranting-rantaing arteria oftamilka, cabang dari arteri karotis interna.
Lapisan vaskuler ini membentuk iris yang berlubang ditengahnya, atau
yang disebut pupil (manik) mata.
3. Retina adalah lapisan saraf pada mata, yang terdiri atas sejumlah
lapisan serabut,yaitu sel-sel saraf, batang-batang, dan kerucut.
4. Kornea merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung
dengan sklera yang putih dan tidak tembus cahaya. Kornea terdiri atas
beberapa lapisan. Lapisan tepi adalah epitelium berlapis yang
bersambung dengan konjungtiva.
5. Bilik anterior (kamera okuli anterior), yang terletak anatara kornea dan
iris.
6. Iris adalah tirai berwana di depan lensa yang bersambung dengan
selaput koroid. Iris berisi dua kelompok serabut otot tak sadar atau otot
polos —kelompok yang stau mengecilkan ukuran pupil, sementara
kelompok yang lain melebarkan ukuran pupil itu.
7. Pupil, bintik tengah yang berwarna hitam, yang merupakan celah
dalam iris, tempat cahaya masuk guna mencapau retina.
8. Bilik posterior (kamera okuli posterior) terletak diantara iris dan lensa.
Balik bilik anterior maupun bilik posterior diisi dengan akueus humor.
9. Akueus humor. Cairan ini berasal dari korpus siliare dan diserap
kembali ke dalam aliran darah pada sudut antara iris dan kornea
melalui vena halus yang dikenal sebagai saluran schlemm.
10. Lensa adalah sebuah benda transparan bikonveks (cembung depan
belakang) yang terdiri beberapa lapisan. Lensa terletak persis
dibelakang iris.
11. Vitreus humor. Darah sebelah belakangbiji mata, mulai dari lensa
hingga retina, diisi cairan penuh albumen berwarna keputih-putihan

5
seperti agar-agar, yaitu vitreus humor. Vitreus humor berfungsi
memberi bentuk kekokohan pada mata, serta mempertahankan
hubungan antara retina dan selaput koroid dan sklerotik.

Mekanisme kerja penglihatan yaitu mata bisa melihat benda karena


adanya cahaya yang dipantulkan oleh benda tersebut ke mata. Jika tidak ada
cahaya yang dipantulkan benda, maka mata tidak bisa melihat benda tersebut.
Proses mata melihat benda adalah sebagai berikut (Moriwaki, 1994) :

1. Cahaya yang dipantulkan oleh benda di tangkap oleh mata,


menembus kornea dan diteruskan melalui pupil.
2. Intensitas cahaya yang telah diatur oleh pupil diteruskan
menembus lensa mata.
3. Daya akomodasi pada lensa mata mengatur cahaya supaya jatuh
tepat di bintik kuning.
4. Pada bintik kuning, cahaya diterima oleh sel kerucut dan sel
batang, kemudian disampaikan ke otak.
5. Cahaya yang disampaikan ke otak akan diterjemahkan oleh otak
sehinga kita bisa mengetahui apa yang kita lihat.

Menurut Kadaryanto,dkk (2006) Ada beberapa cacat mata atau


kelainan mata yang terjadi pada manusia, antar lain sebagai berikut.
1. Katarak, yakni adanya pengapuran pada lensa mata.
2. Seroptalmi, yakni mengeringnya selaput bening sehingga mata
tampak bersisik.
3. Keratomalasi, yakni semacam keruskan pada selaput bening.
4. Buta warna, yakni ketidakmampuan mata untuk membedakan
warna merah, hijau, dan sebagainya. Orang yang mengalami buta
warna total hanya dapat membedakan warna hitam dan putih.
5. Rabun jauh (miopi), yakni kemampuan mata yang hanya dapat
melihat jarak dekat, sedangkan jarak jauh tidak tampak jelas. Cacat
mata tersebut disebabkan oleh ukuran bola mata yang lebih panjang
daripada ukuran mata normal. Akibatnya, bayangan benda jatuh di

6
depan bintik kuning. Untuk mengatasi cacat mata tersebut,
dilakukan dengan menggunakan kacamta berlensa cekung (negatif).
6. Rabun dekat (hipermetropi), yakni kemampuan mata yang dapat
melihat jarak jauh sedangkan jarak dekat tidak tampak jelas. Cacat
mata tersebut disebabkanoleh ukuran bola mata yang pendek
dibandingkan ukuran mata normal. Akibatnya, bayangan jatuh di
belakang bintik kuning. Cacat hipermetropi dapat diatasi dengan
kacamata berlensa cembung (positif)
7. Rabun tua (presbiopi), biasanya diderita oleh orang yang telah
lanjut usia karena berkurangnya daya akomodasi lensa. Penderita
cacat mata tersebut tidak dapat melihat benda terlalu dekat dan
terlalu jauh. Cacat presbiopi dapat ditolong dengan kacamat positif
neatif atau kacamat rangkap.
8. Astigmatisme, yakni cacat mata yang tidak mampu membedakan
garis tegak dan horozontal secara bersamaan. Cacat mata tersebut
disebabkan oleh kornea mata yang tidak rata. Penerita dapat
ditolong dengan menggunakan kacamata berlensa silindris.

C. Indra Pendengaran

Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar


suara yang ada di sekitar kita. Telinga merupakan indera pendengaran yang
menerima rangsang berupa suara (fonoreseptor). Selain berfungsi sebagai
indera pendengaran, telinga juga sebagai alat keseimbangan. Proses atau
mekanisme pendengaran pada Telinga Manusia Semua suara atau bunyi dari
luar tubuh dapat didengarkan karena masuk dalam bentuk gelombang suara
yang melalui medium udara. Sebelum telinga mendengar bunyi, terlebih
dahulu daun telinga akan menangkap dan mengumpulkan gelombang suara.
Selanjutnya, gelombang suara masuk kedalam liang telinga (saluran
pendengaran) dan ditangkap gendang telinga (Idel, 2003).

7
Gambar 2.2 Bagian-bagian telinga
Menurut Kadaryanto dkk (2006) secara umum telinga manusia
dibedakan atas bagian luar, tengah, dan dalam.
1. Bagian luar, terdiri atas daun telinga, saluran telinga luar, dan
selaput gendang (membran ttimpani). Bagian luar tersebut
berfungsi untuk menangkap suara.
2. Bagian tengah, merupakan bagian pengatur getaran dan terdiri atas
tulang-tulang pendengar, yakni tulang martil, tulang landasan, dan
tulang sangurdi. Telinga bagian tenagh tersebut dihubungkan
dengan rongga mulut oleh pembuluh Eustachius.
3. Bagian dalam, menerima getaran dari bagian tengah dan terdiri
atas tingkap jorong, tingkap bundar, tiga saluran setengah
lingkaran, dan rumah siput (koklea). Di antara ketiga saluran dan
rumah siput terdapat alat keseimbangan (ekuilibrium).
Proses atau mekanisme pendengaran pada Telinga Manusia Semua
suara atau bunyi dari luar tubuh dapat didengarkan karena masuk dalam bentuk
gelombang suara yang melalui medium udara. Sebelum telinga mendengar
bunyi, terlebih dahulu daun telinga akan menangkap dan mengumpulkan
gelombang suara. Selanjutnya, gelombang suara masuk kedalam liang telinga
(saluran pendengaran) dan ditangkap gendang telinga (idel, 2003).
Kerusakan pada gendang telinga menyebabkan gangguan pada
pendengran. Keruskan tersebut dapat disebabkan oleh tekanan udara yang tiba-
tiba meningkat, getaran yang sangat kuat, atau akibat penyakit radang telingan

8
bagian tengah. Infeksi telinga bagian tengah banyak diderita oleh anak-anak.
Di jawa, penyakit in disebut “kopok”. Gangguan pendengaran pada usia lanjut
umumnya disebabkan hubungan antartulang pendengar sudah tidak baik dan
gendang telinga mulai kaku. Gangguan ini dapat diatasi dengan memakai alat
bantu pendengaran (Kadaryanto dkk,2006).
Gangguan pada telinga menyebabkan ketulian atau
kekurangtajaman pendengaran. Ada dua penyebab gangguan telinga yaitu
gangguan penghantar bunyi dan gangguan saraf. Gangguan tersebut
bisa diatasi dengan menggunakan alat pendengaran buatan. Beberapa
gangguan telinga, yaitu:
1. Gangguan telinga yang disebabkan oleh luka pada telinga bagian
luar yang telah terinfeksi atau otitis sehingga mengeluarkan
nanah. Gangguan ini dapat bersifat permanen jika terjadi infeksi
yang sangat parah. Penderita ini harus segera memeriksakan
telinganya pada dokter supaya bisa cepat disembuhkan.
2. Penumpukan kotoran sehingga menghalangi getaran suara untuk
sampai ke gendang telinga. Oleh karena itu, kita harus
membersihkan telinga dari kotoran dengan kapas minimal satu
kali dalam satu minggu.
3. Keruskan gendang telinga, misalnya, gendang telinga pecah.
Pecahnya gendang telinga dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu kapasitas suara yang didengar terlalu kuat dan terkena
bendayang tajam, misalnya membersihkan telinga dengan peniti
atau lidi sehingga menyentuh gendang telinga dan
menyebabkan gendang telinga menjadi sobek. Gendang telinga
sangat tipis.
4. Otosklerosis, adalah kelainan pada tulang sanggurdi yang
ditandai dengan gejala tinnitus(dering pada telinga) ketika masih
kecil.
5. Presbikusis, adalah perusakan pada sel saraf telinga yang terjadi
pada usia manula.f.Rusaknya reseptor pendengaran pada

9
telinga bagian dalam akibat dari pendengaran suara yang amat
keras.

D. Indra Pengecap
Lidah adalah alat indera yang berfungsi untuk merasakan rangsangan
rasa dari makanan yang masuk kedalam mulut kita. Bagian lidah yang
berbintil-bintil disebut papilla adalah ujung saraf pengecap. Setiap bintil-
bintil saraf pengecap tersebut mempunyai kepekaan terhadap rasa tertentu
berdasarkan letaknya pada lidah. Pangkal lidah dapat mengecap rasa pahit,
tepi lidah mengecap rasa asin dan asam serta ujung lidah dapat mengecap rasa
manis.Agar suatu zat terasakan zat tersebut harus larut dalam kelembaban
mulut. Hanya bila ada dalam larutan zat itu baru dapat menstimulasikan rasa.
Dapat dibedakan empat tancup rasa secara morfologis. Kebanyakan terletak
di terletak dipermukaan lidah walaupun beberapa ditemukan di langit-langit
lunak (Kimball, 2004).
Pada hakikatnya lidah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
indra khusus pengecap.Lidah sebagian besar terdiri atas dua kelompok otot.
Otot intrinsik lidah melakukan semua gerakan halus, sementaraotot ekstrinsik
mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta melaksanakan gerakan-
gerakan kasar yang snagat penting pada saat mengunyah dan menelan. Lidah
mengaduk-aduk makanan, menekannya pada langit-langit dan gigi, dan
akhirnya mendorong masuk faring (Pearce,2009).

Gambar 2.3 Bagian-bagian lidah

10
Menurut Kadarayanto dkk (2006) secara umum, kuncup pengecap
pada lidah dapat merasakan empat ciri rasa yang berbeda yaitu manis, asin,
dan pahit. Keempat ciri rasa tersebut dapat dirasakan oleh kuncup (tunas)
pengecap pada bagian lidah yang berbeda, yaitu:
1. Bagian ujung lidah sebagai perasa manis
2. Bagian pangkal lidah sebagai perasa pahit
3. Bagian pinggir lidah sebagai perasa asam dan asin
Ganguan yang bersifat permanent misalnya terjadi padan orang yang
mengalami trauma pada bagian tertentu otak. Pada lidah juga sering terjadi
iritasi karena luka atau kekurangan vitamin C (Pearce, 2009).

E. Indra Pembau
Indra penciuman adalah indra yang kita gunakan untuk mengenali
lingkungan sekitar melalui aroma yang dihasilkan. Seseorang mampu dengan
mudah mengenali makanan yang sudah busuk dengan yang masih segar
dengan mudah hanya dengan mencium aroma makanan tersebut. Di dalam
hidung kita terdapat banyak sel kemoreseptor untuk mengenali bau
(Kusumoputro, 2005).

Gambar 2.4 Bagian-bagian hidung


Hidung adalah alat indera yang menanggapi rangsangan berupa
bau atau zat kimia yang berupa gas. Di dalam rongga hidung terdapat serabut
saraf pembau yang dilengkapi dengan sel-sel pembau. Setiap sel pembau
mempunyai rambut-rambut halus (silia olfaktori) di ujungnya dan diliputi
oleh selaput lendir yang berfungsi sebagai pelembab rongga hidung. Daerah

11
yang sensitif terhadap bau terletak pada bagian atap rongga hidung. Pada
daerah sensitif ini terdapat 2 jenis sel sebagai berikut (Hau, 2003) :
1. Sel penyokong berupa epitel-epitel.
2. Sel-sel pembau sebagai reseptor yang berupa sel-sel saraf.
Sel-sel pembau mempunyai ujung dendrit berbentuk rambut. Adaptasi
terhadap bau-bauan mula-mula berjalan cepat dalam 2 – 3 detik, tetapi
kemudian berjalan lebih lambat. Keistimewaan indera pembau manusia
adalah dapat membaui sesuatu walau kadarnya di udara sangat sedikit.
Beberapa hewan memiliki indera pembau yang lebih sensitif karena
mempunyai reseptor pembau lebih banyak.
Pada saat kita bernapas, zat kimia yang berupa gas ikut masuk ke
dalam hidung kita. Zat kimia yang merupakan sumber bau akan dilarutkan
pada selaput lendir, kemudian akan meransang rambut-rambut halus pada sel
pembau. Sel pembau akan meneruskan rangsangan ini ke otak dan akan
diolah sehingga kita bisa mengetahui jenis bau dari zat kimia tersebut.
Gangguan pada hidung biasanya disebabkan oleh radang atau sakit
pilek yang menghasilkan lendir atau ingus sehingga menghalangi bau
mencapai ujung saraf pembau. Gangguan lain juga bisa disebabkan oleh
adanya kotoran pada hidung dan bulu hidung yang terlalu banyak. Kita harus
selalu membersihkan hidung dari kotoran dan merapikan bulubulunya supaya
penciuman kita tidak terganggu. Indera pembau pada hidung dapat
mengalami kelainan, antara lain (Hau, 2003) :
1. Anosmia, ialah tidak dapat mencium bau. Dapat disebabkan oleh
penyumbatan rongga hidung karena polip atau tumor, atau reseptor
pembau rusak karena infeksi virus.
2. Influenza, karena virus flu yang menyebabkan tersumbatnya rongga
hidung sehingga menyebabkan kemampuan membaui dan mengecap
berkurang.

F. Indra Peraba
Selain menghasilkan keringat, pada bagian dermis terdapat ujung saraf
sebagai reseptor peraba. Kulit adalah alat indera yang peka terhadap
rangsangan berupa sentuhan, tekanan, panas, dingin, dan nyeri atau sakit.

12
Kepekaan tersebut disebabkan karena adanya ujung-ujung saraf yang ada
pada kulit. Biasanya ujung saraf indera peraba ada dua macam, yaitu ujung
saraf bebas yang mendeteksi rasa nyeri atau sakit, dan ujung saraf yang
berselaput (berpapilia). Sel peraba juga terdapat pada pangkal rambut.
Sehingga bila rambut yang muncul di permukaan kulit tersentuh oleh suatu
benda, sel-sel saraf akan terangsang. Kulit merupakan organ tubuh yang
paling luas, pada orang dewasa luasnya sekitar 1,9 𝑚2 . Meskipun seluruh
permukaan kulit mempunyai reseptor peraba, keberadaan ujung-ujung saraf
ini tidak merata pada berbagai alat tubuh. Permukaan kulit yang mempunyai
banyak ujung-ujung saraf peraba ialah ujung jari telunjuk, telapak tangan,
telapak kaki, bibir, dan daerah kemaluan. Oleh karena itu daerah-daerah ini
sangat peka terhadap rangsangan berupa sentuhan. Seorang tuna netra
memanfaatkan kepekaan indera perabanya untuk membaca huruf Braille
(Sulaksono, 1987).

Gambar 2.5 Bagian-bagian kulit

Menurut Pearce (2009) Kulit dibagi menjadi 2 lapisan yaitu:

1. Epidermis, lapisan luar, terutama terdiri dari epitel skuamosa


bertingkat. Sel –sel yang menyusunnya secara berkesinambungan
dibentuk oleh lapisan germinal dalam epitel silindris dan mendatar
ketika disorong oleh sel-sel baru ke arah permukaan, tempat kulit
terkikis oleh gesekan. Lapisan luar mengandung keratin, protein
bertanduk; hanya sedikit darinya pada permukaan tubuh yang
terpajan untuk terpakai dan terkikis, seperti pada permukaan
dalam lengan dan paha, dan lebih banyak pada permukaan
ekstensor; lapisan ini terutama tebal pada telapak kaki.

13
2. Dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen jaringan fibrosa
dan elastin. Lapisan superfisial menonjol ke dalam epidermis
berupa sejumlah papila kecil. Lapisan yang lebih dalam terletak
pada jaringan subkutan dan fasia. Lapisan ini mengandung
pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf.

Kulit dapat mengalami gangguan dan kelainan. Kelainankelainan pada


kulit antara lain (Sulaksono, 1987 :

1. Jerawat (acne) Ialah suatu peradangan dari kelenjar sebasea


terutama di daerah wajah, leher, dada, dan punggung. Biasanya
jerawat terjadi sewaktu pubertas karena waktu pubertas terjadi
perubahan komposisi hormon. Hormon akan merangsang
pertumbuhan dan aktivitas kelenjar sebasea. Kelenjar sebasea
memproduksi lemak bersama keringat. Lemak merupakan media
yang cocok bagi pertumbuhan bakteri.
2. Dermatitis, ialah suatu peradangan pada permukaan kulit yang
biasanya terasa gatal dengan tanda-tanda merah, bengkak,
melepuh, dan berair. Ini dapat disebabkan terkena zat kimia
(karbol, sabun, cat rambut, dan lainlain) atau berkaitan dengan
kondisi tubuh.

14
BAB III
SIMPULAN

Berdasarkan uraian dapat dikemukakan beberapa simpulan sebagai


berikut berikut (simpulan sesuai dengan rumusan masalah) :

1. Panca indera adalah organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis
rangsangan tertentu berfungsi untuk mengenali setiap perubahan
lingkungan, baik yang terjadi di dalam maupun di luar tubuh.
2. Alat indra manusia sering disebut panca indra, karena terdiri dari lima
indra yaitu indra penglihat (mata), indra pendengar (telinga), indra
pembau/pencium (hidung), indra pengecap (lidah) dan indra peraba (kulit).
3. Gangguan atau kelainan pada setiap sistem indra adalah sebagi berikut:
a. Sistem indra penglihatan: adalah katarak, seroptalmi, kerotamalasi,
rabun jauh, rabun dekat, rabun senja, buta warna, dan astigmatisme.
b. Sistem indra pendengaran: penumpukan kotoran, keruskan gendang
telinga, otitis, otosklerosis, dan presbikusis.
c. Sistem indra pengecap: iritasi karena luka dan kurang vitamin C.
d. Sistem indra pembau: anosmia dan influenza.
e. Sistem indra peraba: jerawat dan dermatitis.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arrington, L. 1972. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Malang: Media Prasetya.


Furqonita, Deswaty. 2006. Seri Ipa Biologi SMP Kelas VII. Jakarta: Quadra
Hau, 2003. Anatomi dan Fisiologi manusia. Jakarta: EGC
Idel, Antoni. 2003. Biologi Dalam Kehidupan Sehari-Hari. Jakarta: Gitamedia
Press
Kadaryanto dkk. 2006. Biologi 3. Bogor: Yudhistira
Kimball, W.J. 2004. Biologi Umum 2. Jakarta: Erlangga
Kusumoputro, Benyamin. 2005. Pengembangan Riset Berkesinambungan Sistem
Penciuman Elektronik Menggunakan Metode Kecerdasan Komputasional.
Jurnal Fakultas Komputer. UI. Vol.8 No.10.
Moriwaki, K. 1994. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC.
Pearce, Evelyn. 2005. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia Press :
Jakarta.
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi untuk Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sulaksono, 1987. Anatomi dan Fisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

16

Anda mungkin juga menyukai