Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelas Biologi C
MALANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan, kesempatan, serta keridhoanNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat waktu. Shalawat dan salam selalu kami panjatkkan kepada baginda Rasulullah SWT yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang yakni Addinul
islam wal iman
Terima kasih kami ucapkan Ibu Dr. Retno Susilowati, M.Si selaku dosen mata kuliah
Anatomi dan Fisiologi Manusia yang telah memberi pengarahan mengenai tugas makalah ini
hingga selesai, kepada Orang tua yang tak pernah lupa memberikan motivasi, serta kepada
teman- teman yang selalu memberikan semangat dan dukungan.
Segenap kemampuan kami curahkan untuk membuat makalah ini namun kami sadar
bahwa kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan sehingga kritik dan salam
sangat kami harapkan guna perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Integrasi Sains dan Islam.................................................................................................. 3
2.2 Sistem Saraf...................................................................................................................... 4
2.3 Sistem Saraf Pusat (SSP) ................................................................................................. 7
2.4. Sistem Saraf Tepi (SST) ................................................................................................ 10
2.5 Otak Besar ..................................................................................................................... 13
2.6 Otak Kecil ...................................................................................................................... 16
2.7 Batang Otak .................................................................................................................... 17
2.8 Sum – Sum Tulang Belakang ( Spinal Cord ) ................................................................ 18
2.9 Fisiologi Gerak Refleks.................................................................................................. 22
2.10 Saraf Terjepit atau Hernia Nukleus Pulposus (HNP) ................................................... 24
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Neuron................................................................................................. 5
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biologi meruakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang manusia dan bumi yang
ditempati. Didalam tubuh manusia terdapat tiga perangkat pengatur segala kegiatan tubuh,
yaitu sistem koordinasi yang terdisi dari saraf, endokrin (hormon) dan penginderaan.
Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bekerja dengan cepat untuk
menangkap rangsangan dari perubahan lingkungan. Sistem koordinasi bekerja secara
serasi dengan menerima rangsangan, mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk
menanggapi rangsangan. Rangsangan-rangsangan yang diterima kemudian akan dioleh
oleh otak dan akan diteruskan ke organ yang bersangkutan.
Sistem saraf merupakan struktur pusat pengaturan yang tersusun oleh milyaran sel-sel
neuron yang berorganisasi dengan berbagai macam jaringan (Carlsoon dkk,2000). Sistem
saraf merupakan sistem koordinasi berupa pengahantaran impuls saraf ke susunan saraf
pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberian tanggapan rangsangan (Feriyawati,2006).
Sistem saraf terbagi menjadi dua tipe sel, yaitu neuron dan neuroglia. Neuron adalah
struktur dasar dan unit fungsional pada sistem saraf (Fox, 2004). Sedangkan sel neuroglia
merupakan sel penunjang tambahan neuron yang berfungsi sebagai jaringan ikat dan
mampu menjalani mitosis yang mendukung proses proliferasi pada sel saraf ota (Sloane,
2003).
Sel neuroan dan sel neuroglia yang tersusun dan membentuk sistem saraf pusat (SSP)
dan sistem saraf tepi (SST). Susunan sistem saraf terbagi secara anatomi yang terdiri dari
saraf pusat (otak dan medulla spinalis) dan saraf tepi (saraf kranial dan spinal) dan secara
fisiologis yaitu saraf otonom dan saraf somatik. SST tersusun dari semua saraf yang
membawa pesan dari dan ke SSP (Bahrudin,2013). Sedangkan sistem saraf pusat berbeda
dengan sistem saraf tepi yang tidak dilindungi tulang, sehingga rentan dengan trauma
(Snell,2006). Susunan saraf manusia mempunyai arus informasi yang cepat dengan
kecepatan pemrosesan yang tinggi dan bergantung pada aktivitas listrik (impuls saraf)
(Bahrudin,2013).
1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana integrasi antara Qur’an Surat Al-Infithar ayat 7 dengan konsep saraf dan
reflek?
2. Bagaimana struktur sel saraf pada manusia?
3. Bagaimana sistem saraf pusat pada manusia ?
4. Bagaimana sistem saraf tepi pada manusia ?
5. Bagaimana struktur dan fungsi otak besar pada manusia ?
6. Bagaimana struktur dan fungsi otak kecil pada manusia ?
7. Bagaimana struktur dan fungsi batang otak pada manusia ?
8. Bagaimana anatomi dan fisiologi spinal cord?
9. Bagaimana fisiologi berbagai gerak refleks?
10. Bagaimana kelainan struktur dan fungsi pada saraf terjepit (HNP)?
1.3 Tujuan
Tujuan dituliskannya makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui integrasi antara Qur’an Surat Al-Infithar ayat 7 dengan konsep saraf dan
reflek.
2. Mengetahui struktur sel saraf pada manusia.
3. Mengetahui sistem saraf pusat pada manusia
4. Mengetahui sistem saraf tepi pada manusia
5. Mengetahui struktur dan fungsi otak besar pada manusia
6. Mengetahui struktur dan fungsi otak kecil pada manusia
7. Mengetahui struktur dan fungsi batang otak pada manusia
8. Mengetahui anatomi dan fisiologi spinal cord.
9. Mengetahui fisiologi berbagai gerak reflek.
10. Mengetahui kelainan struktur dan fungsi pada saraf terjepit (HNP).
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Integrasi Sains dan Islam
Allah swt. menciptakan segala apa yang ada di alam ini dalam keadaan seimbang.
Tubuh manusiapun diciptakan Allah dalam keadaan seimbang . sebagaimana firman Allah
dalam surah Al-Infithar ayat 7 berikut :
Artinya :
Allah swt telah mengkaruniakan manusia segala potensi dan akal yang dapat
dimanfaatkannya untuk mengetahui tujuan penciptaannya di muka bumi. Atas segala
karunia yang telah diberikan, hendaknya manusia bersyukur, dan mampu memanfaatkan
potensi yang dimilikinya dalam ketaatan. Dalam tafsir Jalalain disebutkan bahwa (yang
telah menicptakan kamu) padahal sebelumnya kamu tidak ada, (lalu menyempurnakan
kejadianmu) yaitu Dia menjadikan kamu dalam bentuk yang sempurna, lengkap dengan
anggota-anggota tubuhmu, (dan menjadikan kamu seimbang) artinya Dia menjadikan
bentukmu seimbang, semua anggota tubuhmu disesuaikan-Nya, tiada tangan atau kaki
yang lebih panjang atau lebih pendek dari yang lainnya. Disebutkan juga dalam tafsir
Quraisy Shihab, yang menghadirkan dirimu dari ketiadaan ke alam wujud, menciptakan
organ-organ tubuh yang dapat kamu manfaatkan dan menjadikanmu seimbang dan serasi
(tafsirq, 2021) .
Keseimbangan yang dimaksud pada ayat diatas adalah Allah swt. menciptakan
semua anggota tubuh manusia supaya dapat bekerja secara teratur, harmonis dan
seimbang. Penciptaan manusia tidak terjadi begitu saja, melainkan dengan bentuk, konsep
dan mekanisme yang berbeda. Sistem saraf pada manusia adalah satu kesatuan dari
berbagai macam sistem organ dan terusun dari berbagai organ tubuh. Aktivitas dari sistem
organ yang bekerja secara teratur, harmonis dan seimbang diperlukan adanya pengendali
atau sistem pengatur yang disebut dengan sistem koordinasi (Feriyawati,2006).
Sistem koordinasi atau pengendali tersebut diatur oleh adanya sistem saraf, yang
dapat mengambil sikap dengan adanya rangsangan tentang perubahan lingkungan. Sistem
3
saraf merupakan sistem koordinasi berupa pengahantaran impuls saraf ke susunan saraf
pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberian tanggapan rangsangan (Feriyawati,2006).
Dengan demikian sesungguhnya Allah menjadikan kesemuannya dalam diri manusia agar
manusia mampu melaksanakan penyembahan kepada Tuhannya. Maka dengan bantuan
semua anggota tubuhnya dan kekuatan yang ada padanya ia dapat menjalankan amal
ketaatan kepada Tuhannya (Abdullah, 2003).
2.2 Sistem Saraf
Sistem saraf pada manusia terdiri dari dua komponen yaitu sel saraf dan sel
glial. Sel saraf berfungsi sebagai alat untuk menghantarkan impuls dari panca indera
menuju otak yang selanjutnya oleh otak akan dikirim ke otot. Sedangkan sel glial
berfungsi sebagai pemberi nutrisi pada neuron (Feriyawati, 2005).
2.2.1 Neuron
Neuron merupakan sel fungsional pada sistem syaraf yang bekerja dengan cara
menghasilkan potensial aksi dan menjalarkan impuls dari satu sel ke sel berikutnya.
Pembentukan potensial aksi merupakan cara yang dilakukan sel saraf dalam
memindahkan informasi. Pembentukan potensial aksi merupakan cara yang dilakukan
oleh sistem saraf dalam melaksanakan fungsi kendali dan koordinasi tubuh ( Isnaeni,
2019). Setiap satu neuron terdiri dari tiga bagian utama yaitu badan sel (soma), dendrit
dan akson (Feriyawati, 2005).
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang serta merupakan
perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan menghantarkan
rangsangan ke badan sel (Khafinudin, 2012). Khas dendrit adalah sangat bercabang
dan masing-masing cabang membawa proses yang disebut dendritic spines (Bahrudin,
2013). Bentuk dendrit pendek, runcing, dan bercabang tinggi. Dendrit juga
4
membentuk rangkaian proses sehingga berbentuk seperti pohon yang memanjang dari
badan sel. Membran plasma dari dendrit dan badan sel memiliki banyak situs reseptor
yang berfungsi untuk mengikat pembawa pesan kimiawi sel lain. Sitoplasma
mengandung badan Nissl, mitokondria, dan organel lainnya (Sumiyati,dkk., 2021)
1. Neuron unipolar, yaitu hanya mempunyai satu serabut yang dibagi menjadi satu
cabang sentral yng berfungsi sebagai satu akson dan satu cabang perifer yang
berguna sebagai satu dendrite. Jenis neuron ini merupakan neuron-neuron sensorik
saat perifer.
5
2. Neuron bipolar, yaitu mempunyai dua serabut, satu dendrit dan satu akson. Jenis
neuron ini dijumpai dalam epitel olfaktorius, dalam retina mata dan telinga dalam
3. Neuron multipolar, yaitu mempunyai beberapa dendrite dan satu akson jenis neuron
ini merupakan yang paling sering dijumpai pada system saraf sentral (misalnya sel
ganglion otonom)
6
Gambar 3. Klasifikasi neuron secara fungsional (Safrida, 2020)
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa proses timbulnya tanggapan tubuh
terhadap perubahan lingkungan yang terjadi memperlihatkan adanya hubungan stimulus-
respons sebagai bentuk hubungan fungsional antara neuron sensorik, motoric dan neuron
penghubung. Secara structural, neuron membentuk hubungan dengan sel lain melalui
sinaps. Susunan fungsional dari ketiga jenis neuron dapat dilihat pada gambar
7
2.3.1 Otak
Otak merupakan tempat yang paling rentan terhadap kerusakan oksidatif terutama
karena mengandung asam lemak tak jenuh ganda, mempunyai kadar oksigen yang tinggi
dan relatif rendah antioksidan (Aksenova, 2005). Dalam pengertian lain juga disebutkan
bahwa otak merupakan salah satu organ yang mempunyai kandungan lemak tinggi
(kurang lebih 80%) sehingga otak rentan dengan serangan radikal bebas.
Otak merupakan bagian tubuh yang sangat penting sebagai pusat pengatur segala
kegiatan manusia yang berada di dalam rongga tengkorak. Terdiri dari dua bagian yaitu
otak besar (cerebrum), otak kecil (cereblum) dan otak tengah Otak besar menjadi
pengendali aktivitas tubuh secara sadar, terbagi menjadi dua belahan kanan dan belahan
kiri. Setiap belahan memiliki 4 lobus yaitu frontal, parietal, oksipital dan temporal.
Sedangkan disenfalon adalah bagian dari otak besar yang terdiri dari thalamus,
hipotalamus dan epitalamus (Azhar, 2017). Otak belakang atau otak kecil terbagi menjadi
dua subdivisi yaitu metensefalon dan meilensefalon. Metensefalon berubah menjadi
batang otak (pons) dan cereblum, sedangkan mielensefalon menjadi medulla oblongata.
Otak tengah atau sistem limbic terdiri dari hipokampus, hipotalamus dan amigdala
Pada otak terdapat cairan yang disebut dengan cairan serebrospinalis, cairan tersebut
mengelilingi ruang sub araknoid disekitar otak dan medulla spinalis dan juga mengisi
ventrikel otak. Fungsi dari cairan serebrospinalis sebagai bantalan untuk pemeriksaan
lunak otak dan medulla spinalis, berperan sebagai media pertukaran nutren dan zat
buangan antara darah dan otak serta medulla spinalis (Syamsuri, 2003)
8
2.3.2. Medula Spinalis (Sumsum Tulang Bekalang)
Sumsum tulang belakang terletak memanjang didalam rongga tulang belakang, dari
ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang kedua. Terbagi menjadi
dua lapis yaitu lapisan luar berwarna putih (white area) dan lapisan berwarna kelabu
(grey area) (Campbell, 2005). Pada lapisan luar mengandung serabut saraf sedangakan
lapisan dalam mengandung badan saraf. Didalam sumsum tulang belakang terdapat saraf
sensorik, saraf motorik dan saraf penghubung yang berfungsi sebagai pengahntar impuls
dari otak dank e otak serta sebagai pusat pengatur gerak reflex (Azhar, 2017).
Keduanya otak dan sumsum tulang belakang adalah lunak, organ halus yang akan
mudah rusak tanpa perlindungan yang memadai. Sekitar tulang dan membran fibrosa
memberikan perlindungan dan dukungan. Otak menempati rongga tengkorak dibentuk oleh
tulang tengkorak (kranial), dan sumsum tulang belakang terletak di dalam kanal tulang
belakang yang dibentuk oleh tulang belakang. Tiga membran terletak antara SSP dan tulang
sekitarnya. Membran ini secara kolektif disebut meninges(Chalik, 2016).
Meninges adalah tiga membran jaringan ikat yang terletak eksternal ke organ SSP.
Meninges memiliki fungsi diantaranya Menutupi dan melindungi SSP, Melindungi pembuluh
darah dan megelilingi sinus vena, Mengandung cairan serebrospina, Membentuk partisi di
tengkorak kepala (Chalik, 2016).
9
Gambar 7. Meninges
Meninges terdiri dari tiga lapisan yaitu durameter, arachnoid meter dan piameter.
Meninges tulang belakang mengelilingi medulla spinalis dan terus berlanjut ke meninges
kranial yang mengelilingi otak. Tulang belakang juga dikelilingi oleh bantalan lemak dan
jaringan ikat yang berada di lemak epidural yaitu ruang antara durameter dan dinding kanan
vertebral (Sumiyati,dkk., 2021)
1. Saraf kranial
Terdapat 12 pasang saraf kranial muncul dari berbagai bagian batang otak. Beberapa
dari saraf tersebut hanya tersusun dari serabut sensorik, tetapi sebagian besar tersusun
dari serabut sensorik dan motorik. Kedua belas saraf tersebut dijelaskan pada gambar
10
Gambar 8. Distribusi saraf kranial
2. Saraf spinal
Terdapat 31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui radiks dorsal (posterior)
dan ventral (anterior). Saraf spinal adalah saraf gabungan motorik dan sensorik,
membawa informasi ke korda melalui neuron aferen dan meninggalkan melalui eferen.
Saraf spinal pada gambar diberi nama dan angka sesuai dengan regia kolumna vertebra
tempat munculnya saraf tersebut.
Gambar 9. Saraf Spinalis (31 pasang) beserta nama dan letaknya (Bahrudin, 2013).
11
disebut sistem saraf otonom.Sistem ini membantu mengatur tekanan arteri, motilitas dan
sekresi gastro- intestinal pengosongan kandung kemih, berkeringat suhu tubuh dan
banyak aktivitas lainnya (Guyton, 1997). Sistem saraf otonom adalah bagian sistem saraf
tepi yang mengatur fungsi viseral tubuh. Sistem saraf otonom terutama diaktifkan oleh
pusat-pusat yang terletak di medula spinalis, batang otak, dan hipotalamus. Juga, bagian
korteks serebri khususnyakorteks limbik, dapat menghantarkan impuls ke pusat-pusat
yang lebih rendah sehingga demikian mempengaruhi pengaturan otonomik (Feriyawati,
2006).
Fungsi dari kedua sistem saraf ini adalah saling berbalikan, seperti pada gambar
Fungsi saraf simpatik dan saraf parasimpatik menurut Sinaga (2011) yaitu :
Sistem saraf simpatik disebut juga sistem saraf torakolumbar, karena saraf preganglion
keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan ke12. Sistem saraf ini berupa 25
pasang ganglion atau simpul saraf yang terdapat di sumsum tulang belakang. Fungsi dari
sistem saraf simpatik adalah untuk mempercepat denyut jantung, memperlebar pembuluh
darah, memperlebar bronkus, mempertinggi tekanan darah, memperlambat gerak
peristaltis, memperlebar pupil, menghambat sekresi empedu, menurunkan sekresi ludah,
dan meningkatkan sekresi adrenalin.
12
2. Sistem Saraf Parasimpatik
Sistem saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral, karena saraf
preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Susunan saraf parasimpatik berupa
jaring-jaring yang berhubunghubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh.
Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf simpatik. Sistem
saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem saraf simpatik.
Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat denyut jantung, sedangkan
pada sistem saraf parasimpatik akan memperlambat denyut jantung .
SST berdasarkan divisinya dibagi menjadi dua bagian yaitu (Bahrudin, 2013):
1. Divisi sensori (afferent) yaitu susunan saraf tepi dimulai dari receptor pada kulit atau
otot (effector) ke dalam pleksus, radiks dan seterusnya kesusunan saraf pusat. Jadi besifat
ascendens.
2. Divisi motorik (efferent) yang menghubungkan impuls dari SSP ke effector (Muscle
and Glands) yang bersifat desendens untuk menjawab impuls yang diterima dari reseptor
di kulit dan otot dari lingkungan sekitar
13
lobus parietal terletak dibelakang lobus frontal. Bagian ini berperan dalam kemampuan
mengatur sensasi tubuh, tulisan tangan, posisi tubuh, dan menerjemahkan informasi
yang dikirmkan oleh bagian otak lain.
c. lobus oksipital
lobus oksipital terletak di bagian belakang otak. Bagian ini berperan besar dalam
kemampuan seseorang untuk bisa membaca dan mengenali literasi serta aspek
pengelihatan lainnya.
d. lobus temporal
lobus temporal terletak di bagian samping otak, disebelah kiri dan kanan, dekat telinga.
Bagian otak ini berfungsi untuk mengendalikan kemampuan daya ingat visual (misalnya
mengingat wajah seseorang), daya ingat verbal (mengerti Bahasa tertentu), pendengaran,
dan menginterpretasikan emosi dan reaksi orang lain.
Keseluruhan bagian otak terbungkus oleh selaput yang dinamakan cortex
cerebri (kulit otak).Struktur ini melapisi seluruh permukaan cerebrum hingga pada
lekukan terdalam sekalipun. Lapisan ini memiliki ketebalan yang bervariasi antara 1,5
mm – 4,5 mm, rata-rata 2,5 mm (lobus frontal), paling tebal 4,5 mm (area motorik), dan
paling tipis 1,5 mm - 2,2 mm (area visual). Jumlah sel syaraf pembentuknya sekitar 2,6
x 109 sel neuron. Struktur ini terlihat ”tak beraturan” berupa lekukan (konvolusi) yang
terdiri atas cekungan (sulcus) dan tonjolan (gyrus). Fungsi utama kulit otak yaitu fungsi
sensorik, asosiasi, dan motorik. Melalui instrumen Positron Emission Tomography
(PET) diketahui bahwa terdapat enam sistem otak (brain system) yang secara terpadu
meregulasi semua perilaku manusia. Keenam sistem otak tersebut adalah cortex
prefrontalis, sistem limbik, gyros cingulatus, ganglia basalis, lobus temporalis, dan
cerebellum. Keenam sistem otak tersebut mempunyai peranan penting dalam
pengaturan kognisi, afeksi, dan psikomotorik, termasuk IQ, EQ, dan SQ (Amin, 2018).
14
Anatomi otak besar (cerebrum) terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut (Sloane,
2003) :
1. korteks serebral, merupakan lapisan tipis berwarna abu-abu yang terdiri dari 15-33
Miliar neuron, yang masing-masing terhubung ke sekitar 10.000 sinapsis, satu milimeter
kubik terdapat kurang lebih satu miliar sinapsis. Korteks dibedakan menjadi tiga area
utama, antara lain:
b. Area motorik, yaitu daerah yang bertugas sebagai pengendali otot menjadikan
suatu gerakan, seperti ketika menginjak duri, maka akan terjadi refleks dengan
bergeraknya kaki menjauhi duri itu.
c. Area Asosiasi, yaitu area yang berfungsi dalam merekam pengalaman yang
melelahkan tubuh (memori), kemauan, kecerdasan serta beberapa fungsi bahasa.
2. Korpus kalosum adalah sebuah materi putih yang terdiri atas serat yang menghubungkan
materi putih dari dua belahan otak. Fungsi utamanya ialah memfasilitasi koordinasi,
komunikasi, dan pertukaran informasi antar belahan otak kiri dan kanan.
3. Ganglia basal merupakan substansi abu-abu yang berisi banyak neuron dan terletah
jauh di dalam substansi putih cerebrum.
4. Diensefalon. Berarti “di antara otak”, terletak d antara serebrum dan otak tengah serta
tersembunyi dibalik hemisfer serebral. Bagian ini terdiri dari :
b. Hipotalamus merupakan sebuah struktur yang terletak dibawah talamus dan tepat
berada diatas batang otak. Hipotalamus merupakan bagian otak yang mengeluarkan
hormon yang digunakan untuk mengendalikan organ dan sel-sel tubuh. Walau
ukurannya kecil, hipotalamus memiliki fungsi sangat penting. Fungsi utamanya
adalah memastikan dan mempertahankan sistem tubuh berjalan dengan baik
(homestasis). Beberapa fungsi spesifiknya antara lain respons terhadap berbagai
15
stimulus, mengatur sistem endokrin (hormonal), mengontrol sistem saraf otonom
seperti regulasi suhu tubuh, mengatur frekuensi jantung, tekanan darah, mengontrol
siklus harian dan perilaku fisiologis, mengontrol respons emosi, dan fungsi-fungsi
kunci lainnya seperti pengaturan perilaku yang terkait dg eksistensi hidup (berkelahi,
makan, melarikan diri, seksualitas, reproduksi, dan sebagainya).
c. Hippocampus merupakan bagian dari sistem limbik yang terletak di lobus temporal
medial otak. Bagian otak ini terdiri dari beberapa struktur kunci yaitu hippocampus
proper, alveus, dan subiculum. Area ini bertanggung jawab atas ingatan (memori)
baik jangka panjang atau jangka pendek, dan juga berperan dalam pembentukan
memori navigasi serta spasial.
16
Gambar 12. Bagian serebellum (otak kecil )
Batang otak terdiri dari otak tengah medula oblongata dan pons. Motor dan
neuron sensorik yang bergerak melalui batang otak yang dapat meneruskan sinyal
antara otak dan sumsum tulang belakang. Batang otak juga berfungsi untuk
mengkoordinasikan sinyal control yang dikirim otak menuju seluruh tubuh. Dalam
bagian ini, seluruh neuron bekerja mengatur tingkah laku emosional dan dorongan
motivasional (Gordon, 2003). Fungsi batang otak yakni Menghubungkan sumsum
tulang belakang ke otak besar; terdiri dari medula oblongata, pons, dan otak tengah,
dengan formasi reticular tersebar di ketiga daerah tersebut; memiliki banyak fungsi
penting, seperti yang tercantum di bawah setiap subdivisi; merupakan lokasi inti saraf
kranial (Chalik, 2016)
18
otak serta sebagai pusat pengatur gerak refleks . Kumpulan jaringan ini memang relatif kecil,
dengan berat hanya 35 gram dan diameter sekitar 1 cm. (Campbell, dkk. 2008)
Bila medulla spinalis dipotong secara horizontal, terdapat beberapa bagian di dalamnya yang
memiliki fungsi berbeda-beda. Berikut adalah beberapa bagian atau anatomi dari sumsum
tulang belakang (medula spinalis) tersebut ( Campbell dkk, 2008) :
1. Grey matter (Bagian abu-abu)
Grey matter merupakan bagian gelap berwarna abu-abu dan memiliki bentuk seperti kupu-
kupu yang berada di dalam sumsum tulang belakang. Bagian ini terdiri dari badan sel saraf
(neuron) dan sel glial serta memiliki empat ‘sayap’ yang disebut dengan tanduk. Dua tanduk
yang berada di depan (tanduk anterior atau ventral) mengandung sel saraf atau neuron motorik
yang berfungsi membawa informasi dari otak dan medulla spinalis ke otot tubuh untuk
merangsang pergerakannya. Sementara dua tanduk yang berada di belakang (tanduk posterior
atau dorsal) membawa informasi sensorik, seperti sentuhan, tekanan, atau rasa sakit, dari tubuh
kembali ke medulla spinalis dan otak. Selain itu, ada pula yang disebut dengan tanduk lateral
dan kolom intermediate yang berperan dalam sistem saraf otonom. Meski demikian, tanduk
lateral hanya ditemukan di beberapa area sumsum tulang belakang, yaitu toraks, lumbal atas,
dan sakral.
2. White matter (Bagian putih)
White matter di dalam medulla spinalis terbungkus oleh bagian berwarna putih, yang disebut
dengan white matter. Bagian ini berisi akson yang memungkinkan berbagai bagian sumsum
tulang belakang untuk berkomunikasi dengan baik dan lancar. Akson ini bergerak ke dua arah.
Beberapa akson yang mengarah naik berfungsi membawa sinyal dari tubuh ke otak, sedangkan
yang turun mengirimkan sinyal dari otak ke neuron yang terletak di bagian lain dari tubuh.
19
Sama seperti grey matter, white matter juga dipisahkan menjadi beberapa bagian yang disebut
kolom. Keempat bagian tersebut, yaitu kolom posterior (di antara dua tanduk posterior), kolom
anterior (di antara dua tanduk anterior), dan kolom lateral (antara tanduk posterior dan akson
dari neuron tanduk anterior). Kolom posterior terdiri dari akson yang mengarah naik,
sedangkan kolom anterior dan lateral terdiri dari banyak kelompok akson yang berbeda dari
saluran yang naik dan turun, termasuk yang mengontrol sistem saraf perifer atau tepi
Masing-masing bagian sumsum tulang belakang, yaitu servikal, toraks, lumbal, dan
sakral, memiliki akar saraf yang muncul di kanan dan kirinya. Akarakar saraf ini terdiri akar
saraf ventral (anterior) yang mengandung neuron motorik, serta akar saraf dorsal (posterior)
yang mengandung neuron sensorik. Kedua macam akar saraf tersebut bersatu dan membentuk
saraf tulang belakang Saraf spinal berjumlah 31 pasang yang terdiri dari 8 pasang saraf servikal
(C), 12 pasang saraf thorakal (T), 5 pasang saraf lumbal (L), 5 pasang saraf sakral (S), dan 1
pasang saraf koksigeal (Co) (Snell RS, 2010).
Saraf-saraf spinalis berkaitan dengan tiap-tiap sisi medulla spinalis melalui akar
spinalis dan akar ventral. Serat-serat aferen membawa sinyal datang masuk ke medulla spinalis
melalui akar dorsal; serat-serat eferen membawa sinyal keluar meninggalkan medulla melalui
akar ventral. Badan-badan sel untuk neuronneuronaferen pada setiap tingkat berkelompok
bersama di dalam ganglion akar dorsal. Badan-badan sel untuk neuron-neuron eferen
20
berpangkal di substansia grisea dan mengirim akson ke luar melalui akar ventral (Snell RS,
2010).
Akar ventral dan dorsal di setiap tingkat menyatu membentuk sebuah saraf spinalis
yang keluar dari kolumna vertebralis. Sebuah saraf spinalis mengandung serat-serat aferen dan
eferen yang berjalan diantara bagian tubuh tertentu dan medulla spinalis spinalis. Sebuah saraf
adalah berkas akson neuron perifer, sebagian aferen dan sebagian eferen, yang dibungkus oleh
suatu selaput jaringan ikat dan mengikuti jalur yang sama. Sebagaian saraf tidak mengandung
sel saraf secara utuh, hanya bagian-bagian akson dari banyak neuron. Tiap-tiap serat di dalam
sebuah saraf umumnya tidak memiliki pengaruh satu sama lain. Mereka berjalan bersama untuk
kemudahan, seperti banyak sambungan telepon yang berjalan dalam satu kabel, nemun tiap-
tiap sambungan telepon dapat bersifat pribadi dan tidak mengganggu atau mempengaruhi
sambungan yang lain dalam kabel yang sama (Snell RS, 2010)
Fungsi sum-sum tulang belakang dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu (Safrida, 2020) :
1. Aktifitas reflek, yang menyebabkan integrasi dan transfer pesan-pesan yang memasuki
sumsum tulang belakang sehingga memungkinkan impuls sensorik (afferent) masuk dan
pesan motoric (effent ) meninggal sum-sum tulang belakang tanpa melibatkan otak.
2. Konduksi impuls sensorik dari saraf afferen ke atas melalui tractus naik menuju otak.
3. Konduksi impuls motoric dari otak trun melalui tractus ke saraf-saraf yang menginerfasi otot
atau kelenjar.
Sumsum tulang belakang hampir sama pentingnya seperti otak. Tanpa organ ini, akan
sulit bagi manusia untuk melangsungkan kehidupan, karena hampir sebagian besar saraf yang
menyebar di seluruh tubuh terhubung dengan sumsum tulang belakang yang kemudian
diteruskan ke otak. Secara umum fungsi sumsum tulang belakang meliputi Foster (1997):
1. Komunikasi antar Saraf Dalam menjalankan fungsinya, sel-sel saraf (neuron) harus
berkomunikasi satu dengan lainnya. Komunikasi yang terjadi adalah penghantaran sinyal-
sinyal listrik. Pertama-tama sensor tubuh menerima rangsangan, lalu sensor yang notabene
adalah sel saraf ini mengubahnya menjadi sinyal listrik. Sinyal-sinyal listrik ini nantinya akan
disampaikan ke otak untuk diolah. Namun, sebelum mencapai otak, sinyal-sinyal ini terlebih
dahulu bermuara ke sumsum tulang belakang, yang kemudian diteruskan ke otak untuk diolah.
Setelah otak mengolahnya maka muncullah perintah, sinyal-sinyal perintah ini kemudian
disalurkan lagi ke sumsum tulang untuk kemudian di sampai ke efektor tubuh.
21
2. Gerak tubuh dan kerja organ Ketika seseorang berjalan, beberapa otot kaki akan
berkontraksi. Gerakan melangkahnya kaki ini mungkin terlihat sederhana dan mudah, karena
kita sudah terlalu sering melakukannya, padahal ada banyak faktor yang harus dikoordinasikan
dengan benar agar gerakan ini dapat terjadi. Bagian sumsum tulang belakang yang terdiri dari
neuron ini mengirimkan sinyal ke otot kaki dan membuatnya meregang atau berkontraksi.
Hasilnya adalah gerakan bolak-balik yang terjadi saat seseorang berjalan.
3. Gerak Refleks Refleks merupakan respons spontan akibat rangsangan yang melibatkan otak,
sumsum tulang belakang, dan saraf pada sistem saraf perifer. Gerak refleks terjadi tanpa
dipengaruhi kehendak dari otak, artinya gerak refleks bersifat spontanitas. Prosesnya yaitu ada
rangsangan menuju ke reseptor, menuju ke neuron sensoris lalu sumsum tulang belakang lalu
ke neuron motoris setelah itu langsung menuju efektor (otot).
2.9 Fisiologi Gerak Refleks
Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan
penghantaran impuls oleh saraf. Gerak pada umumnya terjadi secara sadar namun ada
pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Kedua gerakan tersebut
memiliki perbedaan pada hantaran impuls (Setiadi, 2007).
Gerak refleks terjadi ketika reseptor sensorik pada bagian refleks akan
mengirimkan impuls kesum-sum tulang belakang, kemudian impuls tersebut akan
diteruskan oleh sel saraf penghubung kesaraf motorik. Sel saraf motorik akan
memerintahkan otot untuk bergerak, sehingga tanpa adanya pikiran maka gerak refleks
tersebut dapat terjadi. Gerak refleks tidak dikendalikan oleh otak melainkan
dikendalikan pada sumsum tulang belakang. Pada saat impuls diberikan oleh sel saraf
penghubung ke sel saraf motorik saat itu pula impuls diteruskan keotak, dengan begitu
setelah gerak refleks terjadi maka otak akan merekam hal apa yang terjadi (Naomi dan
Bobick, 2014)
22
Gambar 16. Gerak Refleks
Hal tersebut berbeda pada gerak biasa (gerak sadar). Menurut Syaifuddin (2009)
pada gerak sadar, reseptor di bagian yang akan digerakkan akan terstimulasi (bagian ujung
sel saraf sensorik), kemudian sel saraf sensorik akan menghasilkan impuls saraf yang
bergerak menuju ke otak. Sehingga sel saraf penghubung yang terdapat di otak akan
menerima impuls tersebut dan akan diteruskan ke sel saraf motorik. Setelah itu impuls
akan bergerak melalui akson-akson menuju bagian otot yang akan digerakkan sehingga
otot tersebut dapat bergerak.
Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi)
berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar
dan refleks sumsum tulang belakang bila sel saraf penghubung berada di dalam sumsum
tulang belakang misalnya refleks pada lutut (Soewolo, dkk, 2005).
23
Gerak refleks lutut ketika dipukul (sum sum tulang belakang): reseptor – neuron
sensorik – interneuron di sumsum tulang belakang – neuron motorik – efektor.
24
Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui bahwa dalam keadaan Hernia Nucleus
Pulposus (HNP) diskus intervertebralis menonjol keluar. Diskus intervertebralis
merupakan lempengan kartilago yang berbentuk sebuah bantalan di antara dua tulang
belakang. Material yang keras dari fibrosa digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan
seperti bola di bagian tengah diskus dinamakan nukleus pulposus. Pada herniasi diskus
intervertebralis (ruptur diskus), nukleus pada diskus menonjol ke dalam anulus (cincin
fibrosa) sekitar discus dengan akibat kompresi saraf. (Arif Muttaqin, 2008, 349). Herniasi
nukleus pulposus (HNP) terjadi kebanyakan karena adanya suatu trauma derajat sedang
yang berulang mengenai diskus intervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya anulus
fibrosus. (Arif Muttaqin, 2008, 349)
Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan
herniasinya,dimana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia yang sesungguhnya,
yaitu:
Nukleus pulposus yang mengalami herniasi ini dapat menekan nervus di dalam
medulla spinalis jika menembus dinding diskus (annulus fibrosus); hal ini dapat
menyebabkan nyeri, rasa tebal, rasa keram, atau kelemahan. Rasa nyeri dari herniasi ini
dapat berupa nyeri mekanik, yang berasal dari diskus dan ligamen; inflamasi, nyeri
25
yang berasal dari nucleus pulposus yang ekstrusi menembus annulus dan kontak dengan
suplai darah; dan nyeri neurogenik, yang berasal dari penekanan pada nervus.
2.10.1 Gejala
Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah
disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP terbagi atas HNP sentral dan HNP
lateral. HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi urine.
Sedangkan HNP lateral bermanifestasi pada rasa nyeri dan nyeri tekan yang terletak
pada punggung bawah, di tengah-tengah area bokong dan betis, belakang tumit, dan
telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari kelima kaki berkurang dan refleks achiler negatif.
Pada HNP lateral 𝐿4 − 𝐿5 rasa nyeri dan nyeri tekan didapatkan di punggung bawah,
bagian lateral pantat, tungkai bawah bagian lateral, dan didorsum pedis. Kekuatan
ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks patella negatif. Sensibilitas dermatom yang
sesuai dengan radiks yang terkena menurun. Gangguan reflex Achilles, defisit sensorik
pada malleolus lateralis dan bagian lateral pedis (Setyanegara dkk, 2014).
Gejala yang sering muncul adalah (Arif Muttaqin, 2008, 351) :
1. Nyeri pinggang bawah (lumbal atau servikal) yang intermiten (dalam beberapa
minggu sampai beberapa tahun). Nyeri menjalar sesuai dengan distribusi saraf skiatik
2. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari pantat dan terus
menjalar ke bagian belakang lutut kemudian ke tungkai bawah
3. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan gerakan pinggang saat batuk
atau mengejan, berdiri, atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang
klien beristirahat berbaring
4. Penderita sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau baal, kebas, atau sensasi
terbakar pada lengan dan tangan. Bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan
distribusi persarafan yang terlibat
5. Nyeri bertambah bila daerah 𝐿5 − 𝑆1 (garis antara dua Krista iliaka) ditekan.
26
sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari columna spinal. (Arif Muttaqin,
2008, 349)
Menurut Sylvia (1995) faktor risiko yang meningkatkan seseorang mengalami
HNP adalah :
a. Usia
Usia merupakan faktor utama terjadinya HNP karena annulus fibrosus lama
kelamaan akan hilang elastisitasnya sehingga menjadi kering dan keras,
menyebabkan annulus fibrosus mudah berubah bentuk dan ruptur.
b. Trauma
Terutama trauma yang memberikan stress terhadap columna vertebralis, seperti
jatuh.
c. Pekerjaan
Pekerjaan terutama yang sering mengangkat barang berat dan cara mengangkat
barang yang salah, meningkatkan risiko terjadinya HNP
d. Gender
Pria lebih sering terkena HNP dibandingkan wanita (2:1), hal ini terkait
pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan pada pria cenderung ke aktifitas fisik yang
melibatkan columna vertebralis.
A. Tirah baring
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan
sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk, tungkai dalam sikap fleksi
pada sendi panggul dan lutut tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas/per,
dengan demikian tempat tidur harus dari papan yang lurus dan ditutup dengan lembar
busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung bawah mekanik akut. Lama
tirah baring bergantung pada berat ringannya gangguan yang dirasakan penderita. Pada
HNP, klien memerlukan tirah baring dalam waktu yang lebih lama. Setelah tirah baring,
klien melakukan latihan atau dipasang korset untuk mencegah terjadinya kontraktur dan
mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot (Muttaqin, 2008).
B. Kompres hangat/dingin
27
Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah dilakukan.
Untukmengurangi spasme otot dan inflamasi. Beberapa pasien merasakan nyeri hilang
pada pengkompresan hangat, sedangkan yang lain pada pengkompresan dingin.
C. Medikamentosa
1. Simptomatik :
• Analgesik dan NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation Drug) Obat ini diberikan
dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan inflamasisehingga mempercepat
kesembuhan. Contoh analgetik : paracetamol, AspirinTramadol. NSAID :
Ibuprofen, Natrium diklofenak, Etodolak, Selekoksib.
• Obat pelemas otot (muscle relaxant) bermanfaat bila penyebab HNP adalah spasme
otot. Efek terapinya tidak sekuat NSAID, seringkali di kombinasi dengan NSAID.
Sekitar 30% memberikan efeksamping mengantuk. Contoh Tinazidin, Esperidone
dan Carisoprodol.
• Opioid Obat ini terbukti tidak lebih efektif daripada analgetik biasa yang jauh
lebihaman. Pemakaian jangka panjang bisa menimbulkan toleransi
danketergantungan obat.
• Suntikan pada titik picu Cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan
campuran anastesi lokal dankortikosteroid ke dalam jaringan lunak/otot pada titik
picu disekitar tulang punggung. Cara ini masih kontroversi. Obat yang dipakai
antara lain lidokain,lignokain, deksametason, metilprednisolon dan triamsinolon.
• Kortikosteroid (prednison, prednisolon)
• Anti-inflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan
• Antidepresan trisiklik (amitriptilin)
• Obat penenang minor (diazepam, klordiasepoksid)
2. Kausal, kolagenese
28
▪ Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang tersisa, atau ada gangguan
fungsional setelah terapi konservatif diberikan selama 6 sampai 12 minggu.
▪ Terjadinya rekurensi yang sering dari gejala yang dialami pasien
menyebabkanketerbatasan fungsional kepada pasien, meskipun terapi konservatif yang
diberikantiap terjadinya rekurensi dapat menurunkan gejala dan memperbaiki fungsi
dari pasien.
▪ Terapi yang diberikan kurang terarah dan berjalan dalam waktu lama.
Intervensi bedah dapat beragam bergantung pada sifat masalah, usia, dan disabilitas
pasien:
1) Distectomy: Pengambilan sebagian diskus intervertabralis.
- Pengangkatan diskus yang menonjol (herniasi) dan menghubungkan celah
dengan tandur tulang (disektomi dengan fusi)
- Disektomi subtotal (parsial, bukan total) menurunkan herniasi ulang setelah
disektomi lumbal.
- Disektomi total dan penggantian dengan tandur tulang.
- Percutaneous distectomy: Pengambilan sebagian diskus intervertabralis dengan
menggunakan jarum secara aspirasi.
2) Spinal fusion dan sacroiliac joint fusion: Penggunaan graft pada vertebra sehingga
terbentuk koneksi yang rigid diantara vertebra sehingga terjadi stabilitas.
3) Foraminotomi: membuka ruang di dalam foramen untuk membuat ruang yang lebih
besar untuk diskus yang membesar atau menonjol (herniasi) sehingga mengurangi
kompresi dan meredakan nyeri.
4) Laminektomi atau hemi-leminektomi: eksisi semua atau sebagian lengkung
posterior vertebra untuk meredakan nyeri.
5) Fusi paddat, dengan atau tanpa leminektomi, yang membatasi mobilitas spinal.
6) Penggantian diskus total dengan alat prostetik, yang menyebabkan komplikasi
terkait dengan alat tertentu (migrasi, alat polietilen yang ditanam terdorong
keluarm device wear, degenerasi, dan osifikasi di sekitar alat, penyakit partikel).
2.10.3.3 Rehabilitasi
29
▪ Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran kemih,
dansebagainya. (Muttaqin, 2008).
30
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari makalah ini yaitu :
1. Integrasi sains dengan konsep sistem saraf dalam Qs Al infithor ayat 7 menerangkan bahwa
Allah ta’ala telah menciptakan manusia serta menyempurnakan nya dengan memberikan
sistem di dalam tubuh yang seimbang supaya dapat bekerja secara teratur. Aktivitas dari sistem
organ yang bekerja secara teratur, harmonis dan seimbang diperlukan adanya pengendali atau
sistem pengatur yang disebut dengan sistem koordinasi, Adapun Sistem koordinasi atau
pengendali tersebut diatur oleh sistem saraf.
2. Sistem saraf pada manusia terdiri dari dua komponen yaitu sel saraf dan sel glial. Neuron
merupakan sel fungsional pada sistem syaraf yang terdiri dari tiga bagian utama yaitu badan
sel (soma), dendrit dan akson.
3. Sistem saraf pusat merupakan bagian dari sistem saraf yang mengkoordinasi semua kegiatan
tubuh. Sistem saraf pusat tersusun oleh milyaran neuron yang berorganisasi dengan berbagai
macam jaringan. Sebagian besar neuron ini berlokasi di otak (brainstem) dan sumsum tulang
belakang (Spinal cord).
4. Sistem saraf tepi adalah saraf-saraf yang berada di luar sistem saraf pusat (otak dan sumsum
ulang belakang). Susunan saraf tepi (SST) terdiri saraf kranial dan saraf spinalis yang
merupakan garis komunikasi antara SSP dan tubuh. Terdapat 12 pasang saraf kranial muncul
dari berbagai bagian batang otak dan Terdapat 31 pasang saraf spinal berawal dari korda
melalui radiks dorsal (posterior) dan ventral (anterior).
5. Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari. Otak besar ini dibagi
menjadi dua belahan, yaitu belahan kanan dan kiri. Tiap belahan terbagi menjadi 4 lobus yaitu
frontal, parietal, okspital, dan temporal. Fungsi dari masing-masing bagian yaitu (a)Lobus
frontal; kegiatan berpikir, perencanaan, dan penyusunan konsep, (b) Lobus temporal;
bertanggung jawab pada persepsi suara dan bunyi, (c) Lobus perietal; bertanggung jawab pada
kegiatan berpikir, terutama pengaturan memori (e) Lobus occipital; mengatur fungsi
penglihatan.
6. Otak kecil merupakan bagian terbesar dari otak belakang. Otak kecil (cerebellum) terletak
dibagian belakang kepala, dibawah lobus occipital dekat dengan ujung leher bagian atas. otak
kecil terbagi pada tiga spesifikasi, yaitu vestibulocerebellum (anrcheocerebellum) yang
31
berfungsi untuk mengontrol keseimbangan, irama pernafasan, pergerakan kepala dan mata
(stabilisasi pandangan). Spinocerebellum (paleocerebellum); berfungsi mengontrol otot-otot
yang berkaitan dengan postur, keseimbangan. Ketiga, pontocerebellum (neocerebellum);
berfungsi untuk keseimbangan tubuh, kecepatan serta ketepatan pergerakan tubuh dan
perkataan.
7. Batang otak (brainstem), posisinya berada didalam tulang tengkorak bagian dasar dan
memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang belakang. Batang otak tersusun
atas otak tengah, pons, dan medulla. Didalamnya terdapat inti syaraf kranial dan jalan naik-
turunnya pertukaran informasi dari otak, otak kecil, dan tulang belakang.
8.Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai dari
ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang kedua. Anatomi medulla spinalis
secara horizontal yaitu terdapat beberapa bagian di dalamnya, (1) Grey matter merupakan
bagian gelap berwarna abu-abu yang berada di dalam sumsum tulang belakang. (2) White
matter yang terletak di dalam medulla spinalis terbungkus oleh bagian berwarna putih, . Fungsi
utama sum-sum tulang belakang ialah pengangkutan penghasilan rangsangan antara periferi
dan otak.
9. Gerak refleks adalah gerak yang terjadi ketika reseptor sensorik pada bagian refleks
mengirimkan impuls kesum-sum tulang belakang, kemudian impuls diteruskan oleh sel saraf
penghubung kesaraf motorik. Sel saraf motorik akan memerintahkan otot untuk bergerak,
sehingga tanpa adanya pikiran maka gerak refleks tersebut dapat terjadi. Gerak refleks tidak
dikendalikan oleh otak melainkan dikendalikan pada sumsum tulang belakang.
10. Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan suatu gangguan yang melibatkan ruptur
annulus fibrosus sehingga nukleus pulposus menonjol (bulging) dan menekan kearah kanalis
spinalis. Pada herniasi diskus intervertebralis (ruptur diskus), nukleus pada diskus menonjol ke
dalam anulus (cincin fibrosa) sekitar discus dengan akibat kompresi saraf. Penyebab HNP
diantaranya karena trauma atau regangan (strain) yang berat dan degenerasi sendi
intervertebralis
32
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 2003. Tafsir Ibnu Katsir. Bogor: Pustaka Imam Asy-syafi’i.
Aksenova, V. Marina, and Michael Y. Aksenov. 2005. Cell Culture Models of Oxidative
Stress and Injury in The Central Nervous System. University of South Carolina.
USA. Current Neurovasculer. Vol.2. 73-89
Amin, Muhammad Syahruddin. 2018. Perbedaan Struktur Otak dan Perilaku Belajar
Antara Pria dan Wanita; Eksplanasi dalam Sudut Pandang Neuro Sains dan Filsafat.
Jurnal Filsafat Indonesia. 1 (1): 38-43.
Azhar, dkk. 2017. Pengantar Fisiologi Veteriner. Aceh : Syiah Kuala University Press
Campbell, N. A., dkk. 2008. Biologi, Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta : Erlangga
Feriyawati, Lita. 2005. Anatomi Sistem Saraf dan Perannya dalam Regulasi Kontraksi
Otot Rangka. Sumatra Utara; Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara
Foster, TD. 1997. Buku Ajar Ortodinasi Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Fox, S.I.2004. Human Physiology Eight Ed., McGraw-Hill Companies, inc. New York.
Hal.152-181
Gordon Dryden & Jeanette Vos. 2003. Revolusi Cara Belajar I. Bandung : Kaifa
33
Lotke dkk, 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Jogyakarta.
Naomi, E dan Bobick, James E. 2014. Seri ilmu pengetahuan anatomi dan fisiologi. Jakarta
: PT Indeks.
Pasiak, Taufik. (2004). Revolusi IQ/EQ/SQ: Antara Neurosains dan al-Qur’an. Bandung:
Mizan Pustaka.
Untari, Ida. 2012. Kesehatan Otak Modal Dasar Hasilkan SDM Handal. Profesi. Vol 8.
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta :Graha Ilmu
Safrida, 2020. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Aceh: Syiah Kuala University Pers.
Setyanegara dkk. 2014. Ilmu Bedah Saraf. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Diterjemahkan oleh :
JamesVeldman. Jakarta : EGC
Untari, Ida. 2012. Kesehatan Otak Modal Dasar Hasilkan SDM Handal. Profesi. Vol 8.
Hal 1-7.
34
35