Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada blok ketiga di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang yang membahas mengenai “Struktur Dasar Tubuh Manusia”
terdapat Tugas Pengenalan Profesi (TPP). Tugas Pengenalan Profesi (TPP)
adalah suatu upaya terstruktur di dalam blok melalui tugas mandiri untuk
menyiapkan mahasiswa memahami peran sebagai profesional dokter dan
memahami kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan dan administrasi
layanan kesehatan. Proses ini merupakan kegiatan mengenalkan mahasiswa
secara dini pada kasus klinik atau komunitas di Rumah Sakit, Puskesmas,
Panti, Posyandu, kunjungan ke rumah pasien dan lain-lain.
Salah satu materi Tugas Pengenalan Profesi (TPP) pada blok ini adalah
“Mengamati Bentuk-bentuk Tubuh Secara Anatomi/Antropometri (Astenicus,
Pinicus, Atleticus) berbagai Ras Tionghoa di Masyarakat”. Struktur tubuh
manusia merupakan salah satu ilmu anatomi yang mempelajari tentang bentuk
tubuh dan susunan tubuh baik secara keseluruhan, maupun bagian-bagian,
serta hubungannya satu sama lain. Mempelajari letak dan hubungan satu
bagian tubuh tidak dapat dipisahkan dari pengamatan terhadap fungsi setiap
struktur dan sistem jaringannya (Suyitno, 2015).
Ras merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan struktur
tubuh manusia. Ras adalah segolongan manusia yang mempunyai persamaan
sifat-sifat lahiriah tertentu yang dapat dilanjutkan pada keturunannya.
Menurut Haldene, ras adalah sekelompok manusia yang memiliki kesatuan
karakter fisik dan asal geografis dalam area tertentu. Populasi di seluruh dunia
terbagi atas tiga ras utama yaitu Kaukasoid, Mongoloid dan Negroid. Antara
persamaan yang boleh dilihat dari karakter fisik suatu ras adalah bentuk
kepala. menyatakan istilah etnik menunjuk pada suatu kelompok tertentu
karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa, ataupun kombinasi dari
kategori tersebut terikat pada sistem nilai budayanya. (Frederick Barth 1988)

1
Antropometriberasal dari bahasa Yunani yaitu “antro” yang berarti
manusia dan “metron” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri
dinyatakan sebagai suatu studi yang menyangkut pengukuran dimensi tubuh
manusia dan aplikasi rancangan yang menyangkut geometri fisik, massa,
kekuatan dan karakteristik tubuh manusia yang berupa bentuk dan ukuran.
Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran tinggi dan berat yang
berbeda satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan digunakan
sebagai pertimbangan–pertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi
manusia (Indriati, 2010). Ilmu Antropometri tidak terlepas dari ilmu anatomi
yaitu ilmu yang mempelajari tentang struktur tubuh manusia (Sloane, 2003).
Pada anatomi tubuh manusia, akan terlihat bahwa manusia memiliki banyak
sekali elemen-elemen yang satu tubuh manusia elemen tersebut adalah organ
tubuh yang terdiri atas jaringan dan tersusun lagi dari sel.
Oleh karena itu, dengan adanya Tugas Pengenalan Profesi (TPP) pada
Blok 3 ini mengenai observasi bentuk-bentuk tubuh secara
anatomi/antropometri (Astenicus, Picnicus, Atleticus) berbagai Ras Tionghoa
di masyarakat, mahasiswa dapat mengetahui bentuk-bentuk tubuh secara
anatomi serta antropometri masyarakat ras Tionghoa.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana bentuk tubuh Ras Tionghoa secara anatomi dan antropometri
(Astenicus, Pinicus, Atleticus) di masyarakat?

1.3. Tujuan
1.3.1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui bentuk tubuh Ras Tionghoa secara anatomi dan
antropometri (Astenicus, Pinicus, Atleticus) di masyarakat.
1.3.2.Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui antropometri berupa Berat Badan (BB), Tinggi
Badan (TB), Lingkar Kepala (LK), Lingkar Lengan (LL), Lingkar
Perut (LPe), dan Lingkar Panggul (LPa) pada ras Tionghoa di

2
masyarakat.
2. Untuk mengetahui anatomi berupa warna mata, warna kulit,
hidung,dan bentuk rambut pada ras Tionghoa di masyarakat.

1.4. Manfaat
1. Mengetahui struktur anatomi/antropometri pada ras Tionghoa di
masyarakat.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi struktur anatomi seseorang
khususnya pada ras Tionghoa
3. Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa mengenai anatomi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi
2.1.1. Pengertian
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur tubuh
manusia, berasal dari bahasa Yunani “ana” yang berarti habis atau
keatas dan “tomos” yang berarti memotong atau mengiris. Maksudnya
anatomi adalah ilmu yang mempelajari struktur tubuh (manusia) dengan
cara nenguraikan tubuh (manusia) menjadi bagian yang lebih kecil
kebagian yang paling kecil, dengan cara memotong atau mengiris tubuh
(manusia), kemudian diangkat, dipelajari, dan diperiksa menggunakan
mikroskop. (Sloane, 2003)

2.2. Antropometri
2.2.1. Pengertian
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthoropos
artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah
ukuran tubuh. Pengertian ini bersifat sangat umum sekali (Supariasa,
dkk, 2001).
Sedangkan sudut pandang gizi, Jelliffe (1966), mengungkapkan
bahwa antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi. Penggunaan antropometri, khususnya
pengukuran berat badan, pernah menjadi prinsip dasar pengkajian gizi
dalam asuhan medik.
2.2.2. Macam-macam Pengukuran
Berikut macam-macam pengukuran antropometri:
1. Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan
paling sering digunakan. Berat badan menggambarkan jumlah

4
protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Berat badan seseorang
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : umur, jenis
kelamin, aktifitas fisik, dan keturunan (Supariasa, 2001). Berat badan
merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan
gambaran masa tubuh (otot dan lemak). Karena tubuh sangat sensitif
terhadap perubahan keadaan yang mendadak, misalnya karena
terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan dan
menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Maka BB merupakan
ukuran antropometri yang sangat labil (Reksodikusumo, dkk, 1989).
Dalam keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara intake dan keutuhan gizi terjamin, berat badan
mengikuti perkembangan umur. Sebaiknya dalam keadaan abnormal
terdapat dua kemungkinan perkembangan BB, yaitu dapat
berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari keadaan normal.
2. Tinggi Badan (TB)
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan
gizi yang telah lalu dan keadaan sekarang jika umur tidak diketahui
dengan tepat. Disamping itu, tinggi badan merupakan ukuran kedua
yang penting,karena menghubungkan berat badan terhadap tinggi
badan, faktor umur bisa dikesampingkan. Tinggi badan merupakan
antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal.
Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan
pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan, tidak seperti berat
badan,relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi gizi dalam
waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru
akan tampak pada saat yang cukup lama. Tinggi badan merupakan
ukuran tubuh yang menggambarkan pertumbuhan rangka. Dalam
penilaian status gizi tinggi badan dinyatakan sebagai indeks sama
halnya dengan berat badan. (Supariasa, 2001)

5
3. IMT (Indeks Masa Tubuh)
Menggunakan Berat Badan dan Tinggi badan. Kategori IMT
(kg/m2), yaitu :
 Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,00
 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,00 – 18,49
 Normal 18,50 – 24,99
 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,00 – 26,99
 Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,00
4. Lingkar Lengan Atas (LiLA)
Nilai normal adalah 23,5 cm. LiLA WUS dengan risiko KEK di
Indonesia < 23,5 cm.
5. Pengukuran Lingkar Perut
Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya obesitas abdominal atau sentral. Jenis obesitas ini sangat
berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan diabetes
melitus, yang akhir-akhir ini juga erat hubungannya dengan kejadian
sindroma metabolik. Nilai normal pengukuran lingkar perut di
Indonesia adalah Laki-laki > 90 cm dan Perempuan > 80 cm.
(Manungkalit, 2015)
2.2.3. Astenicus, Picnicus dan Atleticus
1. Astenicus adalah bentuk tubuh yang tinggi, kurus, dada rata atau
cekung, angulus costae, dan otot-otot tak bertumbuh
baik(Purwandhono, 2016). Ukuran menegak lebih dari keadaan biasa
sehingga tubuh kelihatan jangkung, maka sifat-sifat khas tipe ini
adalah badan langsing kurus, rongga dada kecil-sempit, rusuknya
mudah dihitung, perut kecil, bahu sempit, lengan dan kaki kurus,
tengkorak agak kecil, tulang-tulang di bagian muka kelihatan jelas,
muka bulat telur, dan berat relatif kurang (Suryabrata, 2007).
Astenicus juga memiliki bentuk tubuh yang panjang-panjang, kurus,
toraks sempit dan gepeng, skapula kelihatan menonjol ( tulang
belikat) dan otot kelihatan kecil.

6
2. Atleticus adalah bentuk tubuh olahragawan, kepala dan dagu yang
terangkat ke atas, dada penuh, perut rata, dan lengkung tulang
belakang dalam batas normal(Purwandhono, 2016).Ukuran mendatar
dan menegak dalam perbandingan seimbang, sehingga tubuh
kelihatan selaras, tipe ini merupakan perpaduan antara picnis dan
asthenis maka sifat-sifat khas tipe ini adalah tulang-tulang dan
otot-otot kuat, badan kokoh dan tegap, tinggi cukupan, bahu lebar dan
kuat, dada besar dan kuat, perut kuat, panggul dan kaki kuat, dalam
perbandingan dengan bahu dan dada kelihatan agak kecil, tengkorak
cukup besar dan kuat, kepala dan leher tegak, muka bulat telur, lebih
pendek dari pada tipe asthenis dan sebagainya (Suryabrata , 2007).
Atleticus memiliki bentuk tubuh yang seimbang seperti atlit, tegap,
dan otot-otot berkembang baik.
3. Picnicus adalah bentuk tubuh yang cenderung bulat, dan penuh
dengan penimbunan jaringan lemak subkutan. (Purwandhono,
2016)Ukuran mendatar lebih dari keadaan biasa, sehingga kelihatan
pendek-gemuk, maka sifat-sifat khas tipe ini adalah badan agak
pendek, dada membulat, perut besar, bahu tidak lebar, leher pendek
dan kuat, lengan dan kaki agak lemah, kepala agak merosot ke muka
di antara kedua bahu, sehingga bagian atas dari tulang punggung
tampak sedikit melengkung, banyak lemak sehingga urat-urat dan
tulang-tulang tak kelihatan nyata dan sebagainya. Dalam tipe ini bisa
memperoleh bentuknya yang jelas setelah orang berumur sekitar 40
tahun.(Suryabrata , 2007)
2.2.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Tubuh Manusia
Data yang digunakan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut ini
adalah faktor-faktor yang memengaruhi:
1. Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai
kira-kira berumur 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita.

7
Kemudian manusia akan berkurang ukuran tubuhnya saat manusia
berumur 60 tahun.
2. Jenis Kelamin
Pada umumnya pria memiliki dimensi tubuh yang lebih besar
kecuali dada dan pinggul.
3. Suku Bangsa (Etnis)
Variasi dimensi akan terjadi, karena pengaruh etnis. Contohnya
apabila di negara bagian Eropa, tinggi badan mereka rata rata lebih
tinggi dibandingkan negara bagian Asia.
4. Pekerjaan
Aktivitas kerja sehari-hari juga menyebabkan perbedaan
ukuran tubuh manusia. Jenis pekerjaannya mempengaruhi
perkembangan bentuk tubuh seseorang. Seperti, bentuk tubuh dari
seorang pemulung berbeda dengan bentuk tubuh dari pekerja di
ruangan kantor.
Selain faktor-faktor di atas, masih ada beberapa kondisi tertentu
(khusus) yang dapat mempengaruhi variabilitas ukuran dimensi tubuh
manusia yang juga perlu mendapat perhatian, seperti:
1. Cacat tubuh
2. Tebal atau tipisnya pakaian yang harus dikenakan
3. Kehamilan (pregnancy) (Kadir, 1994)

2.3. Ras
2.3.1. Pengertian
Menurut Gill dan Gilbert (1988) dalam kutipan Alo Liliweri
(2009), ras merupakan pengertian biologis yang menjelaskan
sekumpulan orang yang dapat dibedakan menurut karakteristik fisik
yang dihasilkan melalui proses produksi. Acap kali ras merupakan
status sosial yang didefinisikan oleh istilah kebudayaan daripada ras
dan istilah biologis. Kadang-kadang perbedaan antara kelompok etnik
itu meliputi lebih dari satu kebudayaan. Klasifikasi ras dan rasial

8
meliputi tampilan fisik, yang juga menjadi dasar untuk membedakan
kelompok etnik itu.
Hargett dan Galam Kandal (2003)dalam kutipan Alo Liliweri
(2009) mendefinisikan ras sebagai istilah yang bersifat biologis, yang
digunakan untuk mengelompokkan anggota dari mereka yang
spesiesnya sama yang di bedakan dengan orang lain.
Adapun menurut Koentjaraningrat (2003), ras adalah suatu
golongan manusia yang menunjukkan berbagai ciri tubuh tertentu
dengan suatu frekuensi yang besar atau bersifat jasmani.
2.3.2. Macam-macam
Secara umum ras yang ada di dunia dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
Mongoloid, Kaukasoid, dan Negroid. Perbedaan bentuk karakteristik
pada wajah yang dimiliki oleh Ras Mongoloid, Kaukasoid, dan Negroid
adalah sebagai berikut :
1. Ras mongoloid, memiliki mata sipit dan terdapat lipatan kulit ke arah
bola mata pada ujung kelopak mata atas. Hidung ras mongoloid
pesek dan tidak lebar.
2. Ras kaukasoid, memiliki mata lebar dan kelopak mata ganda dan
lebar. Hidung ras kaukasoid mancung.
3. Ras negroid, memiliki mata lebar dan hidung yang lebar dan pesek.
A. L Krober, seorang ahli yang mengamati perkembangan
masyarakat, mengelompokkan ras manusia di dunia menjadi empat,
yaitu :
1. Ras Mongoloid
Ras ini mempunyai kulit putih, badan yang tidak tinggi dan tidak
besar, dan rambut berwarna hitam yang lurus. Ras Mongoloid juga
mempunyai bentuk mata yang kecil (sipit) dan terdapat lipatan kulit ke
arah bola mata pada ujung kelopak mata atas. Hidung Ras Mongoloid
pesek dan tidak lebar. Dari perhitungan indeks sefalik, dapat ditentukan
bentuk kepala seseorang. Bentuk kepala yang akan didapatkan dari
perhitungan indeks sefalik adalah dolikosefalik atau lonjong (di bawah

9
74,9), mesosefalik atau sedang (75-79,9) dan brakhisefalik atau bulat
(80-84,9) dan hiperbrakhisefalik (di atas 85). Rata-rata, ras Mongoloid
mempunyai bentuk kepala brakhisefalik. Herdlicka (1920), pelopor
terhadap penelitian bentuk shovel gigi insisivus, menggunakan istilah
shovel untuk menggambarkan gigi insisivus rahang atas populasi Ras
Mongoloid seperti orang Indian Amerika, Malaya, Mongolia, Cina, dan
Jepang, dan jarang dijumpai pada populasi lain. Ras Mongoloid
mempunyai prevalensi tinggi bentuk shovel gigi insisivus dibandingkan
ras-ras lainnya. Prevalensi bentuk shovel gigi insisivus rahang atas pada
Ras Mongoloid mendekati 90%.
Ras Mongoloid mendiami Asia Tengah, Asia Timur, Asia Tenggara
dan Madagaskar, Eropa Utara, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan
Oseani. Ras Mongoloid dibagi dua yaitu, Mongoloid Asia dan Indian.
Mongoloid Asia terdiri dari subras Tionghoa (terdiri atas orang-orang
Jepang, Taiwan, Vietnam, Cina) dan subrasMelayu (terdiri atas
orang-orang Malaysia, Indonesia, dan Filipina).Mongoloid Indian
terdiri atas orang-orang Indian di Amerika. Ras Mongoloid memiliki
ciri-ciri kulit warna kuning sampai sawo matang, rambut lurus, bulu
badan sedikit, dahi membulat, muka lebar dan datar dan mata sipit
(terutama Asia Mongoloid).
2. Ras Negroid
Ras ini mempunyai ciri khas berkulit hitam dan rambut keriting.
Sebagian besar berasal dari Afrika. Tapi kemudian ras ini ada di seluruh
dunia walaupun terkadang menjadi kelompok minoritas di negara
mereka tinggal.
Bangsa yang termasuk golongan ras ini adalah African Negroid
(mendiami seluruh wilayah benua Afrika), Negrito (meliputi bangsa
yang mendiami wilayah Afrika Tengah, Semenanjung Melayu, dan
Filipina), dan bangsa Melanesian (bangsa Papua dan Melanesia).
(Ardiansah, 2011)

10
3. Ras Kaukasoid
Ras ini mempunyai ciri kulit putih, mata biru, dan badan yang
besar. Golongan ini mendiami hampir seluruh Eropa. Golongan bangsa
yang termasuk Ras Kaukasoid, antara lain bangsa Nordic (Eropa Utara),
bangsa Alipine (mendiami wilayah Eropa Tengah dan Eropa Timur),
dan bangsa Mediteran (mencakup negara-negara di sekitar Laut
Tengah, Afrika Utara, Amerika, Armenia, Arab, dan Iran). ( Ardiansah,
2011)
4. Ras Khusus
Yang dimaksud ras khusus adalah golongan atau kelompok
manusia yang tidak termasuk tiga golongan ras di atas dan mempunyai
ciri sendiri. Mereka ini hanya terdapat di wilayah tertentu dalam satu
negara. Ras-ras khusus ini antara lain :
 Ras Bushman, ras yang mendiami daerah Gurun Kalahari di Afrika
Selatan.
 Ras Veddoid, kelompok masyarakat yang mendiami daerah
pedalaman Sri Langka dan Sulawesi Selatan, Indonesia.
 Ras Australoid, ras yang merupakan penduduk asli negara Australia
atau yang dikenal dengan bangsa Aborigin.
 Ras Polynesia, ras yang mendiami daerah Kepulauan Melanesia dan
Mikronesia.
 Ras Ainu, ras yang mendiami Pulau Kurofoto dan Hokkaido di
Jepang. ( Ardiansah, 2011)
2.3.3. Ras Tionghoa
Secara rasial, orang Tionghoa dan mayoritas Pribumi Indonesia
“Deutero Melayu” adalah sama-sama Mongoloid dengan ciri-ciri umum
yaitu mata sipit dan berkulit putih ataupun kuning langsat. Suryadinata
(2002:2) menyatakan bahwa: Penduduk Tionghoa terdiri
darikelompok-kelompok. Kelompok paling umum ialah kaum
peranakan yang kebudayaannya sudah mengindonesia dan kaum totok
yang masih tebal ketionghoaannya. Yang disebut peranakan adalah :

11
1. Mereka yang dilahirkan dari seorang ibu dan ayah dari Cina dan
lahir di Indonesia.
2. Mereka yang lahir dari perkawinan campuran yaitu laki-laki
Tionghoa dan wanita pribumi dan disahkan serta didaftarkan sebagai
anak sahnya.
3. Mereka yang dilahirkan dengan perkawinan campuran antara
ayah pribumi dan ibu Tionghoa dan mendapatkan pendidikan di dalam
lingkungan Tionghoa.
Onghokham (2008:135) mendefinisikan totok dan peranakan dari
sisi kelahirannya. Menurut Onghokham, istilah peranakan mengacu
pada orang- orang Tionghoa yang lahir di luar negara Cina dari seorang
totok. Totok adalah pendatang baru dari negara Cina dan kelahiran
Cina.
Golongan bangsa yang termasuk Ras Mongoloid menyebar di Asia
dan Amerika, yaitu Asiatic Mongoloid (Asia Tengah, Asia Timur, dan
Asia Utara), Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, beberapa daerah di
Indonesia, Malaysia, dan Filipina), dan American Mongoloid yang
meliputi orang Eksimo di Amerika Utara dan Terra del Fugo di
Amerika Selatan. ( Ardiansah, 2011)

12
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1. Lokasi Pelaksanaan


Tugas Pengenalan Profesi (TPP) yang dilakukan oleh Mahasiswa/I
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang ini akan
dilakukan di lingkungan masyarakat.
3.2. Waktu Pelaksanaan
Tugas Pengenalan Profesi (TPP) ini akan dilaksanakan pada :
Hari :
Tanggal : November 2019
3.3. Subjek Tugas Mandiri
Subjek yang akan kami amati untuk Tugas Pengenalan Profesi (TPP) ini
adalah masyarakat Ras Tionghoa.
3.4. Alat dan Bahan
1. Daftar Checklist
2. Kamera
3. Alat tulis
4. Handphone
3.5. Langkah-langkah Kerja
1. Membuat proposal Tugas Pengenalan Profesi (TPP).
2. Konsultasi kepada pembimbing TPP.
3. Menyiapkan pertanyaan wawancara yang akan ditanyakan kepada
masyarakat ras Tionghoa
4. Menyiapkan surat permohonan izin kepada pihak yang akan dijadikan
tempat observasi.
5. Membuat janji dengan pihak yang akan dijadikan tempat observasi.
6. Melakukan pengamatan dan pengukuran (Antropometri) kepada
masyarakat Ras Tionghoa.
7. Melakukan wawancara dengan masyarakat Ras Tionghoa .
8. Mencatat hasil observasi.

13
9. Membuat pembahasan.
10. Membuat kesimpulan.
11. Membuat laporan hasil TPP.

14
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Kegiatan

KOMPONEN PENGAMATAN
NAMA
BB TB LK LL LPe LPi M K H R D W

R1
56 170 56 25.5 74 84 Hi SM M G L O
Tn. HE

R2
80 174 60 30 90 104 Hi KL P L L B
Tn. D

R3
48 144 54 26 82 92 Hi KL P L S B
Nn. W

R4
48 162 54.5 24 70 91 Hi KL P L S O
Nn. C

R5
60 154 55 25 88 102 Hi KL P G S P
Ny. M

R6
62 174 55.5 28 72.5 96 Hi KL M L L S
Tn. C

R7
79 167 57 31 89 92 Hi KL M L L P
Tn. HA

15
Keterangan :

 R : Responden  P : Persegi
 Berat Badan (BB) : cm  S : Segitiga
 Tinggi Bdan (TB) : cm  H : Hati
 Lingkar Kepala (LK) : cm  B : Bulat
 Lingkar Lengan (LL) : cm
 Lingkar Perut (LPe) : cm
 Lingkar Pinggul (LPi) : cm
 M : Mata (Warna Mata)
 Ht : Hitam
 C : Coklat
 B : Biru
 Hj : Hijau
 A : Abu-abu
 K : Kulit (Warna Kulit)
 KL : Kuning Langsat
 SM : Sawo Matang
 CH : Coklat Hitam
 H : Hidung
 M : Mancung
 P : Pesek
 R : Rambut (Bentuk Rambut)
 L : Lurus
 G : Bergelombang
 K : Keriting
 D : Dahi (Bentuk Dahi)
 L : Lebar
 S : Sempit
 W : Wajah (Bentuk Wajah)
 O : Oval

16
Responden 1

Nama : Tn. HE
Umur : 42 th
Dari hasil observasi TPP yang telah kami lakukan pada Tn HE menunjukan
bentuk tubuhnya astenicus karena bentuk tubuh Tn. HE ini tinggi, kurus, dan
berdada rata atau cekung.

Responden 2

Nama : Tn. D

Usia : 23 th

Dari hasil observasi TPP yang telah kami lakukan pada Tn. D menunjukan
bentuk tubuh astenicus karena bentuk tubuh Tn. D ini tinggi dan langsing.

Responden 3

Nama : Nn. W

Usia : 10 th

Dari hasil observasi TPP yang telah kami lakukan pada Nn.C
menunjukan bentuk tubuh picnicus karena bentuk tubuh yang bulat dengan
banyak timbunan lemak (perut yang buncit, bidang dada yang lebar, postur tubuh
yang tidak seimbang atau tidak proporsional).

Responden 4

Nama : Nn. C

Usia : 21 th

Dari hasil observasi TPP yang telah kami lakukan pada Tn V menunjukan
bentuk tubuhnya astenicus karena bentuk tubuh Nn. C ini kurus dan dada
cekung.

17
Responden 5

Nama : Ny. M

Usia : 50 th

Dari hasil observasi TPP yang telah kami lakukan pada Ny. M menunjukan
bentuk tubuhnya picnicus karena bentuk tubuh Ny. M ini bulat dengan banyak
timbunan lemak (perut yang buncit dan postur tubuh yang tidak seimbang atau
tidak proporsional).

Responden 6

Nama : Tn. C

Usia : 24 th

Dari hasil observasi TPP yang telah kami lakukan pada Tn. C menunjukan
bentuk tubuhnya astenicus karena bentuk tubuh Tn.C ini tinggi, kurus, dan dada
rata.

Responden 7

Nama : Tn. H

Usia : 50 th

Dari hasil observasi TPP yang telah kami lakukan pada Tn. H menunjukan
bentuk tubuhnya picnicus karena bentuk tubuh Tn. H bulat dengan banyak
timbunan lemak (perut yang buncit dan postur tubuh yang tidak seimbang atau
tidak proporsional).

4.2 Pembahasan
Berdasarkan Tugas Pengenalan Profesi (TPP) yang telah kami lakukan, pada
hari selasa tanggal 3 Desember 2019 pukul 12.00 -- selesai. Dari hasil pengukuran
antropometri yang telah kami lakukan didapatkan bahwa pada responden 1, 2, 4,
dan 6 memiliki berat badan yang tinggi, kurus, dan berdada rata atau cekung..

18
Sehingga dapat disimpulkan bahwa responden-responden tersebut termasuk pada
Ras Tionghoa yang menujukan tipe bentuk tubuh astenicus yaitu bentuk tubuh
yang tinggi, kurus, dada rata atau cekung, angulus costae, dan otot-otot tak
bertumbuh baik (Purwandhono, 2016). Ukuran menegak lebih dari keadaan biasa
sehingga tubuh kelihatan jangkung, maka sifat-sifat khas tipe ini adalah badan
langsing kurus, rongga dada kecil-sempit, rusuknya mudah dihitung, perut kecil,
bahu sempit, lengan dan kaki kurus, tengkorak agak kecil, tulang-tulang di bagian
muka kelihatan jelas, muka bulat telur, dan berat relatif kurang (Suryabrata,
2007).
Menurut Suryadinata (2002 : 2), secara rasial, orang Tionghoa dan mayoritas
Pribumi Indonesia “Deutero Melayu” adalah sama-sama Mongoloid dengan
ciri-ciri umum yaitu mata sipit dan berkulit putih ataupun kuning langsat.
Dari hasil pengukuran Antropometri yang telah kami lakukan di dapatkan
bahwa responden 3, 5, dan 7 memiliki berat badan dan tinggi badan yang tidak
seimbang (tidak proporsional). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
responden-responden tersebut menunjukan tipe bentuk tubuh picnicus yaitu
bentuk tubuh yang tidak proporsional (cenderung bulat, perut yang buncit, bidang
dada yang lebar, postur tubuh yang tidak seimbang atau tidak proporsional).
Menurut Indrianti (2010), picnicus merupakan bentuk tubuh yang cenderung bulat,
dan penuh dengan penimbunan jaringan lemak subkutan.
Dari tujuh respoden yang telah kami temukan dapat terlihat bahwa ketujuh
respoden tersebut tidak ada yang mempunyai tipe bentuk tubuh atleticus. Menurut
Purwandhono (2016), Atleticus adalah bentuk tubuh olahragawan, kepala dan
dagu yang terangkat ke atas, dada penuh, perut rata, dan lengkung tulang belakang
dalam batas normal. Atleticus memiliki bentuk tubuh yang seimbang seperti atlit,
tegap, dan otot-otot berkembang baik.
Menurut Supariasa (2001), tinggi badan merupakan antropometri yang
menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi
badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur. Pada responden Ras
Tionghoa yang telah dilakukan pengukuran antropometri menunjukan bahwa
tinggi badan rata-rata Ras Tionghoa diatas 160 cm pada orang dewasa.

19
Menurut Supariasa (2001), berat badan seseorang sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain : umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, dan keturunan.
Pada Ras Tionghoa tinggi badan rata-rata diatas 60 kg pada orang dewasa dan
hal ini menunjukan berat badan Ras Tionghoa dipengaruhi oleh keturunan dan
umur.
Menurut Supariasa (2001), lingkar kepala (LK) menggambarkan
pertumbuhan otak dari estimasi volume dalam kepala. Pada Ras Tionghoa ini
menunjukkan rata-rata diatas 50 cm pada orang dewasa.
Menurut Zeman dan Ney (1988), pengukuran lingkar lengan (LL)
dilakukan antara pangkal lengan atas dan ujung siku dalam ukuran centimeter
(cm). Pengukuran lingkar lengan bertujuan untuk mendapatkan gambaran status
gizi seseorang. Pada Ras Tionghoa ini menunjukkan rata-rata lingkar lengan
diatas 25 cm pada orang dewasa.
Menurut Zeman dan Ney (1988), pengukuran lingkar perut (LPe)
dilakukan di antara tulang rusuk terakhir dan sias dalam ukuran centimeter (cm).
Pengukuran lingkar perut bertujuan untuk mndapatkan gambaran status gizi
seseorang. Pada Ras Tionghoa ini menunjukkan rata-rata lingkar perut diatas 80
cm pada orang dewasa.
Menurut Zeman dan Ney (1988), pengukuran lingkar pinggang (LPi)
dilakukan pada puncak clunis dalam ukuran centimeter (cm). Pada Ras Tionghoa
ini menunjukkan rata-rata lingkar pinggang diatas 90 cm pada orang dewasa.
Hambatan dalam menjalankan TPP pada kelompok 7 yaitu :
1) Rasa kurang nyaman dari beberapa responden untuk diwawancarai .
2) Rasa kurang nyaman dari responden untuk dilakukan pengkuran lingkar
kepala.

20
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1) Dari hasil pengukuran antropometri, ras tionghoa rata-rata memiliki berat


badan diatas 60 kg, tinggi badan diatas 160 cm, lingkar kepala 56 cm,
lingkar lengan 27,07 cm, lingkar perut 80,7 cm, dan lingkar pinggul 94,42
cm. Berdasarkan data tersebut, ras tionghoa cenderung memiliki bentuk
tubuh astenicus.
2) Dari hasil pengamatan pada ras tionghoa, warna mata yang dimiliki yaitu
hitam, kulit berwarna kuning langsat, hidung berbentuk pesek, dan bentuk
rambut lurus.

5.2 Saran

Diharapkan pada kegiatan TPP (Tugas Pengenalan Profesi) selanjutnya


mahasiswa dapat mengobservasi responden lebih banyak dan dapat
menjelaskan tujuan dari kegiatan ini pada responden dengan penjelasan
yang lebih mudah dimengerti.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansah, D.2011.Membedakan Arti Etnisitas Ras dan Bangsa.

Baderi F. 2016. Menempatkan SARA Secara Bijak. Retrieved from


http://www.neraca.co.id/article/75808/menempatkan-sara-secara-bijak, on
3rd November 2017.

Barth, Federick (Ed) .1988. Kelompok Etnis dan Batasannya. Terjemahan


NiningL. Susilo.Jakarta:UI Press.

Devi S. 2014. Etnis Tionghoa dalam Sejarah Pendidikan Masyarakat Kota


Surabaya. Surabaya: Revka Petra Media.

Indriati, E. 2010. Antropometri Untuk Kedokteran, Keperawatan, Gizi,


danOlahraga. Yogyakarta: Citra Aji Parama.

Jelliffe D.B., 1966. Assessment of the Nutritional Status of the Community.


Geneva: WHO.

Kadir, A. M. 1994. Hukum Harta Kekayaan. Bandung : Citra Aditya Bakti.

Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi I. Jakarta : Rineka Cipta.

Liliweri, A. 2009. Prasangka dan Konflik ; Komunikasi Lintas Budaya


Masyarakat Multikultur. Yogyakarta : LKiS. Hlm 19. Hlm 21.

Manungkalit, dkk. 2015. Hubungan Lingkar Pinggang Dengan Faktor Risiko


Diabetes Mellitus (Tekanan Darah, Kadar Gula Darah, dan Indeks Massa
Tubuh) pada Usia Dewasa Awal di Wilayah Kecamatan Gerih Kabupaten
Ngawi. Surabaya : Jurnal Ners LENTERA. Vol. 3 No. 1 : 23.

22
Onghokham, 2008. Anti Cina, Kapitalisme Cina dan Gerakan Cina, Sejarah Etnis
Cina di Indonesia. Komunitas Bambu, Jakarta.

Purwandhono, A. 2016. Modul Keterampilan Klinik Dasar Blok 6 Pemeriksaan


Fisik Dasar BLS (3). Jember : Fakultas Kedokteran Universitas Jember.

Reksodikusumo, dkk. 1989. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri. Depkes


RI, Jakarta : Akademi Gizi.

Sloane, E. 2003. Anatomi Mahluk Hidup. Jakarta : Balai Pustaka.

Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula, alih bahasa : James
Veldman. Jakarta : EGC.

Supariasa,dkk.2001.Penilaian Status Gizi.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.

Suryabrata, S. 2007.Psikologi Kepribadian. Jakarta : PT. Raja Gravindo

Suryadinata, Leo, 2002. Negara dan Etnis Tionghoa (Kasus Indonesia). Jakarta
:Pustaka LP3ES.

Suyitno, D. 2015. Efek Massage Bagian Kepala, Leher, dan Bahu Terhadap
Perubahan Koordinasi Mata pada Atlet PPLP Tenis Meja Jawa Tengah.
Semarang : Universitas Negeri Semarang.

23
CHECKLIST PENGAMATAN

Nama :
Umur :
Komponen Hasil
NO Ukuran
Pengamatan Observasi
1 Berat Badan
2 Tinggi Badan
3 Lingkar Kepala
4 Lingkar Lengan
5 Lingkar Perut
6 Lingkar Pinggul
Hitam
Coklat
7 Warna Mata Biru
Hijau
Abu-abu
Kuning langsat
8 Warna Kulit Sawo matang
Coklat hitam
Mancung
9 Hidung
Pesek
Lurus
10 Bentuk Rambut Bergelombang
Keriting
Lebar
11 Bentuk Dahi
Sempit
Oval
12 Bentuk Wajah Persegi
Segitiga

24
Hati
Bulat

Keterangan :
*Tinggi Badan = cm
*Lingkar Kepala = cm
*Hasil observasi diberi tanda (√) pada kolom hasil obesrvasi

25

Anda mungkin juga menyukai