KELOMPOK 4
Dosen Pembimbing : dr. Indra Syakti Nasution, Sp.F
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan proposal TPP yang berjudul “Telaah Komponen Visum
Mati Melalui Rekam Madik“. Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada
junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan
pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Kami menyadari bahwa proposal ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa
mendatang. Dalam penyelesaian proposal ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan.
2. Kedua orangtua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual.
3. dr. Indra Sakti Nasution Sp.F
4. Teman-teman sejawat.
5. Semua pihak yang membantu kami.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan
tutorial ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita
selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.
Palembang, Oktober 2019
Penulis
i
BAB 1
PENDAHULUAN
1
menunjang penyelesaian perkara pidana. Kesulitan dalam membuktikan perkara
mengakibatkan permasalahan tidak dapat diselesaikan sendiri (Kansil, 2002).
Kebutuhanakan keterlibatan ahli di bidang ilmu di luar ilmu hukum seperti ilmu
kedokteran, menunjang akurasi hasil pemeriksaan, sehingga pengetahuan keilmuan
tersebut digunakan sebagai pertimbangan hukum (Soeparmono, 2002).
Terkait hal tersebut, penulis tertarik mengadakan telaah visum mati melalui rekam
medis di Rumah Sakit Bhayangkara Palembang.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Visum
1
2.1.2 Landasan Hukum Mengenai Visum
Dalam undang-undang ada satu ketentuan hukum yang menuliskan langsung
tentang visum et repertum, yaitu pada Staatsblad ( Lembaran Negara ) tahun 1937 No.
350 yang menyatakan :
Pasal 1
Visa reperta seorang dokter, yang dibuat baik atas sumpah jabatan yang diucapkan
pada waktu menyelesaikan pelajaran di Negeri Belanda ataupun di Indonesia,
merupakan alat bukti yang syah dalam perkara-perkara pidana, selama visa reperta
tersebut berisikan keterangan mengenai hal-hal yang dilihat dan ditemui oleh dokter
pada benda yang diperiksa.
Pasal 2
Ayat 1
Pada dokter yang tidak pernah mengucapkan sumpah jabatan baik di Negeri Belanda
maupun di Indonesia, sebagai tersebut dalam Pasal 1 diatas, dapat mengucapkan
sumpah sebagai berikut :
“Saya bersumpah ( berjanji ), bahwa saya sebagai dokter akan membuat
pernyatan-pernyataan atau keterangan-keterangan tertulis yang diperlukan untuk
kepentingan peradilan dengan sebenar-benarnya menurut pengetahuan saya yang
sebaik-baiknya. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang melimpahkan
kekuatan lahir dan batin”.
Bila diperinci isi Staatsblad ini mengandung makna :
1) Setiap dokter yang telah disumpah waktu menyelesaikan pendidikannya di
Belanda ataupun di Indonesia, ataupun dokter-dokter lain berdasarkan sumpah
khusus ayat (2)
2) Dapat membuat Visum et Repertum.
3) Visum e tRepertum mempunyai daya bukti yang syah/ alat bukti yang syah
dalam perkara pidana.
4) Visum et Repertum berisi laporan tertulis tentang apa yang dilihat, ditemukan
pada benda-benda/ korban yang diperiksa.
2
2.1.3 Orientasi Dalam Pembuatan Visum et Repertum
a. Barang bukti yang diperiksa adalah mayat yang diduga atau diketahui
merupakan akibat dari suatu tindak pidana.
b. Yang diperiksa adalah korban hidup pada kasus perlukaan
(penganiayaan), selain identitas korban perlu diberikan kejelasan perihal
jenis luka dan jenis kekerasan serta kualifikasi luka.
c. Di dalam kasus kejahatan seks, bilamana persetubuhan dapat dibuktikan.
d. Di dalam kasus psikiatrik, maka Visum et Repertum yang dibuat haruslah
dapat memberikan kejelasan.
3
2.1.5 Jenis-Jenis Visum
Sebagai suatu hasil pemeriksaan dokter terhadap barang bukti yang
diperuntukkan untuk kepentingan peradilan VeR digolongkan menurut obyek yang
diperiksa sebagai berikut:
1. Visum et Repertum untuk orang hidup
Jenis ini dibedakan lagi dalam:
a. Visum et Repertum biasa.
Visum ini diberikan kepada pihak peminta (penyidik) untuk korban yang
tidak memerlukan perawatan lebih lanjut.
b. Visum et Repertum sementara.
Visum ini sementara diberikan apabila korban memerlukan perawatan
lebih lanjut karena belum dapat membuat diagnosis dan derajat lukanya.
Apabila sembuh dibuat VeR lanjutan.
c. Visum et Repertum lanjutan.
Dalam hal ini korban tidak memerlukan perawatan lebih lanjut karena
sudah sembuh, pindah dirawat dokter lain, atau meninggal dunia.
2. Visum et Repertum untuk orang mati (jenazah)
Pada pembuatan VeR ini, dalam hal korban mati maka penyidik mengajukan
permintaan tertulis kepada pihak Kedokteran Forensik untuk dilakukan bedah mayat
(autopsi).
4
6. Visum et Repertum barang bukti
Misalnya visum terhadap barang bukti yang ditemukan yang ada hubungannya
dengan tindak pidana, contohnya darah, bercak mani, selongsong peluru, pisau.
(Utama, 2014).
Dibagi menjadi 2, yaitu luka disengaja (luka terkena radiasi atau bedah) dan luka
tidak disengaja (luka terkena trauma). Luka tidak disengaja dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Luka tertutup : luka dimana jaringan yang ada pada permukaan tidak rusak
(kesleo, terkilir, patah tulang, dsb).
b. Luka terbuka : luka dimana kulit atau selaput jaringan rusak, kerusakan
terjadi karena kesengajaan (operasi) maupun ketidaksengajaan
(kecelakaan).
(Taylor, 1997).
Di bagi menjadi :
a. Luka mekanik (cara luka didapat dan luas kulit yang terkena).
b. Luka insisi (Incised wound), terjadi karena teriris oleh instrumen yang
tajam. Luka dibuat secara sengaja, misal yang terjadi akibat pembedahan.
c. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura setelah seluruh
pembuluh darah yang luka diikat (ligasi).
d. Luka memar (Contusion Wound), adalah luka yang tidak disengaja terjadi
akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh: cedera
pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak, namun kulit tetap utuh. Pada
luka tertutup, kulit terlihat memar.
e. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda
lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
5
f. Luka tusuk (Punctured Wound), luka ini dibuat oleh benda yang tajam
yang memasuki kulit dan jaringan di bawahnya. Luka punktur yang
disengaja dibuat oleh jarum pada saat injeksi. Luka tusuk/ punktur yang
tidak disengaja terjadi pada kasus: paku yang menusuk alas kaki bila paku
tersebut terinjak, luka akibat peluru atau pisau yang masuk ke dalam kulit
dengan diameter yang kecil.
g. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi bila kulit tersobek secara kasar. Ini
terjadi secara tidak disengaja, biasanya disebabkan oleh kecelakaan akibat
benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat. Pada kasus kebidanan:
robeknya perineum karena kelahiran bayi.
h. Luka tembus/luka tembak (Penetrating Wound), yaitu luka yang
menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk
diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar,
bagian tepi luka kehitaman.
i. Luka bakar (Combustio), yaitu luka yang terjadi karena jaringan tubuh
terbakar.
j. Luka gigitan (Morcum Wound), yaitu luka gigitan yang tidak jelas
bentuknya pada bagian luka.
k. Luka non mekanik, yaitu luka akibat zat kimia, termik, radiasi atau
serangan listrik.
(Taylor, 1997).
a. Clean Wounds (luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana
tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem
pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih
biasanya menghasilkan luka yang tertutup, jika diperlukan dimasukkan
drainase tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%.
b. Clean-contamined Wounds (luka bersih terkontaminasi), merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau
perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi,
kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% – 11%.
6
c. Contamined Wounds (luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh,
luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik
aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna. Pada kategori ini juga
termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka
10% – 17%.
d. Dirty or Infected Wounds (luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya
mikroorganisme pada luka.
(Taylor, 1997).
(Taylor, 1997).
a. Luka akut yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep
penyembuhan yang telah disepakati.
7
(Taylor, 1997).
8
c. Keputusan menteri kesehatan No. 034 / Birhub / 1972 tentang Perencanaan dan
Pemeliharaan Rumah Sakit di mana rumah sakit diwajibkan: 1).Mempunyai
dan merawat statistik yang up to date.
d. Membina rekam medis yang berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan.
e. Peraturan menteri kesehatan No. 749a / Menkes / Per / xii / 89 tentang Rekam
Medis
1. Sebagai alat komunikasi antara tenaga kesehatan ahli lainya yang ikut ambil
bagian dalam upaya memberikan pelayanan, pengobatan dan perawatan
kepada pasien.
2. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/ perawatan yang harus di
berikan kepada seorang pasien.
3. Sebagai bukti tertulis tentang perkembangan penyakit dan pengobatan selama
seseorang pasien berkunjung/dirawatdirumahsakit
4. Sebagaibahan yang berguna untuk analisis, penelitian, dan evaluasi terhadap
kualitas pelayanan yang didirikan kepada pasien (data statistik kesehatan)
5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit, maupun tenaga
kesehatan, karena rekam medis isinya menyangkut masalah adanya jaminan
kepastian hukum atas dasar keadilan dalam rangka usaha penegakan hukum
serta penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakan keadilan.
6. Menyediakan data-data khusus yang berguna untuk kepentingan penelitian dan
pendidikan.
7. Sebagai dasar dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan media pasien,
serta dapat dipakai sebagai sumber perencanaan keuangan rumah sakit di masa
yang akan datang.
8. Menjadi sumber ingatan yang harus di dokumentasikan, serta sebagai bahan
pertanggung jawaban dan laporan.
9
BAB III
METODE PENELITIAN
10
DAFTAR PUSTAKA
Kansil. CST. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta:Balai
Pustaka.
Mun’in, Idries Abdul dan Agung Legowo Tjiptomartono. 2002. Penerapan Ilmu
Kedokteran Kehakiman Dalam Proses Penyidikan. Jakarta:Karya Unipres.
Soeparmono. R. 2002. Keterangan Ahli dan Visum et Repertum dalam Aspek Hukum
Acara Pidana. Bandung: CV. Mandar Maju.
Sujadi. 2012. Visum Et Repertum Pada Tahap Penyidikan Dalam mengungkap Tindak
Pidana Pemerkosaan.
Taylor, C. et al i. 1997. Fundemental of Nursing The Art and science of Nursing care.
4thedition. Philadelpia. JB Lippincoff hal 69 9-705..
11