Anda di halaman 1dari 23

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Makassar, 22 Oktober 2018

LAPORAN HASIL DISKUSI

PROBLEM BASED LEARNING MODUL BIOETIKA

“ DILEMA ETIK ”

Tutor : dr. Sri Julyani,M.Kes,Sp.PK

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 7A

Anjani Berliana Alitu (11020180009)


Naufal Ilmi Diennillah (11020180038)
Muhammad Alief Harun (11020180043)
Amirah Mardhiyah (11020180053)
Muh. Syahidul Haq Nurdin (11020180061)
Safira Nurfabirra Dwiyanti (11020180062)
Musdalifah (11020180070)
Nurul Indah Pratiwi (11020180079)
M. Arfandi HM (11020180080)
Tasya Fitri Ramadanti (11020180089)
Aqilla Fitrani Darul (11020180117)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR 2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Segala puji kami


panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberi rahmat dan hidayahnya sehingga
kami dapat menyusun Laporan Diskusi Problem Based Learning dengan Skenario
1 yang membahas mengenai Dokter Urap ini. Shalawat serta salam semoga Allah
SWT sampaikan kepada jujungan kita semua yaitu kepada Baginda Rasulullah
SAW yang menjadi tauladan kita semua, juga sebagai motivator kita dalam
menuntut ilmu hingga sampai saat ini.

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, akhirnya laporan ini dapat


diselesaikan. Laporan ini merupakan kelengkapan bagi mahasiswa agar dapat
memahami konsep masalah yang telah diberikan. Laporan ini juga diharapkan dapat
digunakan oleh mahasiswa dalam menyelesaikan masalah.

Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan penghargaan dan


ucapan terima kasih kepada dr. Sri Julyani,M.Kes,Sp.PK, yang telah membimbing
kami dan telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi tutor kami.

Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa masih jauh dari
kesempurnaan dan banyak kekurangannya baik dari segi teknik penulisan maupun
isi materinya. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati, kami mengharapkan
bimbingan dan arahannya yang bersifat membangun demi perbaikan laporan ini.

Akhir kata, dengan segala keterbatasan yang ada, mudah-mudahan laporan


ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

Makassar, 22 Oktober 2018

Kelompok 7A
PENDAHULUAN

A. Tujuan dan Sasaran Pembelajaran


Tujuan instruksional umum
Setelah selesai mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu
menganalisis berbagai kasus dilema etik dalam situasi yang “conflicting”,
sesuai dengan tuntutan masyarakat dalam negara berkembang dan
bertanggung jawab sebagai seorang dokter yang profesional.

Tujuan instruksional khusus.


Setelah selesai mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu :
 Menganalisis kasus dilema etik berdasarkan prinsip / Kaidah Dasar
Bioetika dalam keputusan etik kedokteran.
 Menganalisis kasus dilema etik berdasarkan prinsip Etika Klinik menurut
Jonsen AR, Siegler dalam keputusan etik kedokteran.
 Menganalisis kasus dilema etik berdasarkan prinsip etika dasar Islam
dalam keputusan etik kedokteran
 Memahami dan menerapkan Prinsip / Kaidah Dasar Bioetika, Etika
Klinik menurut Jonsen AR, Siegler, dan prinsip Etika Dasar Islam
terhadap dilema etik dan dalam mengambil keputusan etik kedokteran.
SKENARIO

I. Dokter Urap

Ketika sudah sampai gilirannya, Pak Becak pun memasuki ruang praktik
dokter urap. “Selamat sore, Dok !” sapanya. “Sore juga Pak Becak. Silakan duduk
!” Dokter urap mempersilakan sambil membaca dengan saksama kartu berobat Pak
Becak. “Apa sudah ada hasil rontgen dan laboratoriumnya Pak ?” tanya dokter urap
setelah membaca catatan dalam kartu berobat bahwa dua hari lalu ia meminta Pak
Becak untuk dua pemeriksaan tersebut.

“Sudah, Dok.” Jawab Pak Becak sambil menyerahkan hasil rontgen dan
laboratoriumnya. Dokter urap memperhatikan dan membaca dengan saksama kedua
hasil pemeriksaan tersebut. “Dari hasil pemeriksaan dan diagnosa tentang gejala
klinis, ditambah hasil rontgen dan laboratorium Bapak yang saya temukan, maka
saya bisa menyimpulkan bahwa Bapak menderita TBC paru aktif,” simpul dokter
urap.

“Untuk itu, Bapak harus menjalani terapi selama minimal 6 bulan dan obatnya
tidak boleh terputus,” lanjut dokter urap. “Saya akan memberikan obat untuk satu
bulan dan Bapak harus rajin kontrol,” Pak Becak terdiam. “Bagaimana, Pak ?”
tanya dokter urap. “Tapi Dok, saya tidak punya uang untuk mematuhi anjuran
dokter,” jawab Pak Becak. “Untuk makan sehari-hari saja, susah Dok.” Lanjutnya.
“Ooo begitu...Baiklah, saya akan rujuk ke Puskesmas dekat tempat tinggal Bapak.
Karena obat untuk penyakit Bapak bisa diperoleh di sana secara gratis.”

“Sementara ini, saya kasih obat untuk satu minggu ya, Pak ! Yang saya kasih
ini obat generik, biar Bapak bisa menebusnya. Tapi ingat, sesegera mungkin Bapak
harus melapor ke Puskesmas sambil membawa surat rujukan saya,” jelas dokter
urap sambil mengambil kertas dan pulpen.

“O ya, Bapak punya anak kecil di rumah ?” tanya dokter sambil terus menulis.
“Ada Dok, satu orang. Usianya 2 tahun. Kenapa, Dok ?” Pak Becak menanggapi.
“Penyakit Bapak dalam tahap penularan. Olehnya itu, saya anjurkan Bapak nanti
ke Puskesmas. Jangan lupa, anaknya juga dibawa serta untuk diperiksa,” jelas si
dokter. “Baiklah, Dok.” Pak Becak menyanggupi. “Ini Pak, surat rujukannya.
Jangan lupa, anaknya diperiksa juga !” Dokter urap mengingatkan sambil
menyerahkan surat rujukan dalam amplop yang sudah tertutup rapat. “Terima kasih,
Dok” jawab Pak Becak, seraya menerima amplop rujukan dan kertas resep. “Sudah
Pak, simpan aja duitnya untuk menebus obat,” kata dokter ketika melihat Pak Becak
sibuk menghitung recehan dari kantongnya.

Saat pasien berikutnya sedang diperiksa dokter urap, tiba-tiba suster masuk
ke ruang praktik sambil berkata, “Dok, Pak Becak pingsan di depan klinik setelah
beliau batuk darah hebat beberapa kali.” “Maaf ya Bu, saya tinggal sebentar,” kata
dokter kepada seorang ibu yang sedang diperiksanya sambil bergegas keluar
dengan membawa peralatan emergensi. Setelah memeriksa Pak Becak yang telah
diusung ke ruang tunggu, dokter urap bergegas menyuruh satpam memanggil sopir
taksi untuk membawa Pak Becak ke rumah sakit.

1. KATA SULIT
1. Rontgen
Rontgen adalah tindakan menggunakan radiasi untuk mengambil
gambar bagian dalam dari tubuh seseorang. Utamanya, rontgen
digunakan untuk mendiagnosa masalah kesehatan dan yang lainnya
untuk pemantauan kondisi kesehatan yang ada. Terdapat berbagai
jenis rontgen, masing-masing dengan kegunaan yang spesifik.

2. Diagnosis
Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness,
disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan
studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symptons);

3. Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah infeksi bakteri menular yang biasanya
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
3. Obat Generik
Obat generik adalah obat yang menggunakan nama International Non-
proprietary Name (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau
buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya (Menkes RI,
2010).

4. Terapi
Terapi adalah usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang
sedang sakit, pengobatan penyakit dan perawatan penyakit. Dalam
bidang medis, kata terapi sinonim dengan kata pengobatan.

2. KATA KUNCI
1. Menyapa dan Mempersilahkan duduk.
2. Membaca hasil rontgen dan laboratorium.
3. Tidak mempunyai uang
4. Memberikan obat Generik
5. Rujukan ke Puskesmas untuk mendapat obat gratis
6. Menyimpan uang untuk menebus obat
7. Menyarankan agar anaknya ikut diperiksa
8. Penyakit dalam tahap penularan
9. Pamit kepada pasien lain untuk menolong pak becak
10. Menolong pak becak yang pingsan

3. PERTANYAAN
a. Rumuskan beberapa dilema etik pada kasus diatas
b. Dari dilema etik yang ada, cobalah anda analisis berdasarkan Kaidah
Dasar Bioetik, Prima Facia, dan Etika Klinik Jonsen Siegler. (gunakan
tabel kriteria KDB & pertanyaan etik klinik Jonsen S)
c. Bagaimana jika kasus tersebut diatas, kita melihatnya dalam
perspektif Islam (Etika Islam)
4. JAWABAN
a. Rumuskan beberapa dilema etik pada kasus diatas.
- Melayani pasien dengan baik tanpa memandang siapa pasiennya.
- Dokter memberikan pasien solusi.
- Mengutamakan Alturisme.
- Menghormati autonomy pasien.
- Peduli dengan kesehatan keluarga pasien.
- Mendahulukan pasien emergency.

b. Dari dilema etik yang ada, cobalah anda analisis berdasarkan


Kaidah Dasar Bioetik, Prima Facia, dan Etika Klinik Jonsen
Siegler. (gunakan tabel kriteria KDB & pertanyaan etik klinik
Jonsen S) £󠆼

KAIDAH DASAR BIOETIK I ( ALTRUISME DALAM BERPRAKTEK )

BENEFICENCE

Tidak
Ada
Kriteria ada

1) Mengutamakan altruisme yaitu menolong tanpa pamrih, rela


berkorban untuk kepentingan orang lain. 
2) Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia. 
3) Memandang pasien / keluarga/ sesuatu tak hanya sejauh

Menguntungkan dokter. 
4) Mengusahakan agar kebaikan /manfaatnya lebih banyak

dibandingkan dengan keburukannya. 


5) Paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang 
6) Manjamin kehidupan- baik- minimal manusia 
7) Pembatasan goal-based. 
8) Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien. 
9) Minimalisasi akibat buruk. 
10) Kewajiban menolong pasien gawat – darurat. 
11) Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan. 
12) Tidak menarik honorarium diluar kepantasan. 
13) Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan. 
14) Mengembangkan profesi secara terus-menerus. 
15) Memberikan obat berkhasiat namun murah. 
16) Menerapkan Golden Rule Principle. 

KAIDAH DASAR BIOETIK 2 ( DO NO HARM DALAM SITUASI


EMERGENSI DAN PRAKTEK KLINIK )

NONMALEFICENCE

Tidak
Kriteria Ada
ada

1) Menolong pasien emergensi. 


2) Kondisi untuk menggambarkan criteria ini adalah : pasien
dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya
sesuatu yang penting (gawat), dokter sanggup mencegah
bahaya atau kehilangan tersebut, tindakan kedokteran

teresebut terbukti efektif, manfaat bagi pasien > kerugian
dokter atau hanya mengalami risiko minimal.

3) Mengobati pasien yang luka. 


4) Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia). 
5) Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien. 
6) Tidak memandang pasien hanya sebagai objek. 
7) Mengobati secara tidak proporsional. 
8) Tidak mencegah pasien dari bahaya. 
9) Menghindari misrepresentasi dari pasien. 
10) Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian. 
11) Tidak memberikan semangat hidup. 
12) Tidak melindungi pasien dari serangan. 
13)Tidak melakukan white collar crime dalam bidang
kesehatan/kerumah sakitan yang merugikan pihak pasien
dan Keluarganya. 

KAIDAH DASAR BIOETIK 3 ( OTONOMI PASIEN DALAM


BERBAGAI SITUASI )

AUTONOMI

Tidak
Kriteria Ada
ada

1) Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai


martabat pasien. 
2) Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan
(pada kondisi elektif). 
3) Berterus terang. 
4) Menghargai privasi. 
5) Menjaga rahasia pesien. 
6) Menghargai rasionalitas pasien. 
7) Melaksanakan Informed consent.  tapi
tidak
lengkap

8) Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil


keputusan sendiri. 
9) Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien. 
10) Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam
membuat keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri. 
11) Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada
kasus non emergensi 
12) Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan
pasien 
13) Menjaga hubungan (kontrak). 

KAIDAH DASAR BIOETIK 4 ( PRINSIP KEADILAN DALAM


KONTEKS HUBUNGAN DOKTER – PASIEN )

JUSTICE

Tidak
Kriteria Ada
ada

1) Memberlakukan segala sesuatu secara universal. 


2) Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia
lakukan. 
3) Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam
posisi yang sama. 
4) Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality,
accessibility, availability, and quality). 
5) Menghargai hak hukum pasien. 
6) Manghargai hak orang lain. 
7) Menjaga kelompok yang rentan (yang paling dirugikan). 
8) Tidak melakukan penyalahgunaan. 
9) Bijak dalam makro alokasi. 
10) Memberikan kontribusi yang relative sama dengan
kebutuhan pasien. 
11) Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya. 
12) Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian
(biaya, beban, dan sanksi) secara adil. 
13) Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang
tepat dan kompeten. 
14) Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alas
an sah/tepat. 
15) Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan

penyakit/gangguan kesehatan. 
16) Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA,
status sosial, dan lain-lain. 
DINAMIKA KEPUTUSAN KLINIS YANG ETIS ( KONSEP PRIMA
FACIE )

BENEFICENCE AUTONOMY

 Dokter memberi jalan lain yaitu  Dokter menghargai keputusan pasien


rujuk ke puskesmas (perawatan  Diberikan opsi rujuk ke puskesmas
alternative)  Dokter memberikan informasi
 Dokter mengutamakan pasien tentang penyakit yang diderita pasien
emergency
 Dokter menganjurkan anak bapak
becak untuk diperiksa
 Dokter tidak memandang pasien
dari status sosial

NON MALEFICENCE JUSTICE

 Dokter meninggalkan pasiennya  Tidak memandang status sosial


demi bapak becak yang pingsan  Megutamakan pasien emergency
Pemberian obat selama 6 bulan  Tidak mengintervensi keputusan
pasien
DAFTAR TILIK PERTANYAAN ETIKA KLINIK JONSEN, SIEGLER
DAN WINSLADE

MEDICAL INDICATION

NO PERTANYAAN ETIK ANALISA

1 Apakah masalah medis pasien ? Riwayat Pasien telah melakukan


? Diagnosis ? Prognosis ? pemeriksaan rontgen dan
laboratorium. Disimpulkan
pasien terkena penyakit TBC
Paru Aktif dalam tahap
penularan dan harus menjalani
terapi selama 6 bulan dan
obatnya tidak boleh terputus.

2 Apakah masalah tersebut akut ? kronik ? Pada skenario di atas pasien


kritis ? gawat darurat ? masih dapat masih dapat disembuhkan
disembuhkan ? dengan diberikannya rujuk ke
puskesmas untuk
mendapatkan obat gratis yang
dapat dikonsumsi untuk
pengobatannya.

3 Apakah tujuan akhir pengobatannya ? Tujuan akhir pengobatan yaitu


agar pasien sehat kembali dan
tidak menularkan penyakit.

4 Berapa besar kemungkinan Kemungkinan keberhasilan


keberhasilnanya ? sebesar 50%

5 Adakah rencana lain bila terapi gagal ? Ada, yaitu terapi selama 3
bulan.

6 Sebagai tambahan, bagaimana pasien ini Keuntungannya yaitu bisa


diuntungkan dengan perawatan medis, sembuh dari penyakit TBC
dan bagaimana kerugian dari pengobatan Paru Aktif.
dapat dihindari ?
QUALITY OF LIFE

NO PERTANYAAN ETIK ANALISA

1 Bagaimana prospek, dengan atau tanpa Prospek dengan pengobatan :


pengobatan untuk kembali ke kehidupan pasien masih memiliki
normal ? peluang untuk kembali hidup
sehat dan anaknya tidak
tertular penyakit TBC
tersebut.
Prospek tanpa pengobatan:
Sangat memungkinkan
penyakitnya semakin parah
dan bisa berujung kematian
serta anaknya kemungkinan
akan tertular penyakit TBC
tersebut.

2 Apakah gangguan fisik, mental, dan Pasien akan kembali hidup


social yang pasien alami bila dengan normal dan bisa
pengobatannya berhasil? membangkitkan semangatnya
untuk mencari nafkah buat
keluarganya.

3 Apakah ada prasangka yang mungkin Tidak ada.


menimbulkan kecurigaan terhadap
evaluasi pemberi pelayanan terhadap
kualitas hidup pasien ?

4 Bagaimana kondisi pasien sekarang atau Jika pasien mengikuti anjuran


masa depan, apakah kehidupan pasien dokter maka di masa depan
selanjutnya dapat dinilai seperti yang pasien memiliki peluang
diharapkan? sembuh dan sebaliknya. Jika
pasien tidak mengikuti anjuran
dokter sangat memungkinkan
penyakitnya semakin parah.

5 Apakah ada rencana alasan rasional untuk Ada. Karena penyakit pasien
pengobatan selanjutnya ? masih pada tingkat penularan
dan berbahaya.

6 Apakah ada rencana untuk kenyamanan Tidak ada.


dan perawatan paliatif ?
PATIENT PREFERRENCES

NO PERTANYAAN ETIK ANALISIS

1 Apakah pasien secara mental mampu Pasien mampu secara mental


dan kompeten secara legal ? apakah karena pasien sadar sepenuhnya
ada keadaan yang menimbulkan
ketidakmampuan ?

2 Bila berkompeten, apa yang pasien Pasien mengatakan bahwa tidak


katakan mengenai pilihan mampu untuk mengikuti anjuran
pengobatannya ? dokter yang pertama. Namun
pasien menerima alternatif yang
diberikan oleh dokter

3 Apakah pasien telah diinformasikan Pasien hanya diberitahukan


mengenai keuntungan dan risikonya, keuntungan dari pengobatannya
mengerti atau tidak terhadap tanpa memeritahu resiko dari
informasi yang diberikan dan pengobatannya tetapi pasien tetap
memberikan persetujuan ? memberikan persetujuan untuk
pengobatan alternatif.

4 Bila tidak berkompeten, siapa yang Jika pasien tidak kompeten maka
pantas menggantikannya ? apakah pengambilan keputusan berada di
orang yangberkompoten tersebut pihak keluarga dan dokter ikut
menggunakan standar yang sesuai mengambil keputusan berdasarkan
dalam pengambilan keputusan ? dengan keadaannya.

5 Apakah pasien tersebut telah Tidak ada. Pasien hanya


menunjukkan sesuatu yang lebih mengambil keputusan tanpa
disukainya? menunjukan rasa kesukaannya

6 Apakah pasien tidak berkeinginan / Tidak. Pasien mampu bekerja sama


tidak mampu untuk bekerja sama dengan pengobatan alternatif dan
dengan pengobatan yang diberikan ? pasien menerima rujukan ke
kalau iya, kenapa? puskesmas dekat tempat tinggal
pasien

7 Sebagai tambahan, apakah hak pasien Dokter sangat menghormati


untuk memilih untuk dihormati tanpa keputusan pasien tanpa
memandang etnis dan agama ? memandang etnis, agama dan
lainnya.
CONTEXTUAL FEATURES

NO PERTANYAAN ETIK ANALISIS

1 Apakah ada masalah keluarga yang Ada. Potensi anak pasien yang
mungkin mempengaruhi pengambilan berusia 2 tahun berpotesi terkena
keputusan pengobatan ? penyakit TBC.

2 Apakah ada masalah sumber data Tidak ada.


(klinisi dan perawat) yang mungkin
mempengaruhi pengambilan
keputusan pengobatan ?

3 Apakah ada masalah factor keuangan Pasien tak mampu membayar


dan ekonomi ? pengobatan sehingga dirujuk oleh
dokter ke puskesmas.

4 Apakah ada factor relegius dan budaya Tidak ada.


?

5 Apakah ada batasan kepercayaan ? Tidak ada.

6 Apakah ada masalah alokasi sumber Tidak ada.


daya ?

7 Bagaimana hukum mempengaruhi UU No. 29 Tahun 2004 Tentang


pengambilan keputusan pengobatan ? Praktek Kedokteran. Atau
Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 001 Tahun 2012 Tentang
Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perorangan.

Pasal 12.

(1) Rujukan harus mendapatkan


persetujuan dari pasien dan/atau
keluarganya.
(2) Persetujuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan
setelah pasien dan/atau
keluarganya mendapatkan
penjelasan dari tenaga kesehatan
yang berwenang.

Penjelasan sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) sekurang-kurangnya
meliputi:
a. diagnosis dan terapi dan/atau
tindakan medis yang
diperlukan;
b. alasan dan tujuan dilakukan
rujukan;
c. risiko yang dapat timbul apabila
rujukan tidak dilakukan;
d. transportasi rujukan; dan
e. risiko atau penyulit yang dapat
timbul selama dalam
perjalanan.

8 Apakah penelitian klinik atau Tidak ada.


pembelajaran terlibat ?

9 Apakah ada konflik kepentingan Tidak ada.


didalam bagian pengambilan
keputusan didalam suatu institusi ?
DAFTAR TILIK PRINSIP ETIKA DASAR ISLAM

NO PRINSIP ETIKA ANALISIS

1 Prinsip niat / Intention (qa'idat al qasd) Pada kasus yang terjadi di skenario
dokter tersebut telah berniat untuk
menolong pasien.

‫َّللاِ ب ُْن‬ َّ ُ‫ع ْبد‬َ ‫ي‬ ُّ ‫َحدَّثَنَا ال ُح َم ْي ِد‬


،‫ان‬ ُ َ‫س ْفي‬ ُ ‫ َحدَّثَنَا‬:‫ قَا َل‬،‫الزبَي ِْر‬ ُّ
‫س ِعي ٍد‬ َ ‫ َحدَّثَنَا َي ْح َيى ب ُْن‬:‫قَا َل‬
‫ أَ ْخبَ َرنِي‬:‫ قَا َل‬،‫ي‬ ُّ ‫ار‬ ِ ‫ص‬ َ ‫األ َ ْن‬
،‫ي‬ ُّ ‫يم التَّي ِْم‬َ ‫ُم َح َّمدُ ب ُْن ِإب َْرا ِه‬
‫اص‬ ٍ َّ‫ع ْلقَ َمةَ بْنَ َوق‬ َ ‫س ِم َع‬ َ ُ‫أَنَّه‬
‫ع َم َر‬ ُ ُ‫س ِم ْعت‬ َ :ُ‫ يَقُول‬،‫ي‬ َّ ِ‫اللَّ ْيث‬
ُ‫ع ْنه‬ َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫ي‬َ ‫ض‬ ِ ‫ب َر‬ ِ ‫َطا‬ َّ ‫بْنَ الخ‬
ُ‫س ِم ْعت‬ َ :‫الم ْنبَ ِر قَا َل‬ ِ ‫علَى‬ َ
‫علَ ْي ِه‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫َر‬
‫ «إِنَّ َما األ َ ْع َما ُل‬:ُ‫سلَّ َم يَقُول‬ َ ‫َو‬
‫ئ‬ ٍ ‫ام ِر‬ ْ ‫ َو ِإنَّ َما ِل ُك ِل‬،ِ‫ِبالنِيَّات‬
‫َما ن ََوى‬
Artinya :”dari saidina Umar bin
Khattab, beliau berkata : saya
dengar rasulullah SAW berkata :
bahwasanya seluruh niat dengan
niat, dan yang didapatkan manusia
ialah apa yang diniatkannya (HR.
Bukhari dan Muslim)
2 Prinsip kepastian / Certainty (qa'idat al Pada kasus yang terjadi di skenario
yaqeen) kepastian pasien dirujuk ke
Puskesmas karena di Puskesmas
obat bisa didapat secara gratis
sehingga pasien bisa melakukan
terapi dan minum obat selama 6
bulan tidak putus tanpa
membebani biaya dari pasien
pasien tersebut.

“Dan tolong-menolonglah kamu


dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya.” (QS.
Al-Maidah (5): 2)

3 Prinsip kerugian / Harm (qa'idat al Skenario di atas menunjukan


dharar) bahwa pak becak memilih berobat
ke dokter dibandingkan tidak
berobat yang nantinya akan
merugikan bagi pak becak itu
sendiri karena akan memperparah
penyakitnya

Imam Nawawi dalam kitab al-


Majmû’ Syrahul Muhadzdzab
(Kairo: Darul Hadits, 2010)
menuturkan beberapa hadits yang
menyerukan kita untuk berobat
ketika sedang sakit yang
disabdakan oleh Rasulullah di
antaranya:

‫ِل ُك ِل َو َجعَ َل َوالد ََّوا َء الد َّا َء أ َ ْنزَ َل تعالى هللا إن‬
‫بالحرام تداووا وال فتداووا دَ َواء دَاء‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah


menurunkan penyakit dan obatnya
dan menjadikan bagi setiap
penyakit ada obatnya. Maka
berobatlah kalian, dan jangan
kalian berobat dengan yang
haram.” (HR. Abu Dawud dari
Abu Darda)

4 Prinsip kesukaran / Difficulty (qa'idat Skenario di atas menunjukkan


al mashaqqat) seorang dokter yang memberi
kemudahan kepada pasiennya
bukan mempersulit.

‫ص ْر َمةَ أَبِي َو َع ْن‬ ِ - ‫ عنه هللا رضى‬- ‫قَا َل‬: ‫قَا َل‬
‫سو ُل‬ َّ َ - ‫ وسلم عليه هللا صلى‬-{ ‫َم ْن‬
ُ ‫للَاِ َر‬
‫ار‬
َّ ‫ض‬َ ‫ارهُ ُم ْس ِلما‬ َّ ‫ض‬َ ‫اَهلل‬, ‫َاق َو َم ْن‬ َّ ‫س ِلما ش‬ َ ‫ش ََّق ُم‬
َّ َ ‫دَ ُاودَ أَبُو أ َ ْخ َر َجهُ } َعلَ ْي ِه‬
ُ‫للَا‬
‫سنَهُ َوا َ ِلت ْر ِمذِي‬
َّ ‫و َح‬.
َ

Dari shahabat Abi Shirmah


radhiyallahu Ta'ala 'anhu beliau
berkata, Rasulullah shallallahu
'alayhi wa sallam bersabda:

"Barangsiapa yang memberi


kemudharatan kepada seorang
muslim, maka Allah akan memberi
kemudharatan kepadanya,
barangsiapa yang merepotkan
(menyusahkan) seorang muslim
maka Allah akan menyusahkan
dia."

(Hadits riwayat Abu Dawud


nomor 3635, At Tirmidzi nomor
1940 dan dihasankan oleh Imam
At Tirmidzi).

5 Prinsip kebiasaan / Custom (qa'idat al Pada kasus yang terjadi di skenario


'aadat) adalah kebiasan rumah sakit
merujuk kerumah sakit yang lebih
berkompeten
berikut pendapat Imam Syafi’i ra

- ُ‫ضيَالل ُه َع ْنه‬ َ ‫قا َ ََللشاَفِ ِع‬


ِ ‫ير‬
ِ ‫سنَّةًأَ ْو ِإجْ َماعاًأ َ ْوأَث َ ًرافَ ُه َوال‬
‫ب‬ ُ ‫ماَأَحْ دَث َ َوخاَلَفَ ِكتاَباًأَ ْو‬
َ ُ‫وماَأَحْ دَثَ ِمنَال َخي ِْر َولَ ْميُخا َ ِلف‬،
‫شيْئا ً ِم ْنذَ ِل‬ َ ُ‫دْ َعةُالضاَلَة‬
‫ ص‬313 ‫(حاشيةإعانة‬-ُ ‫َكفَ ُه َوال ِبدْ َعةُال َمحْ ُم ْودَة‬
) ‫ج‬- ‫الطالبين‬1

Artinya ; Imam Syafi’i ra berkata –


Segala hal (kebiasaan) yang baru
(tidak terdapat di masa Rasulullah)
dan menyalahi (bertentangan)
dengan pedoman Al-Qur’an, Al-
Hadits, Ijma’ (sepakat Ulama) dan
Atsar (Pernyataan sahabat) adalah
bid’ah yang sesat (bid’ah
dholalah). Dan segala kebiasaan
yang baik (kebaikan) yang baru
(tidak terdapat di masa Rasulullah)
dan tidak menyelahi
(bertentangan) dengan pedoman
tersebut maka ia adalah bid’ah
yang terpuji (bid’ah mahmudah
atau bid’ah hasanah), bernilai
pahala. (Hasyiah Ianathuth-
Thalibin –Juz 1 hal. 31
KESIMPULAN

 Dokter Urap dapat melaksanakan segala tugas peraktek kedokterannya


berdasarkan prinsip-prinsip kaidah Bioetika kedokteran, yaitu beneficence, non-
maleficence, justice dan autonomi.
 Sesuai prinsip beneficence Dokter Urap Memberikan jalan terbaik untuk
kesembuhan pasien. Mengutamakan kepentingan pasien. Lalu prinsip non-
maleficence, Dokter Urap mengutamakan pasien emergensi. Kemudian prinsip
Justice, Dokter Urap adil dalam pelayanan tidak memandang status sosial
pasien. Dan yang terakhir prinsip Autonomy, Dokter Urap menghormati
keputusan pasien dan tidak mengintervensi keputusan pasien.
 Dokter Urap mampu menerapkan prinsip dalam bioetik kepada pasien sehingga
hubungan antara dokter dan pasien berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Qur’an dan Hadist


2. Kode Etik Kedokteran (KODEKI) tahun 2012
3. Dedi Afandi. 2017. Kaidah Dasar Bioetika dalam Pengambilan
Keputusan Klinis yang Etis. 40(2): 115-116
4. Suharso, Ana Retnoningsih. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Semarang:Widya Karya
5. Kusnanto, Retnayu, Inas. 2016. Spiritual Emotional Freedom Technique
(SEFT) and the Quality of Life of People Living with Lung Tuberculosis.
4(3): 213-214
6. Widya Pebryanti Manurung. 2017. Hubungan Pengetahuan Kaidah Dasar
Bioetika dan Sikap Penilaian Moral [skripsi]. Bandar Lampung: Universitas
Lampung
7. Hanafiah,J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum/Kesehatan (4th
ed). Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai