Anda di halaman 1dari 11

Pendahuluan

Pasien post stroke yang mengalami gangguan fisik, terutama gangguan aktivitas/mobilitas dalam
waktu lama dapat mengakibatkan dampak psikologis. Hal ini dapat meningkatkan kecemasan
pasien yang berdampak pada pengobatannya sehingga dibutuhkan motivasi yang tinggi untuk
patuh dalam pengobatan. Beberapa penelitian menghasilkan data bahwa pasien pasca stoke
cenderung mengalami kecemasan. Penelitian Kustiawan & Hasriani (2014) menyatakan bahwa
71,8% pasien stroke iskemik di ruang V RSU kota Tasikmalaya mengalami tingkat kecemasan
sedang 71,8%, kecemasan berat 17,9%, dan 10,3% kecemasan ringan. Kusumawati (2018)
menyatakan bahwa pasien stroke di RSUD Koja Jakarta Utara mengalami kecemasan sangat berat
11,3%; berat 21,6%; sedang 22,7%; ringan 13,4%. Hubungan antara kecemasan dengan motivasi
berobat telah dibuktikan oleh Agustiana, dkk. (2017) menyatakan ada hubungan positif yang
signifikan antara kecemasan dengan motivasi untuk berobat pada penderita hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Melati II Sleman Yogyakarta. Hasil studi pendahuluan pada tanggal 25 Maret
2019 di poliklinik saraf terhadap 3 pasien post stroke menggunakan instrumen Hamilton Anxiety
Rating Scale (HARS) ditemukan bahwa 2 pasien cemas kategori sedang dan 1 pasien kategori
berat. Mayoritas kecemasan pada pasien muncul karena pasien membayangkan penyakitnya yang
tidak akan bisa sembuh, pengobatan yang lama dan dari hasil observasi pasien didapatkan adanya
peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut jantung, dan pasien tampak gelisah.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang, hubungan
tingkat kecemasan dengan motivasi berobat pada pasien stroke di RS dr. Sitanala Tangerang.
Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan motivasi
berobat pada pasien post stroke di RS dr. Sitanala Tangerang.

Metode
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian
deskriptif korelasional menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu
suatu penelitian untuk mengetahui dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek,
dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time
approach).
Lokasi penelitian dilakukan di RS dr. Sitanala Tangerang, waktu penelitian dilaksanakan pada
tanggal 10-30 Juni 2019.
Sampel pada penelitian ini berjumlah 30 responden adalah responden post stroke di RS dr. Sitanala
Tangerang.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner, yaitu pada jenis pengukuran
ini peneliti mengumpulkan data secara formal kepada responden untuk menjawab pertanyaan.
Sebelum kuesioner digunakan calon responden diberikan penjelasan tentang penelitian yang
dilakukan dan diberikan kesempatan untuk bertanya, selanjutnya setelah responden menyetujui
untuk ikut dalam penelitian diminta untuk menandatangani lembar persetujuan. Lalu responden
diminta mengisi kuesioner dimana responden hanya mengisi pada lembar jawaban yang telah
disediakan dari pertanyaan dan pernyataan sesuai kuesioner.
Proses analisa univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian, dan menghasilkan
distribusi dan persentase dari tiap-tiap variabel (Notoatmodjo, 2015).
Analisa bivariat digunakan untuk membuktikan adanya hubungan yang bermakna antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Maka selanjutnya dilakukan uji statistik dengan metoda chi square
(x2).
Penelitian akan menggunakan etika penelitian (Hidayat, 2011) yaitu Informed Consent (Lembar
Persetujuan Responden), Anonimity (Tanpa Nama), Confidentiality (Kerahasiaan Informasi),
Justice (Keadilan), Benefiency (Manfaat)

Hasil
Analisis Univariat
Tabel 1 Gambaran Karakteristik Responden Stroke di RS dr. Sitanala Tangerang Periode Juni 2019
No Karakteristik Frekuensi %
Responden
1 Umur
Dewasa Awal 1 3,3
(26-35 Tahun)
Dewasa Akhir 4 13,3
(36-45 Tahun)
Lansia Awal 11 36,7
(46-55 Tahun)
Lansia Akhir 10 33,3
(56-65 Tahun)
Manula (>65 4 13,3
Tahun)
Jumlah 30 100
2 Jenis Kelamin
Perempuan 19 63,3
Laki-laki 11 36,7
Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 30 responden stroke hampir setengahnya dalam
kategori umur lansia awal (46-55 tahun) yaitu 11 responden (36,7%) dan sebagian besar berjenis
kelamin laki-laki yaitu 19 responden (63,3%).
Tabel 2 Distribusi Tingkat Kecemasan Responden Stroke di RS dr. Sitanala Tangerang Periode
Juni 2019
Tingkat Frekuensi Persentase
Kecemasan
Tidak ada 5 16,7
kecemasan
Kecemasan 6 20,0
Ringan
Kecemasan 12 40,0
Sedang
Kecemasan 7 23,3
Berat
Total 30 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 30 responden stroke hampir setengahnya
mengalami kecemasan sedang sebanyak 12 responden (40,0%).
Tabel 3 Distribusi Motivasi Berobat Responden Stroke di RS dr. Sitanala Tangerang Periode Juni
2019
Motivasi Frekuensi Persentase
Berobat
Tinggi 12 40,0

Rendah 18 60,0

Total 30 100

Sumber : Data Primer 2019


Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahwa dari 30 responden stroke sebagian besar memiliki
motivasi berobat yang rendah sebanyak 18 responden (60,0%).

Analisis Bivariat
Tabel 5.4 Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Motivasi Berobat pada Responden Stroke di RS
dr. Sitanala Tangerang Periode Juni 2019

Tingkat Motivasi Berobat Total P


Kecemasan Tinggi Rendah Value
n % n % n %
Tidak ada 4 33,3 1 5,6 5 16,7 0,043
kecemasan
Kecemasan 4 33,3 2 11,1 6 20,0
Ringan
Kecemasan 3 25,0 9 50,0 12 40,0
Sedang
Kecemasan 1 8,4 6 33,3 7 23,3
Berat
Jumlah 12 100 18 100 30 100

Hasil tabel silang antara tingkat kecemasan dengan motivasi berobat diketahui dari 5
responden yang tidak mengalami kecemasan sebagian besar yaitu 4 (33,3%) memiliki
motivasi tinggi untuk berobat sedangkan dari 6 responden yang mengalami kecemasan
ringan sebagian besar yaitu 4 responden (33,3%) memiliki motivasi tinggi untuk berobat,
sementara itu dari 12 responden yang mengalami kecemasan sedang sebagian besar yaitu 9
responden (50%) memiliki motivasi rendah untuk berobat, begitu pula dari 7 responden yang
mengalami kecemasan berat sebagian besar yaitu 6 (33,3%) memiliki motivasi rendah untuk
berobat. Hasil uji chi square diperoleh nilai p value 0,043 (≤ 0,05) dengan menggunakan
alpha 5% (0,05) dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan antara
tingkat kecemasan dengan motivasi berobat pada responden stroke.

Pembahasan

Hasil analisis diketahui bahwa dari 30 responden stroke sebagian besar adalah berjenis kelamin
laki-laki yaitu 19 responden (63,3%). Sejalan dengan hasil penelitian Yulianto (2018) bahwa
responden stroke sebagian besar laki-laki yaitu 39 (63,93%).
Laki-laki lebih rentan terkena penyakit stroke hemoragik, dibandingkan perempuan. Hal ini
berhubungan dengan faktor pemicu lainnya yang lebih banyak dilakukan oleh laki-laki seperti
merokok, mengkonsumsi alkohol dan sebagainya. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan stroke
karena beberapa efek bahan kimia yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan
peningkatan konsentrasi fibrinogen, hematokrit dan agregrasi platelet, menurunkan aktivitas
fibrinolitik dan aliran darah serebral. Kondisi tersebut menyebabkan vasokontriksi, sehingga
menyebabkan terjadinya plak atherosclerosis (Ratnasari, 2011)

Kecemasan Responden Stroke


Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden sebagian besar yaitu 12 (40%) responden
mengalami kecemasan sedang. Sejalan dengan hasil penelitian Kustiawan & Hasriani (2014)
menyatakan bahwa 71,8% responden stroke iskemik di ruang V RSU kota Tasikmalaya mengalami
tingkat kecemasan sedang 71,8%, kecemasan berat 17,9% dan 10,3% kecemasan ringan.
Penelitian Kusumawati (2018) didapatkan responden stroke di RSUD Koja Jakarta Utara
mengalami kecemasan sangat berat 11,3%, berat 21,6%, sedang 22,7% dan ringan 13,4%.
Cemas adalah suatu gejala yang tidak menyenangkan, sensasi takut dan terkadang panik akan suatu
bencana yang mengancam dan tidak direlakan yang dapat atau tidak dapat atau tidak berhubungan
dengan rangsangan eksternal (Hawari, 2016)
Gangguan aktivitas/mobilitas yang dialami responden stroke dalam waktu lama dapat
mengakibatkan dampak psikologis terutama bisa meningkatkan kecemasan. Kondisi kecemasan
tentunya bisa dipahami karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki responden menjadi
terganggu dan tidak sedikit akibat menderita sakit yang terlalu lama responden akan mengalami
kecemasan bahkan sampai depresi sebagai respon terhadap kebutuhan dasar yang terganggu.
Kecemasan yang terus meningkat dapat menyebabkan prognosis yang buruk terhadap penyakit
yang diderita, sehingga pengontrolan kecemasan perlu dilakukan (Kustiawan & Hasriani, 2014)
Peneliti berasumsi bahwa penyebab kecemasan pada responden stroke bisa disebabkan faktor
fisiologis dan psikososial. Adapun bentuk kecemasan yang mungkin dialami adalah cemas
menghadapi body image yang berupa cacat anggota tubuh disebabkan prognosis penyakit stroke
yang dideritanya. Kondisi fisik yang dialami responden stroke mengalami keterbatasan sehingga
berdampak pada kemandirian dalam melakukan aktivitas kebutuhan dasarnya. Keterbatasan ini
berdampak terhadap kondisi emosional sehingga kecemasan ini cenderung terjadi.

Motivasi Berobat
Hasil penelitian diketahui bahwa dari 30 responden sebagian besar yaitu 18 (60%) responden
memiliki motivasi berobat yang rendah. Penelitian serupa dilakukan oleh Agustiana (2017) yang
membuktikan bahwa sebagian besar responden hipertensi memiliki motivasi berobat yang tinggi
(70,5%). Sementara itu hasil penelitian Ipaenin (2018) bahwa motivasi responden pasca stroke
menjalani latihan fisioterapi di RS PKU Muhammadiyah Gamping kategori baik 12 orang (40,0%),
motivasi cukup sebanyak 18 orang (60,0%) dan motivasi kurang tidak ada.
Motivasi adalah rangsangan, dorongan dan ataupun pembangkit tenaga, yang dimiliki seseorang
sehingga orang tersebut memperlihatkan perilaku tertentu. Fungsi motivasi mendorong manusia
untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi (Ipaenin, 2018)
Adapun unsur motivasi berobat pada responden stroke yaitu tingkah laku yang dilatar belakangi
oleh adanya kebutuhan, diarahkan pada pencapaian suatu tujuan, agar suatu kebutuhan terpenuhi
dan suatu kehendak terpuaskan. Fungsi motivasi ini sebagai pendorong responden stroke untuk
berobat secara rutin untuk pemulihan/rehabilitatif dari kondisi saat ini.
Dengan adanya kebutuhan untuk sembuh maka responden akan terdorong untuk patuh dalam
menjalani pengobatan. Motivasi yang tinggi dapat terbentuk karena adanya hubungan antara
kebutuhan, dorongan dan tujuan. Dengan adanya kebutuhan untuk sembuh, maka responden stroke
akan terdorong untuk patuh dalam menjalani pengobatan, dimana tujuan ini merupakan akhir dari
siklus motivasi (Puspita, 2016).
Peneliti berasumsi bahwa sakit stroke berdampak bagi kondisi fisik maupun psikisnya. Beberapa
responden stroke mencoba mengubah kondisi ketidakseimbangan tersebut dengan memunculkan
suatu dorongan yang ada dalam diri mereka. Salah satunya adalah motivasi untuk berobat.
Diharapkan dengan adanya motivasi untuk berobat membuat responden stroke lebih baik dari
keadaan sebelumnya dan mempertahankan hidupnya.

Hubungan Kecemasan dengan Motivasi Berobat


Hasil tabel silang antara tingkat kecemasan dengan motivasi berobat diketahui dari 5 responden
yang tidak mengalami kecemasan sebagian besar yaitu 4 (33,3%) memiliki motivasi tinggi untuk
berobat sedangkan dari 6 responden yang mengalami kecemasan ringan sebagian besar yaitu 4
responden (33,3%) memiliki motivasi tinggi untuk berobat, sementara itu dari 12 responden yang
mengalami kecemasan sedang sebagian besar yaitu 9 responden (50%) memiliki motivasi rendah
untuk berobat, begitu pula dari 7 responden yang mengalami kecemasan berat sebagian besar yaitu
6 (33,3%) memiliki motivasi rendah untuk berobat.
Hasil uji chi square diperoleh nilai p value 0,043 (≤ 0,05) dengan menggunakan alpha 5% (0,05)
dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan antara tingkat kecemasan
dengan motivasi berobat pada responden stroke. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Agustiana (2017) ada hubungan positif yang signifikan antara kecemasan dengan motivasi untuk
berobat pada responden hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Melati II Sleman Yogyakarta.
Analisa peneliti bahwa kecemasan responden merupakan faktor internal yang dialami oleh
responden stroke. Kecemasan ini disebabkan gangguan fisik yang dialaminya. Kondisi cemas ini
sangat berdampak terhadap motivasi responden dalam menjalani pengobatan. Sementara itu
keberhasilan upaya kuratif dan rehabilitatif responden stroke membutuhkan waktu yang cukup
lama sehingga diperlukan motivasi yang tinggi dalam mencapai kondisi pulih.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian mengenai hubungan tingkat kecemasan
dengan motivasi berobat pada pasien stroke di RS dr. Sitanala Tangerang, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Diketahui distribusi frekuensi dari 30 responden stroke hampir setengahnya dalam
kategori umur lansia awal (46-55 tahun) yaitu 11 responden (36,7%) dan sebagian
besar berjenis kelamin laki-laki yaitu 19 responden (63,3%).
2. Diketahui distribusi frekuensi dari 30 pasien stroke sebagian besar yaitu 12 (40,0%)
pasien mengalami kecemasan sedang.
3. Diketahui distribusi frekuensi dari 30 pasien stroke sebagian besar yaitu 18 pasien
(60,0%) memiliki motivasi berobat yang rendah.
4. Diketahui ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan motivasi berobat pada
pasien stroke dengan nilai p value 0,043.

Saran
1. Bagi Praktisi (RS dr. Sitanala Tangerang)
Dapat memberikan konstribusi untuk mengevaluasi pengendalian stroke pasien melalui
upaya peningkatan pengetahuan pasien stroke tentang pencegahan komplikasi dan
upaya rehabilitatif/pemulihan pasca stroke melalui pendidikan kesehatan. Perawat
secara berkesinambungan memberikan motivasi kepada pasien stroke untuk patuh
terhadap pengobatan baik secara farmakologi maupun non farmakologi melalui
rehabilitasi dan kerohanian.

2. Bagi Akademisi (STIKes Widya Dharma Husada Tangerang)


Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi STIKes Widya
Dharma Husada Tangerang sebagai referensi atau tambahan informasi untuk evaluasi
program terutama tentang manajemen dan asuhan keperawatan pasien stroke.
3. Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat lebih dikembangkan lagi pada penelitian selanjutnya
mengenai motivasi untuk berobat dengan variabel yang belum diteliti seperti dukungan
keluarga, dukungan tenaga kesehatan dan variabel lainnya ataupun mengganti desain
penelitiannya. Selain itu diharapkan penelitian ini selanjutnya tidak hanya melakukan
analisa bivariat tetapi sampai multivariat untuk mengetahui faktor yang dominan yang
berhubungan dengan motivasi berobat pada pasien stroke.

Buku:

Alex, S. 2011. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arya, W.W. 2011. Strategi Mengatasi & Bangkit dari Stroke. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Asmadi. 2012. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Bustan, M.N. 2014. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.
Dharma, K.K. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan Melaksanakan dan
Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans Info Media.

Dharma, K.K. 2018. Pemberdayaan Keluarga untuk Mengoptimalkan Kualitas Hidup Pasien
Pasca Stroke. Yogyakarta: Deepublish.

Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. 2017. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset,
Teori, & Praktik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Gerungan, W. A. 2010. Psikologi Sosial. Cetakan ketiga. Bandung : PT Refika Aditama.

Guyton, A.C., & Hall, J.E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta : EGC.

Hawari, D. 2016. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Cetakan ke-5. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Hidayat, A.A.A. 2011. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.

Junaidi, I. 2011 . Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta : ANDI.

Mangkunegara. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.
Mansjoer. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta: Media Aesculapius.

Muttaqin, A. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta:
Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan (Edisi Revisi 2012). Jakarta:
Rineka Cipta.

____________. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan praktis. Edisi 4. Jakarta:
Salemba Medika.

Sabri, L., & Hastono, S.P. 2018. Statistik kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Setyopranoto, I. 2011. Stroke: Gejala dan Penatalaksanaan. Yogyakarta: ANDI.

Smeltzer, S,C., & Bare, B.G. 2017. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 12.
Jakarta: EGC.
Sugiyono. 2015. Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Suryabrata, S. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Pustaka.

Stuart, G.W. 2016. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Buku 1. Jakarta:
Elsevier.

Winardi. 2010. Manajemen Konflik: Konflik Perubahan & Pengembangan. Bandung : Penerbit
Mandar Maju.

Jurnal:

Agustina, K. 2017. Hubungan kecemasan dengan motivasi berobat pada penderita hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Mlati II Sleman Yogyakarta. Naskah Publikasi. Program Studi
Ilmu Keperawatan. Fakultas Ilmu Kesehatan.Yogyakarta : Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta.

Allifni, M. 2011. Pengaruh Dukungan Sosial dan Religiusitas Terhadap Motivasi Untuk Berobat
Pada Penderita Kanker Serviks. Diakses pada http://repository.uinjkt.ac.id. Tanggal
21April 2019.

Hidayati, K. 2018. Hubungan Pemenuhan Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari (Aks) Dengan Kualitas
Hidup Klien Pasca Stroke di Poli Saraf RSD dr. Soebandi Jember. Skripsi. Program Studi
Sarjana Keperwatan. Fakultas Keperawatan. Jember : Universitas Jember.
Ipaenin, R. 2018. Hubungan dukungan keluarga terhadap motivasi pasien pasca strokeselama
menajalani latihan fisioterapi di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta. Naskah
Publikasi. Program Studi Ilmu Keperawatan. Fakultas Ilmu Kesehatan.Yogyakarta:
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Kustiawan & Hasriani. 2014. Gambaran tingkat kecemasan pasien stroke iskemik di Ruang V
Rumah Sakit Umum Kota Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 12
No 1 Agustus 2014.

Kusumawati, F. 2018. Hubungan antara karakteristik, tingkat kecemasan, dan ketergantungan


dengan penerimaan diri pasien keterbatasan gerak akibat stroke di RSUD Koja Jakarta
Utara. Journal Scientific Solutem, Vol.1 No. 1 (2018). Diakses pada
https://ejurnal.akperbinainsan.ac.id/index. php/keperawatan/article/view/6 tanggal 9 April
2019.

Nuryanti, S. 2016. Hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi melakukan ROM pada
pasien pasca stroke. Mahakam Nursing Journal Vol 1, No. 2, Nov 2016 : 80-89.

Puspita, E. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan denga Kepatuhan Penderita Hipertensi dalam
Menjalani Pengobatan (Studi Kasus di Puskesmas Gunungpati Kota Semarang). Skripsi.
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Semarang : Universitas
Negeri Semarang.

Sutarno, G.A. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berobat Penderita Tuberkulosis
di Kota Pekalongan Tahun 2012. Diakses dari http://e-journal.jurwidyakop3.com.

Venketasubramanian N, Yoon B.W, Pandian J & Navarro J.C. 2017. Stroke epidemiology in South,
East and South-East Asia: A Review. Journal of Stroke 2017 Sep; 19 (3): 286-294. Diakses
pada https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5647629/ tanggal 22 Juli 2019.

Widarti & Krisnawati. 2012. Home care holistic terhadap perubahan kecemasan dan depresi pada
pasien stroke iskemik. Jurnal Ners Vol. 7 No. 2 Oktober 2012: 107–115. Diakses pada
http://journal.unair.ac.id/JN@ home-care-holistic-terhadap-perubahan-kecemasan-dan-
depresi-pada-pasien-stroke-iskemik-(home-care-holistic-on-the-change-of-anxiety-and-
depression-for-the-patietnt-with-stroke-ischemic)-article-4866-media-37-category-3.html
tanggal 9 April 2019.

Yulianto A. 2018. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan PenerimaanDiri Pasien Stroke di


Rawat Jalan Poli Saraf Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarief Mohammad Alkadrie
Kota Pontianak. Naskah Publikasi. Program Studi Ilmu Keperawatan. Fakultas
Kedokteran. Pontianak: Universitas Tanjungpura.
Artikel:

Andaners. 2009. Konsep Cemas, Stress dan Adaptasi. Diakses pada


http://andaners.wordpress.com/2009/04/21/konsep-cemas-stress-dan-adaptasi tanggal 9
April 2019.

World Health Organization. 2016. Global Atlas on Cardiovascular Disease Prevention and
Control. Available from: http://whqlibdoc.who.int/publications/2016/97892415
64373_eng.pdf tanggal 23 maret 2019.

Dokumen Resmi:
Kemenkes. 2019. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Tahun 2018. Jakarta: Balai Penelitian dan
Pengembangan Kemenkes RI.

National Institutes of Health (NIH). 2014. Post-Stroke Rehabilitation. Bethesda : MD 20892.

Rekam Medik RS dr. Sitanala Tangerang. 2019. Laporan Bulanan dan Tahunan Pasien
Hemodialisa RS dr. Sitanala Tangerang. Tangerang: RS dr. Sitanala.
Pearson dan Spearman. Analisis multivariat

menggunakan regresi linear.

Anda mungkin juga menyukai